Anda di halaman 1dari 164

GANGGUAN

PSIKOTIK
Saskia Arientika Wahyuningrum
1710211002
Secara umum gangguan jiwa dibagi dalam dua golongan besar : psikotik
dan non psikotik (ansietes, depresi, insomnia, alkoholisme dan
ketergantungan obat).
1. Psikotik : gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan
individu menilai kenyataan.
 Waham, halusinasi
 Perilaku kacau (grossly disorganized) : bicara inkoheren, perilaku agitasi tanpa tujuan,
disorientasi pada delirium, dsb
 Kegagalan fungsi sosial dan personal dengan penarikan diri dari pergaulan sosial dan tidak
mampu dalam tugas pekerjaan sehari-hari.
 Gangguan psikotik : gangguan mental yang ditandai dengan kerusakan menyeluruh
dalam uji realitas seperti yang ditandai dengan delusi , halusinasi, bicara inkoheren
yang jelas, atau perilaku yang tidak teratur atau mengacau, biasanya tanpa ada
kewaspadaan pasien terhadap inkomprehensibilitas dalam tingkah lakunya.

2. Non psikotik : Gangguan neurotik, somatoform, terkait stress,


gangguan kepribadian.
DEFINISI
Gangguan psikosis adalah kondisi dengan hendaya (kerusakan) yang
berat dari daya nilai realitas.
Bukti langsung hendaya dari daya nilai realitas dapat ditentukan
berdasarkan terdapatnya :
 Waham
 Halusinasi
 Inkoherensi
 Katatonia
 Hendaya berat dalam fungsi mental:

(+) Waham, Halusinasi, Katatonia, Inkoherensi


(-) Gangguan perasaaan (afek tumpul, respon emosi minimal), gangguan
hubungan sosial (menarik diri, apatis, pasif), gangguan proses berfikir.
 Hendaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari:

Tidak mampu bekerja, menjalin hubungan sosial, melakukan kegiatan


rutin.
Halusinasi: persepsi pancaindera tanpa sumber rangsangan sensorik
eksternal (halusinasi akustik, halusinasi visual, halusinasi
gustatorik, halusinasi olfaktorius, halusinasi taktil)
Waham : keyakinan menetap yang tidak sesuai dengan kenyataan dan
selalu dipertahankan (waham kejar, waham cemburu,
waham curiga, waham aneh, waham kebesaran, waham
somatik)
Inkoherensi:pembicaraan atau tulisan yang tidak bisa dimengerti dan
bukan karena kelainan organik
Katatonia : gangguan psikomotor tanpa kelainan organik (stupor,
agitasi, mutisme)
KLASIFIKASI
1. Psikotik organik adalah gangguan jiwa yang disebabkan karena
adanya kelainan pada struktur susunan saraf pusat (otak) yang
disebabkan misalnya karena adanya tumor di otak, kelainan pembuluh
darah otak, infeksi di otak, keracunan NAPZA, dan lain sejenisnya.
2. Psikotik fungsional adalah gangguan jiwa yang disebabkan karena
terganggunya fungsi sistem penghantar sinyal sel-sel saraf
(neurotransmitter) dalam susunan saraf pusat (otak), tidak terdapat
kelainan struktural pada sel-sel saraf otak tersebut.
• Skizofrenia
• Gangguan afektif
berat
•Gangguan Paranoid
•Psikosis Reaktif
singkat
Psikosis
Fungsional
Gangguan
Psikotik
• Dementia
Psikosis
Organik • Delirium
• Intoksikasi dan
sindroma putus zat
F23 GANGGUAN PSIKOTIK
AKUT DAN SEMENTARA
 Gangguan psikotik singkat/akut adalah Suatu gangguan kejiwaan
yangterjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan gejala
psikosis, dan dapat kembali ketingkat fungsional premorbid (Kaplan
dan Sadock, 2003).
 Etiologi
 Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di jumpai
pada pasien dengan gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan
biologis atau psikologis terhadap perkembangan gejala psikotik. Satu atau
lebih faktor stres berat, seperti peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah
pekerjaan, kecelakaan, sakit parah, kematian orang yang dicintai, dapat
memicu psikosis reaktif singkat. Beberapa studi mendukung kerentanan
genetik untuk gangguan psikotik singkat (Kaplan dan Sadock, 2003).
MANIFESTASI KLINIS
 Gambaran utama perilaku:
 Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :
1. Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
2. Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
3. Kebingungan atau disorientasi
4. Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri,
kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau
lingkungan, bicara dan tertawa sertamarah-marah atau memukul tanpa
alasan (Kaplan dan Sadock, 2003).
 Gejala gangguan psikotik singkat selalu termasuk sekurang kurangnya
satu gejala psikosis utama, biasanya dengan onset yang tiba-tiba, tetapi
tidak selalu memasukkan keseluruhan polagejala yang ditemukan pada
skizofrenia.
 Gejala karakteristik untuk gangguan psikotik singkat adalah perubahan
emosional, pakaian atau perilaku yang aneh, berteriak teriak atau
diammembisu dan gangguan daya ingat untuk peristiwa yang belum
lama terjadi.
PEDOMAN DIAGNOSTIK
 Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas yang
diberikan untuk ciri-ciri utama terpilih dan gangguan ini. Urutan prioritas
yang dipakai ialah :
a) Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang = jangka waktu gejala-
gejala psikotik menjadi nyata dan menggangu sedikitnya beberapa aspek
kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, tidak termasuk periode prodromal yang
gejalanya sering tidak jelas) sebagainya ciri khas yang menentukan seluruk
kelompok:
b) Adanya sindrom khas (berupa “polimorfik” = beraneka-ragam dan berubah
cepat, atau “schizophrenia-like”=gejala skizofrenik yang khas);
c) Adanya stress akut yang berkaitan (tidak selalu ada, sehingga dispesifikasi
dengan karakter ke 5: x0= tanpa penyerta stress akut: x1= dengan penyerta
stress akut). Kesulitan atau problem yang berkepanjangan tidak boleh
dimasukkan sebagai sumber stress dalam konteks ini:
d) Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung:
 Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi kriteria
episode manik (F30.-) atau episode depresif (F32.-), walaupun
perubahan emosional dan gejala-gejala afektif individual dapat
menonjol dari waktu-ke waktu.
 Tidak ada penyebab organic, seperti trauma kapitis, delirium, atau
demensia. Tidak merupakan intoksikasi akibat penggunaan alcohol atau
obat-obatan.
F23.0 GANGGUAN PSIKOTIK
POLIMORFIK AKUT TANPA
GANGGUAN SKIZOFRENIA
Pedoman diagnostik
 Untuk diagnosis pasti harus memenuhi :
a) Onset harus akut (dari suatu keadaan nonpsikotik sampai keadaan psikotik
yang jelas dalam kurun waktu 2 minggu atau kurang):
b) Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham yang berubah dalam jenis
dan intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari yang sama :
c) Harus ada keadaan emosional yang sama beraneka ragamnya:
d) Walaupun gejala-gejalanya beraneka ragam, tidak satupun dari gejala itu
ada secara cukup konsisten dapat memenuhi kriteia skizofren (F20.-) atau
episode manik (f30.-) atau episode depresif (F32.-)
F23.1 GANGGUAN PSIKOTIK
POLIMORFIK AKUT DENGAN
GANGGUAN SKIZOFRENIA
Pedoman diagnostik
 Memenuhi kriteria (a), (b), dan (c) diatas yang khas untuk gangguan
psikotik polimorfik akut (F23.0):
 Disertai gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk diagnosis
skizofrenia (F20.-) yang harus sudah ada untuk sebagian besar waktu
sejak munculnya gambaran klinis psikotik itu secara jelas:
 Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk lebih dari 1 bulan
makan diagnosis harus diubah menjadi skizofenia (F20.-)
F23.2 GANGGUAN PSIKOTIK LIR-
SKIZOFRENIA (SCHIZOPHRENIA-
LIKE) AKUT
 Untuk diagnosis pasti harus memenuhi :
a) Onset gejala spikotik harus akut (2 minggu atau kurang, dari suatu
keadaan nonspikotik menjadi keadaan yang jelas psikotik):
b) Gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-) harus
sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak berkembangnya gambaran
klinis yang jelas psikotik:
c) Kriteria untuk psikosis polimorfik akut tidak terpenuhi.

 Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk lebih dari 1 bulan


makan diagnosis harus diubah menjadi skizofenia (F20.-)
 Diagnostik banding
 Gangguan waham organik (F06.2):
 Gangguan skizofrenia lainnya (F20.8)
F23 GANGGUAN PSIKOTIK AKUT &
SEMENTARA
F23.3 GANGGUAN PSIKOTIK
AKUT LAINNYA DENGAN
PREDOMINAN WAHAM
Pedoman Diagnostik
 Untuk diagnostik pasti harus memenuhi:
a) Onset dari gejala psikotik harus akut (2 minggu atau kurang dari keadaan
nonpsikotik sampai jelas psikotik);
b) Waham & halusinasi harus sudah ada dalam sebagian besar waktu sejak
berkembangnya keadaan psikotik yg jelas; dan
c) Baik kriteria utk skizofrenia (F20.-) maupun utk ggn psikotik polimorfik
akut (F23.-) tidak terpenuhi
 Kalau waham-waham menetap utk > 3 bln lamanya, maka diagnosis
harus diubah mjd Gangguan Waham Menetap (F22.-). Apabila hanya
halusinasi yg menetap utk > 3 bln lamanya, maka diagnosis harus
diubah mjd Gangguan Psikotik Nonorganik Lainnya (F28).
F23.8 GANGGUAN PSIKOTIK AKUT
DAN SEMENTARA LAINNYA

 Gangguan psikotik akut lain yg tdk dpt diklasifikasi ke dlm kategori


manapun dlm F23.

F23.9 Gangguan Psikotik Akut dan


Sementara YTT
PENATALAKSANAAN
 Psikosis-> berkaitan dengan aktivitas neurotransmitter dopamin yang
meningkat
 Antipsikosis tipikal

- Klorpromazin
- Haloperidol
- Fluphenazine
- Perphenazine
 Antipsikosis Atipikal
Clozapine
Olanzapine
Risperidone
Psikoterapi Suportif

Ventilasi

Memberi kesempatan seluas-luasnya pada pasien untuk mengutarakan isi hatinya

Persuasi

Menerangkan secara masuk akal tentang gejala-gejala penyakitnya yg timbul

akibat cara berpikir, perasaan, sikap terhadap permasalahan yang dihadapinya.

- Psikoterapi reassurance

Meyakinkan kembali kemampuan pasien bahwa pasien sanggup menghadapi

masalahnya.
LANJUTAN…

Sugesti

Menambahan kepercayaan pada pasien.

- Bimbingan

Memberikan nasehat praktis dan khusus yang berhubungan dengan masalah kesehatan

kejiwaan pasien.

- Konseling

Membantu pasien mengerti dirinya sendiri lebih baik agar dapat mengatasi permasalahan dan

menyesuaikan diri.
F00 – F09
GANGGUAN MENTAL ORGANIK
DEMENSIA
 sindrom akibat penyakit/gangguan otak, bersifat kronik-progresif.
 Adanya gangguan fungsi luhur kortikal multipel, termasuk:
 daya ingat
 daya pikir
 orientasi
 daya tangkap
 berhitung
 kemampuan belajar
 berbahasa
 daya nilai (judgment).

 Umumnya disertai/ diawali dengan kemerosotan (deterioration) dalam


pengendalian emosi, perilaku sosial atau motivasi hidup.
ETIOLOGI
 Penyebab dementia yang paling sering pada individu yang berusia
diatas 65 tahun adalah: Penyakit alzheimer, Demensia vaskuler, atau
campuran keduanya.
 penyebab lain yang mencapai kira-kira 10persen diantaranya adalah
lewy body dementia, penyakit pick, demensia frontotemporal,
hidrosefalus tekanan normal,demensia alkoholik, demensia
infeksiosa( HIV / sifilis), dan penyakit parkinson.
 Banyak jenis demensia yang melalui evaluasi dan penatalakasanaa
klinis yang berhubungan dengan penyebab reversibel seperti kelainan
metabolik (hipertiroidisme), defisiensi nutrisi ( defisiensi vit b12) atau
sindrom demensia akibat depresi
PEDOMAN DIAGNOSTIK
Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir yang sampai
mengganggu kegiatan harian seseorang, seperti : mandi, berpakaian,
makan, kebersihan diri, BAK, BAB.
Tidak ada gangguan kesadaran.
Gejala dan disabilitas sudah nyata minimal 6 bulan.
DIAGNOSIS BANDING
 Gangguan Depresif ( F30-F39)
 Delirium (F05), F05.1 Delirium, bertumpang tindih dengan demensia
 Retardasi Mental Ringan & Sedang (F70-F71)
BERDASARKAN ETIOLOGI
 F00 Demensia pada penyakit alzheimer (50-60%)
 F01 Demensia vaskular (20-30%)
 F02.0 Demensia pada penyakit Pick
 F02.1 Demensia pada penyakit Creutfeld-Jacob
 F02.2 Demensia pada penyakit Huntington
 F02.3 Demensia pada penyakit parkinson
 F02.4 Demensia pada penyakit HIV/AIDS
F00 DEMENSIA PADA ALZHEIMER
 Terdapat gejala demensia.
 Onset bertahap dengan detriorasi lambat.
 Tidak adanya bukti klinis/temuan dari pemeriksaan khusus yang
menyatakan bahwa kondisi mental disebabkan oleh penyakit otak atau
sistemik lain yang dapat menimbulkan demensia (hipotiroidisme,
hiperkalsemia, def vit B12, def niasin, neurosifilis, hidrosefalus,
hematoma subdural).
 Tidak adanya serangan apoplektik mendadak atau gejala neurologik
kerusakan otak fokal (hemiparesis, gangguan sensorik, defek lapang
pandang).
 F00.0 Demensia pada Penyakit Alzheimer Onset Dini
Onset usia <65 tahun
Perkembangan gejala cepat dan progresif (deteriorasi)
Riwayat keluarga penyakit alzheimer*
*faktor penyokong diagnosis tapi tidak harus terpenuhi
 F00.1 Demensia pada Penyakit Alzheimer Onset lambat
Onset usia >65 tahun
Perjalan penyakit lambat
Biasanya dengan gangguan daya ingat sebagai gambaran utamanya
PRINSIP PENATALAKSANAAN
PROGNOSIS
 Prognosis dari demensia yang tertangani adalah baik jika masalah yang
mendasari dapat diperbaiki.
 Prognosis penyakit alzheimer yang merupakan salahsatu penyebab
demensia yang paling umum cenderung kurang baik. Menurut studi,
penyakit alzheimer biasanya berlangsung perlahan-lahan selama 8
hingga 15 tahun (dapat berkisar dari dua hingga 25 tahun). Saat ini tidak
ada
obat bagi alzheimer tapi perawatan yang segera bisa membantu untuk m
eringankan banyak gejala dan dapat menunda perkembangan penyakit.
  Prognosis vaskular demensia tergantung pada tingkat kerusakan
sebelum diagnosis dan perawatan lebih lanjut. Ada kerusakan di
pembuluh darah otak demensia adalah tidak reversibel tetapi kerusakan
yang lebih parah dapat dicegah dengan mengambil obat-obatan untuk
mengendalikan faktor resiko seperti tekanan darah tinggi, diabetes dan
obat-obatan untuk tinggi kolesterol (statin).Obat ini tidak secara
langsung menyembuhkan demensia, tetapi mengurangi resiko stroke
dan penyakit jantung yang bisa meningkatkan kerusakan otak.
F01 DEMENSIA VASKULAR
 Terdapat gejala demensia.
 Hendaya fungsi kognitif tidak merata (hilangnya daya ingat, gangguan
daya pikir, gejala neurologis fokal). Daya tilik diri (insight) dan daya nilai
(judgment) relatif tetap baik.
 Suatu onset yang mendadak atau deteriorasi bertahap, disertai gejala
neurologis fokal  meningkatkan kemungkinan demensia vaskular.
 Pada beberapa kasus, penetapan hanya dapat dilakukandgn
pemeriksaan CT-scan atau pemeriksaan neuropatologis.
 F01.0 Demensia vaskular onset akut
 Terjadi secara cepat sesudah serangkaian “stroke” akibat trombosis
serebrovaskular, embolisme atau perdarahan.
 Infark yang besar dapat sebagai penyebabnya (jarang).

