Anda di halaman 1dari 10

Case Report Session

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan psikotik akut dan sementara merupakan suatu gangguan jiwa


yang ditandai dengan onset yang akut (gejala psikotik menjadi nyata dalam 2
minggu atau kurang), adanya sindrom yang khas berupa manifestasi yang beraneka
ragam dan berubah cepat serta adanya stres akut yang berkaitan dengan gejala
psikotik1. Menurut WHO, remisi sempurna pada gangguan psikotik akut dan
sementara dapat tercapai dalam 2 atau 3 bulan, seringkali dalam beberapa minggu
atau beberapa hari1.
Insiden gangguan psikotik akut dan sementara di negara berkembang
sepuluh kali lebih tinggi dibandingkan di negara industri2. Kejadian pada
perempuan dua kali lebih tinggi daripada laki-laki2. Gangguan ini lebih sering
ditemukan pada usia dewasa muda yaitu usia 20-30 tahun2. Gangguan spesifik yang
paling banyak ditemukan adalah gangguan psikotik polimorfik akut tanpa gejala
skizofrenia yaitu sebesar sepertiga sampai setengah dari seluruh gangguan psikotik
akut dan sementara, kemudian disusul dengan gangguan psikotik polimorfik akut
dengan gejala skizofrenia2.
Gangguan psikotik akut dan sementara memiliki perjalanan penyakit yang
baik, yaitu remisi sempurna dapat dicapai dalam 2 sampai 3 bulan2. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa episode gangguan psikotik dapat terjadi kembali
pada pasien yang telah mengalami remisi, namun episode berlangsung singkat dan
pada umumnya memiliki outcome yang baik2. Berdasarkan penelitian di India
episode gangguan psikotik ulangan dapat terjadi setelah 3 tahun mengalami remisi,
sementara penelitian di Jerman mendapatkan episode gangguan psikotik ulangan
terjadi setelah 3-7 tahun mengalami remisi2.

Gangguan psikotik akut dan sementara adalah kondisi kesehatan mental


yang membutuhkan pengobatan dan perawatan. Gangguan psikotik akut dan
sementara juga dapat disertai keadaan gaduh gelisah yang merupakan indikasi
untuk dilakukannya rawat inap pada pasien.

1
Case Report Session

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan laporan kasus ini adalah untuk mempelajari,


memahami, dan menelaah kasus yang berhubungan dengan definisi, epidemiologi,
etiologi, gambaran klinis, diagnosis, tatalaksana, dan prognosis gangguan psikotik
polimorfik akut tanpa gejala skizofrenia.

1.3 Metodologi Penulisan

Metode penulisan laporan kasus ini berupa tinjauan kepustakaan merujuk


kepada berbagai literatur seperti textbook dan jurnal.

2
Case Report Session

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI

Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan


individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau
perilaku kacau/aneh.1,2

Definisi gangguan psikotik merujuk pada ICD-10 dan DSM IV-TR. Terdapat
perbedaan definisi gangguan psikotik pada ICD-10 dan DSM IV-TR Berdasarkan
ICD-10 gangguan psikotik akut dan transien merupakan kondisi psikotik dengan
onset dalam 2 minggu dan mencapai remisi sempurna dalam 2-3 bulan. Sedangkan
menurut DSM IV-TR gangguan psikotik akut didefinisikan sebagai suatu gangguan
kejiwaan yang terjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan gejala
psikosis, dan dapat kembali ke tingkat fungsional premorbid.1,2

