Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

DENGAN MASALAH KB

Disusun Oleh :
1. Agustina Anggraini
2. Sheilawati Fajrin
3. Windi Lestari

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDIWALUYO
2017/2018

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dengan Masalah KB.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
dengan Masalah KB ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Ungaran, Maret 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi
B. Klasifikasi
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PENUTUP
A. Kesmpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Setelah persalinan wanita akan mengalami masa puerperium, untuk dapat
mengembalikan alat genitalia interna kedalam keadaan normal, dengan tenggang waktu
sekitar 42 hari atau enam minggu atau satu bulan tujuh hari.

Masa nifas atau puerperium dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira
selama 6 minggu. Bahaya terbesar yang biasanya tejadi pada masa nifas adalah
perdarahan. Selain perdarahan, ada aja bahaya lain yang mengancam ibu yaitu infeksi
pada masa nifas. Disamping itu kesehatan ibu yang baru melahirkan yang relatif
membutuhkan perhatian ekstra dalam segala hal, termasuk dalam pemilihan alat
kontrasepsi (KB).

KB adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Cara –cara
tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga.
Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki- laki mencapai dan
membuahi telur wanita (pertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk
berimplantasi (melekat) dan berkembang didalam rahim.

B. Rumusan masalah
1. Apa itu pengertian masa nifas?
2. Apa itu pengertian KB?
3. Apa saja jenis alat kontrasepsi dalam masa nifas?
4. Apa asuhan kebidanan dalam masa nifas dengan masalah KB?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian masa nifas
2. Untuk mengetahui pengertian KB
3. Untuk mengetahui jenis alat kontrasepsi dalam masa nifas
4. Untuk mengetahui bagaimana asuhan kebidanan dalam masa nifas dengan masalah KB.
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Pengertian
a. Definisi masa nifas

Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat
kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6-40 hari.
Lamanya masa nifas ini yaitu ± 6 – 8 minggu(Saleha,2009).

Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang
meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan
tidak hamil yang normal(Anggraini,2010).

b. Definisi KB
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak
kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah mencanangkan program
atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013).

Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang
sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat
kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak
dalam keluarga.(Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee
1997).

2. Klasifikasi
a.  Metode KB Alami
1. MAL (Metode Amenorea Laktasi)

Metode Amenorea Laktasi (MAL)Metode amenorea laktasi (MAL) didefinisikan


sebagai penggunaan proses pemberian ASI sebagai metode kontrasepsi bagi wanita
yang masih belum mengalami menstruasi (amenorea) dan tidak memberikan
suplementasi makanan dan minuman apapun kepada bayinya hingga usia 6 bulan
pascapersalinan. Metode ini memberikan perlindungan lebih dari 98% terhadap
terjadinya kehamilan pada 6 bulan pertama pascapersalinan.

MAL dapat dipakai sebagai alat kontrasepsi bila ibu menyusui secara penuh
(full breastfeeding) artinya bayi hanya mendapat asupan ASI saja; lebih efektif jika
pemberian ASI ≥ 8 kali perhari, ibu belum haid (amenore) dan usia bayi < 6 bulan.
MAL memiliki efektivitas yang tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pertama
pascapersalinan).
Beberapa catatan dari konsensus Bellagio (1988) untuk mencapai efektivitas 98%,
yaitu:

 Ibu harus menyusui secara penuh atau hampir penuh


 Perdarahan sebelum 56 hari pascapersalinan dapat diabaikan (belum dianggap
haid);
 Bayi menghisap secara langsung;
 Menyusui dimulai dari setengah sampai 1 jam setelah bayi lahir;
 Kolostrum diberikan kepada bayi;
 Pola menyusui on demand (menyusui setiap saat bayi membutuhkan) dan dari
kedua payudara;
 Sering menyusui selama 24 jam termasuk malam hari;
 Hindari jarak menyusui > 4 jam
Persiapan menggunakan MAL
 Inisiasi menyusui dini
 Sehat, yakin serta punya kemauan dan kesungguhan untuk menyusui secara
esklusif
 Merawat payudara
 Cukup minum dan makan makanan yang bergizi
 Menjaga kebersihan diri
 Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami
Efek samping kontrasepsi MAL :
-Tidak ada efek samping dari kb MAL
Kelebihan metode MAL :
- Efektivitas tinggi (keberhasilan 98 % pada 6 bulan pasca persalinan)
- tidak mengganggu senggama
- tidak memerlukan biaya

