Anda di halaman 1dari 4

Judul : Rasa terbakar di dada Skenario

Seorang laki laki berusia 42 tahun, datang ke poliklinik rawat jalan dengan keluhan dada terasa panas. Pasien
juga mengeluhkan sering bersendawa, mual, tenggorokan terasa pahit dan suara dirasakan serak. Keluhan
dirasakan lebih sering dimalam hari saat tidur, terutama saat pasien makan makanan berlemak. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal, tampak beberapa karies pada gigi geraham. Tinggi
badan 165 cm berat badan 78kg. Pada anamnesis dengan menggunakan kuesioner didapatkan skor 14. Tidak
didapatkan alarm symptoms. Oleh dokter, pasien dilakukan PPI test. Dokter juga menyarankan perubahan pola
gaya hidup untuk mengurangi keluhan.

BMI : 28.65 (overweight)


STEP2
1. Mengapa dada terasa panas?
- karena terjadi penurunan tekanan spingter esofagus  mengalami menaikkan tekanan intra abdomen
 spingter esofagus relaksasi  refulks asam lambung dan sekret empedu  cairan refulksnya
mengiritasi esofagus  inflamasi  muncul nyeri pada ulu hati
- rasa terbakar pada dada  mengonsumsi makanan yang berlebih  banyak minyak dan pedas

2. Mengapa pasien merasa bersendawa, mual, tenggorokan terasa pahit dan suara dirasakan serak?
MEKANISME MUAL
di dalam tubuh kita terjadi peradangan lambung akibat kita makan-makanan yang
mengandung alcohol, aspirin, steroid, dan kafein sehingga menyebabkan terjadi iritasi
pada lambung dan menyebabkan peradangan di lambung yang diakibatkan oleh tingginya
asam lambung

setelah terjadi peradangan lambung maka tubuh akan merangsang pengeluaran zat yang disebut vas aktif yang
menyebabkan permeabilitas kapiler pembuluh darah naik

sehingga menyebabkan lambung menjadi bengkak dan merangsang reseptor tegangan dan merangsang
hypothalamus untuk mual

MEKANISME MUNTAH
lambung memberikan sinyal ke zona kemoreseptor oleh sistem saraf afferen dan saraf
simpatis sehingga menyebabkan kontraksi antiperistaltik dan menyebabkan makanan
kembali ke duodenum dan lambung setelah masuk ke usus

sehingga banyak terkumpul makanan di lambung dan mengganggu kerja lambung dan
duodenum sehingga duodenum teregang

akibat duodenum teregang mengakibatkan kontraksi kuat diafragma dan otot dinding
abdominal sehingga menyebabkan tekanan di lambung tinggi

setelah itu kita menjadi bernafas dalam dan naiknya tulang lidah dan laring untuk menarik
sfingter esophagus bagian atas supaya terbuka

sfingter bagian bawah berelaksasi dan pengeluaran isi lambung isi lambung melalui
esophagus dan keluar

MUNTAH

3. Menapa keluhan lebih terasa di malam hari?


4. SKOR
Diagnosis GERD ditegakkan berdasarkan gejala klasik dari hasil anamnesis dan pengisian kuesioner,
serta berdasarkan hasil uji terapi PPI (Proton Pump Inhibitor). Selain itu, gejala klasik GERD juga
dapat dinilai dengan Gastroesophageal Reflux Disease – Questionnairre (GERD-Q).
GERD-Q merupakan sebuah kuesioner yang terdiri dari 6 pertanyaan mengenai gejala klasik
GERD, pengaruh GERD pada kualitas hidup penderita serta efek penggunaan obat-obatan
terhadap gejala dalam 7 hari terakhir. Berdasarkan penilaian GERD-Q, jika skor >8 maka pasien
tersebut memiliki kecenderungan yang tinggi menderita GERD, sehingga perlu dievaluasi lebih
lanjut. Selain untuk menegakkan diagnosis, GERD-Q juga dapat digunakan untuk memantau respons
terapi.
Upaya diagnostik berdasarkan gejala klasik GERD ini juga didukung oleh Konsensus Nasional
Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal di Indonesia (Perkumpulan Gastroenterologi
Indonesia, 2013). Dalam konsensus ini disebutkan bahwa penderita terduga GERD adalah penderita
dengan gejala klasik GERD yaitu heartburn, regurgitasi, atau keduanya yang terjadi sesaat setelah
makan (terutama makan makanan berlemak dan porsi besar).
Pemeriksaan tambahan untuk diagnosis GERD adalah uji terapi PPI. Uji terapi PPI merupakan suatu
terapi empirik dengan memberikan PPI dosis ganda selama 1-2 minggu tanpa pemeriksaan endoskopi
sebelumnya. Indikasi uji terapi PPI adalah penderita dengan gejala klasik GERD tanpa tanda-tanda
alarm. Tanda-tanda alarm meliputi usia >55 tahun, disfagia, odinofasia, anemia defisiensi besi, BB
turun, dan adanya perdarahan (melena/ hematemesis). Apabila gejala membaik selama penggunaan dan
memburuk kembali setelah pengobatan dihentikan, maka diagnosis GERD dapat ditegakkan

