Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA PASIEN

NEPHROLITIASIS DENGAN TINDAKAN PRO PCNL


DI KAMAR BEDAH RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA

Disusun oleh:

Fransiska Shinta Wulan Adhi


201711022

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH
YOGYAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA BP A DENGAN


NEPHROLITIASIS YANG DILAKUKAN TINDAKAN PRO PCNL
DI RUANG OK RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA
PADA 9 JULI 2019

Disusun Oleh :
Fransiska shinta wulan Adhi
201711022

Disetujui Pada Tanggal ................

Pembimbing Pendidikan, Penanggung Jawab Ruangan / CI RS,

(..............................................) (................................................)
BAB I
KONSEP NEPHROLITIASIS

a. Pengertian Nephrolitiasis
Nefrolitiasis (batu ginjal) merupakan salah satu penyakit ginjal, dimana
ditemukannya batu yang mengandung komponen kristal dan matriks organik yang
merupakan penyebab terbanyak kelainan saluran kemih. Lokasi batu ginjal khas
dijumpai di kaliks, atau pelvis dan bila keluar akan terhenti dan menyumbat pada
daerah ureter (batu ureter) dan kandung kemih (batu kandung kemih). Batu ginjal
dapat terbentuk dari kalsium, batu oksalat, kalsium oksalat, atau kalsium fosfat.
Namun yang paling sering terjadi pada batu ginjal adalah batu kalsium.
Pembentukan batu pada ginjal umumnya membutuhkan keadaan supersaturasi.
Namun pada urin normal, ditemukan adanya zat inhibitor pembentuk batu. Pada
kondisi-kondisi tertentu, terdapat zat reaktan yang dapat menginduksi pembentukan
batu. Adanya hambatan aliran urin, kelainan bawaan pada pelvikalises, hiperplasia
prostat benigna, striktura, dan buli bulineurogenik diduga ikut berperan dalam
proses pembentukan batu.

b. Etiologi
Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti
kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk
ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal
mencegah kristalisasi dalam urine. Kondisi lain yang mempengaruhi laju
pembentukan batu mencakup pH urin dan status cairan pasien (batu cenderung
terjadi pada pasien dehidrasi). Penyebab terbentuknya batu digolongkan dalma 2
faktor :
Penyebab terbentuknya batu digolongkan dalma 2 faktor :
a.Factor endogen :
 Hyperkalsemia : meningkatnya kalsium dalam urin.
 Hyperkasiuria : Meningkatnya kalsium dalam urin
 Ph urin
 Kelebihan pemasukan cairan dlam tubuh yang bertolak belakang dengan
keseimbangan cairan yang masuk dalam tubuh
b.Factor eksogen :
 Air minum Kurang minum atau kurang mengkonsumsi air mengakibatkan
terjadinya pengendapan kalsium dalam pelvis renal akibat ketidak seimbangan
cairan yang masuk.
 Suhu Tempar yang bersuhu panas menyebabkan banyaknya pengeluaran
keringat,yang akan mempermudah pengurangan produksi urin dan
mempermudah terbentuknya batu.
 Makanan Kurangnya mengkonsumsi protein dapat menjadi factor
terbentuknya batu
 Dehidrasi Kurangnya pemasukan cairan dalam tubuh juga ikut
membantu proses pembentukan urin.
c. Patofisiologi
Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus darah,
jaringan yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal bervariasi, kira-
kira tiga perempat dari batu adalah kalsium, fosfat, asam urin dan
cistien.peningkatan konsentrasi larutan akibat dari intake yang rendah dan juga
peningkatan bahan-bahan organic akibat infeksi saluran kemih atau urin ststis
sehingga membuat tempat untuk pembentukan batu. Ditambah dengan adanya
infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh produksi ammonium yang berakibat
presipitasi kalsium dan magnesium pospat (Jong, 1996 : 323) Proses
pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kemudian
dijadikan dalam beberapa teori :
a.Teori supersaturasi Tingkat kejenuhan kompone-komponen pembentuk batu
ginjal mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap
menyebabkan terjadinya agresi kristal kemudian timbul menjadi batu.
b. Teori matriks
Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein, 10% heksose, 3-
5 heksosamin dan 10% air. Adapun matriks menyebabkan penempelan kristal-
kristal sehingga menjadi batu.
c.Teori kurang inhibitor Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam
jumlah yang melampui daya kelarutan, sehingga diperlukan zat
penghambat pengendapat. Phospat mukopolisakarida dan dipospat
merupakan penghambatan pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini
maka akan mudah terjadi pengendapan.
d.Teori epistaxi
Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secra- bersama-sama, salauh
satu batu merupakan inti dari batu yang merupakan pembentuk pada lapisan
luarnya. Contohnya ekskresi asam urayt yanga berlebihan dalam urin akan
mendukung pembentukan batu kalsium dengan bahan urat sebagai inti
pengendapan kalsium.
e.Teori kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di atas.
d. Penatalaksanaan
Sjamsuhidrajat (2004) menjelaskan penatalaksanaan pada nefrolitiasis terdiri dari :
a.Obat diuretik thiazid(misalnya trichlormetazid) akan mengurangi pembentukan
batu yang baru.
b.Dianjurkan untuk minum banyak air putih (8-10 gelas/hari).
c.Diet rendah kalsium dan mengkonsumsi natrium selulosa fosfat.
d. Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat pembentukan batu kalsium) di
dalam air kemih, diberikan kalium sitrat.
e.Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong terbentuknya batu
kalsium, merupakan akibat dari mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat (misalnya
bayam, coklat, kacang-kacangan, merica dan teh). Oleh karena itu sebaiknya asupan
makanan tersebut dikurangi.
f.Kadang batu kalsium terbentuk akibat penyakit lain, seperti hiperparatiroidisme,
sarkoidosis, keracunan vitamin D, asidosis tubulus renalis atau kanker. Pada kasus ini
sebaiknya dilakukan pengobatan terhadap penyakit-penyakit tersebut. Batu asam
urat.
g.Dianjurkan untuk mengurangi asupan daging, ikan dan unggas, karena makanan
tersebut menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di dalam air kemih.
h. Untuk mengurangi pembentukan asam urat bisa diberikan allopurinol.
i. Batu asam urat terbentuk jika keasaman air kemih bertambah, karena itu untuk
menciptakan suasana air kemih yang alkalis (basa), bisa diberikan kalium sitrat.
j.Dianjurkan untuk banyak minum air putih.

