Anda di halaman 1dari 10

Materi :

a. Definisi Ummat
b. Kepemimpinan dalam Islam
c. Institusi Keummatan
d. Hubungan Antar Agama

BAB 1
KONSEP ADAB
- Pengertian Adab dan Peradaban

adab adalah salah satu istilah kunci dan inti dalam pendidikan Islam.14 Istilah adab
berasal dari bahasa Arab: addaba- yu’addibu-ta’dib, yang telah diterjemahkan sebagai
pendidikan.15 Adab adalah suatu metode yang dapat mengarahkan dan membimbing
proses pendidikan Islam pada disiplin yang benar

Fairchild, 1980:41, menyatakan peradaban adalah perkembangan kebudayaan yang


telah mencapai tingkat tertentu yang diperoleh manusia pendukungnya.
Kontjaranigrat (1990 : 182) menyatakan peradaban untuk menyebut bagian dan
unsur kebudayaan yang halus, maju, dan indah seperti misalnya kesenian, ilmu
pengetahuan, adat sopan santun pergaulan, kepandaian menulis, organisasi kenegaraan,
kebudayaan yang mempunyai system teknologi dan masyarakat kota yang maju dan
kompleks.
Ibnu Khaldun (1332-1406 M) melihat peradaban sebagai organisasi sosial manusia,
kelanjutan dari proses tamaddun (semacam urbanisasi), lewat ashabiyah (group feeling),
merupakan keseluruhan kompleksitas produk pikiran kelompok manusia yang
mengatasi negara, ras, suku, atau agama, yang membedakannya dari yang lain, tetapi
tidak monolitik dengan sendirinya. Pendekatan terhadap peradaban bisa dilakukan
dengan menggunakan organisasi sosial, kebudayaan, cara berkehidupan yang sudah
maju, termasuk system IPTEK dan pemerintahannya.

- Urgensi dan Peradaban

Arus informasi yang berkembang cepat menumbuhkan cakrawala pandangan manusia


makin terbuka luas. Teknlogi yang sebenarnya merupakan alat bantu/ekstensi
kemampuan diri manusia, dewasa ini telah menjadi sebuah kekuatan otonom yang justru
‘membelenggu’ perilaku dan gaya hidup kita sendiri. Dengan daya pengaruhnya yang
sangat besar, karena ditopang pula dengan sistem-sistem sosial yang kuat dan dalam
kecepatan yang makin tinggi, teknologi telah menjadi pengaruh hidup manusia.
Masyarakat yang rendah kemampuan teknologinya cenderung tergantung dan hanya
mampu bereaksi terhadap dampak yang ditimbulkan oleh kecanggihan teknologi.
Dampak Globalisasi Terhadap  Peradaban Manusia Akibat globalisasi diantaranya
masyarakat mengalami anomia tau tidak punya norma atau heteronomy/banyak norma,
sehingga terjadi kompromisme sosial terhadap hal-hal yang sebelumnya dianggap
melanggar norma tunggal masyarakat.
Selain itu juga terjadinya disorientasi atau alienasi, keterasingan pada diri sendiri atau
pada perilaku sendiri, akibat pertemuan budaya-budaya yang tidak sepenuhnya
terintegrasi dalam kepribadian kita.

- Hubungan Adab, Akhlak dan Peradaban


Manusia yang beradab yaitu manusia yang berpendidikan memiliki akhlak, moral,
sopan santun, berdisiplin, dan tertib. Jika hal ini teraktualisasi dalam diri seseorang
(manusia sebagai Khalifah) maka ia menjadi manusia yang memiliki peradaban.[6]
              Untuk menjadi makhluk yang beradab, manusia senantiasa harus menjunjung
tinggi aturan-aturan, norma-norma, adat-istiadat serta nilai-nilai kehidupan yang ada di
masyarakat yang diwujudkan dengan menaati berbagai pranata sosial atau aturan sosial,
sehingga dalam kehidupan di masyarakat itu akan tercipta ketenangan, kenyamanan,
ketentraman dan kedamaian. Dan inilah sesungguhnya makna hakiki sebagai manusia
beradab.
Untuk menjadi makhluk yang beradab, manusia senantiasa harus menjunjung tinggi
aturan-aturan, norma-norma, adat-istiadat, ugeran dan wejangan atau nilai-nilai
kehidupan yang ada di masyarakat yang diwujudkan dengan menaati berbagai pranata
sosial atau aturan sosial, sehingga dalam kehidupan di masyarakat itu akan tercipta
ketenangan, kenyamanan, ketentraman dan kedamaian. Dan inilah sesungguhnya makna
hakiki sebagai manusia beradab.
Konsep masyarakat adab dalam pengertian yang lain adalah suatu kombinasi yang
ideal antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Dalam suatu masyarakat yang
adil, setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat dasarnya dianggap  paling
cocok bagi setiap orang tersebut, yang tentunya perlu adanya keselarasan dan
keharmonisan. Namun demikian keinginan manusia untuk mewujudkan keinginannya
atau haknya sebagai salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan hidup, tidak boleh
dilakukan secara berlebihan bahkan merugikan manusia lain. Manusia dalam
menggunakan hak untuk memenuhi kepentingan pribadinya tidak boleh melampaui
batas atau merugikan kepentingan orang lain. Sebagai suatu anggota masyarakat yang
beradab manusia harus bisa menciptakan adanya keseimbangan antara kepentingan
pribadi dan kepentingan umum. Jadi, perlu adanya suatu kombinasi yang ideal antara
kepentingan pribadi dan kepentingan umum.
BAB 2 PERADABAN ISLAM

