a. Definisi Ummat
b. Kepemimpinan dalam Islam
c. Institusi Keummatan
d. Hubungan Antar Agama
BAB 1
KONSEP ADAB
- Pengertian Adab dan Peradaban
adab adalah salah satu istilah kunci dan inti dalam pendidikan Islam.14 Istilah adab
berasal dari bahasa Arab: addaba- yu’addibu-ta’dib, yang telah diterjemahkan sebagai
pendidikan.15 Adab adalah suatu metode yang dapat mengarahkan dan membimbing
proses pendidikan Islam pada disiplin yang benar
[a] Universalitas. Islam sangatlah bersifat inklusif diperuntukan untuk seluruh umat
manusia, rahmatan lil ‘alamin. 14 Universalitasnya Islam mempercepat pertumbuhan
dan perkembangan peradabannya keberbagai belahan dunia dan berpengaruh dalam
berbagai segi kehidupan umat manusia.
[d] Sentuhan Akhlak atau Moral. Akhlak dalam peradaban Islam merupakan pagar yang
membatasi sekaligus dasar yang menyebabkan kemajuan dan kejayaan Islam. Dasar
nilai-nilai Islam dan akhlak masuk disetiap aturan kehidupan, berbagai macam
perbedaan dan perkembangannya, baik secara individu maupun masyarakat, politik
maupun ekonomi. 19 Peradaban Islam menjadikan tempat pertama bagi prinsipprinsip
moral atau akhlak dalam setiap sistem dan berbagai bidang kegiatannya. Peradaban
Islam tidak pernah lepas dari prinsip-prinsip moral ini. Bahkan moral menjadi ciri khas
peradaban Islam
BAB 3 ESENSI
a. Esensi Peradaban Islam
l-Faruqi mengatakan bahwa esensi peradaban Islam adalah ajaran Islam yang
berpusat pada tauhid. Inilah prinsip pokok peradaban Islam. Al-Faruqi juga
mengatakan,
Tawhid is that which gives Islamic civilization its identity, which binds all its
constituens together and thus makes of them an integral, organic body which call
civilization.
Dengan prinsip tauhid ini kita dapat memahami berbagai keragaman dan
pluralitas pemikiran dan kebudayaan umat Islam sebagai konsekuensi tak
terhindarkan dari lokalitas mereka masing-masing, namun tetap terintegrasikan
dalam satu tubuh organik yang memberinya “identitas Islam”. Dalam hubungan
ini pula, memahami esensi peradaban Islam berarti harus memahami esensi
tauhid, sebagai asas yang mengintegrasikan seluruh aspek kehidupan Muslim
dalam satu jaringan organis yang bernama peradaban Islam.
Sebagai esensi peradaban Islam, lanjut al-Faruqi, tauhid memiliki dua aspek atau
dimensi, yaitu: aspek metodologis dan isi (contentual). Aspek metodologis
mencakup tiga prinsip , yaitu kesatuan (unity), rasionalisme dan toleransi.
Kesatuan (unity). Peradaban Islam menempatkan semua elemen-elemnnya
dalam sebuah struktur dan menentukan eksistensi dan relasinya sesuai dengan
pola keseragaman (uniform pattern). Elemen-elemen itu bisa saja berasal dari
sumber yang berbeda-beda, tetapi kemudian terintegrasi ke dalam sistemnya
sendiri (yaitu tauhid). Inilah yang memungkinkan umat Islam menyerap
berbagai unsur dari kebudayaan-kebudayaan di luar dirinya namun kemudian
mengalami proses adaptasi dan integrasi ke dalam sistem mereka sendiri.
Itulah sebabnya Hossein Nashr menyatakan bahwa darimana pun sumber-
sumber itu diambil oleh umat Islam, wataknya tetap Islami karena telah masuk
dan terserap ke dalam peradaban Islam yang berdasarkan pada spirit al-Quran. Ia
mengatakan:
Both the education and the science which developed in Islamic civilization over
the centuries are essentially Islami in character, whatever may have been their
historical origin. The living organism which is Islamic civilization digested
various types of knowledge from many different sources, ranging from China to
Alexandria and Athens; but whatever survived within this organism was
digested and made to grow within the living body of Islam. Whatever may have
been the origin of the ‘material’ for education and the sciences, the form was
always Islamic, and both Islamic education and the Islamic sciences are related
in the most intimate manner to the principles of the Islamic revelation and the
spirit of the Quran.