2.2. EPIDEMIOLOGI

Beberapa penelitian telah dilakukan tentang epidemiologi diagnosis psikosis


reaktif singkat DSM edisi ketiga yang direvisi (DSM-III-R), dan belum ada yang
dilakukan dengan menggunakan kriteria DSM-IV.3,4 Dengan demikian, perkiraan
yang dapat dipercaya tentang insidensi, prevalensi, rasio jenis kelamin, dan usia
onset rata-rata untuk gangguan tidak terdapat. Pada umumnya gangguan ini
dianggap jarang, seperti yang dinyatakan oleh satu penelitian tentang perekrutan
militer di mana insidensi psikosis reaktif singkat DSM-III-R diperkirakan adalah
1,4 per 100.000 yang direkrut.3 Dengan memasukkan episode psikotik singkat yang
tidak disertai dengan faktor pencetus yang jelas di dalam DSM-IV, insidensi untuk
diagnosis DSM-IV mungkin lebih tinggi daripada angka tersebut. Hal lain yang
menimbulkan kesan pada klinisi adalah bahwa gangguan lebih sering pada pasien
muda daripada pasien lanjut usia, walaupun beberapa kasus melaporkan adanya
riwayat kasus yang memang mengenai orang lanjut usia.1

3
Case Report Session

Beberapa klinisi menyatakan bahwa gangguan mungkin paling sering


ditemukan pada pasien dari kelas sosioekonomi rendah dan pada pasien dengan
gangguan kepribadian yang telah ada sebelumnya (paling sering adalah gangguan
kepribadian histrionik, narsistik, paranoid, skizotipal, dan ambang). Orang yang
pernah mengalami perubahan kultural yang besar (sebagai contoh, imigran)
mungkin juga berada dalam risiko untuk menderita gangguan setelah stresor
psikososial selanjutnya. Tetapi, kesan klinis tersebut belum dibuktikan benar di
dalam penelitian klinis yang terkontrol baik.3,4

2.3. ETIOLOGI

Etiologi gangguan psikotik akut tidak diketahui. Pasien dengan gangguan


psikotik singkat yang pernah memiliki gangguan kepribadian mungkin memiliki
kerentanan biologis atau psikologis ke arah perkembangan gejala psikotik.3
Secara psikodinamika terdapat mekanisme menghadapi (coping mechanism)
yang tidak adekuat dan kemungkinan adanya tujuan sekunder pada pasien dengan
gejala psikotik. Teori psikodinamika yang lainnya adalah bahwa gejala psikotik
adalah suatu pertahanan terhadap fantasi yang dilarang, pemenuhan harapan yang
tidak tercapai, atau suatu pelepasan dari situasi psikosial tertentu.4

2.4. PATOFISIOLOGI

Hipotesis dopamin pada gangguan psikosis serupa dengan penderita


skizofrenia adalah yang paling berkembang dari berbagai hipotesis, dan merupakan
dasar dari banyak terapi obat yang rasional. Hipotesis ini menyatakan bahwa
skizofrenia disebabkan oleh terlalu banyaknya aktivitas dopaminergik. Beberapa
bukti yang terkait hal tersebut yaitu:3,4,5,6
1. Kebanyakan obat-obat antipsikosis menyekat reseptor D2 pascasinaps di
dalam sistem saraf pusat, terutama di sistem mesolimbik frontal;
2. Obat-obat yang meningkatkan aktifitas dopaminergik, seperti levodopa
(suatu precusor), amphetamine (perilis dopamine), atau apomorphine (suatu

4
Case Report Session

agonis reseptor dopamin langsung),baik yang dapat mengakibatkan


skizofrenia atau psikosis pada beberapa pasien;
3. Densitas reseptor dopamin telah terbukti, postmortem, meningkat di otak
pasien skizofrenia yang belum pernah dirawat dengan obat-obat
antipsikosis;
4. Positron emission tomography (PET) menunjukkan peningkatan densitas
reseptor dopamin pada pasien skizofrenia yang dirawat atau yang tidak
dirawat, saat dibandingkan dengan hasil pemeriksaan PET pada orang yang
tidak menderita skizofrenia; dan
5. Perawatan yang berhasil pada pasien skizofrenia telah terbukti mengubah
jumlah homovanilic acid (HVA), suatu metabolit dopamin, di cairan
serebrospinal, plasma, dan urin.6
Namun teori dasar tidak menyebutkan hiperaktivitas dopaminergik apakah
karena terlalu banyaknya pelepasan dopaminergik, terlalu banyaknya reseptor
dopaminergik atau kombinasi mekanisme tersebut. Neuron dopaminergik di dalam
jalur mesokortikal dan mesolimbik berjalan dari badan selnya di otak tengah ke
neuron dopaminoseptif di sistem limbik dan korteks serebral.5

