Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60%
kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada
masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan, diantaranya
disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Oleh karena itu, peran dan
tanggung jawab bidan untuk memberikan asuhan kebidanan ibu nifas
dengan pemantauan mencegah beberapa kematian ini (Yeffy, 2019).

Asuhan selama periode nifas perlu mendapat perhatian karena sekitar


60% angka kematian ibu (AKI), terjadi pada periode ini. Sesuai dengan dasar
kesehatan pada ibu nifas yaitu paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa
nifas yaitu kunjungan pertama (6-8 jam setelah persalinan), kunjungan kedua
(6 hari setelah persalinan), kunjungan ketiga (2 minggu setelah persalinan),
kunjungan keempat (6 minggu setelah persalinan). Upaya ini terbukti telah
menyelamatkan lebih dari separuh ibu bersalin dan bayi baru lahir disertai
dengan penyulit proses persalinan atau komplikasi yang mengancam
keselamatan jiwa (Marliandiani,2019).

Perawatan masa nifas merupakan tindakan lanjutan bagi wanita


sesudah melahirkan. Dengan adanya perawatan masa nifas dapat
mendeteksi secara dini adanya suatu komplikasi yang diakibatkan
masuknya kuman kedalam alat kandungan seperti eksogen (kuman
datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh),
dan endogen (dari jalan lahir). Salah satu penyebab terjadinya infeksi kala
nifas yaitu manipulasi penolong: terlalu sering melakukan pemeriksaan
dalam, dan alat yang dipakai kurang suci hama (Anita, 2017).

Oleh sebab itu diharapkan kepada para petugas kesehatan


melaksanakan prinsip pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan untuk mencegah kejadian infeksi.
Tindakan pencegahan infeksi adalah bagian dari esensial lengkap yang
diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara

1
rutin pada saat menolong persalinan dan kelahiran, saat memberikan
asuhan dasar selama kunjungan antenatal/pasca persalinan/bayi baru
lahir/saat menatalaksana penyulit. Tindakan ini harus diterapkan dalam
setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga,
penolong persalinan, dan petugas kesehatan lainnya. Juga upaya – upaya
untuk menurunkan resiko terjangkit atau terinfeksi mikroorganisme yang
menimbulkan penyakit–penyakit berbahaya(Ambarwati, 2018).

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan


Asuhan kebidanan sesuai standar pada Ibu nifas di Klinik Pratama Mutiara
Agma.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan
asuhan kebidanan Fisiologi Holistik Nifas menggunakan pola pikir
manajemen kebidanan serta mendokumentasikan hasil asuhannya.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif yang meliputi
data secara lengkap pada Ny. S umur 34 tahun P2A0 post partum 6 jam
di Klinik Pratama Mutiara Agma
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data objektif yang meliputi
data secara lengkap pada Ny. S umur 34 tahun P2A0 post partum 6 jam
di Klinik Pratama Mutiara Agma
c. Mahasiswa dapat melakukan interpretasi data kebidanan berdasarkan
data subyektif dan data obyektif pada Ny. S umur 34 tahun P2A0 post
partum 6 jam di Klinik Pratama Mutiara Agma
d. Melakukan Implementasi pada Ny. S umur 34 tahun P2A0 post partum
6 jam di Klinik Pratama Mutiara Agma
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan komprehensif ini adalah pelaksanaan
pelayananan kebidanan yang berfokus pada asuhan kebidanan nifas 6 jam.

2
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman
secara langsung, sekaligus penanganan dalam menerapkan ilmu yang
diperoleh selama pendidikan. Selain itu, menambah wawasan dalam
menerapkan asuhan kebidanan fisiologi nifas.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa memperoleh wawasan dan dapat mengaplikasikan
asuhan kebidanan fisiologi nifas yang sesuai dengan teori yang telah
diberikan.
b. Bagi pasien
Setelah memberi asuhan pada klien selama masa nifas
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan klien tentang nifas.
c. Bagi institusi
1) BPM
Dapat memberikan masukan pada BPM dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan postnatal care.
2) Institusi Pendidikan
Dapat menambah referensi bacaan untuk institusi
pendidikan, terutama pengetahuan tentang asuhan kebidanan
fisiologi nifas.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Masa Nifas


Masa nifas adalah masa pulih kembali yang dimulai setelah plasenta
lahir dan berakhir pada ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil berlangsung kira-kira 6 minggu atau 40 hari (Heryani, 2017).
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta
sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal
masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Walyani dan
Purwoastuti, 2018).
B. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2018) tujuan masa nifas normal dibagi
menjadi 2, yaitu :
1. Tujuan umum
a. Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh
anak.
2. Tujuan khusus
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologisnya.
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif.
c. Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi
pada ibu dan bayinya.
d. Memberikan pendidikan kesehatan tentang kesehatan perawatan diri,
nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan bayi sehat.
e. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
C. Tahapan Masa Nifas
Tahapan masa nifas menurut Marmi (2018) adalah sebagai berikut:
1. Puerperium dini
Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu
telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam,
dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