Rasionalisme. Sebagai prinsip metodologis, rasionalisme membentuk esensi
peradaban Islam. Hal itu mengandung 3 ketentuan: pertama, menolak semua
yang tidak berhubungan dengan realitas [artinya berpegang pada pandangan
yang objektif dan faktual]; kedua, menolak adanya kontradiksi antara akal dan
wahyu; ketiga, keterbukaan terhadap fakta-fakta baru (sehingga mencegah umat
Muslim terjebak dalam literalisme dan fanatisme).
Ketiga prinsip rasionalisme inilah yang memberikan landasan utama bagi
pengembangan tradisi ilmiah dalam Islam—yang pada awalnya mendapat
sumber materialnya dari Yunani, Persia dan India:
1. Pengembangan konsep ilm. Sebagaimana telah ditunjukkan oleh Franz
Rosenthal, konsep ilm telah begitu menentukan warna peradaban Islam. Umat
Islam telah mengembangkan konsep ilm yang demikian canggih dan kompatibel
bagi pengembangan tradisi intelektual yang memungkinkannya untuk
menghasilkan capaian-capaian orisinil.
2. Kesesuaian antara akal dan wahyu. Hal ini telah menjadi sebuah tema yang
sejak awal mendapatkan perhatian dari para filosof Muslim. Al-Kindi misalnya
telah menyusun argumen kesesuaian antara agama dan filsafat; antara akal dan
wahyu. Tema ini kemudian menjadi sangat penting dalam pembahasan
epistemolog yang dikembangkan para filosof Muslim sampai kemunculan Ibn
Rusyd.
3. keterbukaan terhadap evidensi. Hal ini merupakan sikap pertangahan antara
absolutisme dan relatifisme. Sikap ini sangat penting bagi dinamika ilmu
pengetahuan, yang bergerak diantara dua kutub ekstrim tersebut. Sikap ini
banyak dipegang oleh para saintis eksperimental seperti al-Khawarizm, Ibn Sina,
al-Biruni, ar-Razi, Jabir ibn Hayyan, dan lainnya.
Toleransi. Sebagai prinsip metodologis, toleransi adalah menerima apa yang ada
saat ini sampai terbukti kesalahannya. Hal ini sangat relefan bagi epistemologi.
Juga relefan bagi etika.
Berikutnya, sebagai Aspek isi (contentual). Aspek ini terbagi pada beberapa
prinsip utama, yaitu: tauhid sebagai prinsip pertama bagi metafisika, prinsip
pertama bagi etika, prinsip pertama bagi aksiologi, prinsip pertama bagi
societism, prinsip pertama bagi estetika. Prinsip-prinsip ini dapat menjadi dasar
bagi banyak aspek kehidupan Muslim baik pemikiran, sosial, etika sampai
estetika.
Setidaknya dengan memahami esensi peradaban Islam yang berpusat pada
tauhid, seperti di bahas di atas, kita dapat memahami bagaimana karakteristik
dan tujuan dari peradaban Islam, yang dengannya peradaban Islam tampak unik
dan berbeda dengan berbagai peradaban besar lainnya. Dengan itu pula kita
dapat memahami asas utama yang mendorong kemajuan peradaban Islam
b. Prinsip dalam Peradaban Islam
c. Elemen-Elemen Peradaban
1. Kemampuan manusia untuk berfikir yang menghasilkan sains dan teknologi
2. Kemampuan berorganisasi dalam bentuk kekuatan politik dan militer
3. Kesanggupan berjuang dan bertahan untuk hidup
3. Institusi
4. Hubungan antar agama
KESIMPULAN
Ajaran Islam mengungkapkan hidup damai, rukun dan toleran. Kerukunan
umat beragama adalah kondisi dimana antar umat beragama dapat saling
menerima, saling menghormati keyakinan masing
-
masing, saling tolong
menolong, dan bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam konteks ke
-
Indonesiaa, kerukunan beragama berarti kebersamaan antara umat beragama
dengan pemerintah dalam rangka suksesnya pembangunan nasional dan menjaga
Negara Kesatuan Republik Indonesia