 F01.1 Demensia multi infark


 Onset lebih lambat
 Setelah serangkaian episode iskemik minor yang menimbulkan akumulasi
dari infark pada parenkim otak.
 F01.2 Demenisa vaskular subkortikal
 Fokus kerusakan akibat iskemia pada substansia alba di hemisphere serebri,
yang dapat diduga secara klinis dan dibuktikan dengan CT-scan.
 Cortex cerebri biasanya tetap baik, gambaran klinis masih mirip pada
penyakit alzheimer
 F01.3 Demensia vaskular campuran kortikal dan subkortikal
 Dpt diduga dr gamb.klinis, hasil pemeriksaan (termasuk otopsi) atau
keduanya
 F01.8 Demensia vaskular lainnya

 F01.9 Demendia vaskular YTT


F02.0 DEMENSIA PADA PENYAKIT
PICK
 Adanya gejala demensia progresif.
 Gambaran neuropatologis: atrofi selektif dari lobus frontalis yg
menonjol, disertai euforia, emosi tumpul, dan perilaku sosial yang
kasar, disinhibisi, dan apatis atau gelisah.
 Manifestasi gangguan perilaku mendahului gangguan daya ingat.
F02.1 DEMENSIA PADA PENYAKIT
CREUTZFELDT-JAKOB
Trias yang sangat mengarah pada diagnosis penyakit ini:
 Demensia yang progresif merusak
 Penyakit pyramidal dan esktrapiramidal dengan mioklonus
 Elektroensefalogram yang khas (trifasik)
F02.2 DEMENSIA PADA PENYAKIT
HUNTINGTON
 Ada kaitan antara gangguan gerakan koreiform, demensia, dan riwayat
keluarga dengan penyakit Huntington.
 Gerakan koreiform yang involunter, terutama pada wajah, tangan, dan
bahu, atau cara berjalan yang khas, merupakan manifestasi dini dari
gangguan ini.
 Gejala demensia ditandai dengan gangguan fungsi lobus frontalis pada
tahap dini, dengan daya ingat relatif masih terpelihara, sampai saat
selanjutnya.
F02.3 DEMENSIA PADA PENYAKIT
PARKINSON

 Demensia yang berkembang pada seseorang dengan penyakit


Parkinson yang sudah parah, tidak ada gambaran klinis khusus yang
dapat ditampilkan.
F02.4 DEMENSIA PADA HIV
 Demensia yang berkembang pada seseorang dengan penyakit HIV
 Tidak ditermukan penyakit/kondisi lain yang bersamaan selain infeksi
HIV tersebut
PENATALAKSANAAN
 Tujuan tata laksana psikososial ditujukan untuk :
 Mempertahankan kemampuan penderita yang masih tersisa
 Menghambat progresivitas kemunduran fungsi kognitif
 Mengelola gangguan psikologik dan perilaku yang timbul
 Menghambat kemunduran fungsi kognitif:
 Latihan memori sederhana
 Latihan orientasi realitas
 Senam otak

 Pemberian obat antidemensia seperti donepezil dan rivastigmin


 Untuk mengendalikan perilaku agresif dapat diberikan obat antipsikotik
dosis rendah
 Haloperidol 0,5-1 mg/hari
 Risperidon 0,5-1 mg/hari

 Mengatasi depresi dapat diberikan antidepresan


 Sertralin 25mg/hari
F03 DEMENSIA YTT
 Kategori ini digunakan bila kriteria umum untuk diagnosis demensia
terpenuhi, tetapi tidak mungkin diidentifikasikan pada salah satu tipe
tertentu (F00.0 – F02.9)
 Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan demensia pada F00
– F03 sebagai berikut :
 .x0 Tanpa gejala tambahan
 .x1 Gejala lain, terutama waham
 .x2 Gejala lain, teruatama halusinasi
 .x3 Gejala lain, terutama depresi
 .x4 Gejala campuran lain
F04 SINDROM AMNESTIK ORGANIK, BUKAN
AKIBAT ALKOHOL DAN ZAT PSIKOAKTIF
LAINNYA
 Sindrom Amnestik Merupakan gangguan mental berupa penurunan ingatan
jangka pendek dan jangka panjang, dengan anterograde dan terkadang
retrograde amnesia, dan terjadi dalam keadaan sadar.
 Terjadi kerusakan struktur bilateral/unilateral: hipotalamus, lobbus temporalis
(hipokampus, amigdala), lobus frontalis.
 Etiologi
 Defisiensi thiamin yang terkait dengan penyalahgunaan alkohol kronis
(Alcohol amnestic disorder, korsakoff’s syndrome)
 Hipoglikemia, hipoksia cereberal, ensefalitis
 Tumor, penyakit cerebrovaskuler
GEJALA KLINIS
 Gangguan daya ingat:
 Informasi baru (anterograd), hal-hal sebelumnya (retrograd),
 Pada sosial pekerjaan,
 disorientasi waktu dan tempat.

 Onset gejala mendadak (trauma, serebrovaskuler, zat kimia, neurotoksin), perlahan


(defisiensi gizi, tumor, Alkohol)
 Perjalanan:
o Singkat (short duration/ transien) </= 1 bln,
o Lama (long duration) > 1 bln

 Gejala lain: perubahan kepribadian samar – jelas, apatis kurang inisiatif, agitasi,
bersahabat mudah setuju, bingung, konfusi, konfabulasi, tilikan kuarng.
DIAGNOSIS (PPDGJ III)

F04 : Sindrom Amnestik Organik, Bukan Akibat Alkohol Dan Zat Psikoaktif Lainnya
 Adanya gangguan daya ingat, berupa berkurangnya daya ingat jangka pendek
(lemahnya kemampuan belajar materi baru), amnesia antegrad dan retrograd, dan
menurunnya kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan pengalaman yang
telah lalu dalam urutan terbalik menurut kejadiannya.
 Riwayat atau bukti nyata adanya cedera atau penyakit pada otak
(terutama bila mengenai struktur diensephalon dan temporal medial
secara bilateral.
 Tidak berkurangnya daya ingat segera (immediate recall), misalnya diuji
untuk mengingat deret angka, tidak ada gangguan perhatian (attention)
dan kesadaran (conciousness) dan tidak ada gangguan intelektual
secara umum.
DIAGNOSIS BANDING

• Sindrom Organik lain dengan hendaya daya ingat yang menonjol (F00-F03, F05)

• Amnesia disosiatif (F44.0)

• Hendaya daya ingat akibat Gangguan Depresif (F30-F39)

• Berpura-pura (malingering) dengan menampilkan keluhan hilangnya daya ingat


(Z76.5)
• Sindrom Amnestik akibat alcohol (F10.6)
DELIRIUM
PENDAHULUAN

 Delirium merupakan sindrom neuropsikiatrik kompleks yang


memengaruhi kesadaran (kesadaran berkabut / clouding of
consciousness), gangguan atensi, fungsi kognitif termasuk orientasi,
memori, kemampuan berbahasa, dan perubahan non-kognitif seperti
psikomotor, persepsi, afek, siklus tidur-bangun, dan proses berpikir.
 = acute confusional state, acute confusional syndrome, acute brain
syndrome, acute cerebral insufficiency, toxic-metabolic encephalopathy
EPIDEMIOLOGI

 10 – 15% px rawat bedah umum pernah mengalami delirium


 15 – 25% px rawat medik umum pernah mengalami delirium selama
ranap di RS
 30% px bedah ICU
 40 – 50% px ICCU
 Tertinggi y.i 90% px post cardiotomy
ETIOLOGI
 Penyebab utama:
 Penyakit SSP (eg. epilepsi)
 Penyakit sistemik (eg. gagal jantung)
 Intoksikasi atau withdrawal obat-obatan atau zat toksik

 Hipotesis
 Neurotransmitter : acetylcholine (), serotonin, glutamat
 Daerah neuroanatomi : formatio reticularis
 Toksisitas obat-obatan dgn aktivitas antikolinergik a.l amitryptiline,
doxepin, imipramine, thioridazine, & chlorpromazine.
PATOFISIOLOGI
GAMBARAN KLINIS

 
 Prodromal : px mengeluh kelelahan, cemas, mjd iritabel, tidur terggg
 Ggn kesadaran :  kejernihan tingkat kesadaran thd lingkungan (kesadaran berkabut)
 Kewaspadaan, tdd :
 Hiperaktivitas sindrom putus zat, misal flushing, berkeringat, takikardia, nausea, hipertermia, dsb
 Hipoaktivitas seluruh aktivitas menurun shg sering disebut depresi

