Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Post partum adalah masa sesudah melahirkan atau persalinan.
Masa beberapa jam sesudah lahirnya plasenta atau tali pusat sampai
minggu ke enam setelah melahirkan (Rose & Janet, 2018). Masa
postpartum dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali pada masa sebelum hamil yang berlangsung kira-kira
enam minggu, setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya
pada waktu saluran reproduksi kembali kekeadaan yang normal pada saat
sebelum hamil (Wahyuningsih, 2018).
Masa Nifas atau Postpartum merupakan masa transisi setelah
persalinan dimana saattersebut muncul perasaan nyeri pada perineum
karena robekan dijalan lahir serta timbulnya kecemasan dan hal ini yang
tidak jarang menyebabkan mordibitas seorang ibu sehingga menyebabkan
ketidaknyamanan.(Rahmaniar et al., 2019). Mordibitas berhubungan
dengan luka perineum dan penjahitan dimana sebagian besar ibu pada
masa postpartum masih merasakan nyeri pada perineumnya dan 77%
diantaranya adalah primipara serta 52% multipara.
Luka perineum pada masa postpartum memberikan pengaruh
secara fisik dan psikologis. 78% ibu melahirkan mengalami trauma
perineum yang berasal dari nyeri perineum dengan derajat nyeri yang
berbeda- beda tergantung jenis dan luasnya robekan perineum. Nyeri
perineum dapat dipengaruhi oleh peregangan saat melahirkan, tekanan
kepala janin, serta tingkat keparahan trauma perineum spontan.(Ulfah,
Novitasari, & Murniati, 2019).
Menurut World Health Organization(WHO 2014) Hampir 90%
proses persalinan normal itu mengalami nyeri akibat robekan perineum
baik dengan atau tanpa episiotomi, data lain menunjukkan bahwa 50%
kejadian rupture perineum di dunia terjadi di Asia(Istiana, Rahmawati dan
Kusumawati, 2020). Sebuah penelitian dengan survei yang dilakukan pada
ibu postpartum sebagian besar ibu merasakan nyeri pada perineum, 77%
diantaranya adalah primipara dan 52% multipara(Suciani Pujiningrum,
2019).
Nyeri diakibatkan oleh robekan yang terjadi pada perenium,
vagina, serviks, atau uterus dapat terjadi secara sepontan atau akibat
tindakan manipulatif pada pertolongan persalinan. Nyeri perineum sebagai
manifestasi dari luka bekas penjahitan yang dirasakan pasien akibat ruptur
perineum.
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak
menyenangkan. Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda
pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hannya orang
tersebutlah yang dapat menjelaskan bagaimana atau mengevaluasi rasa
nyeri yang dialaminya. (Oktarina, 2020). Pada saat terjadi persalinan
hampir semua mengalami ruptur perineum baik itu robekan yang disengaja
dengan episiotomi atau robekan secara spontan akibat persalinan. nyeri
yang dirasakan oleh ibu postpartum disebabkan luka jahitan akibat
terjadinya kerusakan jaringan berupa ruptur perineum atau episiotomi
pada saat persalinan, mengakibatkan reseptor nyeri, dan nyeri
dipresepsikan oleh pasien bagaimana kuatitas nyerinya.
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan adalah
melalui upaya promotive (Peningkatan) meliputi pengetahuan cara
mengontrol nyeri akibat tindakan invasif (episiotomi), upaya preventive
(pencegahan) meliputi cara pencegahan infeksi lanjut dengan melakukan
perawatan perineum serta memberikan pengobatan dan metode
manajeman nyeri yang digunakan adalah non farmakologi.
Dari penjelasan diatas kami menjadi tertarik untuk membahas
kasus dalam seminar kasus dengan judul Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Ibu Postpartum Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di BPM
Susi Kota Bengkulu
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penatalaksanaan asuhan keperawatan pada ibu postpartum
normal dengan nyeri di BPM Susi kota Bengkulu?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kepada ibu postpartum normal dengan
masalah nyeri sesuai dengan asuhan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a Memberikan gambaran pengkajian yang dilakukan dengan nyeri akut,
risiko infeksi, dan ketidaknyamanan pasca partum
b. Memberikan gambaran rumusan masalah keperawatan dengan nyeri
akut, risiko infeksi, dan ketidaknyamanan pasca partum
c. Memberikan gambaran perencanaan masalah keperawatan dengan nyeri
akut, risiko infeksi, dan ketidaknyamanan pasca partum
d. Memberikan gambaran tindakan keperawatan dengan masalah nyeri
akut, risiko infeksi, dan ketidaknyamanan pasca partum
D. Manfaat
1.Bagi Unit Pelayanan Kesehatan
Sebagai bahan informasi bagi tenaga perawat di dalam menangani kasus
khususnya yang berkaitan dengan masalah nyeri post partum.
2.Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan dalam penerapan
proses asuhan keperawatan pada kasus ibu postpartum dengan masalah nyeri
poat partum
3.Bagi Ibu Nifas
Dapat menambah pengetahuan tentang perawatan nyeri setelah
melahirkan dan memberikan cara nonfarmakologi untuk meredakan nyeri
setelah melahirkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri,
tanpa bantuan alat – alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya
berlangsung kurang dari 24 jam.(Abdul Bari Saifuddin, 2008). Post
partum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar
lepas dari rahim, sampai 6 minggu berikutnya disertai dengan pulihnya
kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan yang mengalami
perubahan seperti perlukaan, keluarnya cairan berupa lochea dan lain
sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009)
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut
masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan
untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post
partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Bobak, 2010). Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam
setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.
(Hadijono,2008)

