Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan
alat  – alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24
jam.(Abdul Bari Saifuddin, 2008)
Post partum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas
dari rahim, sampai 6 minggu berikutnya disertai dengan pulihnya kembali organ-organ
yang berkaitan dengan kandungan yang mengalami perubahan seperti perlukaan,
keluarnya cairan berupa lochea dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni,
2009)
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Bobak, 2010).
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. (Hadijono,2008)
Perawatan post partum yang tidak sesuai denganstandar bisa menyebabkan komplikasi
yang mengarah ke kematian ibu. Penyebab kematian ibu di Indonesia meliputi penyebab
obstetri langsung yaitu perdarahan, preeklamsi/eklamsi, infeksi, dan penyebab tidak
langsung yaitu trauma obstetri. Menurut World Health Organization (WHO) kematian ibu
adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya
kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau
penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cedera (Profil Kesehatan
Indonesia 2013).
Menurut laporan WHO tahun 2014 angka kematian ibu didunia yaitu
289.000 jiwa. Angka kematian ibu di Amerika Serikat yaitu 9.300 jiwa Afrika Utara
179.000 jiwa dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Berdasarkan survei demografi dan
kesehatan Indonesia (SDKI, 2014), angka kematian ibu di Indonesia se besar
214 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014). Angka Kematian Ibu (AKI) mengacu
pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan proses kehamila.
persalinan dan nifas. AKI di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada periode
2004-2010 cenderung mengalami penurunan yang bermakna. Pada tahun 2004 AKI di
NTT sebesar 554/100.000 kelahiran hidup (Surkesmas) dan menurun menjadi
306/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Namun berdasarkan hasil
sensus penduduk.
tahun 2010 AKI meningkat menjadi 536/100.000 kelahiran hidup untuk mengatasi
masalah ini maka provinsi NTT telah menginisiasi terobosan-terobosan dengan revolusi
KIA dengan motto semua ibu melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai
(SDKI,2007).
Laporan Profil Dinas kesehatan kabupaten atau kota seprovinsi NTT tahun 2015
menunjukkan bahwa konversi AKI per 100.000 kelahiran hidup selama periode 3 tahun
(2013-2015) mengalami fluktuasi. Jumlah kasus kematian ibu pada tahun 2011 sebesar
208atau 220/100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2012 menurun menjadi 192 atau
200/100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2013 menurun menjadi 176 atau 185,6/100.000
kelahiran hidup selanjutnya pada tahun 2014 menurun lagi menjadi 158 kasus atau
169/100.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2015 meningkat menjadi 178
kematian atau 133/100.000 kelahiran hidup.
Tingginya angka kematian ibu maka perlu adanya penanganan yang lebih baik lagi.
Penanganan keperawatan berupa pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif pada
ibu post partum atau masa nifas dimulai dari pengkajian sampai pada evaluasi. Pengkajian
pada ibu post partum atau masa nifas merupakan salah satu tahapan dalam asuhan
keperawatan pada ibu post partum normal ataupun komplikasi, tujuan dari pengkajian ini
yaitu untuk mengetahui kesehatan ibu post partum apakah normal atau tidak normal.
Pengkajian dimulai dari melakukan pemeriksaan vital sign (tekanan darah, nadi, suhu dan
pernapasan), kepala dan wajah, dada, payudara, ekstremitas atas, abdomen, pengkajian
involutio uteri, pengkajian diastasi recti abdominus, pengkajian vulva, vagina, dan
lochea,pengkajian perineum fokus pada episiotomi dan ekstremitas bagian bawah.

Masalah keperawatan di buat berdasarkan kompenennya yaitu penyebab atau gejala


(PES) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE), bersifat aktual dan potensial. Masalah
keperawatan yang bisa ditemukan pada ibu dengan post partum adalah nyeri, risiko
infeksi, gangguan pola eliminasi bowel, gangguan pola tidur, ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan. Berdasarkan masalah yang ada perawat membuat perencanaan
yang meliputi penentuan prioritas masalah dan intervensi. Secara umum intervensi yang
dilakukan adalah melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri, melakukan perawatan
vulva, dan memberikan pendidikan kesehatan.

1.2. Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

 Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan post partum normal

1.2.2 Tujuan Khusu

 Mahasiswa mampu menerapkan konsep dasar teori pada post partum


normal

 Mahasiswa mampu melakukan Pengkajian Keperawatan pada Post


Parrtum Normal

 Mahasiswa mampu menetapkan Diagnosa Keperawatan pada Post


Partum Normal

 Mahasiswa mampu menyusun Rencana Keperawatan pada Post Partum


Normal

 Mahasiswa mampu melaksanakan Tindakan Keperawatan pada Post


Partum Normal

 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi Keperawatan pada Poost


Partum Normal

1.3. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Menambah wawasan dan dapat meningkatkan kesehatan tentang Fisiologi
Reproduksi Ibu Post Partum Atau Ibu Masa Nifas
2. Bagi pengembangan ilmu dan tenaga kesehatan
Sebagai bahan masukan yang diperlukan dalam Pelaksanaan Praktik
Pelayanan Keperawatan Khususnya Keperawatan Maternitas yaitu pada ibu
dengan Post Partum Normal.
3. Bagi penulis
 Menambah pengetahuan dalam aplikasi yang lebih nyata dilapangan
dibidang maternitas Dengan Pasien Post Partum Normal
 Mengasah keterampilan dalam melakukan implementasi keperawatan
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit


a. Pengertian
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan
alat  – alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari
24 jam.(Abdul Bari Saifuddin, 2008)
Post partum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar
lepas dari rahim, sampai 6 minggu berikutnya disertai dengan pulihnya kembali
organ-organ yang berkaitan dengan kandungan yang mengalami perubahan seperti
perlukaan, keluarnya cairan berupa lochea dan lain sebagainya berkaitan saat
melahirkan (Suherni, 2009)
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak
bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum
hamil (Bobak, 2010).
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. (Hadijono,2008)

b. Anatomi Fisiologi
Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam rongga
pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang terletak di
perineum. Struktur reproduksi interna dan eksterna berkembang menjadi matur akibat
rangsang hormon estrogen dan progesteron (Bobak, 2005).
a) Sturkur External

- Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata
ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran
panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang
dibatasi perineum.
- Mons Pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk
bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas simfisis
pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea dan ditumbuhi rambut
berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, mons berperan dalam
sensualitas dan melindungi simfisis pubis selamakoitus.
- Labia Mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi
lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya
memanjang dari mons pubis ke arah
bawah mengililingi labia minora, berakhir di perineum pada garis tengah.
Labia mayora melindungi labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina.
Pada wanita yang belum pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia
mayora terletak berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di
bawahnya.
Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada
perineum, labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka.
Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora. Pada
permukaan arah lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih gelap
daripada jaringam sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar dan semakin
menipis ke arah luar perineum. Permukaan medial labia mayora licin, tebal,
dan tidak tumbuhi rambut. Sensitivitas labia mayora terhadap sentuhan, nyeri,
dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf yang menyebar luas,
yang juga berfungsi selama rangsanganseksual.
- Labia Minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit
yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang
memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dan dan menyatu dengan
fourchett. Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung
pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina.
Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia berwarna merah
kemerahan dan memungkankan labia minora membengkak, bila ada stimulus
emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di labia minora juga melumasi
vulva. Suplai saraf yang sangat banyak membuat labia minora sensitif,
sehingga meningkatkan fungsi erotiknya.
- Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di
bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat
adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan
lebih sensitif dari pada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glans
dan badan klitoris membesar.
Kelenjar sebasea klitoris menyekresi smegma, suatu substansi lemak seperti
keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai feromon. Istilah klitoris
berasal dari kata dalam bahasa yunani, yang berarti ‘’kunci’’ karena klitoris
dianggap sebagai kunci seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah dan
persarafan yang banyak membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu,
sentuhan dan sensasi tekanan.
- Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong,
terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari
muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan
vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia.
Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia
mayora, masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.
- Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah
di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis terletak di
antara fourchette dan himen
- Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina
dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.

b) Struktur Internal
- Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba
falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding
pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka anterosuperior, dan ligamentum
ovarii proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium adalah
menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium
wanita normal mengandung banyak ovum primordial. Di antara interval selama
masa usia subur ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon seks
steroid dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,perkembangan, dan
fungsi wanita normal.
- Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke
arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk
mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan
berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum. Ovum didorong
di sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh gerakan peristaltis
lapisan otot. Esterogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltis.
Aktevites peristaltis tuba fallopi dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang
terbesar ialah pada saat ovulasi.
- Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak
mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri
bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus yang
merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba fallopi, korpus yang
merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni
bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks dan
dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga fungsi
uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan
danpersalinan.
- Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap stimulai
esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus
menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang di ambil dari mukosa vagina
dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan vagina
berasal dari traktus genetalis atas atau bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi
antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan keasaman. Apabila
pH nik diatas lima, insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus
mengalir dari vagina mempertahankan kebersihan relatif vagina.

c. Etiologi
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan
atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan.
Partus dibagi menjadi 4 kala :

 kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai


pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak
begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk
primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.

 Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2 sampai 3
menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir kala I ketuban pecah
yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak. Ketuban pecah pada
pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan. Kedua kekuatan, His
dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga kepala membuka pintu.
Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar. Setelah putar paksi luar
berlangsung kepala dipegang di bawah dagu di tarik ke bawah untuk melahirkan
bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir ketiak di ikat untuk melahirkan sisa
badan bayi yang diikuti dengan sisa air ketuban.

 Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit. Dengan
lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya plasenta dapat ditandai
dengan uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke atas, tali pusat bertambah
panjang dan terjadi perdarahan.

 Kla IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post


partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama, observasi yang dilakukan yaitu
tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus,
terjadinya perdarahan. Perdarah dianggap masih normal bila jumlahnya tidak
melebihi 400 sampai 500 cc (Manuaba, 1989).
 Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu, faktor janin, dan
faktor persalinan pervaginam.

 Faktor Ibu
- Paritas
Menurut panduan Pusdiknakes 2003, paritas adalah jumlah kehamilan
yang mampu menghasilkan janin hidup di luar rahim (lebih dari 28 minggu).
Paritas menunjukkan jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai batas
viabilitas dan telah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah anaknya ( Oxorn,
2003).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia paritas adalah keadaan
kelahiran atau partus. Pada primipara robekan perineum hampir selalu
terjadi dan tidak jarang berulang pada persalinan berikutnya (Sarwono,
2005).
- Meneran
Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran bila
pembukaan sudah lengkap dan reflek ferguson telah terjadi. Ibu harus
didukung untuk meneran dengan benar pada saat ia merasakan dorongan dan
memang ingin mengejang (Jhonson, 2004). Ibu mungkin merasa dapat
meneran secara lebih efektif pada posisi tertentu (JHPIEGO, 2005).

 Faktor Janin
- Berat Badan Bayi Baru lahir
Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000 gram
(Rayburn, 2001).
Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko trauma persalinan
melalui vagina seperti distosia bahu, kerusakan fleksus brakialis, patah
tulang klavikula, dan kerusakan jaringan lunak pada ibu seperti laserasi jalan
lahir dan robekan pada perineum (Rayburn, 2001).

 Presentasi
Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungan sumbu
memanjang janin dengan sumbu memanjang panggul ibu ( Dorland, 1998).
- Presentasi Muka
Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin memanjang, sikap
extensi sempurna dengan diameter pada waktu masuk panggul atau diameter
submentobregmatika sebesar 9,5 cm. Bagian terendahnya adalah bagian
antara glabella dan dagu, sedang pada presentasi dahi bagian terendahnya
antara glabella dan bregma (Oxorn, 2003).
- Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian (pertengahan), hal ini
berlawanan dengan presentasi muka yang ekstensinya sempurna. Bagian
terendahnya adalah daerah diantara margo orbitalis dengan bregma dengan
penunjukknya adalah dahi. Diameter bagian terendah adalah diameter
verticomentalis sebesar 13,5 cm, merupakan diameter antero posterior
kepala janin yang terpanjang (Oxorn, 2003).
- Presentasi Bokong
Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan kelainan dalam
polaritas. Panggul janin merupakan kutub bawah dengan penunjuknya
adalah sacrum. Berdasarkan posisi janin, presentasi bokong dapat dibedakan
menjadi empat macam yaitu presentasi bokong sempurna, presentasi bokong
murni, presentasi bokong kaki, dan presentasi bokong lutut (Oxorn, 2003).

 Faktor Persalinan Pervaginam


- Vakum ekstrasi
Vakum ekstrasi adalah suatu tindakan bantuan persalinan, janin
dilahirkan dengan ekstrasi menggunakan tekanan negatif dengan alat vacum
yang dipasang di kepalanya
( Mansjoer, 2002).
- Ekstrasi Cunam/Forsep
Ekstrasi Cunam/Forsep adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan
dengan cunam yang dipasang di kepala janin (Mansjoer, 2002). Komplikasi
yang dapat terjadi pada ibu karena tindakan ekstrasi forsep antara lain ruptur
uteri, robekan portio, vagina, ruptur perineum, syok, perdarahan post
partum, pecahnya varices vagina (Oxorn, 2003).
d. Patofisiologi

Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya
disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting
lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh hormon laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar
mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga
seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam
cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah
timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta
pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi
endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2
sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur
kembali seperti sedia kala.
e. Pathway

Masa nifas

Perubahan Perubahan psikologi

Kondisi lemah Kontraksi

Sulit bergerak Tidak adekuat

Tampak meringis Adekuat Uterus lemah

Intoleransi aktivitas Kontraksi uterus kuat Pendarahan

Lochea Involusi

Kuman mudah berkembang Nyeri akut

Resiko infeksi
f. Manifestasi Klinik
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode
ini kadang-kadang disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan
(Bobak, 2004).
a) Sistem reproduksi
- Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Uterus, pada waktu hamil penuh
baratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira
500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr dua minggu setelah
lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam
panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 5060gr. Pada
masa pasca partum penurunan kadar hormon
menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung
jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang
terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran
uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
- Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar
hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi
pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam
pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang
dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus,
suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan
segera setelah plasenta lahir.
- Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi
vaskular dan trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area
yang meninggi dan bernodul tidak teratur. Pertumbuhan
endometrium ke atas menyebapkan pelepasan jaringan nekrotik
dan mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi
karakteristik penyembuha luka. Regenerasi endometrum,
selesai pada akhir minggu ketiga masa pasca partum, kecuali pada
bekas tempat plasenta.
- Lochea
 Lochea Rubra terutama mengandung darah dan debris desidua
dan debris trofoblastik. Aliran menyembur menjadi merah
setelah 2-4 hari.
 Lochea sanguinolenta berwarnah merah kecoklatan dan
berlendir, terjadi pada hari ke 4-7 post partum
 Lochea Serosa terdiri dari darah lama, serum, leukosit dan
denrus jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, cairan
berwarna kuning atau putih.
 Lochea Alba mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mukus,
serum dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu
setelah bayi lahir.
- Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam
pasca partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih
padat dan kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen
bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa
hari setelah ibu melahirkan.
- Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara
bertahap ke ukuran sebelum hami, 6-8 minggu setelah bayi lahir.
Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu keempat,
walaupun tidak akan semenonjol pada wanita nulipara.

b) Sistem endokrin
- Hormon plasenta
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan
kortisol, serta Placental Enzyme Insulinase membalik efek
diabetagenik kehamilan. Sehingga kadar gula darah menurun
secara yang bermakna pada masa puerperium. Kadar esterogen dan
progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar,
penurunan kadar esterogen berkaitan dengan pembengkakan
payudara dan diuresis cairan ekstra seluler berlebih yang
terakumulasi selama masa hamil.
- Hormon hipofisis
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita
menyusui dan tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang
tinggi pada wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan
ovulasi. Karena kadar follikel-stimulating hormon terbukti
sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui di simpulkan
ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar
prolaktin meningkat (Bowes, 1991).

c) Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomenya
akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil.
Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan
sebelum hami.

d) Sistem urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita
melahirkan. Diperlukan kira-kira dua sampai 8 minggu supaya hipotonia pada
kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum
hamil (Cunningham, dkk ; 1993).

e) Sistem cerna
- Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan
keletihan, ibu merasa sangat lapar.
- Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selam waktu yang singkat setelah bayi lahir.
- Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai
tiga hari setelah ibu melahirkan.
- Payu dara
Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payu dara
selama wanita hamil (esterogen, progesteron, human chorionik
gonadotropin, prolaktin, krotison, dan insulin) menurun dengan cepat
setelah bayi lahir.

f) Sistem kardiovaskuler
- Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor misalnya
kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran
cairan ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan akibat penurunan
volume darah total yang cepat tetapi terbatas. Setelah itu terjadi
perpindahan normal cairan tubuh yang menyebapkan volume darah
menurun dengan lambat. Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi
lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume
sebelum lahir.
- Curah jantung
Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat
sepanjang masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini
akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena
darah yang biasanya melintasi sirkuit utero plasenta tibatiba kembali
ke sirkulasi umum (Bowes, 1991).
- Tanda-tanda vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita
dalam keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan
tekanan darah sistol maupun diastol dapat timbul dan berlangsung
selama sekitar empat hari setelah wanita melahirkan(Bowes, 1991).

