Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan psikotik akut didefinisikan sebagai suatu gangguan kejiwaan


yang terjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan gejala psikosis, dan
dapat kembali ke tingkat fungsional premorbid.1,2 Gangguan psikotik akut dapat
menjadi gejala awal dari penyakit psikotik lainnya, seperti schizophrenia.
Perbedaan antara penyakit ini dengan gangguan psikotik lainnya adalah dalam hal
jenis dan intensitas gejala, durasi waktu, serta perjalanan gangguan psikotik yang
dapat kembali penuh pada fungsi premorbid.
Beberapa klinisi menyatakan bahwa gangguan mungkin paling sering
ditemukan pada pasien dari kelas sosioekonomi rendah dan pada pasien
dengan gangguan kepribadian yang telah ada sebelumnya (paling sering adalah
gangguan kepribadian histrionik, narsistik, paranoid, skizotipal, dan ambang).
Gangguan ini lebih sering terjadi pada pasien dengan usia antara dekade ke
tiga hingga awal dekade ke empat. Beberapa klinisi meyakini bahwa pasien
dengan gangguan kepribadian (seperti narcissistic, paranoid, borderline,
schizotypal) lebih rentan berkembang menjadi gangguan psikosis pada situasi
yang penuh tekanan.2
Gangguan psikotik akut dapat disebabkan oleh adanya stresor yang jelas.
Stresor berupa stresor berat dari masalah interpersonal, pekerjaan dan pola relasi
harian yang menimbulkan kecenderungan perilaku membahayakan diri sendiri
atau orang lain.3 Penatalaksanaan gangguan psikotik akut mencakup pemberian
antipsikotik, rawat inap jika ada peningkatan psikomotor atau adanya tendensi
membahayakan diri sendiri atau lingkungan, serta pemberian psikoterapi dan
edukasi terkait gangguan tersebut.4

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan
individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau
perilaku kacau/aneh.1,2 Gangguan psikotik akut merupakan kelompok
gangguan heterogen yang terjadi secara akut dengan gejala seperti waham,
halusinasi, gangguan persepsi, dan gangguan berat dari perilaku biasa.5
Gangguan psikotik akut menurut DSM-V didefinisikan sebagai suatu
gangguan kejiwaan yang terjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan,
dengan gejala psikosis, dan dapat kembali ke tingkat fungsional premorbid.1,2

2.2 Etiologi
Etiologi gangguan psikotik akut tidak diketahui. Pasien dengan gangguan
psikotik akut yang pernah memiliki gangguan kepribadian mungkin memiliki
kerentanan biologis atau psikologis ke arah perkembangan gejala psikotik.1
Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara
kepribadian seseorang dalam mengatasi peristiwa yang penuh tekanan dengan
terjadinya gangguan psikotik akut.6 Faktor genetik juga berperan penting
dimana individu generasi pertama lebih rentan mengalami gangguan psikotik
akut.7

2.3 Epidemiologi
Berdasarkan studi epidemiologi internasional, bila dibandingkan dengan
skizofrenia, insidensi gangguan psikotik akut sepuluh kali lebih tinggi terjadi di
negara-negara berkembang daripada negara-negara industri. Beberapa klinisi
meyakini bahwa gangguan ini lebih sering terjadi pada pasien dengan kelas
sosioekonomi yang rendah, pasien dengan gangguan kepribadian, dan imigran.
Pada negara-negara nonindustri, beberapa istilah lain sering digunakan untuk
menjelaskan bentuk psikosis yang dipicu oleh stress yang tinggi.2

2
Sebagaimana episode psikosis lainnya, risiko pasien menyakiti diri sendiri
dan/atau orang lain dapat meningkat. Pada jenis kelamin, menurut studi
epidemiologi internasional, insidensi dari gangguan ini dua kali lebih tinggi
terjadi pada wanita dibandingkan pria. Di Amerika Serikat, sebuah penelitian
mengindikasikan adanya insidensi yang lebih tinggi pada wanita.2
Gangguan ini lebih sering terjadi pada pasien dengan usia antara dekade
ke tiga hingga awal dekade ke empat. Beberapa klinisi meyakini bahwa pasien
dengan gangguan kepribadian (seperti narcissistic, paranoid, borderline,
schizotypal) lebih rentan berkembang menjadi gangguan psikosis pada
situasi yang penuh tekanan.2