B. MANIFESTASI KLINIS
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu
sebelumnya wanita memasuki “bulannya atau minggunya atau harinya”
yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor) ini
memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
1. Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki
pintu atas panggul terutama pada primigravida pada multipara
tidak begitu kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawa janin.
4. Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah
dari uterus, kadang disebut “false labor pains”.
5. Serviks menjadi lembek, mulai melebar dan sekresinya bertambah
dan bisa bercampur darah (bloody shoe).

C. KLASIFIKASI
Tahapan yang terjadi pada masa nifas menurut (Saleha, 2009)
adalah sebagai berikut:
a. Priode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir 24 jam. Pada masa ini sering
terdapat masalah, misalnya perdarahan pada atonia uteri. Oleh karena
itu, bidan harus teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
Pengeluaran lokhea, tekanan darah dan suhu.
b. Priode early postpartum antara 24 jam sampai 1 minggu
Pada fase ini bisa memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,
Tidak ada perdarahan, lokhea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu
cukup mendapatkan makan dan cairan, serta ibu dapat menyusui
dengan baik.
c. Priode late postpartum antara 1 minggu sampai 5 minggu
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konseling keluarga berencana.

D. PATOFISIOLOGI/PATHWAY
1. Adaptasi Fisiologi
a. Infolusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil
setelah melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta
keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap
ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di
bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada
promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus
mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun kira-
kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca partum keenam
fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan
simpisis pubis.
Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat
sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu
setelah melahirkan dan 350 gr 2 minggu setelah lahir. Satu
minggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada
minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan
esterogen dan progesteron bertabggung jawab untuk pertumbuhan
masif uterus selama hamil. Pada masa pasca partum penurunan
kadar hormon menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara
langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan
yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap
ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna
segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap
penurunan volume intrauterin yang sangat besar. homeostasis
pasca partum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah
intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan
bekuan. Hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi
pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam
pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang
dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi
uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler
diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan
menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di payudara
segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang
pelepasan oksitosin.
2. Adaptasi psikologis
Menurut (Gerry morgan & Hamilton, 2010) adaptasi psikologis
ibu post partum dibagi menjadi 3 fase yaitu :
a. Fase taking in / ketergantungan Fase ini dimuai hari pertama dan
hari kedua setelah melahirkan dimana ibu membutuhkan
perlindungandan pelayanan.
b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan Fase ini
dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada
minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk
menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru.
Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu
muda yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan
fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik
c. Fase letting go / saling ketergantungan Dimulai sekitar minggu
kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga telah
menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasian
telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan
hubungan seksualnya telah dilakukan kembali.
Pada kasus post partum spontan akan terjadi perubahan
fisiologis dan psikologis pada perubahan fisiologis terjadi proses
involusi menyebabkan terjadi peningkatan kadar ocytosis, peningkatan
kontraks uterus sehingga muncul masalah keperawatan nyeri akut, dan
perubahan pada vagina dan perineum terjadi rupture jaringan terjadi
trauma mekanis, personal hygine yang kurang baik, pembuluh darah
rusak menyebabkan genetalia menjadi kotor dan terjadi juga perdarahan
sehingga muncul masalah keperawatan resiko infeksi. Pada perubahan
psikologis akan muncul taking in (ketergantungan) taking hold
(ketergantungan kemandirian), letting go (kemandirian) pada perubahan
taking in pasien akan membutuhkan perlindungan dan pelayanan ibu
akan cenderung berfokus pada diri sendiri dan lemas, sehingga muncul
masalah keperawatan gangguan pola tidur. Taking hold pasien akan
belajar mengenai perawatan diri dan bayi, akan cenderung butuh
informasi karena mengalami perubahan kondisi tubuh sehingga muncul
masalah keperawatan kurang pengetahuan. Letting go ibu akan mulai
mengalami perubahan peran, sehingga akan muncul masalah
keperawatan resiko perubahan peran menjadi orang tua.