- Islam Sebagai Peradaban


Islam merupakan sistem kehidupan yang bersifat ilahiyah (sebagai risalah kenabian para
Rasul Allah) dapat menginspirasi manusia untuk membangun sebuah tata kehidupan
yang baik dan peradaban yang spektakuler. Sejarah kemajuan peradaban dalam Islam
klasik menunjukkan, ajaran Islam sebagai instumen penting yang dapat digunakan
untuk itu. Akan tetapi, kemajuan peradaban yang telah diraih oleh umat Islam bukanlah
peradaban yang berdiri sendiri dan utuh berasal dari umat Islam itu sendiri, melainkan
juga sebagai bentuk akumulasi dari peradaban-peradaban maju yang telah ada dan
dimiliki oleh umat manusia atau bangsa-bangsa sebelumny

- Azas Peradaban Islam


Di antara asas-asas peradaban dan
kebudayaan Islam itu ialah:
1) al-ikha, yaitu menjunjung tinggi rasa persaudaraan
kemanusiaan antara para pendatang dan penduduk local.
Program al-ikha' ini dicontohkan Nabi ketika hijarah ke Madinah.
Laki-laki pendatang (muhajirin) dikawinkan dengan perempuan
pribumi (anshar). Demikian pula sebaliknya, laki-laki anshar
dikawinkan dengan perempuan muhajirin. Akibatnya pembauran
genetic yang dampaknya sangat strategis secara psikologis
sangat penting. Generasi penerus kedua kelompok tidak
direpotkan lagi dengan isu pribumi dan pendatang, karena
terjadi pembauran untuh antara keduanya.

2) Al-Musawa, yaitu perinsip persamaan. Islam memperkenalkan


asas peradabannya dengan prinsip persamaan (al-musawa).
Baik sebagai sesama makhluk biologis, sesama pewaris sejarah
peradaban masa lalu, dan bentuk-bentuk persamaan lainnya.
Islam selalu atau lebih sehingga mengedepankan prinsip
persamaan (pricile of identity) ketimbang prinsip perbedaan
(pricile of negation). Perinsip persamaan ini didasari oleh
banyak ayat antara lain Q.S. al-Hujurat/49:13).

3) Al-Tasamuh, yaitu prinsip toleransi. Islam bukan hanya


mewacanakan toleransi sebagaimana banyak disinggung di
dalam Al-Qur'an, antara lain Q.S. al-Kafirun/109:1-6), tetapi juga
dipraktekkan dalam lintasan sejarah umat Islam di berbagai
Negara, dari dulu sampai sekarang. Tidak kurang dari 15 kali
kata Nashara (Kristen) dan 10 kali kata Yahudi disebutkan di
dalam Al-Qur'an. Bahkan agama-agama minoritas non
Abrahamic Religion seperti Al-Shabi'in. Ini semua
menggambarkan adanya spirit toleransi di dalam perkembangan
kebudayaan dan peradaban Islam.

4) Al-Musyawarah yang sudah menjadi bahasa Indonesia


(musyawarah) yang tidak lain maknanya adalah demokrasi,
yaitu memberi kesempatan secara terbuka kepada semua pihak
mengedepankan pendapatnya secara merdeka, tanpa harus
khawatir sedikit pun kepada siapapun, karena prinsip demokrasi
ini sesuai dengan anjuran Allah swt di dalam Q.S. Ali
'Imran/3:159). Allah Swt juga memberi contoh dengan berdialog
dengan para malaikat tentang rencana penciptaan amnesia
(Q.S. al-Baqarah/2:30 dst), berdialog dengan Iblis (Q.S. al-
Hijr/15:32), dan manusia (Q.S. al-A'raf/7:172).