2.5. DIAGNOSIS3,4,5

Diagnosis DSM-V memiliki rangkaian diagnosis untuk gangguan psikotik,


didasarkan terutama atas lama gejala. Untuk gejala psikotik yang berlangsung
sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu bulan dan yang tidak disertai dengan
satu gangguan mood, gangguan yang berhubungan dengan zat, atau suatu gangguan
psikotik karena kondisi medis umum, diagnosis gangguan psikotik singkat
kemungkinan merupakan diagnosis yang tepat. Untuk gejala psikotik singkat
kemungkinan merupakan diagnosis yang tepat. Untuk gejala psikotik yang lebih
dari satu hari diagnosis yang sesuai harus dipertimbangkan adalah gangguan
delusional (jika waham merupakan gejala psikotik utama), gangguan
skizofreniform (jika waham merupakan gejala psikotik utama), gangguan
skizofreniform (jika gejala berlangsung kurang dari 6 bulan) dan skizofrenia (jika
gejala telah berlangsung lebih dari 6 bulan).3,4

5
Case Report Session

Jadi gangguan psikotik singkat diklasifikasikan di dalam DSM-V sebagai


suatu gangguan psikotik dengan durasi singkat. Kriteria diagnosis menentukan
sekurang-kurangnya satu gejala yang jelas psikotik yang berlangsung selama satu
hari sampai satu bulan. DSM-V menentukan lebih lanjut penentuan tiga ciri: adanya
atau tidak adanya satu atau lebih stressor yang jelas dan; suatu onset pasca
persalinan.3,4
Seperti pada pasien psikiatri akut, riwayat yang diperlukan untuk membuat
diagnosis mungkin tidak dapat diperoleh hanya dari pasien. Walaupun adanya
gejala psikotik mungkin jelas, informasi mengenai gejala prodromal, episode suatu
gangguan mood sebelumnya, dan riwayat ingesti zat psikotomimetik yang belum
lama mungkin tidak dapat diperoleh dari wawancara klinis saja. Di samping itu,
klinisi mungkin tidak mampu memperoleh informasi yang akurat tentang ada atau
tidaknya stressor pencetus.3,4

Kriteria diagnostik untuk gangguan psikotik singkat menurut DSM-V:3,4


 Ada satu (atau lebih) gejala berikut :
o Waham
o Halusinasi
o Bicara terdisorganisasi (misal; sering menyimpang atau inkoherensi).
o Prilaku terdisorganisasi jelas atau katatonik.
Catatan : jangan memasukan gejala jika merupakan pola respons yang
diterima secara kultural.

 Lama suatu epiode gangguan adalah sekurangnya 1 hari tetapi kurang dari 1
bulan, akhirnya kembali penuh kepada tingkat fungsi pramorbit.
 Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh suatu gangguanmood dengan ciri
psikotik, gangguan skizoafektif atau skizofrenia dan bukan karena efek
fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu
medikasi) atau kondisi medis umum.
Sebutkan jika :

Dengan stresor nyata (psikosis reaktif singkat) : jika gejala terjadi segera
setelah dan tampak sebagai respons dari suatu kejadian yang sendiri atau

6
Case Report Session

bersama-sama, akan menimbulkan stres yang cukup besar bagi hampir setiap
orang dalam keadaan yang sama dalam kultur orang tersebut

Tanpa stresor nyata : jika gejala psikotik tidak terjadi segera setelah, atau
tampaknya bukan sebagai respon terhadap kejadian yang sendirinya atau
bersama-sama akan menimbulkan streas yang cukup besar bagi hampir setiap
orang dalam keadaan yang sama dalam kultur orang tersebut.

