Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN AKHIR PENELITIAN

HIBAH LPPM-UMJ, Universitas Muhammadiyah Jakarta


Tahun Usulan 2021, Tahun Pelaksanaan 2021

1. Judul *)
Hubungan Pengetahuan Orangtua tentang Protokol Kesehatan dengan Kesiapan Anak
Belajar Tatap Muka

2. Topik *)
Pendidikan, Kesehatan, Sosial, dan Ekonomi; Pendidikan Keluarga dan Masyarakat

3. Bidang Ilmu *)
Ilmu Keperawatan

4. Identitas Peneliti *)
Peran Nama Sinta ID / NIM Fakultas Bidang Studi
Ketua Pengusul Ns. TITIN 6697058 Fakultas Ilmu Ilmu Keperawatan
SUTINI Keperawatan
M.Kep,
Sp.Kep. An
Anggota Dosen Ns. ANITA 6696640 Fakultas Ilmu Profesi Ners
1 APRILIAWATI Keperawatan
, M.KEP., Sp.
Kep. An
Anggota Dosen Ns. MEDYA - Fakultas Ilmu Ilmu Keperawatan
2 APRILIA Keperawatan
ASTUTI,
M.Kep., Sp.
Kep. An
Anggota Mhs 1 INTAN TRIAS 0904100042 - -
WULANDARI

Anggota Mhs 2 REFINA TRI 0940100081 - -


SANTI

5. Pengesahan Usulan Proposal *)


Pimpinan
Tanggal Tanggal
Pemberi Jabatan Lembaga/Fakultas
Pengajuan Persetujuan
Persetujuan
Ketua
Prof. Dr Ir TRI
Lembaga
31 Mei 2021 YUNI Lembaga Penelitian
Penelitian
17 Juni 2021 HENDRAWAT dan Pengabdian
dan
I M.Si Masyaraka
Pengabdian
Masyarakat

Note : *) jangan diisi/dirubah


6. Riwayat Penelitian Ketua Pengusul *)
1. Penerapan Model Konsep Myra E. Levin: Keperawatan Konservasi Energi dalam
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi pada Bayi BBLR di Ruang Perinatologi RSUPN
Ciptomangun Kusumo
2. Perbandingan Efektifitas Terapi Musik Klasik dan Terapi Murottal Al Qur'an Terhadap
Kualitas Tidur pada Bayi
3. Efektivitas Terapi Menulis dengan Brain Gym Terhadap Perilaku Hiperaktif pada Anak
Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) Usia PraSekolah di SLB
4. Pengaruh TAB: Bermain tiupan lidah terhadap status oksigenasi pada anak toddler dengan
Bronchopneumonia
Ringkasan Penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang penelitian, tujuan dan
tahapan metode penelitian, hasil dan luaran yang ditargetkan.

Dunia sedang menghadapi wabah pandemi Covid-19 sejak desember 2019 hingga saat ini dan
termasuk Indonesia sendiri pandemi Covid-19 mewabah sejak bulan maret 2020 lalu.
Penyebaran covid-19 hingga saat ini belum menunjukkan adanya penurunan angka yang
signifikan. Banyak perubahan yang terjadi dimasyarakat akibat pandemi ini, tidak hanya pada
bidang kesehatan dan ekonomi tetapi juga bidang Pendidikan. Dimana dampak pada bidang
pendidikan yaitu proses pembelajaran diharuskan belajar dari rumah (BDR) atau pembelajaran
jarak jauh dengan online. Hal ini telah menjadi kebijakan pemerintah untuk memutus rantai
penyebaran Covid 19. Seperti ketetapan Mendikbud mengenai BDR melalui SE Nomor
36962/MPK.A/HK/2020 (Karnawati & Mardiharto, 2020), dan didukung dengan SE Nomor 15
Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan BDR dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19
guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19 (Kemendikbud, 2020).6

Hasil evaluasi program BDR dirasa masih kurang optimal. Berdasarkan hasil riset yang
disampaikan Bank Dunia (2020), diperkirakan pencapaian BDR ini hanya mencapai 33% dari
pencapaian normal belajar tatap muka. Hasil survei Satuan Tugas Ikatan Psikologi Klinis
Indonesia pada 194 pusat layanan psikologi di 27 wilayah di Indonesia menunjukkan bahwa sejak
Maret hingga Agustus 2020, terdapat 15,000 keluhan dari anak dan remaja yang mengalami
‘stress’ akibat BDR. Dari evaluasi tersebut pemerintah membuat kebijakan dengan membuka
kembali pelaksanaan pembelajaran tatap muka di sekolah mulai semester genap tahun ajaran
2020/2021.7

Kebijakan pemerintah tentunya perlu didukung oleh satuan pendidikan dengan mengupayakan
berbagai persiapan untuk melaksananakan pembelajaran tatap muka saat pandemi covid-19.
Persiapan yang perlu dioptimalkan baik kesiapan dari fasilitas sekolah, guru dan murid untuk
menerapkan protokol kesehatan selama pembelajaran tatap muka. Kesiapan murid tentunya harus
didukung dengan pengetahuan orang tua terkait protocol kesehatan yang harus diketahui mulai
dari rumah, menuju ke sekolah, di lingkungan sekolah dan pulang kembali ke rumah, guna
menjaga keamanan, kenyamanan dan keselamatan murid selama mengikuti belajar tatap muka,
karena orang tua memiliki peranan penting dalam menghantarkan anak ke sekolah dan kembali
ke rumah dalam kondisi aman (Wardani, 2020).8

