Anda di halaman 1dari 10

Pengertian Diabetes Tipe 2

Diabetes tipe 2 (penyakit gula tipe 2) atau diabetes melitus adalah


penyakit jangka panjang yang terjadi ketika tubuh tidak dapat
menggunakan insulin secara efektif. Penyakit ini adalah kondisi
umum yang menyebabkan kadar gula (glukosa) dalam darah menjadi
terlalu tinggi. Jika tidak mendapatkan pananganan yang tepat,
penyakit ini dapat meningkatkan risiko gangguan serius pada jantung,
mata, dan saraf dalam tubuh.
Diabetes melitus adalah kondisi yang dialami seumur hidup, sehingga
dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari pengidapnya.
Pengidapnya perlu mengubah pola makan, minum obat, dan
melakukan pemeriksaan rutin untuk mengelola penyakit ini. Penyakit
gula kerap berkaitan dengan kelebihan berat badan, gaya hidup tidak
aktif, atau memiliki riwayat keluarga dengan kondisi yang sama.
Gejala Diabetes Tipe 2
Banyak pengidap tidak menyadari jika mereka terkena penyakit.
Umumnya penyakit baru disadari ketika sejumlah gejala berikut ini
muncul:

 Peningkatan frekuensi buang air kecil, terutama di malam hari.


 Merasa haus sepanjang waktu.
 Merasa sangat lelah.
 Sering merasa lapar.
 Penurunan berat badan secara tiba-tiba.
 Gatal di sekitar kelamin.
 Sariawan berulang kali.
 Luka yang sulit sembuh.
 Penglihatan kabur.
 Mudah terserang infeksi.
 Nyeri atau mati rasa pada kaki dan tangan.
 Kesemutan.

Penyebab Diabetes Tipe 2


Diabetes melitus disebabkan oleh dua kondisi yang saling terkait,
yaitu:

 Sel-sel di otot, lemak, dan hati menjadi resisten terhadap insulin.


Karena tidak dapat berinteraksi secara normal dengan insulin,
kelebihan gula tidak dapat dibuang.
 Pankreas tidak dapat memproduksi insulin yang cukup untuk
mengatur kadar gula darah.

Penyebab pastinya belum diketahui, tetapi kelebihan berat badan dan


tidak aktif secara fisik menjadi faktor utama yang berkontribusi.
Sebelum mengetahui apa saja yang menjadi faktor pemicu, berikut ini
penjelasan terkait tentang bagaimana cara kerja insulin dan peran
glukosa dalam tubuh:
1. Cara Kerja Insulin
Insulin adalah hormon yang berasal dari kelenjar pankreas. Kelenjar
ini terletak di belakang dan di bawah lambung. Insulin mengatur
bagaimana tubuh menggunakan gula dengan cara berikut:

 Gula dalam aliran darah memicu pankreas untuk memproduksi


insulin.
 Insulin bersirkulasi dalam aliran darah, memungkinkan gula
memasuki sel dalam tubuh.
 Menurunkan jumlah gula dalam aliran darah. Dengan
menurunkan jumlah produksi insulin.

2. Peran Glukosa dalam Tubuh


Glukosa atau gula menjadi sumber energi utama bagi sel-sel yang
membentuk otot dan jaringan lain. Penggunaan dan pengaturan
glukosa meliputi:

 Glukosa berasal dari dua sumber utama, yaitu makanan dan hati.
 Glukosa diserap ke dalam aliran darah dan memasuki sel dengan
bantuan insulin.
 Hati berfungsi untuk menyimpan dan memproduksi glukosa.
 Ketika kadar glukosa rendah, hati memecah glikogen yang
disimpan menjadi glukosa untuk menjaga kadar glukosa dalam
angka normal.

Pada diabetes melitus, proses tersebut tidak berjalan dengan baik.