Dengan onset pascapersalinan : jika onset dalam waktu 4 minggu setelah


persalinan.

Beberapa gangguan psikosis akut atau sementara:5


1. Gangguan psikotik polimorfik akut tanpa gejala skizofrenia
2. Gangguan psikotik polimorfik akut dengan gejala skizofrenia
3. Gangguan psikotik Lir-Skizofrenia Akut
4. Gangguan psikotik akut lainnya dengan predominan waham

Kriteria diagnostik gangguan psikotik Lir-Skizofrenia akut menurut PPDGJ-III:5


 Untuk diagnosis pasti harus memenuhi:
a. Onset gejala psikotik harus akut (2 minggu atau kurang, dari suatu
keadaan nonpsikotik menjadi keadaan yang jelas psikotik);
b. Gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-) harus
sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak berkembangnya gambaran
klinis yang jelas psikotik;
c. Kriteria untuk psikosis polimorfik akut tidak terpenuhi.
 Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk kurun waktu lebih dari 1
bulan lamanya, maka diagnosis harus dirubah menjadi skizofrenia (F20.-).

2.6. GAMBARAN KLINIS3,4

Gejala gangguan psikotik singkat selalu termasuk sekurangnya satu gejala


psikosis utama, biasanya dengan onset yang tiba-tiba, tetapi tidak selalu
memasukkan keseluruhan pola gejala yang ditemukan pada skizofrenia. Beberapa
klinisi telah mengamati bahwa gejala afektif, konfusi, dan gangguan pemusatan

7
Case Report Session

perhatian mungkin lebih sering ditemukan pada gangguan psikotik singkat daripada
gangguan psikotik kronis. Gejala karakteristik untuk gangguan psikotik singkat
adalah perubahan emosional, pakaian atau perilaku yang aneh, berteriak-teriak atau
diam membisu, dan gangguan daya ingat untuk peristiwa yang belum lama terjadi.
Beberapa gejala tersebut ditemukan pada gangguan yang mengarahkan diagnosis
delirium dan jelas memerlukan pemeriksaan organik yang lengkap, walaupun
hasilnya mungkin negatif.

2.7. DIAGNOSIS BANDING3

Diagnosis lain yang dipertimbangkan di dalam diagnosis banding adalah


gangguan buatan (factitious disorder) dengan tanda dan gejala psikologis yang
menonjol, berpura-pura (malingering), gangguan psikotik karena kondisi medis
umum, dan gangguan psikotik akibat zat. Seorang pasien mungkin tidak mau
mengakui penggunaan zat gelap, dengan demikian membuat pemeriksaan
intoksikasi zat atau putus zat sulit tanpa menggunakan tes laboratorium. Pasien
dengan epilepsi atau delirium dapat juga datang dengan gejala psikotik dengan yang
ditemukan pada gangguan psikotik singkat. Gangguan psikiatrik tambahan yang
harus dipertimbangkan di dalam diagnosis banding adalah gangguan identitas
disosiatif dan episode psikotik yang disertai dengan gangguan kepribadian ambang
dan skizotipal.

2.8. TATALAKSANA

Rawat inap. Seorang pasien psikotik akut mungkin memerlukan rawat inap yang
singkat baik untuk evaluasi maupun proteksi. Evaluasi memerlukan pemantauan
gejala yang ketat dan penilaian tingkat bahaya pasien terhadap diri sendiri dan orang
lain. Selain itu, rawat inap yang tenang dan terstruktur dapat membantu pasien
mendapatkan kembali kesadarannya terhadap realita. Sementara klinisi menunggu
efek perawatan atau obat-obatan, mungkin diperlukan pengasingan, pengendalian
fisik, atau pemantauan satu pasien oleh satu pemeriksa.3,4