Sedangkan menurut Purnomo BB (2003), penatalaksanaan nefrolitiasin adalah :


a.Terapi Medis dan Simtomatik Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau
melarutkan batu. Tetapi simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu
dapat diberikan minum yang berlebihan/ banyak dan pemberian diuretik.

b.Litotripsi Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan
untuk membawa tranduser melalui sonde ke batu yang ada di ginjal. Cara ini disebut
nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling sering dilakukan adaah
ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) adalah tindakan memecah
batu yang ditembakkan dari luar tubuh dengan menggunakan gelombang kejut yang
dapat memecahkan batu menjadi pecahan yang halus, sehingga pecahan tersebut
dapat keluar bersama dengan air seni. Keutungan dari tindakan ESWL ini yaitu
tindakan ini dilakukan tanpa membuat luka, tanpa pembiusan dan dapat tanpa rawat
inap.

c.Tindakan bedah Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor
tindakan bedah lain adalah operasi Kecil pengambilan batu ginjal / PCNL
(Percutaneous Nephrolithotomy). PCNL merupakan tindakan menghancurkan batu
ginjal dengan memasukkan alat endoskopi yang dimasukkan kedalam ginjal sehingga
batu dapat dihancurkan dengan alat tersebut. Tindakan ini memerlukan pembiusan
dan rawat inap.

e. Komplikasi
Menurut guyton, 1993 komplikasi dari nefrolitiasis adalah :
a.Gagal ginjal Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan
pembuluh darah yang disebut kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena
suplai oksigen terhambat. Hal in menyebabkan iskemis ginjal dan jika dibiarkan
menyebabkan gagal ginjal

b.Infeksi Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik
untuk perkembangbiakan microorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi
pada peritoneal.

c.Hidronefrosis Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan
menumpuk diginjal dan lam-kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan
urin

d.Avaskuler ischemia Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang


sehingga terjadi kematian jaringan.
Bab II
KONSEP PCNL

A. Pengertian PCNL
Percutanoeus Nephrolithotomy (PCNL) merupakan prosedur minimal
invasif yang sering digunakan oleh ahli urologi untuk operasi batu
ginjalTingkat keberhasilan operasi mencapai lebih dari 78%, namun
komplikasi yang ditimbulkan bisa lebih dari 10%. Komplikasi yang dapat
ditimbulkan akibat prosedur PCNL antara lain perdarahan, kerusakan organ
dalam, kerusakan pleura,demam, sepsis, dan gangguan fungsi ginjal.
Perdarahan merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada prosedur
PCNL, dan sebanyak 4-20% pasien membutuhkan tranfusi.
Meskipun PCNL pada awalnya dan sampai saat ini lazim dilakukan
dengan posisi prone, saat ini banyak dilaporkan PCNL dilakukan dengan
posisi supine. Beberapa penelitian melaporkan bahwa PCNL dengan posisi
supine sangat efektif dan aman seperti halnya PCNL dengan posisi prone, dan
merupakan pilihan alternatif untuk menghilangkan batu ginjal, bahkan terdapat
beberapa keuntungan dibandingkan PCNL posisi prone.1-9 PCNL dalam posisi
supine dapat dilakukan dengan anestesi regional yang membuatnya cocok
untuk pasien yang memiliki kontraindikasi dalam posisi prone atau
kontraindikasi dengan anestesi umum termasuk pasien obesitas atau pasien
dengan problem kardio-pulmonal.