2. Metode kalender
Metode kalender atau dikenal dengan metode Knaus- Ogino bergantung pada
perhitungan hari untuk menghitungkan waktu tejadinya fase subur. Ibu harus
mengetahui periode menstruasi sehingga dapat memprediksi waktu akan ovulasi.
Metode kontrasepsi ini tidak bermanfaat jika wanita memiliki siklus menstruasi yang
tidak teratur.
Keuntungan menggunakan metode kalender :
- Lebih sederhana
- Dapat digunakan oleh wanita yangs sehat
- Dalam penerapannya tidak membutuhkan alat pemeriksaan khusus
- Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual
- Tidak ada resiko bagi kesehatan
- Tidak memmerlukan biaya
Efek samping metode kalender
-. Tidak ada efek samping dari metode kalender apabila dilakukan sesuai dengan
ketentuan

3. Metode ovulasi
Metode ini mengharuskan wanita untuk mengecek pola lendir serviks selama siklus
menstruasi. Sebelum ovarium melepas sel telur, wanita akan mengeluarkan lebih
banyak lendir yang lebih encer dari biasanya. Untuk mengetahui perubahan lendir
serviks, wanita dapat memulai memperhatikan dan mencatat kondisi cairan yang
keluar dari vagina sejak satu hari setelah menstruasi selesai.
Keuntungan metode ovulasi :
- Tidak menimbulkan efek samping
- Proses alamiah tubuh tidak terganggu
- Tidak mengubah pola- pola hormon normal
- Perempuan cukup mengatur kesuburan dari pola -pola tak subur dan subur
yang dapat dikenali sendiri melalui pola lendir di tubuhnya
4. Metode suhu basal tubuh
Suhu basa tubuh adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh pada waktu istirahat
(tidur). Suhu basal dapat diketahui dengan melakukan pengukuran suhu tubuh pada
pagi hari sebelum melakukan aktivitas. Pengukuran suhu tubuh dengan menggunakan
termometer basal secara oral, pervaginam, atau melalui dubur selama 5 menit, dengan
normal suhu tubuh adalah sekitar 35,5 – 36,5 0C
Keuntungan metode suhu basal
- Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada sang suami istri tentang masa
subur
- Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur mendeteksi masa
subur

b.  Implan

Implan termasuk salah satu alat kontrasepsi yang aman dipakai pada masa laktasi.
Terdapat 3 jenis implan yang tersedia di Indonesia, yaitu

1. Norplant, dengan lama kerja 5 tahun, yang terdiri dari 6 batang silastik lembut
berongga (panjang 3.4 cm; 2.4 mm) berisi 36 mg levonorgestrel;
2. Implanon, dengan lama kerja 3 tahun, yang terdiri dari 1 batang putih lentur (panjang
± 40 mm; 2 mm) berisi 68 mg 3-keto-desogestrel;
3. Jadena dan Indoplant, dengan lama kerja 3 tahun, yang terdiri dari 2 batang berisi 75
mg levonorgestrel.

Implan Indoplant cukup aman dan efektif dalam mencegah kehamilan, sebanding
dengan implan Norplant. Efek samping dan keluhan pemakai Indoplant dan Norplant
antara lain masalah perdarahan, pusing dan sakit kepala – semuanya masih dalam batas
normal dan umumnya terjadi dalam 6 bulan pertama pemakaian.
Angka kehamilan pada bulan ke-36 untuk kelompok Indoplant 0.7 per 100 wanita,
sedangkan pada kelompok Norplant tidak ditemukan kehamilan. Karena tidak
mengandung hormon estrogen, maka kontrasepsi implan merupakan pilihan bagi
wanita menyusui dan dapat digunakan selama laktasi, minimal 4 minggu
pascapersalinan. Norplant sangat efektif, dengan tingkat kegagalan 0.1 per 100 wanita
pada penggunaan 12 bulan pertama

Penggunaan Norplant tidak menyebabkan turnover dan densitas tulang selama laktasi.
Norplant dan Implanon melepaskan progestin aktif sementara Nestorone dan
Elcometrine melepaskan progestin dalam bentuk inaktif. Nestorone merupakan implan
yang lebih direkomendasikan pada periode menyusui sebab kandungan steroid di
dalamnya mengalami inaktivasi oleh metabolisme lintas pertama hati

c. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) sering direkomendasikan kepada wanita


menyusui sebagai metode kontrasepsi karena lebih efektif dibandingkan metode lain
dalam hal pengaruh terhadap laktasi atau efektivitas dalam mencegah kehamilan. Banyak
studi yang menunjukkan bahwa AKDR tidak memiliki efek terhadap durasi menyusui
dan kualitas serta kuantitas ASI.