4
2. Puerperium intermedial
Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-
alat genetalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
3. Remote puerperium
Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan unutk pulih dan
sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung
selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan.
D. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Perubahan fisiologis masa nifas menurut (Walyani dan Purwoastuti, 2018)
adalah sebagai berikut:
1. Perubahan Sistem Reproduksi
a. Uterus
Pada uterus terjadi poses involusi. Proses involusi adalah proses
kembalinya uterus kedalam keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus.
Pada tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-
kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada
promontorium sakralis.
Pada saat ini, besar uterus kira-kira sama besar uterus sewaktu
usia kehamilan 16 minggu (kira-kira sebesar jeruk asam) dan beratnya
kira-kira 100 gr.Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri mencapai
kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Dalam beberapa hari kemudian,
perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun kira-kira
1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari pascapartum keenam fundus normal
akan berada di pertengahan antaraumbilikus dan simfisis pubis. Uterus
tidak bisa dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9 pascapartum.
Uterus pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat sebelum
hamil, berinvolusi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan
350 gr (11 sampai 12 ons) 2 minggu setelah lahir. Seminggu setelah

5
melahirkan uterus berada di dalam panggul sejati lagi. Pada minggu
keenam, beratnya menjadi 50-60 gr.
Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab
untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pertumbuhan uterus
prenatal bergantung pada hiperplasia, peningkatan jumlah sel-sel otot
dan hipertrofi sel-sel yang telah ada. Pada masa nifas penurunan
kadarhormon-hormon ini menyebabkan terjadinya autolisis, perusakan
secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan
yang terbentuk selama masa hamil menetap. Hal inilah yang menjadi
penyebab ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk kembali pada keadaan
tidak hamil. Penyebab subinvolusi yang paling sering adalah
tertahannya fragmen plasenta dan infeksi. Proses involusi uterus
adalah sebagai berikut.
1) Iskemia miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus-menerus dari
uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relatif anemia
dan menyebabkan serat otot atrofi.
2) Autolisis
Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi
di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan
jaringan otot yang yang telah sempat mengendur hingga
panjangnya 10 kali dari semula dan lebar lima kali dari semula
selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai perusakan
secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Hal ini
disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.
3) Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot
uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yangmengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk
mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi
perdarahan. Penurunan ukuran uterus yang cepat itu dicerminkan

6
oleh perubahan lokasi uterus ketika turun keluar dari abdomen dan
kembali menjadi organ pelvis.
Perubahan uterus ini berhubungan erat dengan perubahan-
perubahan pada miometrium. Pada miometrium terjadi perubahan-
perubahan yang bersifat proteolisis. Hasil dari proses ini dialirkan
melalui pembuluh getah bening.
Tabel Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil
Diameter
Berat Bekas
Involusi Tinggi Fundus Uterus Melekat Keadaan
Uteri (gr) Plasenta (cm) Serviks

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 Lembek


Uri lahir 2 jari di bawah Pusat 750 12,5 Lembek
Satu minggu Pertengahan pusat- 500 7,5 Beberapa hari
Simfisis setelah nifas
dapat dilalui 2
Dua minggu Tak teraba di atas 350 3-4 jari akhir
Simfisis
Enam Minggu Bertambah kecil 50-60 1-2 minggu pertama
dapat dimasuki 1
jari
Delapan Sebesar normal 30 minggu pertama
Minggu dapat dimasuki 1
jari

Sumber : (Walyani dan Purwoastuti, 2018)


4) Involusi TempatPlasenta
Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan
permukaan kasar, tidak rata, dan kira-kira sebesar telapak tangan.
Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya
sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka
bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas plasenta
mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh
trombus.
Biasanya luka yang demikian sembuh dengan menjadi parut,
tetapi luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini
disebabkan karena luka ini sembuh dengan cara dilepaskan dari
dasarnya tetapi diikuti pertumbuhan endometrium baru di bawah

7
permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan
juga dari sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.Regenerasi
endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6
minggu. Epitelium berproliferasi meluas ke dalam dari sisi tempat
ini dan dari lapisan sekitar uterus serta di bawah tempat implantasi
plasenta dari sisa-sisa kelenjar basilar endometrial di dalam desidua
basalis. Pertumbuhan kelenjar ini pada hakikatnya mengikis
pembuluh darah yang membeku pada tempat implantasi plasenta
yang menyebabkannya menjadi terkelupas dan tidak dipakai lagi
pada pembuangan lokia.
2. Perubahan Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis, serta fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur
menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum
menjadi kendur yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi.
Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah
melahirkan oleh karena ligamen, fasia, dan jaringan penunjang alat
genetalia menjadi agak kendur.
3. Perubahan pada Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan-
perubahan yang terdapat pada serviks nifas adalah bentuk serviks yang
akan menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri
yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi
sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri
terbentuk semacam cincin. Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman
karena penuh pembuluh darah.
Beberapa hari setelah persalinan, ostium eksternum dapat dilalui
oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata, tetapi retak-retak karena robekan
dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh satu
jari saja, dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari
kranialis servikalis.