B. Indikasi
Indikasi dan Kontraindikasi PCNL Nugroho et al. dalam tulisannya
menyatakan indikasi tindakan PCNL adalah sebagai berikut :
Batu pielum simpel dengan ukuran lebih dari 2cm
Batu kaliks ginjal, terutama batu kaliks inferior dengan ukuran 2cm
Batu multipel
Batu pada ureteropelvic junction dan ureter proksimal
Batu ginjal besar, terutama staghorn membutuhkan waktu yang lebih lama
Batu pada solitary kidney. Hanya ada satu kontraindikasi absolut PCNL yaitu
pada pasien yang memiliki kelainan perdarahan atau pembekuan darah
(Nugroho et al., 2011).

C. Komplikasi

Komplikasi PCNL Untuk urologist yang paling berpengalaman sekalipun,


komplikasi masih bisa muncul. Pendarahan merupakan komplikasi yang paling
signifikan pada PCNL. PCNL juga bisa menyebabkan absorbi larutan irigasi. Oleh
karena itu, larutan irigasi yang fisiologis merupakan sebuah keharusan. Cedera pada
kolon merupakan komplikasi yang tidak umum (Matlaga et al., 2012)
D. Asuhan keperawatan perioperatif pada pasien post pro PCNL

1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identiutras klien
2) Identitas penanggungjawab
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
2) Riwayat penyakit sekarang
3) Riwayat penyakit dahulu
4) Riwayat penyakit keluarga
c. Pola fungsional
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
2) Pola nutrisi
3) Pola eliminasi
4) Pola aktivitas dan latihan
5) Pola tidur dan istirahat
d. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan darah lenbgkap
2) Usg
2. Diagnosa keperawatan
Pre op
a. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
operasi pro pcnl

Post op

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan bekas luka


operasi
b. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan kelemahan
c. Gangguan eliminasi urine (retensi urin) berhubungan dengan
penurunan haluaran urin.
DAFTAR PUSTAKA

Hanley JM, Saigal CS, Scales CD, Smith AC. Prevalences of kidney stone in the
United States. Journal European Association of Urology[internet]. 2012[diakses
tanggal 28 Oktober 2015]; 62(1):160-5.Tersedia dari:
http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas

HTAI. Penggunaan extracorporeal shockwave lithotripsy pada batu saluran kemih.


Jakarta: Health Technology Assasement Indonesia; 2005.

Depkes. Laporan riset kesehatan dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia;2013.

Krisna DNP. Faktor risiko kejadian penyakit batu ginjal di wilayah kerja Puskesmas
Margasari kabupaten Tegal tahun 2010 [skripsi]. Semarang: Universitas Negeri
Semarang; 2011.

Basuki B. Dasar-dasar urologi.Malang: Sagung seto; 2015.hlm.93-100.

Hasiana L, Chaidir A. Batu saluran kemih. Dalam: Chris T, Frans L, Sonia H, Eka A,
Editor. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi keempat jilid I.Jakarta: Media Aesculapius;
2014.hlm. 277-280.

Mochammad S. Batu saluran kemih. Dalam: Aru W, Bambang S,Idrus A, Marcellus


S, Siti S, editors. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi kelima jilid II. Jakarta: Interna
Publishing; 2014. hlm. 1025-1027.

Martha.E.B.T. Angka kejadian batu ginjal di RSUP Prof Dr.R.D. Kandou Manado
periode januari 2010-desember 2012. E-clinic [internet]. 2014 [diakses tanggal 26
oktober 2015]. Tersedia dari:
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/3722

David S. Goldfarb,MD.In the clinic nephrolithiasis.American College of Physicians


[internet]. 2009 [diakses tanggal 27 oktober 2015]. Tersedia dari:
https://www.med.unc.edu/medselect/resources/course%20reading/ITC%20nephrolithi
asis.full.pdf

Margaret Sue, David S, Dean G, Gary Curhan, Cynthia J, Brian R, et al. Medical
management of kidney stone: AUA guideline [internet]. USA: American Urological
Association; 2014 [diakses tanggal 28 Oktober 2015]. Tersedia dari:
https://www.auanet.org/common/pdf/education/clinical-guidance/Medical-
Management-of-Kidney-Stones.pdf

Anisa M, Yogesh S, Deepashri R. Salivary gland lithotripsy: a non-invasive


alternative. Department of Oral & Maxillofacial Surgery,Modern Dental& researh
Centre [internet].2009[diakses tanggal 28 Oktober 2015]. Tersedia dari:
http://www.pjsr.org/Jan09_pdf/Dr.%20Anisha%20Maria%20-%2010.pdf

Mohammed H, ahmed R. El-Nahas, Nasr El-Tabey.Percutaneus nephrolitothomi vs


extracorporeal shockwave lithrotripsy for treating a 20-20 mm single renal pelvic
stone. Arab journal of Urology[internet]. 2015 [diakses tanggal 28 Oktober 2015];
13(3):212-216. Tersedia
dari:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4563020/

Anda mungkin juga menyukai