 Ggn pemusatan perhatian: kesulitan mempertahankan, memusatkan, & mengalihkan


perhatian
 Orientasi :
 Delirium ringan: ggn orientasi waktu
 Delirium berat: mencakup orientasi tempat & orang
 Bahasa & kognitif : abnormalitas berbahasa & inkoherensi. Daya ingat & f(x) kognitif umum
mungkin terganggu
 Persepsi: halusinasi visual & auditorik
 Mood : marah, mengamuk, ketakutan yg tdk beralasan, perubahan mood berfluktuasi
sepanjang hari.
 Ggn tidur – bangun : Sundowning  agitasi pd malam hari & masalah perilaku pd saat waktu
tidur.
 Gejala neurologi: disfasia, tremor, asteriksis, inkoordinasi & inkontinensia urine.
PPDGJ III – PEDOMAN DIAGNOSTIK
F05 DELIRIUM, BUKAN AKIBAT ALKOHOL & ZAT PSIKOAKTIF
LAINNYA

 Gangguan kesadaran & perhatian


₋ Dari taraf kesadaran berkabut sampai dengan koma;
₋ Menurunnya kemampuan untuk mengarahkan, memusatkan, mempertahankan, & mengalihkan
perhatian;
 Gangguan kognitif secara umum
- Distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi; seringkali visual
- Hendaya daya pikir dan pengertian abstrak, dengan atau tanpa waham yang bersifat sementara,
tetapi sangat khas terdapat inkoherensi yang ringan.
- Hendaya daya ingat segera dan jangka pendek, namun daya ingat jangka panjang relatif masih
utuh
- Disorentasi waktu, pada kasus yang berat, terdapat juga disorientasi tempat dan orang.
 Gangguan psikomotor
- Hipo- atau hiper-aktivitas dan pengalihan aktivs yang tidak terduga dari satu
ke yang lain
- Waktu bereaksi yang lebih panjang
- Arus pembicaraan yang bertambah atau berkurang
- Reaksi terperanjat meningkat
CONT’
 Gangguan siklus tidur – bangun
- Insomnia atau tidak bisa tidur sama sekali
- Terbaliknya siklus tidur bangun (mengantuk pada siang hari)
- Gejala memburuk pada malam hari
- Mimpi yang menganggu atau mimpi buruk, yang dapat berlanjut menjadi
halusinasi setelah bangun;
 Gangguan emosional
₋ Misalnya depresi, anxietas atau takut, lekas marah, euforia, apatis, atau rasa
kehilangan akal.
 Onset biasanya cepat, perjalanan penyakitnya hilang – timbul sepanjang
hari, & keadaan itu berlangsung < 6 bln
 F05.0 Delirium, Tak Bertumpang – tindih dengan Demensia

 Delirium yg tdk bertumpang tindih dgn demensia yg sudah ada sebelumnya.

 F05.1 Delirium, Bertumpang – tindih dengan Demensia

 Kondisi yg memenuhi kriteria delirium diatas tetapi terjadi pd saat sudah ada
demensia.
 F05.8 Delirium Lainnya

 F05.9 Delirium YTT


KLASIFIKASI DAN KRITERIA DIAGNOSIS DELIRIUM BERDASARKAN
DSM V
(DIAGNOSIS AND STATISTICAL MANUAL OF MENTAL DISORDERS, 5TH
EDITION)

DSM V mengklasifikasi delirium menurut etiologi sebagai berikut:


1. Delirium yang berhubungan dengan kondisi medik umum
2. Delirium intoksikasi substansi (penyalahgunaan obat)
3. Delirium penghentian substansi
4. Delirium diinduksi substansi (pengobatan atau toksin)
5. Delirium yang berhubungan dengan etiologi multipel
6. Delirium tidak terklasifikasi.
Kriteria Diagnosis Menurut DSM 5:

1. Gangguan kesadaran (penurunan kemampuan untuk memusatkan, fokus, mempertahankan dan


mengalihkan perhatian) dan kewaspadaan (penurunan orientasi lingkungan)
2. Gangguan timbul pada periode waktu yang singkat (biasanya jam hingga beberapa hari),
menunjukan perubahan pada perhatian dan kewaspadaan, dan cenderung berfluktuasi
sepanjang hari
3. Gangguan tambahan pada fungsi kognitif (misal: defisit memori, disorientasi, bahasa,
kemampuan persepsi mengenai ruang, atau persepsi)
1. Gangguan pada kriteria 1 dan 3 tidak dapat dijelaskan dengan kelainan
neurokognitif lain dan tidak muncul pada penurunan tingkat
rangsangan seperti koma.
2. Terdapat bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik, atau pemeriksaan
laboratorium bahwa gangguan tersebut merupakan konsekuensi
fisiologis langsung dari kondisi medis lain, intoksikasi substansi, atau
withdrawal (drug / medication abuse), atau terpapar racun, atau
diakibatkan etiologi yang multiple.
DIAGNOSIS BANDING
Menurut PPDGJ III:
 Sindrom organik lainnya, Demensia (F00 – F03)
 Ggn psikotik akut & sementara (F23.)
 Skizofrenia dalam keadaan akut (F20.-)
 Ggn Afektif + “confusional features” (F30 – F39)
 Delirium akibat Alkohol / Zat Psikoaktif Lain (F1x.4) (F1x.03)
DIAGNOSIS BANDING
 Delirium vs Demensia
 Awitan: delirium  tiba – tiba; demensia  berjalan perlahan
 Ggn kognitif: delirium  berfluktuasi; demensia  lebih stabil

 Delirium vs Skizofrenia atau Depresi


 Halusinasi & waham pd px skizofrenia lebih konstan & lebih terorganisasi
drpd px delirium
 Px gejala hipoaktif pd delirium mirip dgn depresi berat, utk membedakannya
dilakukan pemeriksaan EEG
TERAPI
 Utama: mengobati penyebabnya
 Toksisitas antikolinergik  pisostigmin salisilat 1 – 2 mg IV atau IM & dpt
diulang 15 – 30 mnt bila perlu
 Farmakoterapi
 2 gejala utama delirium yg memerlukan th/ y.i psikosis & insomnia
 Psikosis: haloperidol 2 – 10 mg IM & dpt diulang 1 jam kemudian bila px masih
menunjukkan agitasi
 Setelah tenang: PO (jml dosis PO 1,5 x dari dosis injeksi) tdd 2 dosis; 1/3 pd pagi
hari & 2/3 pd saat tidur
 Dosis efektif haloperidol 5 – 50 mg
 Hindari fenotiazine k/ dihubungkan dgn aktivitas antikolinergik
 Insomnia: gol benzodiazepine dgn waktu paruh pendek / menengah eg.
Lorazepam 1 – 2 mg sebelum tidur
PROGNOSIS
 Bila penyebab sudah diketahui dan dapat diatasi, gejala delirium dapat
hilang 3-7 hari dan akan hilang seluruhnya dalam 2 minggu.
DIAGNOSIS (PPDGJ III)
F06 GANGGUAN MENTAL LAINNYA AKIBAT
KERUSAKAN DAN DISFUNGSI OTAK DAN PENYAKIT
FISIK.
- Adanya penyakit, kerusakan atau disfungsi otak atau
penyakit fisik sistemik yang diketahui berhubungan
dengan salah satu sindrom mental yang tercantum.
- Adanya hubungan waktu (dalam beberapa minggu atau
bulan) antara perkembangan penyakit yang mendasari
dengan timbulnya sindrom mental
- Kesembuhan dari gangguan mental setelah perbaikan atau
dihilangkannya penyebab yang mendasarinya.
- Tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab alternatif dari
sindrom mental ini (seperti pengaruh yang kuat dari riwayat keluarga
atau pengaruh stres sebagai pencetus).
F06.0 Halusinosis Organik
 Kriteria umum (F06)
 Adanya halusinasi dalam segala bentuk (visual atau asuditorik) yang
menetap atau berulang
 Kesadaran yang jernih
 Tidak ada penurunan fungsi intelek yang bermakna
 Tidak ada gangguam afektif yang menonjol
 Tidak jelas adanya waham
F.06 GANGGUAN MENTAL LAINNYA AKIBAT KERUSAKAN DAN
DISFUNGSI OTAK DAN PENYAKIT FISIK

Pedoman Diagnostik:
• Adanya penyakit, kerusakan atau disfungsi otak, atau
penyakit fisik sistemik yang diketahui berhubungan
dengan salah satu sindrom mental yang tercantum;
• Adanya hubungan waktu (dalam beberapa minggu atau
bulan) antara perkembangan penyakit yang mendasari
dengan timbulnya sindrom mental;
• Kesembuhan dari gangguan mental setelah perbaikan atau
dihilangkannya penyebab yang mendasarinya;
• Tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab alternatif dari
sindrom mental ini (seperti pengaruh yang kuat dari riwayat keluarga
atau pengaruh stress sebagai pencetus).
F06.1 GANGGUAN
KATATONIK ORGANIK
 Kriteria umum tersebut diatas (F06)