Terdapat berbagai macam AKDR di seluruh dunia, termasuk inert devices, AKDR
yang mengandung tembaga (copper-bearing IUDs) dan pelepas hormon progestin. Ahli
kedokteran sudah tidak merekomendasikan penggunaan AKDR inert dan AKDR pelepas
tembaga yang lama (T 200 dan Copper 7). AKDR yang umum dipakai di seluruh dunia
adalah CuT-380A. Suatu studi randomisasi melaporkan bahwa tingkat kehamilan
kumulatif pada pemakaian CuT-380A adalah 2.2 per 100 wanita setelah 12 tahun
penggunaan. Tingkat kegagalan yang terjadi pada tahun pertama adalah di bawah 1%
sedangkan tingkat kehamilan yang terjadi hampir sama dengan metode sterilisasi.

Terdapat 2 jenis AKDR yang beredar di Indonesia, yaitu AKDR CuT-380A dan
NOVA T (Schering). Namun, AKDR CuT-380A masih merupakan jenis AKDR yang
dipakai di pusat-pusat pelayanan primer seluruh Indonesia, termasuk di puskesmas.
AKDR CuT-380A memiliki efektivitas yang tinggi sebagai alat kontrasepsi, dengan 0.6-
0.8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama penggunaan. AKDR ini dapat
digunakan sebagai metode kontrasepsi jangka panjang (proteksi selama 10 tahun dan
tidak perlu diganti), serta tidak ada efek samping hormonal sehingga tidak memengaruhi
kualitas dan volume ASI pada wanita menyusui. AKDR ini dapat dipasang segera setelah
melahirkan.

Efek samping penggunaan AKDR copper adalah peningkatan insidens perdarahan


menstruasi yang panjang dan berat, kram serta perdarahan bercak (spotting) pada bulan
pertama pemakaian. Pertimbangan lain adalah terjadinya ekspulsi dan penyakit radang
panggul. Tingkat ekspulsi dikatakan berhubungan dengan waktu insersi serta banyak
ditemui pada wanita muda dan nulipara.

Pada wanita yang memiliki keterbatasan akses ke pelayanan medis, saat persalinan
dapat menjadi kesempatan untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi, khususnya insersi
AKDR. Dibandingkan dengan sterilisasi, penggunaan AKDR lebih sederhana, relatif
murah dan memiliki tingkat reversibilitas yang tinggi. Selain itu, insersi dini
pascapersalinan mengurangi ketidaknyamanan serta perdarahan akibat insersi dapat
tersamarkan oleh lokhea.

d. KB suntik progesteron

Terdapat 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu :


1. Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera), mengandung 150 mg DMPA yang
diberikan setiap 3 bulan/90 hari dengan cara disuntik intramuskular (di daerah
bokong)
2. Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg Noretindron
Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskular.
Pemberiankontrasepsi suntikan Noristerat untuk 3 injeksi setelah injeksi pertama
diberikan setiap 8 minggu, kemudian injeksi kelima dan seterusnya diberikan setiap
12 minggu. Suntikan dapat diberikan 2 minggu sebelum jadwal, atau 2 minggu
setelah jadwal asalkan tidak terjadi kehamilan.

Pengaruh progestin injeksi terhadap laktasi telah diteliti efektif untuk


mengontrol kesuburan pascapersalinan pada wanita menyusui (M.Karim et al, 1971).
Penggunaan norethisterone ethanate/NET EN (200 mg/84 hari) dan depot
medroxyprogesterone acetate/DMPA (150 mg/3 bulan) yang dimulai pada masa nifas
dan dikuti selama 3 bulan, menunjukkan tidak terdapat penurunan volum ASI yang
diukur produksinya per 3 jam setiap harinya. Secara statistik, berat badan bayi
mengalami peningkatan dibanding kelompok kontrol. Penggunaan progestin injeksi /
DMPA pada minggu pertama (7 hari pascapersalinan) dan minggu keenam (42 hari
pascapersalinan) pascapersalinan terbukti tidak menimbulkan efek negatif terhadap
menyusui maupun perkembangan bayi. Efek samping yang muncul hanya amenore –
yang normal terjadi pada periode ini – sehingga tidak menimbulkan masalah bagi
para wanita. Penggunaan progestin injeksi akan mencegah kehamilan selama
setidaknya 11 bulan pascainjeksi. Kehamilan kembali cenderung terjadi jika injeksi
selanjutnya tertunda dalam 5 bulan pascainjeksi terakhir.