5) Al-Mu'awanah, yaitu prinsip tolong menolong atau gotong


royong. Prinsip ini didukung banyak seruan di dalam Al-Qur'an
dan hadis. Atara lain Q.S. al-Maidah/5:2). Kelima asas ini
menjadi faktor mudahnya diterima tawaran peradaban Islam di
dalam dunia internasional

- Karakteristik Peradaban Islam

[a] Universalitas. Islam sangatlah bersifat inklusif diperuntukan untuk seluruh umat
manusia, rahmatan lil ‘alamin. 14 Universalitasnya Islam mempercepat pertumbuhan
dan perkembangan peradabannya keberbagai belahan dunia dan berpengaruh dalam
berbagai segi kehidupan umat manusia.

[b] Tauhid. Di antara keunggulan yang membedakan peradaban Islam dengan


peradaban yang lainnya adalah bahwa peradaban Islam tegak atas dasar tauhid secara
mutlak kepada Allah.16 Peradaban Islam adalah peradaban pertama yang menyerukan
bahwa Tuhan itu satu dan tidak mempunyai sekutu dalam kekuasaan dan kerajaan-Nya
atau asas wahdaniyah (ketunggalan). Hanya Dia yang disembah dan hanya Dia yang
dituju oleh kalimat “Iyyaka na‘budu wa iyyaka nasta‘in” (Hanya kepada-Mu kami
menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan). Hanya Dia yang
memuliakan dan menghinakan, yang memberi dan mengaruniai. Tiada sesuatupun di
langit dan di bumi kecuali berada kekuasaan dan pengaturan-Nya.
[c] Adil dan Moderat. Keadilan dan moderat (wasathan) merupakan karakteristik yang
unggul dalam peradaban Islam, yakni moderat dan adil antara dua sudut yang saling
bertentangan. Peradaban Islam terhimpun antara ruh dan jasad, atau tuntutan ruh dan
tuntutan jasad, mengumpulkan antara ilmu syariat dan ilmu hayat, seperti
mementingkan dunia sebagaimana mementingkan akhirat, mengumpulkan antara
perumpamaan dan kenyataan, kemudian menyeimbangkan antara hak dan kewajiban.
Maksudnya keseimbangan antara dua hal yang saling bertentangan adalah upaya setiap
pihak menghapus egoismenya, memberikan haknya secara adil, tidak berlebihan dan
juga tidak terlalu kurang. Tidak zalim dan tidak pula merugikan. 17 Ini artinya
keseimbangan tersebut memiliki tujuan untuk memenuhi harmonisasi antara fitrah
kemanusiaan dan tujuan akal. Begitu juga dengan memenuhi keselarasan universal
dalam pemikiran manusia dan angan-angannya, keinginan dan niat tujuannya

[d] Sentuhan Akhlak atau Moral. Akhlak dalam peradaban Islam merupakan pagar yang
membatasi sekaligus dasar yang menyebabkan kemajuan dan kejayaan Islam. Dasar
nilai-nilai Islam dan akhlak masuk disetiap aturan kehidupan, berbagai macam
perbedaan dan perkembangannya, baik secara individu maupun masyarakat, politik
maupun ekonomi. 19 Peradaban Islam menjadikan tempat pertama bagi prinsipprinsip
moral atau akhlak dalam setiap sistem dan berbagai bidang kegiatannya. Peradaban
Islam tidak pernah lepas dari prinsip-prinsip moral ini. Bahkan moral menjadi ciri khas
peradaban Islam