 Disertai salah satu dibawah ini :

-Stupor (hilang atau berkurang gerakan spontan dg mutisme parsial/total,


negativisme dan posisi tubuh yang kaku)
-Gaduh gelisah (hipermotilitas yg kasar dg atau tanpa kecenderungan
untuk menyerang)
-Keduanya (silih berganti secara cepat dan tak terduga dari hipo ke hiper-
aktivitas)
F06.2 GANGGUAN WAHAM
ORGANIK (LIR-SKIZOFRENIA)
Pedoman Diagnostik:
 Kriteria umum tersebut diatas (F06)
 Disertai:
 Waham yang menetap atau berulang (waham kejar, tubuh yang berubah,
cemburu, penyakit, atau kematian dirinya atau orang lain);
 Halusinasi, gangguan proses pikir, atau fenomena katatonik tersendiri,
mungkin ada;
 Kesadaran dan daya ingat tidak terganggu;
DIAGNOSIS BANDING
• Gangguan psikotik akut dan sementara (F23)
• Gangguan psikotik akibat obat (F1x.5)
• Gangguan waham yang menetap (F22.-)
• Skizofrenia (F20.-)
PENATALAKSANAAN

• Singkirkan pasien dari paparan zat yang menyebabkan gangguan.


• Secara aktif diberikan terapi pada penyakit yang mendasarinya.
• Intervensi psikofarmakologi untuk mengatasi gejala yang muncul:
o Antipsikotik dengan efek samping ekstra piramidal minimal (rissperidone,
quetiapine).
o Hindari pemberian antikolinergik  menurunkan kognitif.
o Bila kesulitan oral  berikan haloperidol IM.

• Psikoterapi: suportif dan psikoedukasi.


F06.3 GANGGUAN AFEKTIF
ORGANIK
 Kriteria umum tsb diatas (F06)
 Disertai kondisi yg sesuai dg salah satu diagnosis dari gangguan yg
tercantum dalam F30-F33
DIAGNOSIS BANDING
 Gangguan afektif non-organik atau YTT (F30-F39)
 Gangguan afektif hemisferik kanan (F07.8)
 F06.30 Gangguan manik organik
 F06.31 Gangguan bipolar organik
 F06.32 Gangguan depresif organik
 F06.33 Gangguan afektif organik campuran
F06.4 GANGGUAN CEMAS
(ANXIETAS) ORGANIK
 Ditandai oleh gambaran utama dari gangguan cemas menyeluruh
(F41.1), Gangguan panik (F41.0) atau campuran dari keduanya, tetapi
timbul sebagai akibat dari gangguan organik yang dapat menyebabkan
disfungsi otak (seperti epilepsi lobus temporalis, tirotoksikosis atau
freokromositoma)
F06.5 GANGGUAN DISOSIATIF
ORGANIK
 Gangguan yang memenuhi persyaratan untuk salah satu gangguan
dalam Gangguan Disosiatif (F44.-) dan memenuhi kriteria umum untuk
penyebab organik
 Gejala utama gangguan disosiatif adalah kehilangan (sebagian atau
seluruh) dari integrasi normal (dibawah kendali kesadaran) antara :
 Ingatan masa lalu,
 Kesadaran identitas dan penginderaan segera (awarnesss of identify and
immediate sensations), dan
 Kontrol terhadap gerakan tubuh
F06.6 GANGGUAN ASTENIK
ORGANIK
 Gangguan yang ditandai oleh labilitas atau tidak terkendalinya emosi
yang nyata dan menetap, kelelahan, atau berbagai sensasi fisik yang
tidak nyaman (seperti pusing) dan nyeri, sebagai akibat adanya
gangguan organik (sering terjadi dalam hubungan dengan penyakit
serebrovaskuler atau hipertensi)
F06.7 GANGGUAN KOGNITIF
RINGAN
 Gambaran utamanya adalah turunnya penampilan kognitif (termasuk
hendaya daya ingat, daya belajar, sulit berkonsentrasi), tidak sampai
memenuhi diagnosis demensia (F00-F03), sindrom amnestik organik
(F04), atau delirium (F05.-)
 Gangguan ini dapat mendahului, menyertai, atau mengikuti berbagai
macam gangguan infeksi dan gangguan fisik, baik serebral maupun
sistemik.
F06.8 GANGGUAN MENTAL LAIN YDT AKIBAT KERUSAKAN
DAN DISFUNGSI OTAK DAN PENYAKIT FISIK

 Contohnya ialah keadaan suasana perasaan (mood) abnormal yang


terjadi ketika dalam pengobatan dengan steroid atau obat antidepresi.
 Termasuk : Psikosis epileptik YTT

F06.9 Gangguan Mental YTT Akibat Disfungsi Otak dan Penyakit Fisik
DIAGNOSIS (PPDGJ III)
F07 GANGGUAN KEPRIBADIAN dan PERILAKU AKIBAT
PENYAKIT, KERUSAKAN dan DISFUNGSI OTAK.
 Riwayat yang jelas atau hasil pemeriksaan yang mantap menunjukkan
adanya penyakit, kerusakan, atau disfungsi otak;
 Disertai, dua atau lebih, gambaran berikut :

a) Penurunan yang konsisten dalam kemampuan untuk mempertahankan


aktivitas yang bertujuan (goal-directed activities), terutama yang
memakan waktu lebih lama dan penundaan kepuasan;
b) Perubahan perilaku emosional, ditandai oleh labilitas emosional,
kegembiraan yang dangkal dan tak beralasan (euforia, kejenakaan yang
tidak sepadan), mudah berubah menjadi iritabilitas atau cetusan amarah
dan agresi yang sejenak; pada beberapa keadaan, apati dapat merupakan
gambaran yang menonjol;
Diagnosis (PPDGJ III)

c) Pengungkapan kebutuhan dan keinginan tanpa


mempertimbangkan konsekuensi atau kelaziman sosial
(pasien mungkin terlibat dalam tindakan dissosial, seperti
mencuri, bertindak melampaui batas kesopanan seksual, atau
makan secara lahap atau tidak sopan, kurang memperhatikan
kebersihan dirinya);
d) Gangguan proses pikir, dalam bentuk curiga atau pikiran
paranoid, dan/atau preokupasi berlebihan pada satu tema
yang biasanya abstrak (seperti soal agama, "benar" dan
"salah")
c) Kecepatan dan arus pembicaraan berubah dengan nyata, dengan
gambaran seperti berputar-putar (circumstantiality), bicara banyak
(over-inclusiveness), alot (viscosity), dan hipergrafia;
d) Perilaku seksual yang berubah (hiposeksualitas atau perubahan selera
seksual).
DIAGNOSIS BANDING
 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama Setelah Mengalami
Katastrofa (F62.0), Akibat Penyakit Psikiatrik (F62 1)
 Sindrom Pasca-ensefalitis (F07.1)
 Sindrom Pasca-kontusio (F07.2)
 Gangguan kepribadian khas (F60.)
F07.1 SINDROM PASCA-
ENSEFALITIS
 Sindrom ini mencakup perubahan perilaku sisa (residual) setelah
kesembuhan dari suatu ensefalitis virus atau bakterial
 Gejalanya tidak khas dan berbeda dari satu orang ke orang lain, dari
satu penyebab infeksi ke penyebab infeksi lainnya, dan yang pasti
berkaitan dengan usia pasien pada saat kena infeksi.
F02.2 SINDROM PASCA-KONTUSIO
 Sindrom ini terjadi sesudah trauma kepala (biasanya cukup sampai
berakibat hilangnya kesadaran) dan termasuk bebera gejala yang
beragam seperti nyeri kepala, pusing (tidak seperti gambaran vertigo
yang asli), kelelahan, iritabilitas, sulit berkonsentrasi dan melakukan
suatu tugas mental, hendaya ingat, insomnia, menurunnya toleransi
terhadap stres, emosional, atau terlibat alkohol.
 F07.8 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Organik
Lain Akibat Penyakit, Kerusakan dan Disfungsi Otak
Sindrom tertentu dan terduga dari perubahan
kepribadian dan perilaku akibat kerusakan, penyakit
atau disfungsi otak, di luar yang telah dicantumkan
pada F07.0-F07.2; dan kondisi dengan taraf hendaya
fungsi kognitif ringan yang belum sampai demensia
dengan gangguan mental progresif seperti penyakit
Alzheime Parkinson, dsb.
 F07.9 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Organik YTT Akibat
Penyakit, Kerusakan dan Disfungsi Otak
F09 GANGGUAN MENTAL ORGANIK ATAU
SIMPTOMATIK YTT

 Termasuk : psikosis organik YTT, psikosis simptomatik YTT.