Berdasarkan hasil wawancara pengusul pada pihak sekolah didapatkan bahwa masih kurangnya
pengetahuan orangtua mengenai penerapan protokol ksesehatan selama pembelajaran tatap muka
di sekolah hal ini dikarenakan belum adanya sosialisasi dan edukasi yang diberikan oleh pihak
sekolah untuk orangtua murid. Oleh karena itu pengusul ingin mengetahui hubungan pengetahuan
orang tua tentang protokol kesehatan dengan kesiapan anak belajar tatap muka

Urgensi (Keutamaan) Penelitian adalah: menganalisis hubungan pengetahuan orang tua tentang
protokol kesehatan dengan kesiapan anak belajar tatap muka dengan menggunakan desain studi
crossectional.
Tujuan Jangka Panjang Penelitian ini adalah: 1) Penggunaan buku panduan protocol Kesehatan
oleh siswa dan orangtua, 2) mendapatkan publikasi Nasional atau Prosiding international. 3)
mendapatkan Haki /hak Cipta

Kata Kunci maksimal 5 kata


Pengetahuan Orang Tua, Protokol Kesehatan, Kesiapan Anak, Pembelajaran Tatap Muka

Note : *) jangan diisi/dirubah


Latar Belakang Penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang dan
permasalahan yang akan diteliti, tujuan khusus, dan urgensi penelitian.
Saat ini dunia diguncang dengan Corona Virus Desease-19 (Covid-19). Virus ini berasal dari
kota Wuhan, China yang muncul sejak Desember 2019 (Lee, 2020). 9 Covid-19 adalah kelompok
virus yang dapat menginfeksi hewan atau manusia, khususnya pada saluran pernapasan. Virus ini
mudah menular, sangat infeksius dan mematikan (WHO, 2020).10 WHO secara resmi
mengumumkan Covid-19 sebagai pandemic pada tanggal 9 Maret 2020, artinya virus ini telah
menyebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia.

Penyebaran Covid-19 terus mengalami peningkatan dan belum menunjukkan adanya penurunan
angka yang signifikan. Data dari Satgas Penanganan Covid-19 hingga 27 Maret 2021 ada
penambahan 4.461 kasus baru. Penambahan itu menyebabkan total kasus Covid-19 di Indonesia
mencapai 1.492.002 orang, terhitung sejak kasus pertama diumumkan Presiden Joko Widodo
pada 2 Maret 2020. Jumlah pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh mencapai 1.327.121 orang
dan jumlah pasien meninggal mencapai 40.364 orang (Laoli, 2021).11

Menyikapi permasalahan di atas pemerintah Indonesia menetapkan kebijakan social distancing


kepada seluruh masyarakat dan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di beberapa kota
besar, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan Makasar, yang tertuang dalam PP Nomor 21 Tahun
2020. PSBB berdampak pada berbagai aktivitas masyarakat termasuk belajar mengajar.
Mendikbud menetapkan Belajar dari Rumah (BDR) melalui SE Nomor 36962/MPK.A/HK/2020
(Karnawati & Mardiharto, 2020), didukung dengan SE Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman
Penyelenggaraan BDR dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19 guna memutus mata rantai
penyebaran Covid-19 (Kemendikbud, 2020).6

BDR yang telah dilakukan hampir sepanjang tahun 2020, dirasakan kurang optimal baik dari segi
proses pembelajaran maupun pencapaian hasil belajar. Berdasarkan riset Bank Dunia (2020),
diperkirakan pencapaian BDR ini hanya mencapai 33% dari pencapaian normal belajar tatap
muka. Penurunan pencapaian belajar ini dikhawatirkan menimbulkan permasalahan lanjutan,
seperti penurunan kemampuan membaca siswa, sebagaimana hasil riset dari Programme for
International Students Assessment (PISA) tahun 2020, menyatakan pencapaian belajar
berdasarkan kemampuan membaca siswa turun dari point 371 di tahun 2018 menjadi point 350
setelah pelaksanaan BDR selama delapan bulan di tahun 2020. Satuan Tugas Ikatan Psikologi
Klinis Indonesia telah melakukan survei pada 194 pusat layanan psikologi di 27 wilayah di
Indonesia. Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa sejak Maret hingga Agustus 2020, terdapat
15,000 keluhan dari anak dan remaja yang mengalami ‘stress’ akibat BDR (Sasongko, 2020).7

Kurang optimalnya BDR disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya: tidak mumpuninya akses
internet dan infrastruktur teknologi pendidikan, terutama pada daerah pedalaman di Indonesia,
pendampingan orang tua yang kurang optimal selama proses belajar anak dan kapasitas tenaga
pengajar/guru yang belum optimal dalam memfasilitasi BDR, karena tidak semua tenaga
pengajar/guru memiliki akses internet dan memiliki kemampuan teknik untuk dapat memfasilitasi
belajar untuk siswanya (Sasongko, 2020).7