2.4 Gambaran Klinis


Pada penderita gangguan psikotik akut mengalami gejala psikotik dengan
onset akut yang timbul tanpa prodormal dan mencapai keparahan puncak
dalam waktu 2 minggu. Gejala- gejala yang timbul seperti gangguan proses
pikir, kebingungan, dan ganguan afek dan mood. Gangguan psikomotor
seperti katatonia mungkin dapat ditemukan. Gejala bisa berubah dengan cepat,
baik sifat maupun intensitas, dari hari kehari bahkan dalam hari yang sama.
Durasi episode gangguan ini berlangsung tidak lebih dari 3 bulan, dan umumnya
berakhir dalam beberapa hari hingga 1 bulan. Gejala yang timbul bukan
merupakan manifestasi kondisi medis lainnya (contoh tumor otak) dan efek
penggunaan zat atau obat pada SSP, termasuk withdrawal (contoh efek
withdrawal alcohol).8

2.5 Patofisiologi
Patofisiologi gangguan psikotik akut terdiri dari peranan faktor biologis
dan psikodinamik. Faktor biologis berupa peningkatan respons sistem dopamin
sedangkan faktor psikodinamik berupa mekanisme adaptasi yang mengarah pada
gangguan psikotik.

3
2.5.1 Faktor Biologis
Sistem dopamin berperan pada patofisiologi gangguan psikotik akut.
Gangguan aktivitas hippocampal dan peningkatan respons dopamin diikuti
penurunan parvalbumin interneuron di hippocampus dan hiperaktivitas
regio hippocampal ventral yang menyebabkan disinhibisi neuron firing
dopamin di mesolimbik. Sehingga muncul peningkatan dua kali lipat
dopamin di area ventral tegmental. Stimulus eksternal menyebabkan
peningkatan respons sistem dopamin.9
2.5.2 Faktor Psikodinamik
Sudut pandang psikodinamik menilai bahwa kondisi psikotik muncul
sebagai respons terhadap kondisi emosional yang penuh tekanan, disertai
dukungan lingkungan yang inadekuat atau tidak ada. Kedua hal ini
menyebabkan munculnya mekanisme adaptasi dominan yang mengarah
pada gangguan psikotik. Seseorang dengan ketidakmampuan
menyelesaikan masalah mengarahkan pikiran pada fantasi, hilang kontak
dengan realita seolah hidup dalam dunianya sendiri.10

2.6 Diagnosis
Penegakan diagnosis gangguan psikotik akut melalui eksplorasi status
mental dalam proses anamnesis serta observasi perilaku pasien. Data pendukung
diambil dari keterangan keluarga yang mengetahui perubahan kondisi mental
pasien. Pedoman diagnosis gangguan psikotik akut ada dalam Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders 5 (DSM-5) dan International
Classification Of Diseases 11th Revision (ICD-11).11,12
2.6.1 Anamnesis
Autoanamnesis dan observasi perilaku pasien gangguan psikotik akut
menunjukkan gangguan pada status mental:
- Gangguan proses pikir: pikiran tidak realistik, waham yang disertai arus
pikir kacau
- Gangguan persepsi: halusinasi, ilusi, depersonalisasi dan derealisasi

