Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN BATU RENAL DI RUANG MAWAR (BEDAH)

RSD dr. SOEBANDI JEMBER

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Tugas Di Stase


Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh:
PUTRI AYU BUDI ARIFINDA

NIM. 2301031038

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2023
HALAMAN PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan pada klien dengan Batu Renal. Telah dilaksanakan pada tanggal 13-19 Oktober 2023
di Ruang Mawar (Bedah) RSD dr.Soebandi Jember
Oleh:

Nama : Putri Ayu Budi Arifinda

Nim 2301031038

Jember, 13 November 2023

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

(Ns. Esti Dwi Jayanti, S.Kep) (Ns. Mohammad Ali Hamid, S. Kep.,M. Kes)
NIP.202201404219880526 NPK. 119810807 1 0310368

Kepala Ruangan PJMK Departemen

(Ns. Suheriyono, S.Kep) (Ns. Ginanjar Sasmito Adi, M. Kep., Sp. KMB)
NIP. 197501011998031008 NPK. 19900210 1 1509368
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga retroperitoneal
bagian atas. Secara makroskopis, ginjal berbentuk menyerupai kacang dengan sisi
cekungnya menghadap ke medial. Cekungan ini disebut sebagai hilus renalis, yang di
dalamnya terdapat apeks pelvis renalis dan struktur lain yang merawat ginjal, yaitu
pembuluh drah, sistem limfatik, dan sistem syaraf (Purnomo, 2011).
Batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu keadaan dimana terdapat satu atau
lebih batu di dalam pelvis atau kaliks dari ginjal. Secara garis besar pembentukan batu
ginjal dipengaruhi oleh faktor intrinstik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu umur,
jenis kelamin, dan keturunan. Sedangkan faktor ekstrinsik yaitu kondisi geografis,
iklim, kebiasaan makan, zat yang terkandung dalam urin, dan pekerjaan.