Alih-alih masuk ke dalam sel, gula justru menumpuk di aliran darah.
Saat kadar gula darah meningkat, sel beta penghasil insulin di
pankreas melepaskan lebih banyak insulin. Akhirnya, sel penghasil
insulin menjadi rusak dan tidak dapat membuat cukup insulin untuk
memenuhi kebutuhan tubuh.
Faktor Risiko Diabetes Tipe 2
Terdapat sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang
mengidap diabetes melitus. Berikut ini beberapa di antaranya:

 Kelebihan berat badan atau obesitas. Ini menjadi risiko utama.


 Terjadi penumpukan lemak di perut, bukan di pinggul atau paha.
 Tidak bergerak aktif. Padahal saat bergerak aktif glukosa akan
diubah sebagai energi dan membuat sel-sel lebih sensitif
terhadap insulin.
 Memiliki riwayat keluarga dengan kondisi yang sama.
 Orang dengan kulit hitam, Hispanik, penduduk asli Amerika dan
Asia, serta penduduk Kepulauan Pasifik berisiko tinggi terkena
diabetes melitus.
 Rendahnya kadar kolesterol high-density lipoprotein (HDL) dan
tingginya kadar trigliserida dalam darah.
 Risiko diabetes melitus meningkat seiring bertambahnya usia,
terutama pada seseorang yang berusia di atas 45 tahun.
 Mengidap sindrom ovarium polikistik, yang ditandai dengan
periode menstruasi yang tidak teratur, pertumbuhan rambut
berlebih dan obesitas.
 Area kulit yang menggelap, biasanya di ketiak dan leher.
Kondisi ini menjadi pertanda resistensi insulin dalam tubuh.

Diagnosis Diabetes Tipe 2


Diabetes melitus biasanya didiagnosis menggunakan tes hemoglobin
terglikasi (A1C). Tes darah ini menunjukkan kadar gula darah rata-
rata selama dua hingga tiga bulan terakhir. Hasil diinterpretasikan
sebagai berikut:

 Di bawah 5,7% adalah normal.


 5,7% hingga 6,4% didiagnosis sebagai pra-diabetes.
 6,5% atau lebih tinggi pada dua tes terpisah menunjukkan
diabetes.

Jika tes A1C tidak tersedia, atau jika memiliki kondisi tertentu yang
mengganggu tes A1C, dokter akan menggunakan tes berikut untuk
mendiagnosis diabetes:

 Tes gula darah acak.Terlepas dari kapan terakhir makan, jika


hasil menunjukkan kadar 200 mg/dL (11,1 mmol/L) atau lebih
tinggi. Hasil menunjukkan seseorang adalah pengidap diabetes.
 Tes gula darah puasa. Sampel darah diambil setelah puasa
semalam. Hasil diinterpretasikan sebagai berikut:

 Kurang dari 100 mg/dL (5,6 mmol/L) adalah normal.


 100 hingga 125 mg/dL (5,6 hingga 6,9 mmol/L) didiagnosis
sebagai pradiabetes.
 126 mg/dL (7 mmol/L) atau lebih tinggi pada dua tes terpisah
didiagnosis sebagai diabetes.
 Tes toleransi glukosa oral. Tes ini biasanya dipakai selama
kehamilan. Sebelum pemeriksaan, pasien harus berpuasa
semalaman dan minum cairan manis. Kadar gula darah diperiksa
secara berkala selama dua jam ke depan. Hasil diinterpretasikan
sebagai berikut:

 Kurang dari 140 mg/dL (7,8 mmol/L) adalah normal.


 140 hingga 199 mg/dL (7,8 mmol/L dan 11,0 mmol/L)
didiagnosis sebagai pra-diabetes.
 200 mg/dL (11,1 mmol/L) atau lebih tinggi setelah dua jam
menunjukkan diabetes.
 Prosedur penyaringan. Pemeriksaan dapat dilakukan pada semua
orang dewasa berusia 45 tahun atau lebih, dan dalam kelompok
berikut:

 Orang yang berusia di bawah 45 tahun dan memiliki kelebihan


berat badan atau faktor risiko terkait dengan diabetes.
 Wanita yang pernah mengidap diabetes gestasional.
 Orang yang telah terdiagnosis dengan pra-diabetes.
 Anak-anak yang kelebihan berat badan atau obesitas, dan yang
memiliki riwayat keluarga diabetes melitus atau faktor risiko
lainnya.