Berdasarkan hal tersebut Mendikbud akan memberlakukan kembali penyelenggaraan kegiatan


belajar mengajar secara tatap muka mulai semester genap tahun ajaran 2020/2021. Pernyataan
tersebut mengacu pada SKB 4 Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada
Tahun Ajaran 2020/2021.Wacana tersebut akan tetap mempertimbangkan sejumlah faktor, seperti
tingkat risiko penularan Covid-19, kesiapan fasilitas pendidikan dan kesehatan di wilayah
tersebut, akses dan kemudahan belajar, serta kesiapan dan kondisi psikososial dari murid, orang
tua/wali murid, dan tenaga pengajar (Kemendikbud, 2020).6
Kesiapan murid memulai pembelajaran tatap muka merupakan hal yang sangat penting, dimana
murid harus memahami segala aturan terkait proses pembelajaran tatap muka yang berbeda
dengan kondisi sebelumnya. Seluruh murid harus terbiasa dengan kehidupan Normal Baru yang
ditetapkan di sekolah. Kesiapan murid tentunya harus didukung dengan pengetahuan orang tua
terkait protocol kesehatan yang harus diketahui mulai dari rumah, menuju ke sekolah, di
lingkungan sekolah dan pulang kembali ke rumah, guna menjaga keamanan, kenyamanan dan
keselamatan murid selama mengikuti belajar tatap muka, karena orang tua memiliki peranan
penting dalam menghantarkan anak ke sekolah dan kembali ke rumah dalam kondisi aman
(Wardani, 2020).8

Urgensi (Keutamaan) Penelitian adalah: menganalisis hubungan pengetahuan orang tua tentang
protokol kesehatan dengan kesiapan anak belajar tatap muka dengan menggunakan desain studi
crossectional.
Tujuan Jangka Panjang Penelitian ini adalah: 1) Penggunaan buku panduan protocol Kesehatan
oleh siswa dan orangtua, 2) mendapatkan publikasi Nasional atau Prosiding international. 3)
mendapatkan Haki /hak Cipta

Tinjauan Pustaka tidak lebih dari 1000 kata dengan mengemukakan state of the art dan peta
jalan (road map) dalam bidang yang diteliti. Bagan dan road map dibuat dalam bentuk
JPG/PNG yang kemudian disisipkan dalam isian ini. Sumber pustaka/referensi primer yang
relevan dan dengan mengutamakan hasil penelitian pada jurnal ilmiah dan/atau paten yang
terkini. Disarankan penggunaan sumber pustaka 10 tahun terakhir.

Corona Virus disease pertama kali muncul di Wuhan, China pada akhir tahun 2019 sehingga
dikenal dengan Covid 19 dan menyebar dengan sangat cepat keberbagai Negara (Peng, et al;
2020).21 Pada Januari 2020 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan wabah covid 19
sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat internasional (WHO, 2020).10 Data yang didapatkan
dari covid.go.id/peta-sebaran per tanggal 28 Mei 2021 di Indones mencapapai 1.797.499
terkonfirmasi dan 49.907 meninggal dunia (2.8%). Di DKI Jakarta terdapat 425.829 (23.8%)
dengan kasus anak usia 6-18 tahun sebanyak 36.670 kasus. Di Provinsi Banten terlapor 48.996
kasus dengan usia 6-18 tahun sebanyak 12.016 kasus. 11,12

Penularan covid ini terjadi melalui percikan doplet dari seseorang yang sebelumnya terinfeksi,
sehingga diperlukan tindakan pencegahan dengan penerapan protokol kesehatan yang meliputi
menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, dan memakai masker. Covid 19 memberikan
dampak yang luar biasa hampir disetiap aspek kehidupan termasuk dampak terhadap kesehatan,
sosial dan penddikan. Anak sekolah terpaksa harus belajar dari rumah. Menurut perkiraan
Perserikatan Bangsa-Bangsa, 188 negara telah memberlakukan penutupan sekolah secara
nasional dan mengakibatkan lebih dari 90% siswa belajar dari rumah (The Lancet Child and
Adolescent, 2020).14 Di Indonesia Penutupan sekolah dan pembelajaran dari rumah bagi siswa
merupakan rangkaian upaya pemerintah dalam pengendalian penyebaran virus Covid 19.
Pelaksanaan Belajar Dari Rumah (BDR) memberikan juga dampak pada anak salah satunya
adalah stress akibat dari beberapa hal diantaranya adalah ketidaksiapan fasilitas dan dukungan
dari orang tua dalam melaksanakan BDR (Lianhati & Sutini, 2021).15 Selain itu kondisi pandemic
juga menimbulan kecemasan pada orang tua untuk membawa anak melakukan kunjungan ke
pelayanan Kesehatan/posyandu bahkan untuk melakukan aktivitas di luar rumah termasuk ke
sekolah (Asiyah & Sutini, 2021)16

Sehubungan dengan akan diberlakukan kembali pembelajaran tatap muka maka sangat diperlukan
pemahaman dan penerapan protokol kesehatan di satuan pendidikan. Sesuai SKB Menteri