4
- Gangguan pembicaraan dan gangguan psikomotor: gaduh gelisah,
mondar-mandir, tindakan yang membahayakan diri sendiri dan
lingkungan13
Data pendukung dari keluarga terdekat atau orang yang tinggal bersama akan
memperjelas perubahan yang dialami, pemahaman sumber stresor, riwayat
gangguan psikiatrik dan gangguan medis sebelumnya, riwayat
penyalahgunaan zat, riwayat tumbuh kembang dan ciri kepribadian sebagai
bahan penunjang diagnosis.13
2.6.2 Kriteria Diagnosis
1. DSM-5
Penegakan diagnosis gangguan psikotik akut berdasarkan Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders 5 (DSM-5), harus memenuhi tiga
aspek kriteria diagnosis berikut ini:
A. Munculnya satu (atau lebih) gejala berikut ini:
1. Waham
2. Halusinasi
3. Pembicaraan yang kacau (sering keliru atau inkoheren)
4. Tingkah laku yang kacau atau katatonik
B. Durasi munculnya gangguan setidaknya 1 hari namun kurang dari 1
bulan, disertai kembalinya fungsi premorbid (fungsi kembali penuh
seperti sebelum mengalami gangguan).
C. Gangguan yang muncul tidak dijelaskan lebih baik melalui kondisi
gangguan depresi mayor atau gangguan bipolar dengan gejala
psikotik atau gangguan psikotik lain seperti schizophrenia atau
katatonia, dan tidak disebabkan efek penyalahgunaan zat
(penyalahgunaan obat, dalam masa pengobatan) atau kondisi medis
lain.11

5
298. (F23): Brief Psychotic Disorder
Tentukan jika: dengan adanya stressor; tanpa adanya stressor;
dengan onset postpartum; dengan katatonia;
Tentukan tingkat keparahan saat ini: 0 (not present) sampai 4
(present and severe)
2. ICD-11
Diagnosis gangguan psikotik akut dalam International Classification Of
Diseases 11th Revision (ICD-11) dijelaskan bahwa gangguan ditandai oleh
onset gejala psikotik akut yang muncul tanpa fase prodromal dan
mencapai tingkat keparahan maksimal dalam dua minggu. Gejala terdiri
dari waham, halusinasi, kekacauan proses pikir, kebingungan, serta
gangguan afek dan mood. Gangguan psikomotor yang menyerupai kondisi
katatonia dapat muncul.12
Gejala akan berubah secara cepat, dalam perjalanan dan intensitasnya, dari
hari ke hari, atau dalam satu hari. Durasi episode tidak lebih dari 3 bulan,
dan sering berakhir dalam beberapa hari hingga 1 bulan. Gejala tidak
merupakan manifestasi dari gangguan kondisi kesehatan lain (contoh:
tumor otak) dan efek penggunaan zat atau pengobatan yang berhubungan
dengan sistem saraf pusat (contoh: kortikosteroid) termasuk efek lepas zat
(contoh: gejala withdrawal alcohol use disorder).13

2.7 Diagnosis Banding


Jika gejala psikotik lebih dari satu bulan, diagnosis skizofreniaform,
gangguan afektif, skizofrenia, gangguan mood dengan gambaran psikotik,
gangguan waham dan gangguan psikotik yang tidak tergolongkan perlu
dipertimbangkan. Namun jika gejala psikotik dengan awitan mendadak terjadi
kurang dari satu bulan sebagai respon terhadap stresor yang nyata diagnosis yang
harus dipertimbangkan adalah gangguan psikotik akut. Diagnosis lain yang
dipikirkan dalam diagnosis banding meliputi gangguan buatan dengan tanda dan
gejala psikologis yang menonjol, malingering, gangguan psikotik yang
disebabkan kondisi medis umum, dan gangguan psikotik akibat zat.

6
Pada gangguan buatan gejala timbul dengan tujuan; pada malingering
terdapat tujuan khusus dibalik munculnya gejala psikotik (contoh: ingin dirawat di
rumah sakit), dan bila disebabkan atau yang disebabkan oleh obat-obatan atau
kondisi medis, penyebab ditemukan melalui pemeriksaan medis atau obat. Jika
pasien mengaku menggunakan zat terlarang, klinisi dapat membuat penilaian
intoksikasi zat atau keadaan putus zat tanpa pemeriksaan laboratorium. Pasien
dengan epilepsi atau delirium juga dapat memperlihatkan gejala psikotik yang
menyerupai gangguan psikotik singkat. Gangguan psikiatri tambahan yang dapat
yang dipikirkan dalam diagnosis banding meliputi gangguan identitas disosiatif
dan episode psikotik akibat gangguan kepribadian borderline skizotipal.1,2