Pengobatan Diabetes Tipe 2


Sejauh ini, proses pengobatan penyakit dapat kamu lakukan dengan
mengonsumsi makanan sehat, latihan fisik rutin, menjalani prosedur
penurunan berat badan, terapi insulin atau mengonsumsi obat, serta
memantau kadar gula darah secara berkala. Berikut adalah
penjelasannya:
1. Mengonsumsi Makan sehat
Pusatkan diet untuk mengatasi diabetes melitus dengan melakukan
beberapa langkah berikut ini:

 Menjadwalkan makan dan camilan sehat yang teratur.


 Makan dengan porsi yang lebih kecil.
 Konsumsi makanan berserat tinggi, seperti buah-buahan,
sayuran tanpa tepung, dan biji-bijian.
 Hindari konsumsi biji-bijian olahan, sayuran mengandung
tepung, dan permen.
 Konsumsi susu rendah lemak, daging, dan ikan rendah lemak.
 Gunakan minyak goreng sehat, seperti minyak zaitun atau
minyak canola.
 Kurangi asupan kalori.

2. Rutin Melakukan Aktivitas Fisik


Olahraga penting untuk menurunkan dan mempertahankan berat
badan yang sehat. Langkah ini juga membantu mengatur kadar gula
darah. Jika kesulitan atau belum menemukan aktivitas fisik yang
cocok, penting untuk berdiskusi dengan dokter sebelum memulainya.
Berikut adalah aktivitas fisik yang dapat kamu coba:

 Latihan aerobik. Pilih latihan aerobik yang kamu sukai, seperti


berjalan, berenang, bersepeda, atau berlari. Setidaknya lakukan
selama 30 menit perhari atau 150 menit seminggu.
 Latihan ketahanan. Latihan ketahanan meliputi angkat besi,
yoga, dan senam. Setidaknya lakukan dua hingga tiga sesi
latihan ketahanan setiap minggu untuk membangun kekuatan
dan fleksibilitas.
 Hindari gaya hidup sedentari. Jangan duduk terlalu lama.
Luangkan waktu beberapa menit untuk berdiri, berjalan-jalan,
atau melakukan aktivitas ringan setiap 30 menit sekali.
 Menurunkan Berat Badan

Penurunan berat badan menghasilkan kontrol yang lebih baik


terhadap kadar gula darah, kolesterol, trigliserida dan tekanan darah.
Jika kesulitan untuk memilih diet yang cocok, kamu bisa berdiskusi
dengan dokter terlebih dulu.
3. Pantau Kadar Gula Darah
Langkah ini bertujuan untuk memastikan kadar gula darah tetap
berada dalam angka normal. Pengidap perlu melakukan pemeriksaan
sekali sehari dan sebelum atau sesudah berolahraga.
4. Mengonsumsi Obat Diabetes
Jika tidak dapat mempertahankan kadar gula darah dengan diet dan
olahraga, dokter mungkin akan meresepkan obat penyakit gula yang
membantu menurunkan kadar insulin. Berikut ini beberapa jenis obat
yang dapat menjadi pilihan:

 Metformin untuk mengurangi kadar glukosa darah.


 Sulfonilurea untuk meningkatkan produksi insulin dalam
pankreas.
 Pioglitazone sebagai pemicu insulin.
 Gliptin (penghambat DPP-4 ) untuk mencegah pemecahan GLP-
1.
 Penghambat SGLT-2 yang berdampak pada urine.
 Agonis GLP-1 untuk memicu produksi insulin tanpa risiko
hipoglikemia.
 Acarbose untuk memperlambat pencernaan karbohidrat.
 Nateglinide dan repaglinide yang bermanfaat untuk melepas
insulin ke aliran darah.
 Melakukan Terapi Insulin

Beberapa pengidap membutuhkan terapi insulin. Cara ini kerap


digunakan sebagai upaya terakhir, jika gula darah tidak kunjung
menurun dengan perubahan gaya hidup dan obat-obatan lainnya.