8
Pada serviks terbentuk sel-sel otot baru yang mengakibatkan serviks
memanjang seperti celah. Walaupun begitu, setelah involusi selesai,
ostium eksternum tidak serupa dengan keadaannya sebelum hamil. Pada
umumnya ostium eksternum lebih besar dan tetap terdapat retak-retak dan
robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya.
Oleh karena robekan ke samping ini terbentuklah bibir depan dan bibir
belakang pada serviks.
4. Lochea
Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari desidua yang
mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan
keluar bersama dengan sisa cairan. Campuran antara darah dan desidua
tersebut dinamakan lochea, yang biasanya berwarna merah muda atau
putih pucat. Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan
mempunyai reaksi basa/ alkalis yang dapat membuat organisme
berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina
normal. Lochea mempunyai bau yang amis meskipun tidak terlalu
menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Sekret
mikroskopik lochea terdiri atas eritrosit, peluruhan desidua, sel epitel, dan
bakteri. Lochea mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran
lochea dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya di antaranya
sebagaiberikut.
a. Lochea rubra/ merah (kruenta)
Lochea ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa
nifas. Sesuai dengan namanya, warnanya biasanya merah kehitaman
dan mengandung darah dari perobekan/luka pada plasenta dan serabut
dari desidua dan chorion. Lochea ini terdiri atas sel desidua, verniks
caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum, dan sisa darah.
b. Lochea sanguinolenta
Lochea ini berwarna merah kuning berisi darah dan lendir karena
pengaruh plasma darah, pengeluarannya pada hari ke-3-7 hari nifas.
c. Lochea serosa
Lochea ini muncul pada hari ke-8-14 nifas. Warnanya biasanya

9
kekuningan atau kecokelatan. Lochea ini terdiri atas lebih sedikit
darah dan lebih banyak serum, juga terdiri atas leukosit dan robekan
laserasi plasenta.
d. Lochea alba
Lochea ini muncul lebih dari hari ke-14 nifas. Warnanya lebih
pucat, putih kekuningan, serta lebih banyak mengandung leukosit,
selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Bila
pengeluaran lokia tidak lancar, maka disebut lochiastasis. Jika Lochea
tetap berwarna merah setelah 2 minggu ada kemungkinan
tertinggalnya sisa plasenta atau karena involusi yang kurang sempurna
yang sering disebabkan retroflexio uteri. Lochea mempunyai suatu
karakteristik bau yang tidak sama dengan sekret menstrual. Bau yang
paling kuat pada lokia serosa dan harus dibedakan juga dengan bau
yang menandakan infeksi.
Lochea disekresikan dengan jumlah banyak pada awal jam nifas
yang selanjutnya akan berkurang sejumlah besar sebagai lochea rubra,
sejumlah kecil sebagai lochea serosa, dan sejumlah sedikit sebagai
lagi lochea alba. Umumnya jumlah lokia lebih sedikit bila wanita nifas
berada dalam posisi berbaring daripada berdiri. hal ini terjadi akibat
pembuangan bersatu di vagina bagian atas manakala wanita dalam
posisi berbaring dan kemudian akan mengalir keluar manakala dia
berdiri. Total jumlah rata-rata pembuangan lochea kira-kira 8-9 oz
atau sekitar 240-270ml.
5. Perubahan pada vagina dan perineum
Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan
mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang
akan kembali secara bertahap pada ukuran sebelum hamil selama 6-8
minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat sekitar minggu
keempat, walaupun tidak akan menonjol pada wanita nulipara. Pada
umumnya rugae akan memipih secara permanen. Mukosa tetap atrofik
pada wanita yang menyusui sekurang-kurangnya sampai menstruasi
dimulai kembali. Penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan

10
fungsi ovarium.
Kekurangan estrogen menyebabkan penurunan jumlah pelumas
vagina dan penipisan mukosa vagina. Kekeringan lokal dan rasa tidak
nyaman saat koitus (dispareunia) menetap sampai fungsi ovarium kembali
normal dan menstruasi dimulai lagi. Biasanya wanita dianjurkan
menggunakan pelumas larut air saat melakukan hubungan seksual untuk
mengurangi nyeri.
Pada awalnya, introitus mengalami eritematosa dan edematosa,
terutama pada episiotomi atau jahitan laserasi. Perbaikan yang cermat,
pencegahan, atau pengobatan dini hematoma dan higiene yang baik selama
dua minggu pertama setelah melahirkan biasanya membuat introitus
dengan mudah dibedakan dari introitus pada wanita nulipara.
Pada umumnya episiotomi hanya mungkin dilakukan bila wanita
berbaring miring dengan bokong diangkat atau ditempatkan pada posisi
litotomi. Penerangan yang baik diperlukan agar episiotomi dapat terlihat
jelas. Proses penyembuhan luka episiotomi sama dengan luka opeerasi
lain. Tanda-tanda infeksi (nyeri,merah,panas dan bengkak) atau tepian
insisi tidak saling melekat bila terjadi. Penyembuhan baru berlangsung
dalam 2 sampai 3minggu.
6. Perubahan Tanda-Tanda Vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital biasa terlihat jika wanita
dalam keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan
tekanan darah sistole maupun diastole dapat timbul dan berlangsung
selama sekitar empat hari setelah wanita melahirkan. Fungsi pernapasan
kembali pada fungsi saat wanita tidak hamil yaitu pada bulan keenam
setelah wanita melahirkan. Setelah rahim kosong, diafragma menurun,
aksis jantung kembali normal, serta implus dan EKG kembali normal.
a. Suhu badan
Satu hari (24 jam) nifas suhu badan akan naik sedikit (37,5-
38oC) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan,
dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa.
Biasanya pada hari ke-3 suhu badan naik lagi karena ada pembentukan