Note : *) jangan diisi/dirubah


Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri
tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Pada Tahun Ajaran 2020/2021 dan Tahun
Akademik 2020/2021 di Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), satuan
pendidikan yang membuka pembelajaran secara tatap muka harus mematuhi dan menerapkan
protokol kesehatan pencegahan penularan COVID-19 sesuai buku pandungan yang diterbitkan
oleh Kemenkes RI (2020).12 Hal yang perlu diperhatikan oleh sektor kesehatan terkait kebijakan
di satuan pendidikan sebagai berikut:
1. Satuan pendidikan yang berada di daerah ZONA ORANYE dan MERAH melakukan proses
pembelajaran dengan cara Belajar Dari Rumah (BDR).
2. Pembelajaran tatap muka dapat dilakukan di wilayah zona hijau dan kuning setelah
memenuhi semua daftar periksa dan merasa siap, serta adanya persetujuan dari pemerintah
daerah dan persetujuan dari komite/orang tua.
3. Pembukaan satuan pendidikan dimulai dari jenjang pendidikan dasar dan menengah (SD/MI,
SMP/MTs, SMA/SMK/MA), kemudian dilanjutkan dengan jenjang PAUD paling cepat 2
(dua) bulan setelah itu.
4. Dilaksanakan melalui dua fase sebagai berikut: 1). Masa transisi selama dua bulan. Jika
aman, dilanjutkan dengan 2). Masa kebiasaan baru apabila daerahnya tetap dikategorikan
sebagai daerah ZONA HIJAU dan KUNING.
5. Sekolah dan madrasah berasrama yang berada di daerah ZONA HIJAU dan KUNING dapat
membuka asrama dan dilakukan secara bertahap.
6. Wajib menutup kembali bila ditemukan kasus konfirmasi positif daerahnya berubah menjadi
ZONA ORANYE atau MERAH.

Dan terdapat 2 ketentuan khusus lainnya adalah:


1. Peserta didik yang tinggal di daerah ZONA ORANYE atau MERAH dan/atau dalam
perjalanannya ke dan dari satuan pendidikan harus melalui ZONA ORANYE dan/atau
MERAH tetap melanjutkan BDR.
2. Peserta didik yang berasal dari daerah ZONA ORANYE atau MERAH dan kemudian pindah
ke ZONA HIJAU atau KUNING tempat satuan pendidikan berada harus melakukan isolasi
mandiri selama 14 (empat belas) hari setelah kepindahan dan sebelum melakukan
pembelajaran tatap muka di satuan pendidikan.

Penerapan protocol kesehatan disekolah bagi siswa disekolah harus dilaksanakan secara ketat
mulai dari sebelum berangkat sampai kembali kerumah, selama berada di lingkungan satuan
pendidikan, dan bagi tamu dan pengantar/penjemput. Menurut Kemenkes RI (2020), 12 Protokol
kesehatan siswa sebelum berangkat sampai kembali kerumah meliputi saat sebelum berangka,
selama diperjalanan, sebelum masuk gerbang sekolah dan selama kegiatan belajar mengajar.
Sebelum berangkat meliputi sarapan/konsumsi gizi seimbang; memastikan diri dalam kondisi
sehat dan tidak memiliki gejala suhu ≥37.3°C atau keluhan batuk, pilek, sakit tenggorokan dan
atau sesak napas; menggunakan masker kain 3 (tiga) lapis atau 2 (dua) lapis yang didalamnya
diisi tissue dengan baik; membawa masker cadangan serta membawa pembungkus untuk masker
kotor; membawa cairan pembersih tangan (hand sanitizer); membawa makanan beserta alat
makan dan air minum sesuai kebutuhan membawa perlengkapan pribadi yang meliputi
perlengkapan belajar, ibadah, olah raga dan perlengkapan lain sehingga tidak perlu pinjam
meminjam. Penerapan protokol kesehatan siswa selama diperjalanan meliputi: menggunakan
masker dan menjaga jarak minimal 1.5 meter; menghindari menyentuh permukaan benda benda,
tidak menyentuh hidung, mata dan mulut dan menerapkan etika batuk dan bersin setiap waktu;
membersihkan tangan sebelum dan sesudah menggunakan transportasi public/antar jemput.
Protokol kesehatan sebelum masuk gerbang meliputi: pengantaran dilakukan dilokasi yang telah
ditentukan; mengikuti pemeriksaan kesehatan meliputi pengukuran suhu tubuh, gejala batuk,
pilek, sakit tenggorokan dan/atau sesak napas; melakukan CTPS (cuci tangan pakai sabun)
sebelum memasuki gerbang satuan pendidikan dan ruang kelas. Protokol kesehatan selama
belajar mengajar meliputi: menggunakan masker dan menerapkan jaga jarak minimal 1.5 meter;
menhindari menyentuh benda benda, tidak menyentuh hidung, mata dan mulut serta menerapkan
etika batuk dan bersin; menggunakan alat belajar, alat music dan alat makan minum pribadi; tidak
pinjam meminjam peralatan sekolah. Protokol kesehatan saat selesai kegiatan belajar mengajar
adalah: tetap menggunakan masker dan melakukan CTPS sebelum meninggalkan ruang kelas;
keluar ruangan kelas dan satuan pendidikan dengan berbaris sambil menerapkan jaga jarak
minimal 1.5 meter; tidak berkerumun saat menunggu kendaraan pulang. Saat perjalanan pulang,
protokol kesehatan yang harus dilakukan adalah: menggunakan masker dan tetap jaga jarak
minimal 1.5 meter; menghindari menyentuh permukaan benda benda, tidak menyentuh hidung,
mata dan mulut serta menerapkan etika batuk dan bersih; membersihkan tangan sebelum dan
sesudah menggunakan transportasi publik/antar jemput. Protokol kesehatan setelah sampai ke
rumah meliputi: melepas alas kaki, meletakkan barang barang yang dibawa dari luar ruangan dan
melakukan didinfeksi terhadap barang barang tersebut, misalnya sepatu, tas, jaket dan lainnnya;
membersihkan diri (mandi) dan mengganti pakaian seblum beriteraksi fisik dengan orang lain
didalam rumah; tetap melakukan PHBS khususnya CTPS secara rutin; segera melaporkan kepada
Satuan Tugas Jikan mengalami gejala umum seperti suhu tubuh ≥37.3°C atau keluhan batuk,
pilek, sakit tenggorokan dan atau sesak napas. 6,12,18