Sumber : (A)hallodoc.com .(B) henryhealth.2015


2. Anatomi Fisiologi
Pada umumnya ginjal memiliki berat 150 g pada laki-laki dan 135 g pada wanita.
Ukuran ginjal rata-rata 10-12 cm (panjang), 5-7 cm (lebar), dan 3 cm (tebal) (Anderson
et al, 2012). Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrosa tipis yang disebut kapsul fibrosa
(true capsul) yang melekat pada parenkin ginjal. Diluar kapsul fibrosa terdapat jaringan
lemak parirenal.
Secara anatomis, ginjal terbagi menjadi dua bagian, yaitu korteks dan medulla
ginja. Korteks ginjal terletak lebih superfisial dan di dalamnya terdapat berjuta-juta
nefron. Nefron merupakan unit fungsional terkecil ginjal. Medulla ginjal terletak lebih
profundus dan memiliki banyak saluran kecil untuk mengalirkan hasil ultrafiltrasi
berupa urin. Pada medulla ginjal terdapat area yang disebut piramida renalis. Piramida
renalis dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh jaringan kortikal yang disebut
kolumna renalis dari bertin.
Ginjal mendapatkan suplai darah melalui arteri dan vena renalis. Pada umumnya
terdapat satu arteri renalis yang merupakan cabang langsung dari aorta, yang masuk
melalui hilus renalis. Arteri renalis bercabang menjadi cabang anterior dan posterior.
Cabang anterior memberikan aliran darah pada pole atas dan bawah serta seluruh
permukaan anterior ginjal.
Funsi ginjal antara lain mengekskresikan sebagian besar produk akhir metabolisme
tubuh (sisa obat- obatan), mengontrol sekresi hormon aldosteron dan ADH dalam
mengatur jumlah cairan tubuh, mengatur metabolisme ion kalsium dan menghasilkan
beberapa hormon seperti eritropoetin dan renin.
3. Etiologi
Menurut Sakhae et al, 2012. Ada beberapa penyebab terbentuknya batu ginjal yang
dapatdipicu oleh faktor keturunan, makanan, dan obat-obatan.
a) Hiperkalsuria
Penyebab pembentukan batu kalsium. Disebabkan peningkatan penyerapan
kalsium usus, menurunnya reabsorbsi kalsium di ginjal dan peningkatan mobilisasi
dari tulang.
b) Hiperurikosuria
Terdeteksi dari 10% pembentuk batu kalsium. Berdasarakan fisikokimia batu
kalsium terbentuk akibat supersaturasi kemih dengan monosodium koloid
kristalisasi kalsium oksalat yang diinduksi oleh urat.
c) Hipositraturia
Sitrat adalah inhibitor endogen pembentukan batu kalisum. Rendahnya
ekskresi sitrat urin ditemukan pada 20-60% nefrolitiasis. Penentu utama ekskresi
sitrat urin adalah keseimbangan asam basa. Umumnya terjadi dengan asidosis
metabolik, peran penghambatan sitrat juga melibatkan pembentukan larutan
kompleks dan pengurangan kejenuhan.
d) Hiperoksaluria
Oksalat dan kalsium dapat meningkatkan supersaturasi kalsium oksalat pada
kemih (merupakan 10-15% pembentuk batu kalsium). Disebabkan oleh produksi
oksalat yang berlebihakibat dari gangguan metabolisme, peningkatan penyerapan
oksalat usus, peningkatan asupan makanan bioavaibilitas, dan pH urin. Urin yang
sangat asam (pH 5.5) dan urin yang sangat basa(pH 6.7) dapat mempengaruhi
pembentukan batu kalsium. Dengan pH yang terlalu asam maka urin menjadi jenuh
dengan asam urat yang berperam dalam kristalisasi kalsium oksalat. Sedangkan
urin yang sangat alkalin dapat meningkatkan monohidrogen fosfat yang dalam
kombinasi dengan kalsium berubah menjadi termodinamika brusit yang tidak stabil
dan akhirnya terbentuk hidroksiapatit.
4. Patofisiologi
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan
infeksisaluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah
retensi urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian
atas dapat menyebabkan hydroureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan didalam
saluran kemih dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan
kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal). Mekanisme pembentukan batu ginjal atau
saluran kemih tidak diketahui secara pasti, akan tetapi beberapa buku menyebutkan
proses terjadinya batu dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut : (Purnomo, 2014).
1) Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila airseni
jenuh akan terjadi pengendapan
2) Adanya inti (nidus). Misalnya ada infeksi kemudian terjadi tukak, dimanatukak ini
menjadi inti pembentukan batu, sebagai tempat menempelnya partikel-partikel batu
pada inti tersebut
3) Perubahan pH atau adanya koloid lain didalam air seni akan menetralkan muatan