11
ASI dan payudara menjadi bengkak, berwarna merah karena
banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi
pada endometrium, mastitis, traktus genetalis, atau sistem lain.
b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit. Sehabis
melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat.
c. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan
rendah setelah melahirkan karena ada pendarahan. Tekanan darah
tinggi pada nifas dapat menandakan terjadinya preeklampsi nifas.
d. Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu
dan denyut nadi. Bila suhu naik tidak normal, pernapasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran
napas.
E. Perubahan Psikologis Nifas
Periode Postpartum menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru,
bahkan lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Faktor-
faktor yang mempengaruhi suksenya masa transisi ke masa menjadi orang tua
pada masa postpartum, yaitu: (Bahiyatun, 2017).
1. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman
2. Hubungan antara pengalaman melahirkan dan harapan serta aspirasi
3. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lain
4. Pengaruh budaya
Dalam menjalani adaptasi psikososial menurut Rubin setelah
melahirkan, ibu akan melalui fase-fase sebagai berikut: (Sondakh, 2018)
1. Masa Taking In (Fokus pada Diri Sendiri)
Masa ini terjadi 1-3 hari pasca-persalinan, ibu yang baru melahirkan akan
bersikap pasif dan sangat tergantung pada dirinya (trauma), segala
energinya difokuskan pada kekhawatiran tentang badannya. Dia akan
bercerita tentang persalinannya secara berulang-ulang.

12
2. Masa Taking On (Fokus pada Bayi)
Masa ini terjadi 3-10 hari pasca-persalinan, ibu menjadi khawatir tentang
kemampuannya merawat bayi dan menerima tanggung jawabnya sebagai
ibu dalam merawat bayi semakin besar. Perasaan yang sangat sensitive
sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati.
3. Masa Letting Go (Mengambil Alih Tugas sebagai Ibu Tanpa Bantuan
NAKES)
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu mengambil langsung
tanggung jawab dalam merawat bayinya, dia harus menyesuaikan diri
dengan tuntutan ketergantungan bayinya dan terhadap interaksi social.
Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan. Keinginan
untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.
F. Perawatan MasaNifas
Perawatan masa nifas menurut Marmi (2018) sebagai berikut:
1. Mobilisasi
Menjelaskan bahwa latihan tertentu sangat membantu seperti :
a. Dengan tidur terlentang dengan lengan disamping, menarik otot
abdomen selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu
ke dada : tahan satu hitungan sampai 5, rileks dan ulangi 10x.
b. Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel).
c. Berdiri dengan tungkai dirapatkan kencangkan otot-otot, pantat dan
pinggul dan tahan sampai 5 hitungan kendurkan dan ulangi latihan
sebanyak 5 kali.
d. Mulai mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan setiap minggu
naikkan 5 kali. Dan pada 6 minggu setelah persalinan ibu harus
mengerjakan sebanyak 30 kali.
2. Diet
Ibu menyusui harus mengonsumsi tambahan kalori 500 tiap hari. Makanan
harus diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin
yang cukup. Pil besi harus diminum minimal 40 hari pasca melahirkan.
Minum sedikitnya 3 liter, minum zat besi, minum kapsul vitamin A

13
dengan dosis 200.000 unit.
3. Miksi hendaknya dapat dilakukan sendiri mungkin karena kandung kemih
yang penuh dapat menyebabkan perdarahan.
4. Defekasi
Buang air besar harus dapat dilakukan 3-4 hari pasca persalinan, bila tidak
bisa maka diberi obat peroral atau perektal atau klisma.
5. PerawatanPayudara
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama puting susu
b. Menggunakan BH yang menyokong payudara
c. Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar
pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap
dilakukan dari puting susu yang tidak lecet.
d. Apabila lecet berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminum dengan menggunakan sendok.
e. Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum parasetamol 1 tab
setiap 4-6 jam.
Apabila payudara bengkok akibat pembendungan ASI, lakukan :
a. Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat
selama 5 menit.
b. Urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau menggunakan
sisir untuk mengurut arah Z pada menuju puting.
c. Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting
susu menjadi lunak.
d. Susukan bayi setiap < 3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh
ASI sisanya dikeluarkan dengan tangan.
e. Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
6. Laktasi
ASI mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna,
memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih dan siap untuk
diminum.