g) Sistem neurologi
Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan
adaptasi neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebapkan trauma
yang dialami wanita saat bersalin dan melahirkan.
h) Sistem muskuluskeletal
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil
berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup
hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan
pusat berat ibu akibat pembesaran rahim.
i) Sistem integumen
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat
kehamilan berakhir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut
akan menutap. Kulit kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan
panggul mungkin memudar, tapi tidak hilang seluruhnya.

g. Pemeriksaan Fisik

 TTV

- Nadi

- Tekanan Darah

- SpO2

- Suhu

- Pernafasan

 Pemeriksaan mata

- Konjungtiva

- Sklera

 Pemeriksaan toraks

 Pemeriksaan dada

- Kesimetrisan dada

- Payudara

 Pemeriksaan abdomen

- Tinggi fundus

- Pemeriksaan leopold

 Pemeriksaan genetelia

 Pemeriksaan ekstermitas

h. Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada
Periodepasca partum. Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkali
dibutuhkan pada hari pertama pada partum untuk mengkaji kehilangan
darah pada melahirkan.
- Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau
dengan tehnik pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini dikirim ke
laboratorium untuk dilakukan urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas
terutama jika cateter indwelling di pakai selama pasca inpartum. Selain itu
catatan prenatal ibu harus di kaji untuk menentukan status rubelle dan
rhesus dan kebutuhan therapy yang mungkin (Bobak, 2004).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


a. pengkajian
1. Identitas Pasien
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Kehamilan
4. Riwayat Persalinan
- Tempat persalinan
- Normal atau terdapat komplikasi
- Keadaan bayi
- Keadaan ibu
5. Riwayat Nifas Yang Lalu
- Pengeluaran ASI lancar / tidak
- BB bayi
- Riwayat ber KB / tidak
6. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum pasien
- Abdomen
- Saluran cerna
- Alat kemih
- Lochea
- Vagina
- Perinium dan rectum
- Ekstremitas

b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedraan fisik
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan imobilitas
3. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif

c. Rencana Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedraan fisik
SLKI : tingkat nyeri
- Nyeri menurun
- Meringis menurun
- Gelisah menurun
- Kesulitan tidur menurun
- Perineum terasa tertekan menurun
- Kemampuan menentukan aktifitas meningkat
SIKI : Manajemen Nyeri
 Observasi
- Identifikasi, lokasi, krakteristik, frekuensi, kualitas, intensitas
- Identifikasi skala nyeri
 Terapeutik
- Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
 Edukasi
- Jelaskan strategi meredahkan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgeetik

2. intoleransi aktifitas bd imobilitas


SLKI : Toleransi aktifitas
- Kemudahan melakukan aktifitas sehari hari meningkat
- Keluhan lelah menurun
- Perasaan lemah menurun
SIKI :Manajemen energy
 Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengalami gangguan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan ketidak nyamanan selama melakukan
aktifitas
 Terapeutik
- Lakukan rentang gerak aktif dan pasif
- Berikan aktifitas distraksi yang menyenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur jika dapat berpindah atau
berjalan
 edukasi
- anjurkan tirah baring
- anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap

3. Resiko infeksi bd efek prosedur invasif


SLKI : tingkat infeksi
- kemerahan menurun
- Nyeri menurun
- Bengkak menurun
SIKI : perawatan perinium
 Observasi
- Inspeksi insisi atau robekan perinium
 Terapeutik
- Berikan posisi nyaman
- Bersihkan area perineum secara teratur
- Berikan pembalut yang menyerap cairan
 Edukasi
- Anjurkan pasien dan keluarga mengobservasi tanda abnormal
pada perinium
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgeetik
- Kolaborasi pemberian anti inflamasi