Pencegahan Diabetes Tipe 2


Langkah pencegahan diabetes tipe 2 dapat kamu lakukan
dengan mengubah pola hidup menjadi lebih sehat. Pada
seseorang yang menerima diagnosis pra-diabetes, perubahan
gaya hidup dapat memperlambat atau menghentikan
perkembangan menjadi diabetes. Gaya hidup sehat tersebut
meliputi:
 Konsumsi makanan sehat. Pilih makanan yang rendah
lemak dan kalori, serta tinggi serat. Fokus pada buah-
buahan, sayuran, dan biji-bijian.
 Bergerak aktif. Lakukan aktivitas aerobik dalam
intensitas sedang hingga berat selama 150 menit atau
lebih dalam seminggu, seperti jalan cepat, bersepeda,
lari, atau berenang.
 Diet sehat. Menurunkan berat badan dan
mempertahankannya dapat menunda perkembangan dari
pra-diabetes menjadi diabetes tipe 2. Jika memiliki pra-
diabetes, kehilangan 7 persen hingga 10 persen dari berat
badan dapat menurunkan risiko diabetes.
 Jaga kadar gula darah. Tindakan ini dapat kamu
lakukan melalui memantau kadar gula darahmu. Selain
memantau, pastikan juga untuk melakukan tindakan
untuk menurunkan gula darah. Sebab, kadar gula darah
yang tinggi terkadang tidak menimbulkan gejala sama
sekali.
Komplikasi Diabetes Tipe 2
Diabetes tipe 2 mempengaruhi banyak organ utama, termasuk
jantung, pembuluh darah, saraf, mata dan ginjal. Mengelola
penyakit gula dengan mengendalikan gula darah dapat
menurunkan risiko komplikasi atau kondisi yang menyertai
(komorbiditas). Berikut ini beberapa komplikasi yang bisa
saja pengidapnya alami:
 Penyakit jantung dan pembuluh darah. Penyakit gula
berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit jantung,
stroke, tekanan darah tinggi, dan penyempitan pembuluh
darah (aterosklerosis).
 Kerusakan saraf (neuropati) pada anggota
badan. Gula darah tinggi dapat merusak atau
menghancurkan saraf. Kondisi tersebut mengakibatkan
kesemutan, sensasi rasa terbakar, bahkan kelumpuhan
yang biasanya dimulai dari ujung jari kaki atau jari
tangan dan secara bertahap menyebar ke seluruh tubuh.
 Kerusakan saraf lainnya. Kerusakan saraf jantung
dapat berkontribusi pada irama jantung yang tidak
teratur. Selain itu, kerusakan saraf pada sistem
pencernaan dapat menyebabkan mual, muntah, diare atau
sembelit. Pada pria, kerusakan saraf dapat menyebabkan
disfungsi ereksi.
 Penyakit ginjal. Penyakit gula dapat menyebabkan
penyakit ginjal kronis atau penyakit ginjal stadium akhir,
yang mungkin memerlukan dialisis atau transplantasi
ginjal.
 Kerusakan mata. Penyakit gula dapat meningkatkan
risiko penyakit mata yang serius, seperti katarak dan
glaukoma. Penyakit ini dapat merusak pembuluh darah
retina, yang berpotensi menyebabkan kebutaan.
 Kondisi kulit. Penyakit gula dapat membuat pengidap
lebih rentan terhadap masalah kulit, termasuk infeksi
bakteri dan jamur.
 Risiko amputasi. Jika tidak , luka dan lecet bisa menjadi
infeksi serius. Kerusakan parah akibat luka yang tidak
kunjung membaik dapat berujung pada amputasi.
 Gangguan pendengaran. Masalah pendengaran lebih
sering terjadi pada pengidap penyakit gula.
 Apnea tidur. Apnea tidur obstruktif umum terjadi pada
pengidap. Obesitas menjadi faktor utama yang
berkontribusi terhadap kondisi tersebut.
 Demensia. Penyakit gula tipe 2 meningkatkan risiko
penyakit Alzheimer dan gangguan lain yang
menyebabkan demensia.

Anda mungkin juga menyukai