BAB 3 ESENSI
a. Esensi Peradaban Islam

l-Faruqi mengatakan bahwa esensi peradaban Islam adalah ajaran Islam yang
berpusat pada tauhid. Inilah prinsip pokok peradaban Islam. Al-Faruqi juga
mengatakan,
Tawhid is that which gives Islamic civilization its identity, which binds all its
constituens together and thus makes of them an integral, organic body which call
civilization.
Dengan prinsip tauhid ini kita dapat memahami berbagai keragaman dan
pluralitas pemikiran dan kebudayaan umat Islam sebagai konsekuensi tak
terhindarkan dari lokalitas mereka masing-masing, namun tetap terintegrasikan
dalam satu tubuh organik yang memberinya “identitas Islam”. Dalam hubungan
ini pula, memahami esensi peradaban Islam berarti harus memahami esensi
tauhid, sebagai asas yang mengintegrasikan seluruh aspek kehidupan Muslim
dalam satu jaringan organis yang bernama peradaban Islam.
Sebagai esensi peradaban Islam, lanjut al-Faruqi, tauhid memiliki dua aspek atau
dimensi, yaitu: aspek metodologis dan isi (contentual). Aspek metodologis
mencakup tiga prinsip , yaitu kesatuan (unity), rasionalisme dan toleransi.
Kesatuan (unity). Peradaban Islam menempatkan semua elemen-elemnnya
dalam sebuah struktur dan menentukan eksistensi dan relasinya sesuai dengan
pola keseragaman (uniform pattern). Elemen-elemen itu bisa saja berasal dari
sumber yang berbeda-beda, tetapi kemudian terintegrasi ke dalam sistemnya
sendiri (yaitu tauhid). Inilah yang memungkinkan umat Islam menyerap
berbagai unsur dari kebudayaan-kebudayaan di luar dirinya namun kemudian
mengalami proses adaptasi dan integrasi ke dalam sistem mereka sendiri.
Itulah sebabnya Hossein Nashr menyatakan bahwa darimana pun sumber-
sumber itu diambil oleh umat Islam, wataknya tetap Islami karena telah masuk
dan terserap ke dalam peradaban Islam yang berdasarkan pada spirit al-Quran. Ia
mengatakan:
Both the education and the science which developed in Islamic civilization over
the centuries are essentially Islami in character, whatever may have been their
historical origin. The living organism which is Islamic civilization digested
various types of knowledge from many different sources, ranging from China to
Alexandria and Athens; but whatever survived within this organism was
digested and made to grow within the living body of Islam. Whatever may have
been the origin of the ‘material’ for education and the sciences, the form was
always Islamic, and both Islamic education and the Islamic sciences are related
in the most intimate manner to the principles of the Islamic revelation and the
spirit of the Quran.
Rasionalisme. Sebagai prinsip metodologis, rasionalisme membentuk esensi
peradaban Islam. Hal itu mengandung 3 ketentuan: pertama, menolak semua
yang tidak berhubungan dengan realitas [artinya berpegang pada pandangan
yang objektif dan faktual]; kedua, menolak adanya kontradiksi antara akal dan
wahyu; ketiga, keterbukaan terhadap fakta-fakta baru (sehingga mencegah umat
Muslim terjebak dalam literalisme dan fanatisme).
Ketiga prinsip rasionalisme inilah yang memberikan landasan utama bagi
pengembangan tradisi ilmiah dalam Islam—yang pada awalnya mendapat
sumber materialnya dari Yunani, Persia dan India:
1. Pengembangan konsep ilm. Sebagaimana telah ditunjukkan oleh Franz
Rosenthal, konsep ilm telah begitu menentukan warna peradaban Islam. Umat
Islam telah mengembangkan konsep ilm yang demikian canggih dan kompatibel
bagi pengembangan tradisi intelektual yang memungkinkannya untuk
menghasilkan capaian-capaian orisinil.
2. Kesesuaian antara akal dan wahyu. Hal ini telah menjadi sebuah tema yang
sejak awal mendapatkan perhatian dari para filosof Muslim. Al-Kindi misalnya
telah menyusun argumen kesesuaian antara agama dan filsafat; antara akal dan
wahyu. Tema ini kemudian menjadi sangat penting dalam pembahasan
epistemolog yang dikembangkan para filosof Muslim sampai kemunculan Ibn
Rusyd.
3. keterbukaan terhadap evidensi. Hal ini merupakan sikap pertangahan antara
absolutisme dan relatifisme. Sikap ini sangat penting bagi dinamika ilmu
pengetahuan, yang bergerak diantara dua kutub ekstrim tersebut. Sikap ini
banyak dipegang oleh para saintis eksperimental seperti al-Khawarizm, Ibn Sina,
al-Biruni, ar-Razi, Jabir ibn Hayyan, dan lainnya.
Toleransi. Sebagai prinsip metodologis, toleransi adalah menerima apa yang ada
saat ini sampai terbukti kesalahannya. Hal ini sangat relefan bagi epistemologi.
Juga relefan bagi etika.
Berikutnya, sebagai Aspek isi (contentual). Aspek ini terbagi pada beberapa
prinsip utama, yaitu: tauhid sebagai prinsip pertama bagi metafisika, prinsip
pertama bagi etika, prinsip pertama bagi aksiologi, prinsip pertama bagi
societism, prinsip pertama bagi estetika. Prinsip-prinsip ini dapat menjadi dasar
bagi banyak aspek kehidupan Muslim baik pemikiran, sosial, etika sampai
estetika.
Setidaknya dengan memahami esensi peradaban Islam yang berpusat pada
tauhid, seperti di bahas di atas, kita dapat memahami bagaimana karakteristik
dan tujuan dari peradaban Islam, yang dengannya peradaban Islam tampak unik
dan berbeda dengan berbagai peradaban besar lainnya. Dengan itu pula kita
dapat memahami asas utama yang mendorong kemajuan peradaban Islam
b. Prinsip dalam Peradaban Islam

1. prinsip universalitas ilmu


konsep keuniversalan ilmu dalam Islam adalah keberadaan teks-teks Al-Quran
yang memberikan motivasi untuk memikirkan penciptaan langit dan bumi
-pada dasarnya- merupakan dorongan untuk melakukan eksperimen dengan
segenap ragam dan variasinya, karena ketika seorang muslim mengamati
rahasia-rahasia alam semesta, mendalami misteri-misterinya serta mengkaji
sunnatullah yang berlaku di alam, maka hal itu akan semakin meningkatkan
dan memperkokoh keimanan pada Allah yang Maha Menciptakan dan akan
semakin mengagumi ciptaanNya yang indah

2. prinsip memikirkan hasil ciptaan Allah SWT


QS. Al-Baqarah 164, QS. Ali Imran 190, QS. Yunus 101
perhatian manusia terhadap eksistensi Allah yang Maha Esa serta
menggerakkan hati, perasaan dan jiwa manusia untuk beriman kepadaNya,
maka disaat yang sama teks-teks tersebut juga berkontribusi membuka rasio
serta logika manusia guna memahami konsep-konsep baru tentang
pengetahuan alam, ilmu biologi dan rahasia di balik kehidupan. Tujuannya
agar semakin meningkatkan keimanan terhadap kebesaran Sang Pencipta,
mengokohkan keyakinan dalam jiwa akan takdirNya.  hasil ciptaan dan kreasi
Allah merupakan salah satu akses menuju sebuah peradaban dan merupakan
cahaya penerang untuk menyingkap ilmu pengetahuan sepanjang masa hingga
hari kiamat kelak.

3. Prinsip manusia sebagai makhluk yang mulia


- Allah muliakan manusia dengan logika dan perasaan
- Allah Mengangkat Manusia Menjadi Pemimpin Dunia
Selama manusia menjadi khalifah di muka bumi berarti ia lah pemimpin,
penanggung jawab, penguasa, dan penyingkap misteri alam semesta. Hal
ini tidak akan terealisasi kecuali jika dibarengi oleh ilmu pengetahuan
agar bisa menundukkan kekuatan-kekuatan alam semesta dalam rangka
perwujudan kemajuan peradaban dan kemuliaan manusia.

- Allah Tundukkan Alam Semesta untuk Manusia


Selagi alam semesta ditundukkan oleh Allah demi kepentingan manusia,
makanya manusia sangat dituntut mengeksploitasinya demi kepentingan
kemajuan peradaban, human service, serta demi kemuliaan spesies
manusia. Bertolak dari penjelasan diatas, kita semakin menyadari bahwa
kemuliaan yang Allah anugerahkan pada manusia merupakan salah satu
akses menuju sebuah peradaban modern dan akses menuju penemuan hal-
hal baru dalam ilmu pengetahuan dan sains.

4. Prinsip persamaan HAM


bahwa prinsip persamaan derajat dan HAM dalam Islam merupakan pintu
akses menuju kemunculan dan kejayaan peradaban manusia sepanjang
sejarah

5. Prinsip Transparansi dan Kesediaan untuk Saling Memahami.


umat Islam terbuka terhadap non muslim dan bersedia untuk lebih mengenal
dan memahami bangsa-bangsa lain meskipun berbeda keyakinan. Hasil yang
dipetik umat Islam dari sikap terbuka ini adalah mereka bisa mengenal dan
mengambil manfaat dari model peradaban dan kemajuan yang beraneka
ragam, seperti peradaban Yunani, Romawi, Persia, India dan peradaban-
peradaban lain yang semasa. Umat Islam berupaya menggali semua produk-
produk peradaban di atas, sehingga muncul beragam pengalaman dan
pengetahuan umat yang mencakup aspek yang lebih luas baik di bidang
perindustrian, bisnis dan perdagangan, pertanian, pembangunan infrastruktur,
ilmu pengetahuan dan sains, serta kesenian. Dan yang perlu dingat, upaya
penggalian produk-produk peradaban tersebut tidak hanya sampai disitu saja,
karena pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan dari mereka mesti
dilebur dan dicelup terlebih dahulu dengan nilai-nilai Islamy, hingga akhirnya
lahir sebuah peradaban yang telah berstempel dan bercap Islam.