14
Tanda ASI cukup :
a. Bayi kencing 6 kali dalam 24 jam.
b. Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan
c. Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur
cukup
d. Bayi menyusui 10-11 kali dalam 24jam.
e. Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali menyusui.
f. Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI.
g. Bayi bertambah berat badannya.
ASI tidak cukup :
a. Jarang disusui.
b. Bayi diberi makan lain.
c. Payudara tidak dikosongkan setiap kali habis menyusui.
7. Senggama
Secara fisik aman untuk mulai berhubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina
tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan tidak merasakan
ketidaknyamanan, aman untuk melakukan hubungan suami istri kapan saja
ibu siap.
8. Istirahat
Sarankan ibu untuk tidur siang atau tidur selagi bayi tidur. Kurang istirahat
akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal yaitu mengurangi jumlah ASI
yang diproduksi, memperlambat proses involusio dan memperbanyak
jumlah perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan merawat
bayi sendiri.
9. Pemeriksaan pasca persalinan
Pemeriksaan pasca persalinan meliputi pemeriksaan umum, keadaan
umum, payudara, dinding abdomen, sekret vagina, keadaan alat
kandungan.
10. Kebersihan
Anjurkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air mulai
depan kebelakang yaitu dari vulva ke anus. Sarankan untuk mengganti

15
pembalut minimal 2x sehari, sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan
sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan alat kelaminnya. Jika
ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi sarankan untuk tidak
menyentuh luka tersebut.
11. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu 2 tahun lagi sebelum ibu hamil lagi.
Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah melahirkan.
Sebelum menggunakan KB hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan yaitu
bagaimana efektivitasnya, kelebihan / keuntungan, efek samping, cara
menggunakan metode itu, kapan mulai digunakan dan waktu kontrolnya.
12. Nasehat untuk Ibu Nifas
a. Fisioterapi post natal sangat baik bila diberikan
b. Sebaiknya bayi disusui
c. Kerjakan gymnastic sehabis bersalin
d. Untuk kesehatan ibu dan bayi, serta keluarga sebaiknya melakukan
KB untuk menjarangkan anak.
e. Bawalah bayi anda untuk memperoleh imunisasi.
13. Latihan/senam nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu setelah melahirkan dan
keadaan tubuhnya pulih kembali. Senam nifas bertujuan untuk
mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, serta
memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung, otot dasar panggul dan
otot abdomen.
G. Nifas 6 jam Setelah Persalinan
Nifas 6 jam setelah persalinan termasuk kedalam kunjungan nifas
pertama (Saleha, 2018). Tujuannya yaitu :
1. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2. Menilai adanya tanda–tanda demam infeksi atau perdarahan abnormal.
a. Infeksi genital : Disebabkan karena adanya luka pada area pelepasan
plasenta, laserasi pada saluran genital.

16
b. Infeksi saluran kemih : Dapat terjadi karena kurang menjaga
kebersihan.
c. Infeksi saluran pernapasan atas
3. Memastikan Ibu Mendapat Cukup Makanan, Minuman, dan Istirahat
a. Gizi
1) Nasi 200 gram (1 piring sedang)
2) Lauk 1 potong sedang dan Tahu/tempe 1 potong sedang
3) Sayuran 1 mangkuk sedang dan buah 1 potong sedang
4) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
5) Makanan dengan diet seimbang : protein, mineral, vitamin yang
cukup
6) Minum sedikitnya 3 liter per hari (8 gelas sehari)
7) Meminum pil zat besi selama 40 hari pasca persalinan
8) Minum kapsul vitamin A
b. Istirahat
1) Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup mencegah kelelahan yang
berlebihan
2) Sarankan Ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan biasa perlahan-
lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur
3) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:
a) Mengurangi jumlah produksi ASI
b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan merawat bayi dan
diri sendiri
4. Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda–tanda
penyulit.
Tanda-tanda ASI cukup :
a. Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam 24 jam
b. Bayi sering BAB, berwana kekuningan “berbiji”
c. Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, kemudian bangun tapi
tidur cukup

17
d. Bayi setidaknya menyusui 10-12 kali dalam 24 jam
e. Payudara terasa kosong setiap kali selesai menyusui
f. Berat badan bayi bertambah
Meningkatkan suplai ASI
a. Menyusui bayi setiap 2 jam, lama ± 10-15 menit
b. Pastikan posisi ibu benar saat menyusui bayinya
c. Susukan bayi dalam keadaan tenang dan suasana nyaman
d. Tidurlah bersebelahan dengan bayi
e. Tingkatkan istirahat dan hidrasi
5. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari– hari.
6. Kebersihan/ perawatan diri sendiri, terutama putting susu dan perineum.
a. Kebersihan diri (Personal hygiene)
1) Menganjurkan ibu untuk membersihkan seluruh badan (mandi)
minimal 2 kali sehari
2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah genitalia dengan
sabun dan air dari arah depan kebelakang
3) Sarankan ibu untuk menganti pembalut minimal 2-3 kali sehari
4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun sebelum dan
sesudah membersihkan genitalia
5) Apabila ibu mempunyai luka bekas episiotomi, maka sarankan ibu
untuk tidak menyentuh daerah luka
b. Perawatan Payudara
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering
2) Gunakan bra yang menyokong
3) Apabila puting susu lecet, keluarkan kolostrum dan oleskan setiap
kali selesai menyusui
4) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam
5) Payudara yang bengkak dapat di kompres hangat selama 5 menit
6) Untuk menghilangkan nyeri, ibu dapat di berikan parasetamol
500mg setiap 6-8 jam
7. Perjanjian untuk petemuan berikutnya