Patway
Post partum normal
Perubahan fisiologi Perubahan Psikologi

VAGINA DAN PERINIUM Taking in


Taking hold Letting go

Belajar mengenai Resiko perubahan


RUPTUR JARINGAN Butuh perlindungan dan perawatan diri dan peran menjadi
pelayanan bayi orang tua

TRAUMA MEKANIS Personal hygine Pembuluh darah rusak


kurang baik Berfokus pada diri
Butuh informasi
sendiri dan lemas

NYERI AKUT Perdarahan


Genetalia kotor Gangguan pola tidur Kurang pengetahuan

Kekurangan volume
Resiko infeksi cairan

E. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas Pasien
2. Keluhan Utama
Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak
3. Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan serta riway.at penyakit menyetai
4. Riwayat Persalinan
- Tempat persalinan
- Normal atau terdapat komplikasi
- Keadaan bayi
- Keadaan ibu
5. Riwayat Nifas Yang Lalu
- Pengeluaran ASI lancar / tidak
- BB bayi
- Riwayat ber KB / tidak
6. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum pasien
- Abdomen
- Saluran cerna
- Alat kemih
- Lochea
- Vagina
- Perinium dan rectum
- Ekstremitas
- Kemampuan perawatan diri
7. Pemeriksaan psikososial
- Respon dan persepsi keluarga
- Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah
melahirkan
2. Resiko infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
perawatan vulva
G. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah
melahirkan
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri ibu
berkurang.
Intervensi:
a. Kaji karakteristik nyeri klien
b. Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi klien terhadap nyeri
c. Berikan posisi yang nyaman, tidak bising, terang dan tenang
d. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional:
a. Untuk menentukan jenis skala, dan tempat nyeri
b. Sebagai salah satu dasar untuk memberikan tindakan atau asuhan
keperawatan sesuai dengan respon klien.
c. Membantu klien rileks dan mengurang nyeri
d. Untuk menekan atau mengurangi nyeri
2. Resiko infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan perawatan
vulva
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tidak
terjadi infeksi dan pengetahuan bertambah
Intervensi:
a. Monitor tanda-tanda vital
b. Kaji daerah perineum dan vulva
c. Kaji pengetahuan pasien mengenai cara perawatan ibu post partum
d. Ajarkan perawatan vulva bagi pasien
e. Anjurkan pasien cuci tangan sebelum memegang daerah vulvanya
Raional:
a. Peningkatan suhu dapat mengidentifikasi adanya infeksi
b. Menentukan adakah tanda peradangan didaerah perineum dan
vulva
c. Pasien mengetahui cara perawatan vulva bagi dirinya
d. Pasien mengetahui cara perawatan vulva bagi dirinya
e. Meminimalkan terjadinya infeksi

DAFTAR PUSTAKA
A.,Fadiyana, E, 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: EGC

Bobak, L. J. 2010. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC.

Geri, Morgan dan Carol Hamilton. 2009. Obstetri dan Ginekoligi Panduan
Praktik. Jakarta: EGC

Saifuddin, Abdul Bari, 2002. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.

Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Suherni, 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya

Winkjosastro, G.H., Madjid, O.A., Hadijono, R.S., Adjie, J.S., Primadi,

Anda mungkin juga menyukai