Anak usia sekolah masih membutuhkan bimbingan baik dari orang tua maupun guru ketika
berada disekolah termasuk didalamnya bagaimana dalam penerapan protokol kesehatan.
Diperlukan pemahaman atau pengetahuan anak dan keluarga supaya anak diyakinkan mentaati
protokol kesehatan selama mengikuti pembelajaran tatap muka. Menurut Notoatmodjo (2014),13
pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu penglihatan,
penciuman, pendengaran, raba dan rasa dengan sendiri. Sebagian besar pengetahuan diperoleh
indra penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan juga diperoleh dari pendidikan, pengalaman diri
sendiri maupun pengalaman orang lain, media maupun lingkungan sekitar. Pengetahuan
merupakan domain terpenting bagi terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan
untuk mendorong psikis seseorang dalam menumbuhkan sikap dan perilaku sehari-hari dan dapat
dikatakan sebagai stimulus terhadap tindakan seseorang. Perilaku/tindakan yang disadari oleh
pengetahuan akan jauh lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan
(Kholid, 2012).17

Metode atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ditulis tidak melebihi 600 kata.
Bagian ini dilengkapi dengan diagram alir penelitian yang menggambarkan apa yang sudah
dilaksanakan dan yang akan dikerjakan selama waktu yang diusulkan. Format diagram alir
dapat berupa file JPG/PNG. Bagan penelitian harus dibuat secara utuh dengan penahapan yang
jelas, mulai dari awal bagaimana proses dan luarannya, dan indikator capaian yang
ditargetkan. Di bagian ini harus juga mengisi tugas masing-masing anggota pengusul sesuai
tahapan penelitian yang diusulkan.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang menggunakan pendekatan rancangan
cross sectional. Rancangan penelitian tersebut dilakukan dengan menekankan pada pengukuran
antara variabel independen dan dependen hanya satu kali dalam satu waktu (Nursalam, 2020). 19
Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan, dimana selama periode ini pengusul ingin mengetahui
hubungan pengetahuan orangtua tentang protokol kesehatan (variabel independent) dengan
kesiapan anak menghadapi pembelajaran tatap muka selama masa pandemi Covid 19 (variabel
dependen). Penelitian akan dilakukan di MI Jamilatul Khair dengan pertimbangan permasalahan
yang ada yaitu masih kurangnya pengetahuan orangtua dalam penerapan protokol kesehatan

Note : *) jangan diisi/dirubah


selama pembelajaran tatap muka di sekolah, hal ini karena belum adanya sosialisasi dan edukasi
yang diberikan oleh pihak sekolah untuk orang tua murid.

Tehnik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Adapun cara pengambilan data
pada penelitian ini menggunakan intrumen penelitian berupa kuisioner yang berisikan pertanyaan
pengetahuan orangtua tentang protokol kesehatan dan daftar tilik mengenai kesiapan anak
menghadapi pembelajaran tatap muka di sekolah selama pandemic Covid 19 yang akan
dituangkan dalam googleform dan disebarkan melalui WhatsApp Group yang sudah disediakan
oleh para wali kelas. Adapun penjelasan lebih rinci pada penelitian yang diusulkan terdapat pada
diagram alir sebagai berikut:

Tahapan Indikator Capaian Target luaran

Bulan Pertama :
Mengumpulkan data permasalahan di Terkumpulnya data permasalahan
sekolah setempat dengan melakukan berdasarkan hasil studi pendahuluan
studi pendahuluan mengenai kesiapan yang ditemukan di sekolah mengenai Proposal
penerapan protokol kesehatan pada penerapan protokol kesehatan baik penelitian
saat pembelajaran tatap muka selama pada orangtua murid dan siswa di
pandemic covid 19 sekolah MI Jamilatu Khair.

Bulan Kedua-ketiga:
Mengidentifikasi hubungan
pemgetahuan orangtua menghadapi Teridentifikasinya hubungan
pembelajaran tatap muka selama pengetahuan orangtua dengan kesiapan Laporan hasil
masa pandemi Covid 19 anak menghadapi pembelajaran tatap penelitian
menggunakan dengan menyebarkan muka selama masa pandemi Covid 19
kuisioner dan daftar tilik pada
responden penelitian

Bulan Keempat-keenam: Artikel ilmiah


Menyusun laporan penelitian dan dipublikasikan
Tarsusunnya artikel ilmiah berdasarkan
Menyusun artikel ilmiah berdasarkan pada jurnal
dari hasil penelitian
dari hasil penelitian dengan merujuk nasional /
pada template jurnal yang dituju oleh internasional
pengusul

Keberhasilan suatu kegiatan penelitian tentunya tidak lepas dari kerjasama antar anggota tim,
sehingga perlu adanya pembagian tugas dari masing-masing anggota. Berikut uraian tugas dari
masing-masing anggota tim:
Ketua Tim: Ns. Titin Sutini, M. Kep., Sp. Kep.An
Tugas:
a. Mengkoordinir penyusunan proposal peneitian
b. Mengkoordinir pelaksanaan penelitian
c. Mengkoordinir penyusunan laporan peneitian
d. Mengkoordinir penyusunan dan penerbitan artikel ilmiah
Anggota 1: Ns. Anita Apriliawati, M. Kep., Sp. Kep.An
Tugas:
a. Membantu penyusunan proposal penelitian
b. Membantu selama proses pelaksanaan penelitian
c. Membantu dalam penyusunan laporan peneitian
d. Membantu dalam penyusunan dan penerbitan artikel ilmiah
Anggota 2: Ns. Rohman Azzam, M. Kep., Sp.KMB
Tugas:
a. Membantu penyusunan proposal penelitian
b. Membantu selama proses pelaksanaan penelitian
c. Membantu dalam penyusunan laporan peneitian
d. Membantu dalam penyusunan dan penerbitan artikel ilmiah
Anggota 3: Ns. Medya Aprilia Astuti, M. Kep., Sp. Kep.An
Tugas:
a. Membantu penyusunan proposal penelitian
b. Membantu selama proses pelaksanaan penelitian
c. Membantu dalam penyusunan laporan penelitian
d. Membantu dalam penyusunan dan penerbitan artikel ilmiah
Anggota 4: Intan Trias Wulandari
a. Membantu selama proses pelaksanaan penelitian
Anggota 5: Refina Tri Santi
a. Membantu selama proses pelaksanaan penelitian

Hasil Penelitian tidak lebih dari 1000 kata

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Anak, Kelas Anak
dan Pekerjaan Orang Tua Siswa MI Jamiatul Khoir September 2021 (N=158)

Variabel Jumlah Frekuensi (%)


Jenis Kelamin Anak
Laki-laki 95 60.1
Perempuan 63 39.9
Kelas Anak
Kelas 4 85 53.8
Kelas 5 8 30.4
Kelas 6 25 15.8
Pekerjaan Orang Tua
Ibu rumah tangga 123 77.8
Karyawan 16 10.1
Pedagang 4 2.5
Diver online 1 0.6
Wiraswasta 3 1.9
Guru 8 5.1
Dokter hewan 1 0.6
Analis kesehatan 1 0.6
ASN 1 0.6

Berdasarkan tabel 1 didapatkan bahwa sebagaian besar anak berjenis kelamin laki-laki yaitu
60,1%, anak berada dikelas 4 yaitu sejumlah 53,8% dan orangtua sebagai ibu rumah tangga
sejumlah 77,8%.

Note : *) jangan diisi/dirubah


Tabel 2. Distribusi Rata Rata Responden Berdasarkan Usia Anak dan
Usia Orang Tua Siswa MI Jamiatul Khoir September 2021 (N=158)

Variabel Mean Standar Deviasi Min-max


Usia Anak 10.25 0.916 9-12
Usia Orang tua 37.80 5.705 27-57

Berdasarkan tabel 2 didapatkan bahwa rata -rata anak berusia 10,25 tahun dengan standar deviasi
0,916 sedangkan usia orangtua rata-rata 37,80 tahun dengan standar deviasi 5,705.
Tabel 3. Hubungan Pengetahuan Orang Tua tentang Penerapan Protokol Kesehatan
dengan Kesiapan Anak Menghadapi Pembelajaran Tatap Muka Di MI Jamiatul Khoir
September 2021 (N=158)

Variabel Kesiapan Menghadapi Tatap Muka P Value OR

Siap Tidak Siap


Pengetahuan Orang Tua
Sangat Baik 0 10 0.39
Baik 10 138
Total 10 148

Berdasarkan tabel 3 didapatkan bahwa sebanyak 10 orangtua dengan pengetahuan sangat baik,
tidak siap untuk menghadapi pembelajaran tatap muka di MI jamiatul Khoir sedangkan sejumlah
138 orang tua dengan pengetahuan baik, tidak siap menghadapi pembelajaran tatap muka di MI
Jamiatul Khoir. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
pengetahuan orang tua tentang penerapan protokol kesehatan dengan kesiapan anak menghadapi
pembelajaran tatap muka di MI Jamiatul Khoir dimana nilai p > 0,05.

Hasil penelitian ini menyiratkan bahwa orangtua memiliki pemahaman yang bervariasi mengenai
kesiapan anak menghadapi pembelajaran tatap muka. Keragaman pengetahuan ini mungkin
mencerminkan terkait penataan data COVID-19 yang ada di Indonesia. Meskipun otoritas
kesehatan secara konsisten memberikan informasi COVID-19 sejak penyakit ini pertama kali
didiagnosis di Indonesia, juga terjadi peningkatan pemahaman salah dan tidak akurat 22,23.
Informasi yang berlebihan mungkin telah menyebabkan kebingungan dan kesulitan untuk
memverifikasi fakta yang ada.

Orang tua menyatakan sikap yang cukup tinggi terhadap pentingnya pembelajaran tatap muka.
selama pandemi COVID-19, penelitian ini adalah yang pertama untuk melihat keyakinan dan
sikap orang tua tentang pembelajaran tatap muka. Orang tua percaya bahwa pembelajaran
tradisional lebih disukai daripada pembelajaran online. Sebuah studi sebelumnya berpendapat
bahwa pendidikan online tidak memiliki suasana belajar dan koneksi sosial untuk menarik minat
anak-anak, mengakibatkan hasil belajar yang tidak baik28. Sikap baik terhadap pembelajaran tatap
muka ini mungkin terkait dengan dua pembenaran utama.

Pertama adalah bahwa COVID-19 telah menurun, mengarah ke pembelajaran tatap muka. Kedua,
konsepsi konvensional orang tua tentang masa kanak-kanak dan harapan untuk metode
pendidikan anak, seperti bermain tidak terstruktur dan waktu yang dihabiskan di luar, harus
dipertahankan27. Orang tua dan guru sering beranggapan bahwa anak tidak boleh menggunakan
teknologi digital, sehingga menyulitkan dan membingungkan masyarakat yang ingin
menggunakan teknologi digital dalam pembelajaran 24,25. Namun, melalui pendidikan orang tua
atau inisiatif kemitraan sekolah-keluarga, orang tua diharapkan dapat mempelajari konsep-konsep
baru seperti "masa kanak-kanak", "belajar", dan "bermain".

Beberapa orang tua yang dilaporkan dengan pengetahuan baik siap untuk pembelajaran tatap
muka. Temuan dari penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian di negara barat yang
menemukan bahwa orang tua di negara-negara Uni Eropa dan Australia khawatir tentang risiko
online dan terlalu banyak waktu yang dihabiskan di internet dengan anak-anaknya (Syed-Abdul,
Gabarron & Lau, 2019; Australian government, 2019). Meskipun penelitian ini dilakukan. dalam
konteks dan waktu yang berbeda. Selain itu, orang tua merasa tidak mampu mendidik anak-anak
mereka yang masih kecil karena posisinya mereka bukanlah sebagai guru dari anak-anak, dan
mereka tidak diajar untuk melakukannya. Dengan demikian, mereka kurang percaya diri dalam
mengajar anak-anak mereka di rumah, percaya bahwa "guru memiliki kontrol lebih besar atas
lingkungan belajar siswanya" (Dong, Cau & Lie, 2020). Alhasil,orang tua sangat senang dapat
menyekolahkan kembali anak-anaknya untuk pembelajaran tatap muka.

Sebagian besar orantua dengan pengetahuan baik tidak siap dalam pembelajaran tatap muka, hal
ini dikarenakan kekhawatiran orangtua terhadap kondisi pandemic yang belum berakhir sehingga
menyebabkan kecemasan pada aorngtua tehadap anaknya untuk melakukan aktivitas di luar
rumah termasuk ke sekolah (Asiyah & Sutini, 2021)

Luaran Penelitian
1. Publikasi artikel penelitian di jurnal Nasional/Internasional
Artikel ini masih dalam proses submit
2. Buku ber ISBN
Buku saku panduan pelaksanaan protokol kesehatan pada pembelajaran tatap muka di MI
Jamiatul khoir telah ber ISBN dengan nomer 978-623-5673-02-8
3. Haki
Buku saku panduan pelaksanaan protokol kesehatan pada pembelajaran tatap muka di MI
Jamiatul khoir telah memiliki sertifikat pencatatan ciptaan dengan nomor 000295048.

Kesimpulan tidak lebih dari 500 kata


Penyebaran Covid-19 telah menunjukkan adanya penurunan yang signifikan sehingga aktivitas
pembelajaran sekolah tidak hanya dilakukan secara online tetapi juga dengan offline atau tatap
muka. Untuk itu, kesiapan sekolah terhadap pencegahan Covid -19 harus tetap di optimalkan
supaya tidak terjadi cluster baru Covid-19 pada anak-anak dilingkungan sekolah. Upaya yang
dapat dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan selama pembelajaran tatap muka di
sekolah. Peran penting tidak hanya pihak sekolah tetapi juga didukung oleh siswa/i dan orangtua
dari mulai persiapan berangkat ke sekolah sampai kembali lagi ke rumah masing-masing.

Penelitian yang telah dilakukan di MI Jamilatul Khair mempertimbangan permasalahan yang ada
yaitu masih kurangnya pengetahuan orangtua dalam penerapan protokol kesehatan selama
pembelajaran tatap muka di sekolah. Hasil penelitian ditemukan tidak terdapat hubungan antara
pengetahuan orang tua tentang penerapan protokol kesehatan dengan kesiapan anak menghadapi
pembelajaran tatap muka di MI Jamiatul Khoir.

Daftar Pustaka disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan.
Hanya pustaka yang disitasi pada usulan penelitian yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka.