18
BAB III
KONSEP ASUHAN KEBIDANAN

A. Pengkajian Data Subyektif


1. Identitas Ibu dan Suami
a. Nama.                                                  
b. Umur
c. Agama
d. Suku/Bangsa
e. Pendidikan
f. Pekerjaan
g. Alamat.                                                                                        
2. Keluhan Utama
Untuk mengetahui keluhan ibu saat datang, yang biasanya disampaikan
oleh ibu nifas adalah :
a. Rasa mules akibat kontraksi uterus, biasanya 2 hari postpartum
b. Keluar lokheanya tidak lancar
c. Rasa nyeri jika ada jahitan perineum atau robekan pada jalan lahir
d. Adanya bendungan ASI
e. Rasa takut BAK dan BAB akibat adanya luka jahitan
f. Kurangnya pengetahuan ibu tentang cara meyusui yang benar
g. Kurangnya pengetahuan ibu tentang merawat bayi
3. Riwayat Kesehatan YangLalu
Ibu mengatakan tidak pernah atau pernah menderita penyakit seperti
penyakit hipertensi/hipotensi, jantung, kencing manis, ginjal dan hepatitis
(Sulistyawati, 2017). Perlu ditanyakan apakah ibu pernah menderita
penyakit yang mungkin kambuh saat nifas dan berpengaruh pada masa
nifasnya, misalnya :
a. Kencing manis : memperlambat penyembuhan luka
b. Anemia : potensial menyebabkan HPP (Haemorrhage Postpartum)
c. Penyakit jantung : kemungkinan akan mengalami perdarahan post
partum karena kondisi ibu yang lemah dan infeksi nifas
d. TBC : resiko penularan pada bayi

19
e. Hepatitis : resiko penularan pada bayi
4. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang atau sedang menderita penyakit seperti
penyakit jantung, kencing manis, ginjal, hipertensi/hipotensi, atau
hepatitis (Sulistyawati, 2017). Perlu ditanyakan apakah ibu sedang
menderita penyakit menurun seperti kencing manis, darah tinggi dan
jantung (dapat bertambah parah jika ibu menyusui), maupun TBC (dapat
menular kebayi mealui kontak langsung dengan bayi), hepatitis (dapat
menular ke bayi melalui kontak langsung dengan sekret ibu)
5. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga ibu maupun suami ada atau tidak ada
yang sedang dan pernah memiliki penyakit menular tertentu seperti TBC,
Hepatitis, dan lain-lain dan apakah anggota keluarga memiliki penyakit
keturunan seperti kencing manis, tekanan darah tinggi, asma, dan lain-
lain. Serta apakah dalam keluarga ibu dan suami ada riwayat kehamilan
kembar.
6. Riwayat menstruasi
Ibu mengatakan usia pertama kali menstruasi pada tahun..... dengan
siklus .... hari, banyaknya .... ganti pembalut setiap hari dan mengalami
keluhan misalnya sakit kepala sehingga mengganggu penglihatan sampai
pingsan, atau jumlah darah yang banyak (Sulistyawati, 2017)
7. Riwayat pernikahan
Ibu mengatakan usia menikah pertama kali....tahun, status pernikahan
sah/tidak, lama pernikahan .... tahun, ini adalah suami yang ke
(Sulistyawati, 2017)
8. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
a. Kehamilan
Ibu mengatakan pada kehamilan ke... . Pernah periksa ke fasilitas
kesehatan berapa kali yaitu dengan periksa kehamilan pada Trimester
1 .... kali periksa ke ...,Trimester2 kali periksa ke ...., Trimester 3 ....
kali periksa ke dengan keluhan misalnya mual, muntah, nyeri
punggung, susah tidur, gangguan eliminasi dan mendapat obat atau

20
terapi.... serta ibu pernah atau tidak pernah mengalami tanda bahaya
kehamilan seperti perdarahan, preeklampsia, infeksi, perkembangan
janin terlalu besar dan terganggu, diabetes gestasional,
poli/oligohidramnion. (Muslihatun, 2017).
b. Persalinan
Ibu mengatakan melahirkan anak ke ... pada usia kehamilan... minggu
secara normal atau operasi Sectio Caesaria pada tanggal ... bulan ...
tahun ... pukul ... WIB berjenis kelamin laki- laki/perempuan dengan
Berat Badan Lahir ... gram, Panjang Badan ... cm dengan jalan lahir
dijahit atau tidak dijahit. Pada proses persalinan ke ... ibu pernah atau
tidak pernah bersalin dengan prematur/postmatur, partus lama,
penggunaan obat selama persalinan, gawat janin, suhu ibu meningkat,
posisi janin tidak normal, air ketuban bercampur mekonium,
amnionitis, ketuban pecah dini (KPD), perdarahan dalam persalinan,
prolapsus tali pusat, ibu hipotensi dan asidosis janin (Muslihatun,
2017).
c. Nifas
Ibu mengatakan telah melahirkan anak ke memberikan ASI
pertama kali kepada anaknya segera atau .... jam setelah lahir, ASI
keluar banyak atau sedikir berwarna kuning (kolostrum) pada
payudara kanan atau kiri. Darah yang keluar banyak atau sedikit
yaitu ... kali ganti pembalut setiap hari. Ibu mengatakan bayi menyusu
setiap ... jam sekali, ibu mengganti kassa tali pusat setiap setelah
mandi atau setelah BAK/BAK, bayi telah mendapatkan imunisasi
Hb0, vitamin K dan salep mata pada tanggal ... bulan ... tahun ... pukul
... WIB dan bayi sudah bisa BAK/BAB pada ... jam setelah lahir.
9. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sekarang
a. Kehamilan
Ibu mengatakan ini kehamilan ke... . Pernah periksa ke fasilitas
kesehatan berapa kali yaitu dengan periksa kehamilan pada
Trimester 1 .... kali periksa ke ..., Trimester 2 kali periksa ke....,
Trimester 3.... kali periksa ke dengan keluhan misalnya mual,