e. Pil KB progesteron

Pil progestin (progestin-only minipills) atau yang lebih dikenal luas sebagai minipil
bekerja sebagai metode kontrasepsi dengan melepaskan hormon progestin dalam dosis
rendah. Terdapat bukti kuat tentang rendahnya efek terhadap produksi ASI serta
pertumbuhan dan perkembangan neonatus. Bahkan pada beberapa kasus, justru terjadi
peningkatan volum produksi ASI. Sebaliknya, kontrasepsi hormonal kombinasi akan
menurunkan kuantitas produksi serta menyebabkan perubahan pada komposisi ASI.
Minipil menyebabkan perubahan kecil dalam komposisi ASI melalui transfer steroid dari
plasma ke ASI dalam jumlah sedikit, namun biasanya sangat rendah bahkan tidak dapat
dideteksi dalam tubuh neonatus setelah pemakaian minipil dalam beberapa hari oleh
wanita menyusui.

Minipil tidak memengaruhi volum ASI maupun komposisinya, serta tidak


menyebabkan efek jangka panjang terhadap bayi. Idealnya, wanita yang memberikan
ASI eksklusif dapat memulai pemakaian minipil pada 6 minggu
pascapersalinan.Penggunaan metode amenorea laktasi saja selama 6 minggu awal
pascapersalinan akan menurunkan paparan hormon eksogen terhadap bayi dan
menurunkan insidens perdarahan ireguler pascapersalinan. Namun, bagi wanita yang
mengalami keterbatasan akses terhadap pelayanan kesehatan, minipil dapat segera
digunakan dalam beberapa hari pascapersalinan.

Berkurangnya kadar progesteron secara drastis pascapersalinan memicu inisiasi


laktogenesis, sehingga dipikirkan bahwa progesteron perlu mencapai kadar basal
sebelum memulai pemakaian kontrasepsi pil progestin. Oleh karena itu, penggunaan
metode kontrasepsi ini sebaiknya ditunda setidaknya sampai 3 hari pascapersalinan.

f. Kondom
Alat kontrasepsi kondom merupakan salah satu pilihan untuk mencegah kehamilan
yang kini paling popular di kalangan masyarakat. Penggunaan alat kontrasepsi yang satu
ini dianggap paling praktis dan relatif mudah karena tersedia di berbagai apotek atau
supermarket di mana pun.

Kondom adalah kantong karet yang sedemikian rupa tipisnya dan biasanya terbuat
dari lateks. Kantong ini digunakan dengan cara melapisi penis yang dalam keadaan
tegang sebelum dimasukkan ke dalam liang vagina. Alat kontrasepsi ini telah terbukti
dapat mencegah penularan berbagai penyakit seksual yang banyak menjangkiti banyak
orang, seperti HIV/AIDS. Saat ini telah dipasarkan kondom khusus untuk wanita yang
dapat digunakan untuk mencegah kehamilan.

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY.A P1 A0

DI BPM ANNA JOENI ASTUTI

I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas Pasien b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.A Nama : Tn.S
Umur : 23 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Getasan 1/2 Alamat : Getasan 1/2
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan ingin memakai alat kontrasepsi karena darah sudah berhenti
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu mengatakan dahulu tidak pernah menderita penyakit menurun atau menular
seperti jantung, asma, HT, DM, TBC, malaria, HIV/AIDS
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan saat ini tidak menderita penyakit menurun atau menular seperti
jantung, asma, HT,DM, TBC, HIV/AIDS, malaria
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dikeluarganya tidak ada yang menderita penyakit menurun atau
menular seperti jantung, asma, HT,DM, TBC, HIV/AIDS, tidak ada riwayat
keturunan kembar
4. Riwayat Perkawinan
Ibu mengatakan menikah 1 kali pada umur 21 tahun dengan suami umur 23 tahun, lama
pernikahan 2tahun, status sah
5. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
Banyak darah : 3x ganti pembalut
Bau : khas darah
Warna : merahkecoklatan
Konsistensi : cair
Dismenorhoe : -
Flour Albus :-

b. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

An Tah UmurKeh JenisPers Penol Tem Penyulit JK/P Keadaan


ak un amilan alinan ong pat Nifas B/BB Sekaran
Ke Lah g
- ir
- - - - - - - - -
c. Riwayat Kehamilan
1. G1P0A0. Umur kehamilan 39 minggu
2. ANC selama hamil di bidan 6x (TM I : 2X, TM II : 2X, TM III : 2X)
3. Keluhan TM I : mual Therapy : B6
Keluhan TM II : T.A.K Therapy : Fe dan Kalk
Keluhan TM III : T.A.K Therapy : Fe dan Kalk
4. imunisasi TT : TT5
5. Ibu mengatakan hanya mengkonsumsi obat-obatan dari bidan
6. ibu mengatakan ibu dan keluarganya tidak ada yang mempunyai kebiasaan buruk
seperti merokok, minum alcohol, minum jamu.
d. Riwayat Persalinan dan Nifas
 Tanggal Persalinan : 11 februari 2018 Jam : 16.00
 Jenis Persalinan : spontan
 Bayi Lahir : spontan
PB : 49 cm
BB : 3000 g
LD : 36 cm
LK : 34 cm
JK : Laki-laki
AS :9
 Lama Persalinan
Kala I : 7 jam Jumlah Perdarahan : 50 cc
Kala II : 1 jam Jumlah Perdarahan : 50 cc
Kala III : 10 menit Jumlah Perdarahan : 100cc
Kala IV : 2 jam Jumlah Perdarahan : 40 cc
Total lama : 10 jam 10 menit Total Perdarahan : 195cc
Persalinan
 Keadaan Plasenta : plasenta lahir lengkap, spontan, kotiledon lengkap, selaput
utuh, diameter 18 cm, tebal 2 cm, panjang 50 cm
 Penyulit Persalinan : tidak ada
6. Riwayat KB

Jenis Lama Keluhan Terapi Alasanberhenti Rencana KB


KB selanjutnya
- - - - - -

7. pola Kebutuhan Sehari-hari


Pola MasaNifas
Nutrisi Ibumakan 3x/hr, porsipenuh, menu nasilauksayurbuahminum air
putih 8gelas/hari
Eliminasi BAB 1x/hr, lembek, kecoklatan, baukhasfeses
BAK 5-6x/hr, kuningjernih, baukhasurin
Aktivitas Ibutidakmelakukanpekerjaanrumahdibantukeluarga
Istirahat Ibutidursiang 1 jam dantidurmalam 5jam
Personal Ibumandi 2x/hr, gosokgigi 2x/hr, gantipakaian 2x/hr, keramas
Hygiene 3x/mg
Seksual Ibutidakmelakukanhubunganseksual
8. Psikososial Spiritual
a. Ibu mengatakan suami dan keluarganya memberi semangat selama masa nifas

b. ibu mengatakan taat beribadah

c. ibu mengatakan pengambil keputusan adalah suami

d. ibu mengatakan tinggal bersama suami dan tidak mempunyai hewan peliharaan

9. Data Pengetahuan
Ibu mengatakan belum mengetahui tentang alat kontrasepsi yang aman selama masa
menyusui

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmetis

c. TTV : TD : 120/80 mmHg S : 36,5

N : 80x/menit R : 20x/menit

d. BB sekarang : 54 kg

TB : 155 cm

LILA : 25 cm

2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : mesochepal, tidak ada benjolan, tidak ada luka, kulit kepala bersih

b. Muka : simetris, oval, tidak pucat, tidak ada pembengakan

c. Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih, reflex pupil +

d. Hidung : simetris, tidak ada pembesaran polip, tidak ada penumpukan sekret

e. Telinga : simetris, tidak ada penumpukan secret, pendengaran baik

f. Mulut : simetris, bibir tidak pecah-pecah, rongga mulut bersih, gusi merah muda
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

h. Dada : pengembangan dada sama, tidak ada nyeri tekan

i. Ketiak : bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe

j. Abdomen : tidak ada bekas luka post sc, terdapatstriaegravidarum

k. Genetalia : terdapat bercak putih, tidak ada varises, tidak oedem

l. Eks. Atas : simetris, jumlah jari lengkap, kuku tidak pucat

m. Eks. Bawah: simetris, jumlah jari lengkap, tidak ada varises, gerakan aktif

n. Anus : bersih, tidak ada hemoroid

3. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi

Muka : tidak oedem, tidak ada cloasma gravidarum

Payudara : simetris, membesar, kolostrum sudah keluar, puting susu menonjol

Abdomen : ada striae gravidarum, tidak ada bekas luka post sc

Genetalia : terdapat bercak putih, tidak ada varises, tidak oedem,luka jahitan
sudah kering, tidak terdapat tanda infeksi .

b. Palpasi

Abdomen :TFU sudah tidak teraba

Payudara : tidak ada pembesaran masa abnormal, tidak ada nyeri tekan

4. Pemeriksaan Penunjang
Hb = 11,2 gr/dl
Urine reduksi = negatif
Protein urine = negatif

II. INTERPRETASI DATA

A. Diagnosa Kebidanan

Ny.A umur 23 tahun P1 A0 Postpartum 3 minggu

Data Dasar

DS:

1. ibumengatakanbernamaNy.Adanberusia 23 tahun

2. ibumengatakanmelahirkan 1x dantidakpernahkeguguran

3. ibumengatakan ingin memakai alat kontrasepsi karena darah sudah berhenti


4. ibu mengatakan tidak ada alergi obat dan makanan

DO :

1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan Umum: Baik
b. Kesadaran : Composmetis
c. TTV : TD : 120/80 mmHg S : 36,5

N : 80x/menit R : 20x/menit

d. BB sekarang : 54 kg

TB : 155 cm

LILA : 25 cm

2. Pemeriksaan Fisik : DBN


3. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
Muka : tidak oedem, tidak ada cloasma gravidarum
Payudara : simetris, membesar, kolostrum sudah keluar, puting susu menonjol
Abdomen : ada striae gravidarum, tidak ada bekas luka post sc
Genetalia : terdapat bercak putih, tidak ada varises, tidak oedem,luka jahitan
sudah kering, tidak terdapat tanda infeksi .
b. Palpasi
Abdomen :TFU sudah tidak teraba
Payudara : tidak ada pembesaran masa abnormal, tidak ada nyeri tekan
c. Pemeriksaan penunjang
Hb = 11,2 gr/dl
Urine reduksi = negatif
Protein urine = negatif

B. Masalah
-

III.DIAGNOSA POTENSIAL
-

IV. ANTISIPASI/TINDAKAN SEGERA

IV. PERENCANAAN
Tanggal : 4 Maret 2018
Pukul : 11.50
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
2. Berikan ibu konseling tentang alat kontrasepsi yang aman selama pemberian asi eksklusif
3. Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene
4. Beritahu ibu untuk mengatur pola istirahat

VI. PELAKSANAAN

Tanggal : 4 Maret 2018

1. Pukul : 12.00
Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang dilakukan

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmetis

c. TTV : TD : 120/80 mmHg S : 36,5

N : 80x/menit R : 20x/menit

d. BB sekarang : 54 kg

TB : 155 cm

LILA : 25 cm

- Hb = 11,2 gr/dl
- Urine reduksi = negatif
- Protein urine = negatif
- TFU = sudah tidak teraba
2. pukul : 12.05
memberikan ibu konseling tentang alat kontrasepsi yang aman selama pemberian asi eksklusif
seperti alat kontrasepsi metode amenorea laktasi, metode kalender, kondom, alat kontrasepsi
dalam Rahim seperti IUD, implant
3. pukul : 12.11
Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene dengan menjaga kebersihan daerah
genetalia, ganti pakaian dalam 2x/hari, menjagakebersihanpayudara
4. pukul : 12.15
Memberitahu ibu untuk mengatur pola istirahat yang baik yaitu tidur siang atau istirahat 1-2
jam dan tidur malam 7-8 jam

VII. EVALUASI

Tanggal : 4 Maret 2018

Jam : 12.00

1. ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan bahwa kondisinya saat ini dalam
keadaan baik.
2. ibu sudah paham dan mengetahui mengenai alat kontrasepsi yang aman selama pemberian ASI
eksklusif.

3. ibu bersedia untuk menjaga personal hygiene selama masa nifas

4. ibu paham dan bersedia untuk mengatur pola istirahat yang baik
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan asuhan kebidanan 7 langkah varney pada ibu nifas dengan masalah KB
dapatdisimpulkan berdasarkan kasus Ny.A masa nifas dalam keadaan normal dan tidak ad
akeluhan apapun. Ny.A sudah dapat memilih alat kontrasepsi yang tepat saat masa
menyusui.

B. Saran

Sebaiknya bidan memberikan informasi tentang alat kontrasepsi, baik dari segi
keuntungan maupun kerugiannya sehingga ibu dapat memilih alat kontrasepsi mana yang
sesuai dengan keinginan ibu.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini Y, 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas

Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontasepsi. Edisi 3. Jakarta, 2011

Evans Annie.2005 Postpartum contraception. Women’s health medicine.

Runjati, dkk.2017. Teori Dan AsuhanKebidanan. Jakarta : EGC

Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai