Anda di halaman 1dari 4

1. Apa hubungan DM dengan keluhan pasien?

Diabetes yang tidak terkontrol menyebabkan penurunan aliran saliva (air liur), sehingga mulut
terasa kering. Saliva memiliki efek self-cleansing, di mana alirannya dapat berfungsi sebagai
pembilas sisa-sisa makanan dan kotoran dari dalam mulut. Jadi bila aliran saliva menurun maka
akan menyebabkan timbulnya rasa tak nyaman, lebih rentan untuk terjadinya ulserasi (luka),
lubang gigi, dan bisa menjadi ladang subur bagi bakteri untuk tumbuh dan berkembang. .
Komplikasi lain dari diabetes adalah menebalnya pembuluh darah sehingga memperlambat
aliran nutrisi dan produk sisa dari tubuh. Lambatnya aliran darah ini menurunkan kemampuan
tubuh untuk memerangi infeksi.
Diabetes Mellitus bisa merupakan faktor predisposisi bagi kenaikan terjadinya dan jumlah dari
karies. Keadaan tersebut diperkirakan karena pada diabetes aliran cairan darah mengandung
banyak glukosa yang berperan sebagai substrat kariogenik. Karies gigi dapat terjadi karena
interaksi dari 4 faktor yaitu gigi, substrat , kuman dan waktu. Pada penderita Diabetes Melitus
telah diketahui bahwa jumlah air liur berkurang sehingga makanan melekat pada permukaan
gigi, dan bila yang melekat adalah makanan dari golongan karbohidrat bercampur dengan
kuman yang ada pada permukaan gigi dan tidak langsung dibersihkan dapat mengakibatkan
keasaman didalam mulut menurun, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya lubang atau
caries gigi.

2. Apa dx dan dd ?

Karakteristik SAR biasanya berupa ulser rekuren dengan bentuk bulat atau oval dan pinggir yang
dikelilingi eritematous dengan dasar lesi berwarna kuning kelabu. Lesi terjadi dimulai pada usia
muda, yaitu anak-anak dan masa pubertas, dan dapat terjadi pada orang dewasa. Ulser berlangsung
selama 1 minggu atau bulan. SAR secara klinis dibagi menjadi 3 tipe, yaitu stomatitis apthosa
rekuren minor, mayor dan herpetiformis. Gambaran klinis tipe minor adalah berukuran 2-4 mm
atau kurang dari 1 cm, simetris, dapat dimulai dengan munculnya makula eritematous yang
berhubungan dengan gejala prodromal. Dasar ulser berwarna kuning-kelabu dan dikelilingi daerah
eritematous pada mukosa bergerak dan tidak berkeratin seperti mukosa labial, mukosa bukal, dasar
mulut, sulkus lingualis, dorsum lidah ataupun ventral lidah. Jumlah ulser dapat tunggal atau
multiple, interval rekurensi 1-4 bulan. Tipe minor sembuh dalam waktu 10-14 hari tanpa
meninggalkan jaringan parut
3. Bagaimana patofisiologi dari scenario?
4. Apa manifestasi klinis dari kasus di scenario?
5. Bagaimana factor resiko dari scenario?
Stress merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya SAR. Respon dari stress
menyebabkan penekanan fungsi IgA, IgG, dan neutrofil. Penurunan dari fungsi IgA pada stress
akan mempermudah perlekatan mikroorganisme ke mukosa sehingga mikroorganisme mudah
invasi ke jaringan dan menyebabkan infeksi. Penurunan fungsi IgG memudahkan terjadinya
kondisi patologis karena penurunan fungsi fagositosis, toksin dan virus tidak dapat dinetralisir.
Penurunan neutrofil akan menyebabkan fungsi fagositosis menurun sehingga terjadi penurunan
dalam membunuh mikroorganisme. Berdasarkan hal tersebut, adanya stress diduga
menyebabkan homeostatis terganggu sehingga jaringan rentan terhadap suatu ulser berupa SAR
melalui berbagai mekanisme.
Prevalensi dan Distribusi Penderita Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) di Klinik Penyakit Mulut RSGM FKG Universitas Jember pada Tahun 2014
(Prevalence and Distribution of Patients Recurrent Aphthous Stomatitis ( RAS ) in Oral Medicine Departement of Dental Hospital, Dentistry Faculty,
University of Jember in 2014) Annisa Sulistiani, Sri Hernawati, Ayu Mashartini P