BAB III
TINJAUAN KHASUS
A. PENGKAJIAN
1. a. Identitas Pasien
Nama : Ny. O. M
Umur : 28 Thn
Agama : Khatolik
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Ds. Tenda Bara
Tanggal Partus : !8, April 2022
Jenis Partus : Partus Normal
b. Penangung Jawab
Nama : Tn. Y. N
Umur : 32 Thn
Agama : Khatolik
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat : Ds. Tenda Bara
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada perut, dan jalan lahir serta sulit untuk bergerak
Klien tampak meringis kesakitan
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien dengan Post Partum Normal , dan merasa nyeri pada perut, dan jalan lahir
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan selama hamil rutin memeriksakan kandunganya ke poskesdes
terdekat, dan mendapat obat yang di berikan oleh petugas kesehatan

d. Riwayat Obstetri
No Umur L/ H/M BBL JENIS LAHIR PENOLONG NIFAS LALU
P
1 12Thn L H 3,0kg Partus Normal Bidan Normal
2 9Thn L H 2,9kg Partus Normal Bidan Normal
3 7Thn L H 3,1kg Partus Normal Bidan Normal
4 1Bln P M 2,7kg Partus Normal Bidan Normal
5 1Thn L H 3,2kg Partus Normal Bidan Normal
6 3Hari P H 3,2kg Partus Normal Bidan Normal

3. Riwayat Kehamilan Sekarang


a. Gangguan Pada Hamil Muda : mual/ muntah
b. Tempat Memeriksakan Kehamilan : poskesdes
c. Obat Yang Diberikan : vitamin, dan obat penambah darah
d. Nutrisi Selama Hamil : nasi, sayur, ikan , tempe , tahu

4.Riwayat Persalinan
a. Jenis Persalinan : spontan pervaginaan
b. Lama Persalinan :± 30 mnt
c. Jumlah Pendarahan : ±150cc
d. Keadaan Umum : composmentis
e. Kontraksi : kontraksi rahim (+)
f. TFU : 3 jari di bawah pusat

5. Riwayat Kontrasepsi
Tidak ada riwayat kontrasepsi

6. Data Psikologis
a. Empati Sensitivitas Terhadap Bayi : iya, Ibu selalu memberikan asi ketika bayinya
kelaparan, ibu selalu memperhatikan dan
menanyakan setiap tindakan keperawatan yang di
berikan kepada bayinya
b. Respon Ibu Ketika Bayi Menangis : ibu langsung menggendong bayinya dan
menenangkannya
c. Konsep Diri
a). Perubahan yang ibu rasakan setelah mengalami Persalinan
ibu merasa Nyeri dan sulit untuk bergerak

b). Apakkah ada hal penting yang dipikirkan saat ini


ibu lebih menjaga kesehatan bayinya karena trauma akan kematian anak ke
empatnya
c). Kesesuaian antara harapan dan kenyataan
ibu merasa bahagia karena apa yang diharapkannya menjadi kenyataan

7. Kecemasan
a). Apa respon ibu jika bayi sakit
ibu langsung mengambil tndakan untuk segera mengantarnya ke puskesdes terdekat
karena trauma akan kehilangan anak ke empatnya
b). perubahan ibu ketika bayi sakit
ibu merasa ketakutan, dan panik

8. Depresi
Klien tidak mengalami depresi

9. Pemenuhan Kebutuhan Dasar


a. Nutrisi : Makan 3x/sehari (nasi, sayur, ikan, tempe, tahu)
b. Eliminasi : BAB (2x/sehari) BAK (Tidak menentu ± 3x sehari)
c.Oksigenasi : Normal, tidak ada gangguan pernafasan
d.Aktifitas dan istirahat : sulit tidur karena merasa nyeri
e. Pola Tidur : tidak teratur
f. Seksualitas : untuk sementara di hentikan karena baru saja melahirkan

10. Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan umum : compos mentis, TTV= spO2. 98%, TD. 110/80 mmHg,
RR. 20x/m, N. 93x/m, S. 36,4ºc
b. Mata : Konjungtiva merah muda, sclera putih
c. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
d. Dada : simetris, tidak ada nyeri tekan, punting susu menonjol,
ASI (+)/(+)
e. Genetalia : perineum rupture tkt II
f. Ekstermitas : terpasang infuse Rl 500cc (20tpm) pada ektermitas atas kanan

11. Pemeriksaan Penunjang


a. Laboratorium : Hb 10,9 %

B. ANALISA DATA
DATA MASALAH ETIOLOGI
KEPERAWATAN
DS. Klien mengatakan Nyeri 1. Agen Pencedraan fisik 1. Robekan perenium
pada perut dan jalan 2. Efek Prosedur Invasif 2. Resiko infeksi
lahir serta sulit untuk
bergerak
DO. Klien tampak lemah
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedraan fisik ditandai dengan Ds. Klien
mengatakan nyeri pada perut, dan jalan lahir, Do. Klien tampak meringis kesakitan
2. Resiko Infeksi Bd Efeck Prosedur Invasif

Anda mungkin juga menyukai