F10-F19
GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU
AKIBAT PENGGUNAAN ZAT
PSIKOAKTIF
 Napza adalah setiap bahan kimia / zat yang bila masuk ke dalam tubuh
akan mempengaruhi ungsi tubuh secara fisik dan psikologis.
 Berdasarkan efek yang ditimbulkan, NAPZA dibagi menjadi
NAPZA YANG BERKERJA
SEBAGAI DEPRESAN
 Memperlambat / menekan SSPusat dan pesan yang dikirim ke otak o
Melambatkandetakjantungdanpernafasan
o Efekdepresan:
 Ringan
 Perasaan tenang
 Sejahtera
 Gembira berlebih (euforia)
 Rileks
 Lebih serius
 Cadel
 Sempoyongan
 Mual
 Muntah
NAPZA YANG BEREFEK STIMULAN

 Mempercepat / merangsang kerja SSPusat dan pesan ke dan dari otak


 Meningkatkan detak janung, TD, dan suhu tubuh
 Membuat orang lebih sadar dan waspada. o Efekstimulan
 Ringan
 Ga nafsu makan
 Ga bisa tidur
 Banyak bicara
 Gelisah
 Lebih serius
 Agresi
 Panik
 Cemas
 Sefalgia
 Paranoia
NAPZA YANG BEREFEK HALUSINOGEN

 Mempengaruhi persepsi orang sehingga melihat / mendengar sesuatu


secara terdistorsi
 Efekhalusinogen:
 ▪ TD meningkat
▪ Detak jantung meningkat ▪ Hilang nafsu makan
▪ Kram perut
▪ Banyak bicara dan tertawa ▪ Aktivitas meningkat
▪ Panik
▪ Dilatasi pupil
▪ Distorsi waktu dan ruang
ISTILAH PENTING
 Gejala Putus Zat
 Adalah gejala yang terjadi akibat penghentian atau pengurangan dosisnya.
Keadaan ini menimbulkan gejala fisik yang tidak enak berupa kejang, mual,
muntah, gemetar, gelisah, berkeringat dan sebagainya. Berat ringan gejala
putus bergantung jenis zat, dosis, dan lama penggunaan
 Toleransi
 Toleransi adalah keadaan dimana dosis yang sama tidak lagi berpengaruh
seperti penggunaan sebelumnya. Akibatnya, perlu penambahan dosis yang
lebih besar agar mendapatkan efek yang dikehendaki.
 Sindroma ketergantungan (dependence syndrome),
 A cluster of behavioural, cognitive, and physiological phenomena that
developed after repeated substance use; typically they include a strong desire
to take the substance, impaired control over its use, persisting use despite
harmful consequences, a higher priority given to the substance over other
activities and obligations, increased tolerance, and sometimes physical
withdrawal substance
 F10. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Alkohol

 F11. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Opioida

 F12. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Kanabionida

 F13. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Sedativa atau


Hipnotika
 F14. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Kokain

 F15. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Stimulansia


Lain Termasuk Kafein
 F16. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan
Halusinogenika
 F17. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Tembakau
 F18. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Pelarut yang
Mudah Menguap
 F19. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Multipel
dan Penggunaan Zat Psikoaktif Lainnya
F1X.0 INTOKSIKASI AKUT
 Suatu kondisi peralihan yang timbul akibat penggunaan alkohol atau zat
psikoaktif lain sehingga terjadi gangguan:
 kesadaran
 fungsi kognitif
 persepsi
 afek atau perilaku, atau fungsi dan respons psikofisiologis lainnya.
 Intensitas intoksikasi berkurang dengan berlalunya waktu; yang
akhirnya efeknya menghilang bila tidak terjadi penggunaan zat lagi 
orang tersebut akan kembali ke kondisi semula, kecuali jika ada jaringan
yang rusak atau terjadi komplikasi lainnya.
INTOKSIKASI AKUT DISERTAI ATAU TANPA KOMPLIKASI

 F1x.00 Tanpa komplikasi


 F1x.01 Dengan trauma atau cedera tubuh lainnya
 F1x.02 Dengan komplikasi medis lainnya
 F1x.03 Dengan delirium
F1X.1 PENGGUNAAN YANG
MERUGIKAN
 Pola penggunaan zat psikoaktif yang merusak kesehatan, dapat berupa
fisik (hepatitis) maupun mental (episode gangguan depresi sekunder
akibat alkohol)
 Pola penggunaan sering dikecam oleh sosial  sering disertai
konsekuensi sosial yang tidak diinginkan
 Tidak ada sindrom ketergantungan (F1x.2), gangguan psikotik (F1x.5),
atau bentuk spesifik lain dari gangguan yang berkaitan dengan
penggunaan obat atau alkohol
F1X.2 SINDROM
KETERGANTUNGAN

Diagnosis ketergantungan ditegakkan bila ditemukan ≥  3


Gejala, yang dialami dalam masa 1 tahun sebelumnya:

a) Keinginan yang kuat/ dorongan yang memaksa (kompulsi) untuk


menggunakan zat psikoaktif
b) Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan zat,
termasuk sejak mulainya, usaha berhenti, atau pada tingkat
sedang menggunakan
 Keadaan putus zat secara fisiologis atau ketika penghentian
penggunaan zat atau pengurangan, terbukti dengan adanya gejala
putus zat yang khas, atau orang tersebut menggunakan zat atau
golongan zat yang sejenis dengan tujuan untuk menghilangkan atau
menghindari terjadinya gejala putus zat
d) Terbukti adanya toleransi, berupa peningkatan dosis zat psikoaktif
yang diperlukan guna memperoleh efek yang sama yang biasanya
diperoleh dengan dosis lebih rendah
e) Secara progresif mengabaikan menikmati kesenangan atau minat lain
disebabkan penggunaan zat psikoaktif, meningkatnya jumlah waktu
yang diperlukan untuk mendapatkan atau menggunakan zat atau
untuk pulih dari akibatnya
f) Tetap menggunakan zat walaupun ia menyadari adanya akibat yang
merugikan kesehatannya
F1X.3 KEADAAN PUTUS ZAT
 Merupakan salah satu indikator dari sindrom ketergantungan.
 Gejala fisik bervariasi sesuai dengan zat yang digunakan. Gangguan
psikologis (anxietas, depresi, dan gangguan tidur) merupakan
gambaran umum.
 Khas: pasien akan melaporkan bahwa gejala putus zat akan mereda
dengan meneruskan penggunaan zat.
GEJALA- GEJALA
 Opiat (morfin, heroin)
 Gejala pemakaian: gembira, pupil mata kecil, nadi lambat, nafas lambat,
susah BAB, mengamuk
 Gejala putus zat: gelisah, mual, muntah, mata berair, hidung berair,
sendi-sendi nyeri, menggigil, pupil mata melebar, merinding
 Gejala intoksikasi: pupil mata kecil, tekanan darah turun, nafas lambat,
nadi cepat, pingsan, bisa meninggal
Obat penenang/obat tidur
 Gejala pemakaian: mula-mula gelisah, mengamuk,
daya pikir dan daya ingat turun, bicara lambat,
tindakan lambat
 Gejala putus zat: gelisah, sukar tidur, muntah,
gemetar, kejang-kejang
 Gejala intoksikasi: gelisah, kendali diri turun, banyak
bicara, suka bertengkar, lalu bicara tidak jelas,
sempoyongan, nafas lambat, kesadaran turun,
pingsan, meninggal
Alkohol
 Gejala pemakaian: gembira, hambatan diri turun,
muka kemerahan
 Gejala putus zat: gemetar, muntah, kejang, gelisah,
sukar tidur, gangguan jiwa
 Gejala intoksikasi: gelisah, tingkah laku kacau,
kendali diri hilang, banyak bicara, bicara tidak jelas,
gangguan organ
Ganja
 Gejala pemakaian: melayang, gembira, santai, tenang,
kepala berat, efisiensi intelektual dan motorik
terganggu, mata merah, curiga, moral turun
“flashback”
 Gejala putus zat: susah tidur, gelisah, nafsu makan
berkurang
 Gejala intoksikasi: penik, mengamuk, gila, demam,
pupil mata melebar
Amfetamin
 Gejala pemakaian: siaga, percaya diri, euforia, banyak
bicara, tidak mudah lelah, tidak nafsu makan,
berdebar-debar, nafas cepat, tekanan darah naik
 Gejala putus zat: lesu, apatis, tidur berlebihan, curiga,
depresi (bunuh diri)
 Gejala intoksikasi: berdebar cepat, tekanan darah
naik, perdarahan, bisa meninggal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Berdasarkan tujuan pemeriksaanya:
 Pemeriksaan penapisan
 Bahanpemeriksaan:urin
 Karena non-invasif dan mempunyai nilai sensitivitas tinggi.

 Keadaan emergensi dan pemantauan detoksikasi


 Metode : EMIT, FPIA, dan TLC
 Bahanpemeriksaan:serum
 Karena diharapkan dapat menggambarkan kadar obat/zat pada saat itu.

 Kepentingan forensic
 Selain menggunakan pemeriksaan di atas juga dilakukan pemeriksaan
konfirmasi dengan menggunakan metode Gas Chromatography-Mass
Spectroscopy (GC-MS).
PENATALAKSANAAN
 Upaya preventif
 Pemberian informasi yang benar dan objektif tanpa menakut-nakuti dan
tidak merangsang untuk memakai
 Melatih kemampuan menolak ajakan memakai zat psikoaktif • Upaya kuratif
 Upaya kesinambungan untuk mengakhiri ketergantungan pada zat psikoaktif,
o Mengatasi dampak fisik, psikis dan sosial
 Mengembalikan pengguna ke masyarakat sebagai warga yang produktif
Tahapan:
 Penerimaan awal (1-3 hari)
 Dilakukan evaluasi medik-psikologik menyeluruh sebagai dasar
tahap penatalaksanaan selajutnya
 Detoksifikasi dan terapi komplikasi medik (1-3 minggu)
 Proses penghentian obat dan terapi komplikasi.
 Dapat bertahap / langsung , dengan / tanpa terapi simptomatik,
dengan / tanpa terapi subtitusi.
 Stabilisasi(3-8bulan)
 Upaya pembinaan fisik, mental, keagaman, komunikasi, interaksi
sosial, edukasional, kultural, dan lain-lain
 Persiapankembalikemasyrakat(3-12bulan)
 Bimbingan melalui program khusus (workshop, day/night center)

 Resosialisasi (sampai sekitar 1.000 hari)


 Mantan pengguna diharapkan mengembangkan hidup yang
bermakna di masyarakat
 F1x.04 Dengan distorsi persepsi
 F1x.05 Dengan koma
 F1x.06 Dengan konvulsi
 F1x.07 Intoksikasi patologis
Hanya pada penggunaan alkohol.
Onset mendadak, agresi, tindak kekerasan saat bebas alcohol
Timbul segera setelah minum sejumlah alcohol, yang pada kebanyakan
orang tidak menimbulkan intoksikasi
F1X.6 SINDROM AMNESIK
 Harus memenuhi kriteria umum untuk sindrom amnesik organik
 Syarat utama untuk menentukan diagnosis:
 Gangguan daya ingat jangka pendek, gangguan sensasi waktu
 Tidak ada gangguan daya ingat segera, tidak ada gangguan kesadaran,
dan tidak ada gangguan kognitif secara umum
 Adanya riwayat atau bukti yang objektif dari penggunaaan alkohol
atau zat yang kronis (terutama dengan dosis tinggi)
F1X.8 GANGGUAN MENTAL
DAN PERILAKU LAINNYA
 Kategori untuk semua gangguan sebagai akibat penggunaan zat
piskoaktif yang dapat diidentifikasi berperan langsung pada gangguan
tersebut, tetapi yang tidak memenuhi kriteria untuk dimasukkan dalam
salah satu gangguan yang telah disebutkan.
F1X.9 GANGGUAN MENTAL
DAN PERILAKU YTT
 Kategori untuk yang tidak tergolongkan
F1X.2
SINDROMA KETERGANTUNGAN
 Suatu keadaan mental maupun fisik yang diakibatkan oleh adanya
interaksi antara organisme hidup dan zat. Kondisi ini memiliki tanda-
tanda tingkah laku yang menimbulkan reaksi tertentu seperti dorongan
untuk mempergunakan obat secara periodik atau kontinu.
 Gambaran utama yang khas dari sindrom ketergantungan adalah
keinginan untuk menggunakan zat psikoaktif, alkohol, dan tembakau.
 Ketergantungan dibagi 2 :
 Ketergantungan secara perilaku : aktivitas mencari zat (seperti euforia,
depresi, dll)
 Ketergantungan secara fisik : efek fisik akibat zat (seperti kejang, nistagmus,
dll)
JENIS KETERGANTUNGAN
1. Ketergantungan primer.
Biasanya terjadi pada orang dengan kepribadian yang tidak stabil,
ditandai dengan adanya kecemasan dan depresi.
2. Ketergantungan reaktif.
Biasanya terjadi pada remaja, karena adanya dorongan
keingintahuan, bujukan dan rayuan teman, jebakan dan tekanan serta
pengaruh teman sebaya.
3. Ketergantungan simptomatis.
Sebagai salah satu gejala tipe kepribadian yang mendasarinya pada
umumnya terjadi pada orang dengan kepribadian anti sosial dan
pemakaian zat itu untuk kesenangan semata.
PEDOMAN DIAGNOSTIK
 Diagnosis ketergatungan yang pasti ditegakkan jika ditemukan 3 atau
lebih gejala dibawah ini dialami dalam masa 1 tahun sebelumnya :
a) Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa (kompulsi)
untuk menggunakan zat psikoaktif;
b) Kesulitan dalam menggendalikan perilaku menggunakan zat, termasuk
sejak mulainya, usaha penghentian, atau pada tingkat sedang
menggunakan;
c) Keadaan putus zat secara fisiologis (lihat F1x.3 atau F1x.4) ketika
penghentian penggunaan zat atau pengurangan, terbukti dengan adanya
gejala putus zat yang khas, atau orang tersebut menggunakan zat atau
golongan zat yang sejenis dengan tujuan untuk mwnghindari terjadinya
gejala putus zat;
d) Terbukti adanya toleransi, berupa peningkatan dosis zat psikoaktif yang diperlukan guna
memperoleh efek rendah (contoh yang jelas dapat ditemukan pada individu dengan
ketergantungan alkohol dan opiat yang dosis hariannya dapaya mencapai taraf yang dapat
membuat tak berdaya atau mematikan bagi pengguna pemula;
e) Secara progresif mengabaikan menikmati kesenangan atau minat lain disebabkan penggunaan
zat psikoaktif, meningkatnya jumlah waktu yang diperlukan untuk mendapatkan atau
menggunakan zat atau untuk pulih dari akibatnya;
f) Tetap menggunakan zat meskipun ia menyadari adanya akibat yang merugikan kesehatannya,
seperti gangguan fungsi hati karena minum alkohol berlebihan, keadaan depresi sebagai
akibat dari suatu periode penggunaan zat yang berat, atau hendaya fungsi kognitif berkaian
dengan penggunaan zat; upaya perlu diadakan untuk memastikan bahwa pengguna zat
sungguh-sungguh, atau dapat diandalkan , sadar akan hakekat dan besarnya bahaya.
 Diagnosis sindrom ketergantungan dapat ditentukan lebih lanjut dengan
kode lima karakter berikut :
 F1x.20 Kini abstinen
 F1x.21 Kini abstinen, tetapi dalam suatu lingkungan yang
terlindung (seperti dalam rumah sakit, komuniti terapeutik,
lembaga pemasyarakatan, dll)
 F1x.22 Kini dalam pengawasan klinis terapi pemeliharaan atau
dengan pengobatan zat pengganti [ketergantungan terkendali]
(misalnya dengan methadone, penggunaan “nicotine gum” atau
“nicotine patch”)
 F1x.23 Kini abstinen, tetapi sedang dalam terapi obat aversif atau
penyekat (misalnya naltrexone atau disulfiram)
 F1x.24 Kini sedang menggunakan zat [ketergantungan aktif]
 F1x.25 Penggunaan berkelanjutan
 F1x.26 Penggunaan episodik [dipsomania]
 Syarat diagnosis ini mengecualikan pasien pasca bedah yang
mendapatkan opioid untuk menghilangkan rasa nyeri dan kemudian
menunjukan tanda keadaan putus obat bila zat tidak diberikan, tetapi
sebenarnya tidak menginginkan untuk melanjutkan penggunaan zat.
 Termasuk alkoholisme kronis, dipsomania, adiksi obat
F1X.3 KEADAAN
PUTUZ ZAT
PEDOMAN DIAGNOSTIK
 Keadaan putus zat merupakan salah satu indikator dari sindrom
ketergantungan & diagnosis sindrom ketergantungan zat harus turut
dipertimbangkan
 Keadaan putus zat hendaknya dicatat sebagai diagnosis utama, bila hal
ini merupakan alasan rujukan & cukup parah sampai memerlukan
perhatian medis secara khusus
 Gejala fisik bervariasi sesuai dengan zat yang digunakan.gangguan
psikologis (misalnya anxietas, depresi & ggn tidur) merupakan
gambaran umum dari keadaan putus zat ini.
Yang khas ialah px akan melaporkan bahwa gejala putus zat akan merada
dgn meneruskan penggunaan zat.
EFEK / GEJALA PUTUS ZAT