SAR Dengan Kecurigaan Klinik Infeksi Virus Herpes Simpleks, Afi S.S, Jurnal Kedokteran Univeritas Indonesia.
6. Bagaimana etiologi dari scenario?
Etiologi SAR sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor
predisposisi yang dianggap berhubungan dengan terjadinya SAR. Beberapa faktor tersebut
meliputi defisiensi nutrisi, trauma, genetik, stress, hormonal, dan alergi.
Prevalensi dan Distribusi Penderita Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) di Klinik Penyakit Mulut RSGM FKG Universitas Jember pada Tahun 2014
(Prevalence and Distribution of Patients Recurrent Aphthous Stomatitis ( RAS ) in Oral Medicine Departement of Dental Hospital, Dentistry Faculty,
University of Jember in 2014) Annisa Sulistiani, Sri Hernawati, Ayu Mashartini P
Etiologi SAR tidak diketahui, tetapi berhubungan dengan berbagai faktor predisposisi seperti
riwayat SAR dalam keluarga, trauma, siklus menstruasi, kehamilan, stres, alergi makanan,
anemia, factor imunologi dan defisiensi haematinik (defisiensi Fe, asam folat dan vit. B12)
7. Bagaiman tatalaksana dari scenario?
8. Apa klasifikasi kasus dari scenario?
SAR diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu: (1) SAR minor; (2) SAR mayor; (3) SAR herpetiformis.
SAR minor merupakan penyakit yang paling sering ditemui, yaitu sekitar 75 – 85% dari kasus SAR
lainnya. SAR Minor terlihat dengan bentuk ulser yang dangkal, oval, diameter < 1 cm, berwarna
kuning kelabu dengan tepi eritematosus yang mencolok mengelilingi pseudomembran fibrinosa.
SAR minor lebih sering mengenai mukosa rongga mulut yang tidak berkeratin seperti mukosa
labial dan bukal, dasar mulut, dan pada lateral dan ventral lidah. Ulser biasanya sembuh spontan
tanpa pembentukan jaringan parut dalam waktu 10-14 hari. SAR mayor merupakan salah satu
tipe SAR yang terjadi berkisar 10-15%, ditandai dengan adanya ulser berbentuk bulat atau oval
dengan batas yang tidak jelas, diameternya ≥ 1 cm dan disertai rasa sakit hebat. SAR mayor bisa
muncul pada setiap bagian mukosa mulut tetapi cenderung muncul pada mukosa berkeratin
seperti palatum keras dan tenggorokan. SAR mayor kambuh lebih sering dan berlangsung lebih
lama dibandingkan tipe minor, yaitu dalam waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan.
Ulser biasanya sembuh dengan membentuk jaringan parut dan distorsi jaringan. Hal ini
disebabkan karena ulser sudah mengerosi jaringan ikat. SAR herpetiformis adalah tipe ulserasi
fokal kambuhan pada mukosa mulut yang jarang terjadi, hanya memiliki prevalensi berkisar 5-
10% dari seluruh kasus SAR. Gambaran mencolok dari SAR tipe ini adalah adanya ulser bersifat
multiple, yaitu 20 hingga 200 ulser, diameter 1-3mm, bentuk bulat, mukosa di sekitar ulkus
eritematosus dan diperkirakan akan ada rasa sakit. Setiap bagian mukosa mulut dapat terkena
SAR herpetiformis, tetapi khususnya terjadi pada ujung anterior lidah, tepitepi lidah dan mukosa
bibir. Ulser berlangsung selama 7-30 hari dengan peyembuhan meninggalkan jaringan parut.
Prevalensi dan Distribusi Penderita Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) di Klinik Penyakit Mulut RSGM FKG Universitas Jember pada Tahun 2014
(Prevalence and Distribution of Patients Recurrent Aphthous Stomatitis ( RAS ) in Oral Medicine Departement of Dental Hospital, Dentistry Faculty,
University of Jember in 2014) Annisa Sulistiani, Sri Hernawati, Ayu Mashartini P

9. Bagaimana pencegahan dan edukasi yang dapat diberikan bagi pasien?

Menjaga kebersihan gigi dan mulut, menyikat gigi dengan benar dan teratur, serta rutin
mengganti sikat gigi minimal 1 bulan sekali. Membiasakan diri mengkonsumsi air putih
minimal 8 gelas perhari.Melakukan pemeriksaan ke dokter jika sariawan/SAR sering
terjadi dan mengurangi frekuensi konsumsi makanan/ minuman panas
1
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STOMATITIS AFTOSA,REKUREN (SAR) PADA MAHASISWA DI PONTIANAK,Otik Widyastutik , Angga Permadi

Anda mungkin juga menyukai