c. Elemen-Elemen Peradaban
1. Kemampuan manusia untuk berfikir yang menghasilkan sains dan teknologi
2. Kemampuan berorganisasi dalam bentuk kekuatan politik dan militer
3. Kesanggupan berjuang dan bertahan untuk hidup

BAB 4 KONSEP UMMAT


1. Pengertian ummat
Ummah menjadi menarik untuk dikaji karena Ia menggambarkan bagaimana
pandangann Islam tentang Konsep kewargaan dalam satu Negara. Ini perlu karena sejak
munculnya konsep negara-negara (nation-state) pada awal abad ke 20 umat Islam
dihadapan kepada persoalan besar menduduki posisi agama dalam persoalan politik
spasial geografik. Mewakili 3 kepentingan bersatunya agama dan negara, umat Islam
dihadapkan dengan permasalahan menerjemahkan term Ummah. Sebagai istiliah
kewarganegaraan di tengaah masalah kenegaraan.1

2. Kepemimpinan dalam islam

Kepemimpinan dalam Islam dipandang sebagai amanah. Seorang pemimpin bangsa


hakekatnya ia mengemban amanah Allah sekaligus amanah masyarakat. Amanah itu
mengandung konsekwensi mengelola dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan
harapan dan dan kebutuhan pemiliknya. Karenanya kepemimpinan bukanlah hak milik
yang boleh dinikmati dengan cara sesuka hati orang yang memegangnya. Oleh karena
itu, Islam memandang tugas kepemimpinan dalam dua tugas utama, yaitu menegakkan
agama dan mengurus urusan dunia. Sebagaimana tercermin dalam do’a yang selalu
dimunajatkan oleh setiap muslim: “Rabbanaa atinaa
¿GGXQ\DDKDVDQDKZD¿ODNKLURWLKDVDQDK´ (Yaa Tuhan kami, berilah
kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat).

3. Institusi
4. Hubungan antar agama

KESIMPULAN
Ajaran Islam mengungkapkan hidup damai, rukun dan toleran. Kerukunan
umat beragama adalah kondisi dimana antar umat beragama dapat saling
menerima, saling menghormati keyakinan masing
-
masing, saling tolong
menolong, dan bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam konteks ke
-
Indonesiaa, kerukunan beragama berarti kebersamaan antara umat beragama
dengan pemerintah dalam rangka suksesnya pembangunan nasional dan menjaga
Negara Kesatuan Republik Indonesia

Hubungan antar agama sangatlah penting dalam kehidupan berbangsa dan


bernegara, agar tidak terjadi konflik antar masyarakat yang sering mengatas namakan
agama. Semua itu harus diperhatikan terutama hubungan antar agama. Hubungan antar
agama dapat diartikan sebagai bentuk solidaritas sesama manusia yang ditujukan dalam
kehidupan yang harmonis, saling menghormati antar agama yang ada serta terjalinnya
hubungan sosial yang baik antar umat beragama dalam segala bidang, sehingga dapat
tercipta kerukunan dalam umat beragama.
Kita pasti mempunyai banyak perbedaan. Namun, kita manusia sebagai makhluk
sosial, dimana manusia tidak akan bisa hidup dengan baik tanpa adanya bantuan dari
orang lain, jika kita menyadari hal tersebut mungkin kita akan berpikir kita semua saling
membutuhkan satu sama lain dan mampu menghilangkan rasa perbedaan.
Agama merupakan suatu pedoman bagi kehidupan umat manusia, dengan
beragama kita jadi memiliki tujuan hidup. Dengan beragama juga kehidupan kita
menjadi lebih nyaman dan terarah serta teratur. Agama menjadikan kita mengetahui
segala hal yang baik maupun segala hal yang buruk bagi kehidupan kita semua.
Kehidupan kita menjadi lebih baik sebab banyak tuntunan yang kita dapatkan dan
banyak  larangan yang menjadikan kita mengetahui apa yang harus dikerjakan dan apa
yang tidak boleh dikerjakan.

Anda mungkin juga menyukai