1. Al-Bukhari (3474), An-Nasa'i dalam As Sunan Al-Kubra (7527), Ahmad (26139) dan

Note : *) jangan diisi/dirubah


lafadz ini adalah lafadz riwayat Ahmad.
2. Alfaz. K (2020). Ini Hadits Rasulullah Seputar Wabah Penyakit, Thaun, atau Covid-19.
Diakses dari https://islam.nu.or.id/post/read/118402/ini-hadits-rasulullah-seputar-wabah-
penyakit--thaun--atau-covid-19. 23 Mei 2021.
3. Arifin, T. (2014). Ulumul Hadits (1st ed.). Bandung: Sunan Gunung Djati Press dan Civic
Education Center (CEC). Retrieved from http://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/29079
4. Departemen Agama, 2004, Al Qur’an dan Terjemahannya, Surabaya: Mekar Surabaya.
5. Febriana. A. (2020) Pahala di rumah saat wabah setimpal dengan mati syahid. Republika:
Jakarta edisi Senin, 23 Maret 2020.
6. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2021). Buku Saku: Panduan penyesuaian
Penyelenggaraan pembelajaran pada Tahun Ajaran 2020/2021 dan Tahun Akademik
2020/2021 di masa pandemi coronavirus disease 2019 (covid-19).
7. Sasongko, L.P. (2020). Wacana Dimulainya Penyelenggaraan Sekolah Tatap Muka
Kembali. Diakses dari https://indonesiare.co.id/id/article/wacana-dimulainya-
penyelenggaraansekolah-tatap-muka-kembali. Pada tanggal 25 Mei 2021.
8. Wardani, A. 2021. Analisis Kendala Orang Tua Dalam Mendampingi Anak Belajar di
Rumah Pada Masa Pandemic Covid-19. Yogyakarta.
9. Lee, A. 2020.Wuhan Novel Corona Virus Covid-19: Why Global Control is Challenging?
Public Health.
10. World Health Organization. (2020). Timeline of WHO’s response to COVID-19.
https://www.who.int/news-room/detail/29-06-2020-covidtimeline. Accessed 24 May 2021
11. Laoli. N. (2021). Jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia masih terus bertambah.
Diakses dari https://nasional.kontan.co.id/news/jumlah-kasus-positif-covid-19-di-
indonesia-masih-terus-bertambah. Pada tanggal 27 Mei 2021
12. Kementerian Kesehatan RI (2020). Pengawasan dan pembinaan penerapan protokol
kesehatan disatuan pendidikan. Jakarta: Direktorat Kesehatan Keluarga, Direktorat
Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI
13. Notoatmodjo. (2014). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
14. The Lancet Child Adolescent H (2020). Pandemic school closures: risks and opportunities.
Lancet Child Adolescent Health, 4(5):341.
15. Lianhati, S & Sutini, T (2021). Hubungan program tetap di rumah dengan stres pada anak
usia sekolah di masa pandemi covid-19 di lingkungan RT 06 Kelurahan Pisangan Timur.
Skripsi
16. Asiyah. & Sutini, T (2021). Hubungan kecemasan orang tua dengan kelengkapan imunisasi
dasar pada bayi di masa pandemik covid 19 di RW 09 Kelurahan Jatibening Baru. Skripsi
17. Kholid, A. (2012). Promosi kesehatan: dengan pendekatan teori perilaku, media, dan
aplikasinya untuk mahasiswa dan praktisi kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
18. Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri
Kesehatan, Menteri Dalam Negeri, Nomor 04/KB/2020, Nomor 737 Tahun 2020, Nomor
HK.01.08/Menkes/7093/2020, Nomor 420-3987 Tahun 2020tentangPanduan
Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun Ajaran 2020/2021 dan Tahun Akademik
2020/2021 di Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
19. Nursalam. (2020). Metodologi penelitian ilmu keperawatan pendekatan praktis edisi 5.
Jakarta: Salemba Medika.
20. Mukharom, Havis Aravik (2020). Kebijakan Nabi Muhammad SAW. Menangani Wabah
Penyakit Menular Dan Implementasinya Dalam Conteks Menanggulangi Coronavirus
Covid-19. Salam Jurnal Sosial Budaya Syar’i. Vol 7 No. 3. 2020. UIN Syarif Hidayatullah:
Jakarta
21. Peng et al. (2020). A cross-sectional survey of knowledge, attitude and practice associated
with COVID-19 among undergraduate students in China. BMC Public Health. 20:1292
22. Saifuddin: It’s a national effort to fight fake news during COVID-19, MCO [Internet].
Malay Mail [Internet]. 2020 [cited 2020 Apr 12]. Available from:
https://www.malaymail.com/news/malaysia/2020/04/11/ saifuddin-its-a-national-effort-to-
fight-fake-news-during-covid-19-mco/1855779
23. Mohd Nasaruddin Parzi. Five more probed for spreading fake news on COVID-19
[Internet]. New Straits Times [Internet]. 2020 [cited 2020 Apr 12]. Available from:
https://www.nst.com.my/news/crime-courts/ 2020/03/577561/five-more-probed-spreading-
fake-news-covid-19
24. Erdogan NI, Johnson JE, Dong PI, Qiu Z. Do parents prefer digital play? Examination of
parental preferences and beliefs in four nations. Early Child Educ J. 2019;47(2):131–42.
25. Dong C, Mertala P. Two worlds collide? The role of Chinese traditions and Western
influences in Chinese preservice teachers’ perceptions of appropriate technology use. Br J
Educ Technol. 2021;52(1):288–303.
26. Dong C, Cao S, Li H. Since January 2020 Elsevier has created a COVID-19 resource
centre with free information in English and Mandarin on the novel coronavirus COVID- 19
. The COVID-19 resource centre is hosted on Elsevier Connect , the company ’ s public
news and information website . Elsevier hereby grants permission to make all its COVID-
19-related research that is available on the COVID-19 resource centre - including this
research content - immediately available in PubMed Central and other publicly funded
repositories , such as the WHO COVID database with rights for unrestricted research re-
use and analyses in any form or by any means with acknowledgement of the original
source . These permissions are granted for free by Elsevier for as long as the COVID-19
resource centre remains active . Children and Youth Services Review Young children ’ s
online learning during COVID-19 pandemic : Chinese parents ’ beliefs and attitudes. 2020;
(January).
27. Stephen C, Edwards S. Young children playing and learning in a digital age: A cultural and
critical perspective. Routledge; 2017
28. Syed-Abdul S, Gabarron E, Lau A. Participatory health through social media. Academic
Press; 2016.
29. Livingstone S, Mascheroni G, Dreier M, Chaudron S, Lagae K. How parents of young
children manage digital devices at home: The role of income, education and parental style.
2015;
30. Australian Government. eSafetyparents [Internet]. 2019. Available from:
https://www.esafety.gov.au/parents

Note : *) jangan diisi/dirubah

Anda mungkin juga menyukai