21
muntah, nyeri punggung, susah tidur, gangguan eliminasi dan
mendapat obat atau terapi.... serta ibu pernah atau tidak pernah
mengalami tanda bahaya kehamilan seperti perdarahan,
preeklampsia, infeksi, perkembangan janin terlalu besar dan
terganggu, diabetes gestasional, poli/oligohidramnion. (Muslihatun,
2017).
b. Persalinan
Ibu mengatakan melahirkan anak ke ... pada usia kehamilan ...
minggu secara normal atau operasi Sectio Caesaria pada tanggal ...
bulan ... tahun ... pukul ... WIB berjenis kelamin laki-
laki/perempuan dengan Berat Badan Lahir ... gram, Panjang
Badan ... cm dengan jalan lahir dijahit atau tidak dijahit. Pada proses
persalinan ke ... ibu pernah atau tidak pernah bersalin dengan
prematur/postmatur, partus lama, penggunaan obat selama
persalinan, gawat janin, suhu ibu meningkat, posisi janin tidak
normal, air ketuban bercampur mekonium, amnionitis, ketuban
pecah dini (KPD), perdarahan dalam persalinan, prolapsus tali pusat,
ibu hipotensi dan asidosis janin (Muslihatun, 2017).
c. Nifas
Ibu mengatakan telah melahirkan anak ke .... memberikan ASI
pertama kali kepada anaknya segera atau .. jam setelah lahir, ASI
keluar banyak atau sedikir berwarna kuning (kolostrum) pada
payudara kanan atau kiri. Darah yang keluar banyak atau sedikit
yaitu ... kali ganti pembalut setiap hari. Ibu mengatakan bayi
menyusu setiap ... jam sekali, ibu mengganti kassa tali pusat setiap
setelah mandi atau setelah BAK/BAK, bayi telah mendapatkan
imunisasi Hb0, vitamin K dan salep mata pada tanggal ... bulan ...
tahun ... pukul ... WIB dan bayi sudah bisa BAK/BAB pada jam
setelah lahir
10. Riwayat KB dan Rencana KB
Ibu mengatakan setelah menikah ibu menggunakan atau tidak
menggunakan KB dengan jenis ... selama ... dan setelah melahirkan

22
anaknya ini ibu berencana akan menggunakan KB jenis ...
11. Pola kebiasaan setelah melahirkan
a. Nutrisi : setelah melahirkan ibu makan dengan porsi ... centong
nasi, lauk ... biji, sayur ... mangkok kecil dan minum air putih ...
gelas belimbing.
b. Pola istirahat: setelah melahirkan ibu mengatakan tidur sebentar
kurang lebih ...jam
c. Kebersihan : ibu mengatakan setelah melahirkan ibu mandi dan
keramas dengan mengganti baju dalam, celana dalam, pakaian dan
pembalut setiap kali merasa lembab.
d. Eliminasi : setelah melahirkan ibu mengatakan sudah BAB ... jam
setelah melahirkan dan BAK ... jam setelah melahirkan
e. Aktivitas : setelah melahirkan ibu melakukan mobilisasi dengan
berjalan jalan di sekitar tempat bersalin.
12. Riwayat Psikososial dan Sosial
a. Aspek psikologi masa nifas
Kesiapan ibu dan keluarga menerima anggota baru dan kesanggupan
ibu menerima dan merawat anggota baru. Selisih dengan anak
sebelumnya berapa tahun. Ini bertujuan untuk menentukan apakah
terjadi sibling atau tidak. (Sondakh, 2018). Perubahan psikologi
masa nifas menurut Reva-Rubin terbagi menjadi dalam 3 tahap
yaitu:
1) Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan. Dalam
masa ini terjadi interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu
dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon
yang tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing
saling memperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang
baru.
2) Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 nifas. Ibu
berusaha bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha

23
untuk menguasai keterampilan perawatan bayi. Pada periode ini
ibu berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya
buang air kecil atau buang air besar.
3) Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu
mengambil tanggung jawab terhadap bayi.
13. Aspek sosial masa nifas
Riwayat sosial meliputi informasi tentang tinggal ibu, pola
perawatan pranatal, dan status sosioekonomi. Bidan harus mencatat
bagaimana keluarga membiayai kebutuhan keluarga, siapa yang tinggal
di dalam rumah, dan siapa yang akan menjadi pemberi perawatan utama
bagi bayi baru lahir. Penting untuk memahami apakah hubungan ibu
dengan pasangannya saat ini stabil atau mengalami perpisahan karena itu
akan mempengaruhi kemampuan ibu untuk berfokus pada tugas
keibuannya. Bidan harus memastikan siapa pembuat keputusan di dalam
rumah (ibu, ayah, pasangan, nenek, orang tua asuh) sehingga orang itu
dapat dilibatkan dalam diskusi tertentu (Varney,2017).
B. DataObyektif
1. Pemeriksaan pada Ibu
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum: Baik.
2) Kesadaran :Compos mentis, letargis, somnolen, apatis, koma
3) Tanda- Tanda vital
Tekanan darah : normal (90/60 – 120/80 mmHg).
Suhu : normal (36,5oC –37,5oC).
Nadi : normal (60 – 80 x/menit).
Pernafasan : normal (16 - 24x/menit).
4) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik menurut Nanny (2017) dilakukan secara
menyeluruh dan terutama berfokus pada masa nifas, yaitu sebagai
berikut:

24
a) Inspeksi
Wajah : Oedema/tidak, pucat/tidak.
Mata : Konjungtiva merah muda/pucat, sklera
putih/kuning.
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid.
Dada : Pembesaran, puting susu (menonjol/mendatar,
adakah nyeri dan lecet pada puting), ASI sudah
keluar atau belum pada payudara kanan dan kiri.
Abdomen : Ada bekas luka operasi/tidak, ada pembesaran
abnormal.
Genetalia : Pengeluaran lokea (jenis, warna, jumlah, bau),
peradangan, keadaan jahitan, nanah,tanda-tanda
infeksi pada luka jahitan, kebersihan perineum.
Ekstremitas : Oedema, varises.
b) Palpasi
Leher : Adakah pembesaran kelenjar tiroid dan
bendungan vena jugularis.
Payudara : Adakah pembengkakan, radang, atau benjolan
abnormal, keluar kolostrum/tidak.
Abdomen : Kontraksi baik/tidak, tinggi fundus uteri,
kontraksi baik/tidak, kandung kemih
kosong/penuh.
Genetalia : Oedema, Hemoroid pada anus
Ekstremitas : Gumpalan darah pada otot kaki yang
menyebabkan nyeri, oedema, homan’s sign.
c) Auskultasi
Untuk mengetahui ada / tidaknya ronchi, wheezing pada
paru.
d) Perkusi
Apakah refleks patella positif atau negatif.
C. Analisa
Ny. ..... umur ..... tahun P.. A ... nifas 6 jam

25
D. Rencana Tindakan / Asuhan Nifas 6 jam
1. Memberitahu bahwa involusi uteri ibu berjalan dengan baik dan normal
TFU 2 jari di bawah pusat, uterus berkontraksi dengan baik, tidak ada
perdarahan abnormal dan tidak berbau. Ibu dalam keadaan normal.
2. Beritahu ibu tentang gizi yang seimbang agar kebutuhan bayi pada
masa laktasi bisa terpenuhi seperti makan sayuran, buah-buahan, ikan
dan minum susu dan zat gizi yang banyak untuk membantu
melancarkan produksi ASI.
3. Mengingatkan ibu untuk tetap menyusui bayinya sesuai kebutuhan dari
0-6 bulan supaya bayi mendapat ASI eksklusif serta mengajarkan ibu
cara melakukan perawatan payudara supaya mencegah terjadinya
bendungan ASI.
4. Menganjurkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air
mulai depan kebelakang yaitu dari vulva ke anus. Sarankan untuk
mengganti pembalut minimal 2x sehari, sarankan ibu untuk mencuci
tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan alat
kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi sarankan
untuk tidak menyentuh luka tersebut.
5. Memberikan koseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, merawat
tali pusat bayi, menjaga kehangatan bayi dengan cara menggati pakaian
bayi yang basah dengan pakaian bayi yang kering dan bersih.

26
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati. 2018. Buku Panduan Ajar Ibu Nifas. Yogyakarta: Graha Ilmu
Anita. 2017. Masa Nifas fisiologis dan patologis. Manado : Binarupa Aksara
Astuti, Sri. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui. Jakarta: Erlangga
Bahiyatun. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC
Heryani, R. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui. Jakarta:
TIM.
Jayangkara. 2018. Psikologi Nifas. Jakarta: Dunia Ilmu
Marliandiani Y, Ningrum N.P. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Masa
Nifas dan Menyusui. Jakarta: Salemba Medika.
Marmi. 2018. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas “ Puerperium Care”.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Muslihatun, 2017. asuhan neonatus bayi dan balita. Fitramaya. Yogyakarta
dokumentasi kebidanan
Nanny. 2017. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Saleha, S. 2018. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Sondakh. 2018. Asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru lahir. Erlangga.
Jakarta
Sulistyawati, A. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta:
CV Andi Offset.
Varney, H. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta; EGC
Walyani E.S, Purwoastuti E. 2018. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Menyusui.
Yogyakarta: Pustaka Baru.
Yeffy. 2019. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta :
Salemba Medika.

27

Anda mungkin juga menyukai