2.8 Tatalaksana
2.8.1 Rawat Inap
Rawat inap dilakukan untuk mengevaluasi atau memantau gejala yang
ketat dan penilaian tingkat bahaya pasien terhadap diri sendiri dan orang
lain. Selain itu, rawat inap yang tenang dan terstruktur dapat membantu
pasien mendapatkan kembali kesadarannya terhadap realita. Sementara
klinisi menunggu efek perawatan atau obat-obatan, mungkin diperlukan
pengangsingan, pengendalian fisik, atau pemantauan satu pasien oleh satu
pemeriksa.1,2
2.8.2 Psikoterapi
Psikoterapi digunakan untuk memberikan kesempatan membahas stresor
dan episode psikotik. Masalah terkait meliputi membantu pasien
menangani harga dirinya yang hilang dan mendapatkan kembali rasa
percaya diri. Keterlibatan keluarga dalam proses pengobatan sangat
penting.1,2

7
2.8.3 Farmakoterapi
1. Antipsikotik
- Haloperidol yaitu obat antipsikotik golongan butirofenon. Bergantung
pada usia, berat badan, dan kondisi fisik pasien. Indikasi pemberian
Haloperidol untuk psikosis. Sediaan Haloperidol dalam bentuk tablet
0,5 mg, 1,5 mg dan 5 mg. Selain itu juga tersedia dalam ampul 5
mg/mcc. Dosis anjuran Haloperidol 5-20 mg.14
- Risperidone yaitu golongan obat Benzisoxazole yang termasuk dalam
golongan Atipikal. Risperidone mempunyai afinitas yang tinggi
terhadap reseptor serotonin dan aktivitas menengah terhadap reseptor
dopamin. Obat ini untuk mengatasi positif maupun negatif. Dengan
efek samping extrapiramidal lebih ringan. Risperidone tersedia dalam
bentuk tablet 1 mg, 2 mg, dan 3 mg, injeksi 50 mg/cc. Dosis anjuran 2-
8 mg/h.14
2. Ansiolitik
- Benzodiazepin dapat digunakan pada pengobatan psikosis jangka
pendek. Obat tersebut dapat efektif untuk waktu singkat dan disertai
efek samping yang lebih sedikit dari pada obat antipsikotik. Pada kasus,
jarang benzodiazepin menyebabkan peningkatan agitasi. Klinisi harus
menghindari penggunaan jangka panjang setiap obat pada pengobatan
gangguan tersebut.14

2.9 Prognosis
Mengingat sifat dari kondisi ini, prognosisnya sangat baik dengan remisi
lengkap gejala dalam waktu satu bulan per definisi berdasarkan kriteria DSM-5.
Namun, gejalanya dapat kambuh terutama dalam pengaturan lingkungan
psikososial yang penuh tekanan. Beberapa indikator prognostik positif untuk
gangguan psikotik singkat adalah tidak adanya individu terkait genetik dengan
skizofrenia atau gangguan psikotik singkat, onset gejala yang tiba-tiba, adanya
pemicu stres, dan durasi gejala yang singkat.15

8
Prognosis terutama lebih buruk bagi individu yang didiagnosis dengan
BPD yang kemudian mampu memenuhi kriteria gangguan lain yang ditandai
dengan psikosis. Sebuah penelitian yang dilakukan di Suffolk County, New York
pada tahun 2000 menemukan bahwa hanya 2% dari pasien psikosis rawat inap
pertama yang memenuhi kriteria BPD pada tanda enam bulan. Menurut studi
Suffolk County yang terdiri dari 11 pasien yang awalnya diberi diagnosis
gangguan psikotik singkat, tiga mempertahankan diagnosis BPD sementara
sembilan lainnya menerima diagnosis gangguan mood, skizofrenia, gangguan
skizofreniform, dan gangguan lain yang melibatkan psikosis.15

2.10 Komplikasi
Komplikasi paling signifikan yang terkait dengan gangguan psikotik
singkat adalah timbulnya gejala secara tiba-tiba dan kehilangan fungsi yang
menyertainya. Sangat penting untuk membuat catatan khusus tentang pemicu stres
dan gangguan komorbiditas dan mengelolanya dengan tepat karena hal itu dapat
memicu episode ini dan dapat mengakibatkan manifestasi serupa di masa
mendatang. Meskipun farmakoterapi dapat membantu mengekang gejala BPD
yang muncul, psikoterapilah yang akan memberdayakan pasien dengan
keterampilan dan teknik untuk mengatasi gangguan ini selama dan setelah gejala
hilang.15