8
Case Report Session

Psikoterapi. Meskipun rawat inap dan farmakoterapi cenderung mengendalikan


situasi jangka pendek, bagian pengobatan yang sulit adalah integrasi psikologis
pengalaman (dan kemungkinan trauma pemicu, jika ada) ke dalam kehidupan
pasien dan keluarganya. Psikoterapi digunakan untuk memberikan kesempatan
membahas stresor dan episode psikotik. Eksplorasi dan perkembangan strategi
koping adalah topik utama psikoterapi. Masalah terkait meliputi memb antu pasien
menangani rasa harga dirinya yang hilang dan mendapatkan kembali rasa percaya
diri. Setiap strategi pengobatan didasarkan pada peningkatan keterampilan
menyelesaikan masalah, sementara memperkuat struktur ego melalui psikoterapi
tampaknya merupakan cara yang paling efektif. Keterlibatan keluarga dalam proses
pengobatan mungkin penting untuk mendapatkan keberhasilan.3,4,6

Psikofarmaka3,4
Dua kelas utama obat yang perlu dipertimbangkan di dalam pengobatan gangguan
psikotik adalah obat antipsikotik antagonis reseptor dopamin dan benzodiazepin.
Jika dipilih suatu antipsikotik, suatu antipsikotik potensi tinggi, misalnya
haloperidol biasanya digunakan. Khususnya pada pasien yang berada pada resiko
tinggi untuk mengalami efek samping ekstrapiramidal, suatu obat antikolinergik
kemungkinan harus diberikan bersama-sama dengan antipsikotik sebagai
profilaksis terhadap gejala gangguan pergerakan akibat medikasi. Selain itu,
benzodiazepin dapat digunakan dalam terapi singkat psikosis.7Walaupun
benzodiazepin memiliki sedikit kegunaan atau tanpa kegunaan dalam pengobatan
jangka panjang gangguan psikotik, obat dapat efektif untuk jangka singkat dan
disertai dengan efek samping yang lebih jarang daripada antipsikotik. Pada kasus
yang jarang benzodiazepin disertai dengan peningkatan agitasi dan pada kasus yang
lebih jarang lagi dengan kejang putus obat yang hanya biasanya terjadi pada
penggunaan dosis tinggi terus-menerus.7Medikasi hipnotik sering kali berguna
selama satu sampai dua minggu pertama setelah resolus episode psikotik.
Pemakaian jangka panjang medikasi harus dihindari dalam pengobatan gangguan
ini.3,7

9
Case Report Session

DAFTAR PUSTAKA

1. Marneros A, Pillmann F. 2004. Acute and Transient Psychoses. New York:


Cambridge University Press.
2. Sadock B.J. 2005. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of
Psychiatry, 8th edition. New York: Lippincot Williams & Wilkins
Publishers.
3. Sadock B.J. 2010. Gangguan Psikotik Singkat. Editor : I. Made Wiguna S.
Kaplan - Sadock, Sinopsis Psikiatri - Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis. Jilid 1. Tanggerang : Binarupa Aksara Publisher.
4. Sadock B.J. 2014. Gangguan Psikotik Akut. Editor : Husny Muttaqin dan
Tiara Mahatmi Nisa. Kaplan & Sadock - Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi
2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
5. Gangguan Psikotik Akut dan Sementara : Schizophrenia like (F23.2). Editor
: Rusdi Maslim. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari PPDGJ-
III dan DSM-5. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika
Atmajaya. 2013:53-55.
6. Muttaqin H, Dany F. 2013. Skizofrenia dan Gangguan Waham (Paranoid).
Buku Ajar Psikiatri. Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
7. Maslim R. 2007. Obat Anti-psikosis. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik
(Psychotropic Medication). Edisi 3. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
FK-Unika Atma Jaya.

10

Anda mungkin juga menyukai