 Alkohol: halusinasi, ilusi (bad dream), kejang, delirium tremens,


gemetar, keluhan gastrointestinal, muka merah, mata merah, & hipertensi
 Opioid: perilaku agresif, suicide, depresi berat sampai skizofrenia
 Ganja: agresif, insomnia, penurunan BB/nafsu makan, depresi,
ketidaknyamanan k/ menggigil, berkeringat, tremor, sakit kepala atau
nyeri perut
 Kokain: agitasi, depresi, fatigue, “high craving”, cemas, marah
meledak-ledak, ggn tidur, mimpi aneh, makan berlebihan, mudah
tersinggung, mual, otot pegal-pegal hingga lethargy.
 Amfetamin & turunannya: fatigue, insomnia/hipersomnia, agitasi,
peningkatan nafsu makan, mimpi buruk
 Benzodiazepine: agresif & violence
F1X.4 KEADAAN PUTUS ZAT
DENGAN DELIRIUM
Pedoman diagnostik
 Suatu keadaan putus zat (F1x.3) disertai komplikasi delirium
 Termasuk : Delirium Tremens, merupakan akibat putus alkohol secara
absolut/relatif pada pengguna yang ketergantungan berat dengan
riwayat penggunaan yang lama. Onset biasanya tjd ssdh putus alkohol.
Keadaan gaduh gelisah (toksik) yang berlangsung singkat ttpi
adakalanya dapat membahayakan jiwa, yang disertai
gangguan somatik
 Gejala prodormal khas: insomnia, gemetar dan ketakutan.
Dapat didahului oleh kejang setelah putus zat.
 Trias yang klasik dari gejala:
 Kesadaran berkabut dan kebingungan
 Halusinasi dan ilusi
 Tremor berat
F1X.5 GANGGUAN PSIKOTIK
Pedoman Diagnostik
 Gangguan psikotik yang terjadi selama atau segera sesudah penggunaan
zat psikoaktif (biasanya dalam waktu 48jam), bukan merupakan
manifestasi dari keadaan putus zat dengan delirium atau suatu onset
lambat. Gangguan psikotik onset lambat (dengan onset lebih dari 2
minggu setelah penggunaan zat) dimasukkan ke dalam F1x.75
 Gangguan psikotik yang disebabkan oleh zat psikoaktif
dapat tampil dengan pola gejala yang bervariasi. Variasi
ini akan dipengaruhi oleh jenis zat yang digunakan dan
kepribadian pengguna zat. Pada penggunaan obat
stimulan, seperti kokain dan amfetamin, gangguan
psikotik yang diinduksi oleh obat umumnya
berhubungan erat dengan tingginya dosis dan/atau
penggunaan zat yang berkepanjangan.
 Diagnosis gangguan psikotik jangan hanya ditegakkan
berdasarkan distorsi persepsi atau pengalaman
halusinasi, bila zat yang digunakan ialah halusinogenika
primer (misalnya Lisergide /LSD, meskalin, kanabis
dosis tinggi). Perlu dipertimbangkan diagnosis
intoksikasi akut (F1x.0).
DIAGNOSIS BANDING
 Gangguan mental lain yang dicetuskan dan diberatkan oleh penggunaan
zat psikoaktif, misalnya :
 Skizofrenia (F20.-)
 Gangguan Afektif (F30-F39),
 Gangguan Kepribadian Paranoid (F60.0, F60.1)
 Gangguan penggunaan zat mengundang berbagai masalah dan meliputi
11 kriteria:

1. Menggunakan zat dalam jumlah yang makin lama makin banyak atau
waktu penggunaannya lebih panjang daripada yang dibayangkan
2. Ingin menurunkan atau menghentikan penggunaan, namun tidak
kuasa memenuhinya
3. Menghabiskan banyak waktu untuk mendapatkan, menggunakan, atau
mengurus diri untuk pulih dari penggunaan
4. Menagih dan meningkat dorongan untuk menggunakan
5. Tidak mampu mengelola diri atas kewajibannya: bekerja/sekolah,
dirumah atau di tempat kerja karena penggunaan
6. Tetap meneruskan penggunaan, meski hubungan/relasi dengan orang
sekitar menjadi bermasalah karenanya
7. Tidak lagi melakukan kewajiban utama social, okupasional atau
rekreasional karena penggunaan
8. Terus menggunakan zat, meski tahu akan bahayanya
9. Melanjutkan penggunaan, meski ada masalah fisik dan psikologik
yang diakibatkan atau diperburuk oleh penggunaan zat
10. Meningkatkan jumlah pemakaian untuk mendapatkan efek yang sama
dengan sebelumnya (toleransi)
11. Simptom putus zat, yang akan dapat diatasi dengan penggunaan zat
yag makin banyak.
F1X.7 GANGGUAN PSIKOTIK
RESIDUAL ATAU ONSET LAMBAT
 Onset dari gangguan harus secara langsung berkaitan dengan
penggunaan alkohol atau zat psikoaktif.
 Gangguan fungsi kognitif, afek, kepribadian, atau perilaku yang
disebabkan oleh alkohol atau zat psikoaktif yang berlangsung
melampaui jangka waktu khasiat psikoaktifnya (efek residual zat
tersebut terbukti secara jelas). Gangguan tersebut harus memperlihatkan
suatu perubahan atau kelebihan yang jelas dari fungsi sebelumnya yang
normal.
 Gangguan ini harus dibedakan dari kondisi yang berhubungan dengan
peristiwa putus zat (F1x.3 dan F1x.4). Pada kondisi tertentu dan untuk
zat tertentu, fenomena putus zat dapat terjadi beberapa hari atau minggu
sesudah zat dihentikan penggunaannya.
DIAGNOSIS BANDING
 Gangguan mental yang sudah ada terselubung oleh penggunaan zat dan
yang muncul kembali setelah pengaruh tersebut menghilang (misalnya
anx fobik, gangguan depresif, skizofrenia atau gangguan skizotipal).
 Gangguan psikotik akut dan sementara (F23.)
 Cedera organik dan retardasi mental ringan atau sedang (F70-F71) yang
terdapat bersama dengan penyalahguna zat psikoaktif
F1X.70 KILAS BALIK
(FLASHBACK)
 Dapat dibedakan dari gangguan psikotik, sebagian karena sifat
episodiknya, sering berlangsung dalam waktu sangat singkat ( dalam
hitungan detik sampai menit) dan oleh gambaran duplikasi dari
pengalaman sebelumnya yang berhubungan dengan pengunaan zat
F1X.71 GANGGUAN KEPRIBADIAN ATAU
PERILAKU
• Memenuhi kriteria untuk gangguan kepribadian organik (F07.0)

F1x.72 Gangguan afektif residual


• Memenuhi kriteria untuk gangguan afektif organik (F06.3)

F1x.73 Demensia
• Memenuhi kriteria umum untuk demensia (F00-F09)
• F1x.74 Hendaya kognitif menetap lainnya
• Suatu kategori residual untuk gangguan dengan hendaya kognitif yang
menetap, tetapi tidak memenuhi kriteria untuk sindrom amnesik yang
disebabkan oleh zat psikoaktif (F1x.6) atau demensia (F1x.73)

• F1x.75 Gangguan psikotik onset lambat

Anda mungkin juga menyukai