9
BAB III
KESIMPULAN

Gangguan psikotik akut merupakan gangguan dengan gejala seperti


waham, halusinasi, gangguan persepsi, dan gangguan berat dari perilaku biasa.
Gangguan ini terjadi dalam onset akut dan berespon baik terhadap pengobatan
dengan adanya sindrom yang khas berupa polimorfik atau gejala skizofrenia
yang khas. Terapi psikososial dan medikasi sangat diperlukan dan efektif dalam
menangani gangguan psikotik akut. Perkembangan jangka panjang gangguan
psikotik akut sulit untuk diprediksi. Perkembangan gangguan ini dapat menjadi
skizofrenia, gangguan afektif bipolar, kebanyakan pasien dapat mengalami
relaps dan hanya sedikit mengalami kesembuhan total tanpa rekurensi.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Gangguan Psikotik Singkat. Editor: I. Made Wiguna S. Kaplan - Sadock,


Sinopsis Psikiatri-Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid 1.
Tanggerang: Binarupa Aksara Publisher. 2010:785-789.
2. Gangguan Psikotik Akut. Editor: Husny Muttaqin dan Tiara Mahatmi
Nisa. Kaplan & Sadock - Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC. 2014:179- 181.
3. Skizofrenia dan Gangguan Waham (Paranoid). Editor: Husny Muttaqin
dan Frans Dany. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC. 2013:147-50.
4. Penatalaksanaan Skizofrenia. Editor: Irwan M, dkk. Faculty of Medicine-
University of Riau. RSJ Tampan. 2008. Diunduh dari
https://yayanakhyar.files.wordpress.com/2008/06/penatalaksanaan-
skizofrenia_files-if-drsmedpdp.pdf
5. Chandak,S., Gowda, S.N. Short-term Outcome in Acute and Transient
Psychotic Disorder and Its Correlate to Various Sociobiological
Factors. International Journal of Advances in Medicine. 2017;4(2):350-
356p. Available from: http://www.ijmedicine.compISSN2349-3925
6. Merin, P., Antony, J.T., Praveenlal K. An explorative study in to the role
of personality traits and stressful life events in acute and transient
psychotic disorders. J Psychol Clin Psychiatry. 2018;9(3):296-299p.
DOI: 10.15406/jpcpy.2018.09.00538
7. Castagnini,A., Galeazzi,G.M. Acute and transient psychoses: clinical and
nosological issues. BJPsych Advances. 2016; 22:292–300p. doi:
10.1192/apt.bp.115.015198
8. International Classification of Diseases 11th Revision. Acute and
Transient Psychotic Disorder. WHO;2020. Available from:
http://id.who.int/icd/entity/284410555

11
9. Grace, A. Pathophysiology of Psychosis and Novel Approaches to
Treatment. International Clinical Psychopharmacology. 28(e-Supplement
A); 2012
10. De Masi, F. Some Paths Towards Psychotic Alienation. American
Journal Psychoanalysis. 2017; 77(4), 347-358. doi:10.1057/s11231-017-
9111-8
11. DSM-5. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fifth
Edition. In W. T. Carpenter, D. M. Barch, J. R. Bustillo, W. Gaebel, R.
E. Gur, S. H. Heckers, J. v. Os, Schizophrenia Spectrum and Other
Psychotic Disorders (pp. 94-96). Washington: American Psychiatric
Publishing: 2013
12. ICD-11. WHO ICD-11 Mortality Morbidity Statistics: 2018
13. Ulya, Z. Catatan Refleksi untuk Dokter Muda Psikiatri. Jogjakarta: Indie
Book Corner: 2019
14. Obat Anti-psikosis. Editor: Rusdi Maslim. Penggunaan Klinis Obat
Psikotropik (Psychotropic Medication). Edisi 3. Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya (PT. Nuh Jaya). 2007:14-22.
15. Stephen A, Lui F. Brief Psychotic Disorder. [Updated 2022 Dec 22]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539912/

12

Anda mungkin juga menyukai