Sumber : Diagnosis dan Tatalaksana Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) di Pusat Pelayanan
Kesehatan Primer
5. Hubungan dg bb dan tb
- obesitas  lemak ngumpul di abdomen  meningkatkan tekanan intra abdomen  meregangkan LES
nya  memudahkan terjadi refulks  menuju ke esofagus
- merupakan salah satu faktor resiko terjaidnya refulks , semakin index masa tubuh tinggi akan
menyebabkan tingginya terjadinya refulks
- obse  faktor humeral  lemak abdomen beda dengan lemak sufkutan  lemak viseral lebih aktif
dalam metaboliknya  memiliki sel radang lebih banyak lebih resisiten dari insulin sehingga lebih
berbahaya dari pada lemak sufkutan  lemak viseral meningkat  kadar tumor nikrosis TNF a dan IL
6 dalam plasma

6. patfis
GERD terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara faktor ofensif dan defensif dari sistem
pertahanan esofagus dan bahan refluksat lambung. Yang termasuk faktor defensif sistem pertahanan
esofagus adalah LES, mekanisme bersihan esofagus, dan epitel esofagus.

LES merupakan strukur anatomi berbentuk sudut yang memisahkan esofagus dengan lambung. Pada
keadaan normal, tekanan LES akan menurun saat menelan sehingga terjadi aliran antegrade dari
esofagus ke lambung. Pada GERD, fungsi LES terganggu dan menyebabkan terjadinya aliran
retrograde dari lambung ke esofagus. Terganggunya fungsi LES pada GERD disebabkan oleh
turunnya tekanan LES akibat penggunaan obat-obatan, makanan, faktor hormonal, atau kelainan
struktural.
Mekanisme bersihan esofagus merupakan kemampuan esofagus membersihkan dirinya dari bahan
refluksat lambung; termasuk faktor gravitasi, gaya peristaltik esofagus, bersihan saliva, dan bikarbonat
dalam saliva. Pada GERD, mekanisme bersihan esofagus terganggu sehingga bahan refluksat lambung
akan kontak ke dalam esofagus; makin lama kontak antara bahan refluksat lambung dan esofagus,
maka risiko esofagitis akan makin tinggi. Selain itu, refluks malam hari pun akan meningkatkan risiko
esofagitis lebih besar. Hal ini karena tidak adanya gaya gravitasi saat berbaring.
Mekanisme ketahanan epitel esofagus terdiri dari membran sel, intercellular junction yang membatasi
difusi ion H+ ke dalam jaringan esofagus, aliran darah esofagus yang menyuplai nutrien-oksigen dan
bikarbonat serta mengeluarkan ion H+ dan CO2, sel esofagus mempunyai kemampuan mentransport
ion H+ dan Cl- intraseluler dengan Na+ dan bikarbonat ekstraseluler.
Sedangkan yang termasuk faktor ofensif adalah peningkatan asam lambung, dilatasi lambung atau
obstruksi gastric outlet, distensi lambung dan pengosongan lambung yang terlambat, tekanan
intragastrik dan intraabdomen yang meningkat. Beberapa keadaan yang mempengaruhi tekanan
intraabdomen antara lain hamil, obesitas, dan pakaian terlalu ketat.

Sumber : Diagnosis dan Tatalaksana Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) di Pusat


Pelayanan Kesehatan Primer CDK-252/ vol. 44 no. 5 th. 2017
Monica Djaja Saputera,1 Widi Budianto2 1Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara,
Jakarta Barat 2Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Bhayangkara, Semarang,
Indonesia. Halaman 330.
7. tatalaksana

Anda mungkin juga menyukai