dan meyebabkan terjadinya pengendapan
5. Pathway
6. Manifestasi klinis
Menurut Purnomo (2014) beberapa tanda dan gejala yang dapat ditemukan dan
dirasakan pada pasien batu ginjal yaitu :
a. Nyeri mungkin bisa berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadinya
karena aktivitas peristaltic otot polos sistem kalises ataupun ureter meningkat
dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. Batu di ginjal dapat
menimbulkan obstruksi dan infeksi
b. Hematuria yang disebabkan akibat trauma mukosa saluran kemih karena batu
c. Demam
d. Perubahan dalam buang air kecil dan warna urin. Apabila ginjal manusia
mengalami gangguan maka akan terjadi gangguan pada pembentukan urin, baik
dari warna, bau dan karakterisitiknya. Akibat dari gangguan ini,maka terjadi
perubahan dalam frekuensi buang air kecil, buang air kecil lebih sering dan lebih
banyak dari pada biasanya dengan warna urin yang pucat dan mungkin buang air
kecil dalam jumlah sedikit dari biasanya dengan urin yang berwarna gelap
e. Pembekkakan tubuh
f. Tubuh cepat lelah
g. Bau mulut / Ammonia Breath
h. Gangguan gastrointentinal: mual muntah
7. Klasifikasi
a. Batu kalsium
Terdiri dari batu kalsium okslat dan kalsium fosfat (merupakan jenis batu ginjal
yang paling umum). Disebabkan karena terlalu banyaknya okslat dalam urinatau
disebut hiperkalsuria. Urin memiliki berbagai limbah di dalamnya, jika terlalu
banyak limbah dalam cairan yang terlalu sedikit, kristal dapat mulai terbentuk.
Kristal-kristal ini dapat mulai menempel ke kalsium ketika urin di produksi oleh
ginjal dan membentuk massa padar yaitu batu ginjal.
b. Batu asam urat
Terdiri dari batu kalsium okslat dan kalsium fosfat (merupakan jenis batu
ginjal yang paling umum). Disebabkan karena terlalu banyaknya okslat dalam urin
atau disebut hiperkalsuria. Urin memiliki berbagai limbah didalamnya, jika terlalu
banyak limbah dalam cairan yang terlalu sedikit, kristal dapat mulai terbentuk.
Kristal-kristal ini dapat mulai menempel ke kalsium ketika urin di produksi oleh
ginjal dan membentuk massa padar yaitu batu ginjal.
c. Batu struvite
Campuran magnesium, amonium fosfat dan apatit karbonat yang terbentuk
ketika saluran kemih terinfeksi mikroorganisme yang memiliki enzim urease
seperti golongan proteus, providencia, klebsiella, psuedommas, dan enterococci.
d. Batu sistin
Ditemukan pada pasien dengan kelainan bawaan pada transfortasi asam amino
pada ginjal dan usus yang menyebabkan peningkatan ekskresi lisin, ornithin, sistin,
dan arginin karena gangguan reabsorbsi di nefron. Batu terbentuk karena
terbatasnya kelarutan sistin. Kelarutan sistin lebih tinggi dalam urin alkali, berkisar
175-360 mg/L di urin pada pH lebih dari 7.0. tujuan menjaga konsentrasi sistin
dibawah 240 mg/L pada pH urin 7.0 untuk menjaga kelarutan.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Pada urin biasanya dijumpai hematuria dan kadang-kadang kristaluria.
Hematuria biasanya terlihat secara mikroskopis, dan derajat hematuria bukan
merupakan ukuran untuk memperkirakan besar batu atau kemungkinan lewatnya
suatu batu. Tidak adanya hematuria dapat menyokong adanya suatuobstruksi
komplit, dan ketiadaan ini juga biasanya berhubungan dengan penyakit batu yang
tidak aktif. Pada pemeriksaan sedimen urin, jenis kristal yang ditemukan dapat
memberi petunjuk jenis batu. Pemeriksaan pH urin <5menyokong suatu batu asam
urat, sedangkan bila terjadi peningkatan pH ≥7menyokong adanya organisme
pemecah urea seperti. Proteus sp, Klebsiella sp,Pseudomonas sp dan batu struvit.
b. Radiologi
Ada beberapa jenis pemeriksaan radiologis yaitu menurut Purnomo (2014)
1) Foto polos abdomen
Bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio-opak di saluran
kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio-opak
dan paling sering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu asam urat
bersifat non opak (radio-lusen).
2) Pielografi intra vena (IVU)
Bertujuan menilai keadaan anatomi fungsi ginjal. Selain itu IVU dapat
mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non opak yang tidak dapat
terlihat oleh foto polos perut. Jika IVU belum dapat menjelaskan keadaan
sistem saluran kemih akbiat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai
penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograde.
3) Ultraonografi (USG)
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVU,
yaitu pada keadaan-keadaan: alergi terhadap kontras, faal ginjal yang menurun,
dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya
batu di ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan sebagai echoic shadow),
hidronefrosis, pionefrosis, atau pengerutan ginjal)
Diagnosis dapat juga ditegakan dengan uji kimia darah dan urin 24 jam
untuk mengukur kadar kalsium, asam urat, kreatinin, naatrium, pH, dan volume
total merupakan bagian dari upaya diagnostic. Riwayat diet dan medikasi serta
riwayat adanya batu ginjal dalam keluarga didapatkan untuk mengidentifikasi
faktor yang mencetuskan terbentuknya batu pada pasien.
9. Diagnosis keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi pada saluran kemih
b. Penurunan pola eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi karena baru
c. Resiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan mual dan muntah
d. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (inflamasi)
10. Komplikasi
Nefrolitiasis mempunyai komplikasi yang meliputi
a. Adanya obstruksi
b. Infeksi ginjal
Dalam alliran kencing statis adalah tempat yang layak untuk ekspansi
mikroorganisme. Sehingga akan menyebabkan penyakit peritoneum
c. Gagal ginjal
Ada kerusakan lebih lanjut pada neuron dan vena yang disebut batu tekanan dalam
film ginjal karema suplai oksigen yang tidak memadai. Hal ini menyebabkan
iskemia ginjal dan bila tidal diobati dapat menyebabkan gagal ginjal
d. Vaskuler iskemik
Terjadi karena aliran darah ke jaringan berkurang, menyebabkan lewatnya jaringan
e. Hydronefrosis
Ada kerusakan lebih lanjut pada neuron dan vena yang disebut batu tekanan di
lapisan ginjal karena suplai oksigen yang terlambat. Hal ini menyebabkan iskemia
ginjal dam setiap kali tidak diobati dapat menyebabkan gagal ginjal. Terjadi karena
aliran darah kedalam jaringan berkurang sehingga terjadi kematian jaringan
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Keluhan utama
Biasanya keluhan utama klien merasakan nyeri, akut/kronik dan kolik yang
menyebar ke paha dan genetelia. Yang dimana keluhan yang paling dirasakan oleh
oasien itu sendiri adalah terjadi penurunan produksi miksi
b. Riwayat Kesehatan lalu
Biasanya klien yang menderita penyakit batu ginjal, pernah menderita penyakit
infeksi saluran kemih. Riwayat terpapar toksin, obat nefrotik dengan penggunaan
berulang, riwayat tes diagnostik dengan kontras radiografik
c. Riwayat Kesehatan keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayar ginjal
d. Riwayat Kesehatan sekarang
Tidak bisa BAK (produksi sedikit), sering BAK pada malam hari, kelemahan otot
atau tanpa keluhan lainnya
2. Pengkajian fisik
a. Keadaan umum : klien tampak sakit sedang, nyeri pada bagian punggung bawah
hingga pangkal paha dan gangguan dalam berkomunikasi
b. Kesadaran : apatis
 Eye : 3
 Verbal : 4
 Motoric : 5
c. Tanda-tanda vital
 Nadi : 60-100 x/menit
 Respirasi : 16-20 x/menit
 Suhu : 37*C
 Tekanan darah : 100-120/10-80mmHg
d. Pemeriksaan fisik head to toe
1) Kepala
Inspeksi : bentuk bulat, tidak ada lesi, distribusi rambut baik, warna rambut
hitam
2) Mata
Inspeksi : strabismus, konjungtiva tidak anemis
3) Telinga
Inspeksi : simetris kanan dan kiri, terlihat sedikit serumen, tidak ada lesi.
4) Hidung
Inspeksi : tidak ada polip ataupun lesi.
5) Mulut
Inspeksi : bau mulut (ammonia breath), tidak ada lesi, terkadang timbul
stomatitis.
6) Leher
Inspeksi dan palpasi : tidak ada pembesaran kelenjat tiroid dan vena jugularis.
7) Dada
Ispeksi : bentuk dada normal, pergerakan dada simetris.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ekspansi paru simetris saat inspirasi
dan ekspirasi.Perkusi : suara resonan.
Auskultasi : tidak ada bunyi wheezing
8) Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi
Auskultasi : terdengar bising usu 10 x/menit
Perkusi : tidak terdapat massa abdomen, bunyi timpani
Palpasi : nyeri tekan pada perut bawah
9) Ekstremitas atas
Inspeksi : pergerakan tangan kanan dan kiri baik, ROM baik
10) Ekstremitas bawah
Inspeksi : pergerakan tangan kanan dan kiri baik, ROM aktif
11) Genetalia
Inspeksi : penyebaran rambut pubis merata, kebersihan baik
3. Rencana Asuhan Keperawatan

no Diagnosa Kriteria hasil/tujuan intervensi rasional


keperawatan
1 Nyeri akut b.dTujuan =Setelah dilakukan 1. Catat lokasi, lamanya intensitas 1. Membantu mengevaluasi tempat
peningkatan kontraksitindakan selama 3x24 jam danpenyebaran obstruksi dan kemajuan gerakan
uriteral, traumamaka nyeri hilang, 2. Jelaskan penyebab nyeri dan kalkulus
jaringan, pembentukankeseimbangan cairan pentingnyamelaporkan keperawat 2. Pemberian analgesic sessuai
edema,ischemiaseluler dipertahankan. terkait perubahan karakteristik waktu
Kriteria hasil =pasien bebas nyeri 3. Meningkatkan relaksasi,
dari rasa nyeri pasien 3. Berikan tindakan nyaman menurunkan tegangan otot
tampak rileks, bisa tidurdan 4. Berikan obat sesuai indikasi : 4. Diberikan selama akut untuk
istirahat. :contoh meperidin (demerol) dan menurunkan kolik uretral dan
morfin. meningkatkan relaksasi
5. Berikan kompres hangat otot/mental
5. Menghilangkan tegangan otot
dan dapat menurunkan reflex
spasme

2 Gangguan eliminasiTujuan= setelah 3x24jam 1. Awasi output dan input 1. Memberikan informasi tentang
urin b.d stimulasipasien mampu berkemih karakteristik urin. fungsi ginjal dan adanya
kandung kemih olehdengan normal 2. Tentukan pola berkemih normal komplikasi (infeksi dan
batu, iritasi ginjal atauKriteria hasil= pola pasien dan perhatikanvariasi pendarahan)
ureteral, obstruksieliminasi urine dan output 3. Dorong peningkatan 2. Kalkulus dapat menyebabkan
mekanin,inflamasi. dalam batas normal, tidak eksitabilitan saraf, yang
menunjukkan adanya menyebabkan sensasi kebutuhan
sensasi
tanda-tanda onstruksi (tidak pemasukan cairan segera
ada rasa sakit saat 4. Awasi pemeriksaan LAB 3. Peningkatan hidrasi
berkemih), pengeluaran (elektrolit, BUN, kretainin) membilas bakteri
urin lancar. 5. Ambil urin untuk culture dan 4. Peninggian BUN, kretinin dan
sensifitas elektrolit
mengindikasikan disfungsi ginjal
5. Menentukan adanya ISK, yang
menjadi penyebab
komplikasi
3 Risiko Tujuan = setelah dilakukan 1. Awasi pemasukan dan 1. Membandingkan keluaran
kekurangan tindakan 1 x 24 jam maka pengeluaran aktual dan yang diantisipasi
volume cairan pasien mempertahankan 2. Catat insiden muntah, diare. membantu evaluasi adanya
-Berhubungan keseimbangan cairan Perhatikan karakeristik diare dan kerusakan
dengan mual dan adekuat muntah 2. Mual muntah dan diare secara
muntah Kriteria hasil = membrane 3. Tindakan pemasukan cairan 3-4 umum berhubungan dengan
mukosa lembab, turgor kulit L/hari dalam toleransi jantung kolok ginjal
baik, berat badan normal 4. Jika perlu, berikan obat anti 3. Mempertahankan
enemik keseimbangan cairan untuk
homeostatis juga tindakan
“mencuci” yang dapat
membilas batu keluar
4. Indikator hidrasi atau volume
sirkulasi dan
kebutuhan intervensi.
DAFTAR PUSTAKA

SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
IndikatorDiagnostik (Edisi II). DPP PPNI.
SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
TindakanKeperawatan (Edisi 1). DPP PPNI.
SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan KriteriaHasil
Keperawatan (Edisi 1). DPP PPNI.
Sakhae. “kindey stones 2012: pathogenesis, diagnosis, and managemen”. The Journal of clinical
Endocrinology & Metabolisme, 2012
Pearce, Evelyn C. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia PustakaUtama
Setiadi, Setiadi. 2017. Konsep manajemen keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai