Klasifikasi
IMT (kg/m
2
)
Risiko Komorbiditas
Lingkar Pinggang
< 90 cm (pria) 90 cm (pria)
< 80 cm (wanita) 80 cm (wanita)
Berat badan kurang
< 18.5 Rendah Sedang
Kisaran normal
18.5 22.9 Sedang Meningkat
Berat badan lebih
23.0
Berisiko
23.0 24.9 Meningkat Moderat
Obes I
25.0 29.9 Moderat Berat
Obes II
30.0 Berat Sangat berat
Tabel 2.2 Kategori berat badan berdasarkan klasifikasi Asia-Pasifik
2.2 Perubahan Fisiologi yang Terjadi Pada Pasien Obesitas
2.2.1 Sistem Kardiovaskular
Obesitas berhubungan dengan bertambahnya volume darah dan cardiac
output sebesar 20 - 30 ml untuk setiap kilogram lemak yang berlebih
Peningkatan cardiac output ini disebabkan oleh dilatasi ventrikel dan
semakin jelas. Mengorok pada pasien OSA juga diikuti periode sunyi
(silence) saat tidak ada aliran udara yang masuk dan setelahnya akan
terjadi gasping atau choking yang membangunkan pasien dari tidurnya,
bernapas beberapa kali, dan kemudian tidur kembali (siklus ini berulang
sepanjang waktu tidur).
c) Gejala pada siang hari seperti sering mengantuk, konsentrasi dan
memori terganggu. Terkadang penderita mengeluhkan sakit kepala pada
pagi hari akibat retensi karbondioksida (CO
2
) pada malam harinya dan
vasodilatasi serebral.
d) Perubahan fisiologi. Apnea berulang dapat menyebabkan hipoksemia,
hiperkapnia, vasokonstriksi pulmonal dan sistemik. Hipoksemia
berulang dapat berujung pada polisitemia yang meningkatkan risiko
penyakit jantung iskemia dan penyakit serebrovaskular. Sedangkan
vasokonstriksi pulmonal menyebabkan kegagalan ventrikel kanan
(right ventricle failure)
2.2.3 Sistem Gastrointestinal
Risiko terjadinya aspirasi asam lambung diikuti oleh pneumonia
aspirasi lebih tinggi pada pasien obesitas. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain tekanan intraabdomen yang tinggi, tingginya
volume dan rendahnya pH dalam lambung, dan tingginya risiko gastroesofageal. Walaupun pasien obesitas memilki volume lambung yang lebih
besar daripada orang normal, namun pengosongan lambung justru lebih
cepat berlangsung pada penderita obesitas, terutama pada intake energi
tinggi seperti emulsi lemak. Oleh karena adanya risiko aspirasi asam, maka
pasien obesitas dapat diberikan H2-reseptor antagonis, antasid, dan
Selain teknik anestesi, perhitungan dosis obat pada pasien obesitas juga
harus diperhatikan. Berat badan total (total body weight) seseorang terdiri
dari berat badan tanpa lemak (lean body weight) dan berat lemak pada
tubuh orang tersebut. Secara teoritis, cadangan lemak yang banyak akan
meningkatkan volume distribusi dari obat yang larut dalam lemak
(benzodiazepin, opioid). Dosis obat-obatan seperti ini dihitung
berdasarkan berat badan total, sedangkan dosis obat-obatan yang tidak
larut dalam lemak dihitung berdasarkan berat badan tanpa lemak. Oleh
karena itu, perlu diketahui jenis obat-obatan yang larut dalam lemak dan
yang larut dalam air untuk menentukan apakah dosis obat tersebut dihitung
berdasarkan berat badan total, berat badan tanpa lemak, atau bahkan berat
badan ideal. Tabel 2.3 dan Tabel 2.4 memperlihatkan cara penghitungan
berat badan dan cara menentukan dosis pada beberapa obat-obatan yang
sering dipakai saat intra-operasi.
11,12,13
Jenis Berat Badan Cara Penghitungan (berat badan dalam kg)
Berat Badan Ideal
(IBW)
45.4 + 0.89 x (tinggi dalam cm - 152.4) untuk wanita
49.9 + 0.89 x (tinggi dalam cm - 152.4) untuk pria
Berat Badan
Tanpa Lemak
(LBW)
(1.07 x TBW) - (0.0148 x BMI x TBW) untuk wanita
(1.10 x TBW) - (0.0128 x BMI x TBW) untuk pria
ATAU
(9,720 x TBW)/(8,780 + (244 x BMI)) untuk wanita
(9,270 x TBW)/(6,680 + (216 x BMI)) untuk pria
Tabel 2.3 Rumus perhitungan berat badan
11
Rocuronium IBW
Vecuronium IBW
Cisatracurium IBW
Fentanyl LBW
Alfentanil LBW
Remifentanil LBW
Midazolam TBW (dosis bolus)
IBW (infus)
Paracetamol LBW
Neostigmine TBW
Sugammadex TBW atau IBW + 40%
Enoxaparin (profilaksis trombosis
vena dalam)
TBW 0.5mg/kgBB
Tabel 2.4 Skala dosis berat untuk obat-obatan yang sering
digunakan dalam operasi
Oleh karena adanya risiko aspirasi dan hipoventilasi, pasien obesitas
biasanya diintubasi pada semua kasus anestesi umum kecuali pada kasus
anestesi umum yang sebentar. Namun memutuskan pemilihan intubasi
dalam kesadaran penuh atau tidur dalam merupakan pilihan sulit. Beberapa
sumber menyarankan intubasi dilakukan dalam kesadaran penuh terutama
jika berat badan sesungguhnya > 175% berat badan ideal. Apabila terdapat
gejala OSA, maka sudah dapat dipastikan morfologi jalan napas bagian
atas yang sedikit berbeda yang membuat pemakaian sungkup menjadi
sulit, sehingga intubasi dalam kesadaran penuh lebih disarankan. Jika
intubasi sulit dilakukan, maka digunakan bronkoskop serat optik atau
laringoskopi video. Posisi pasien saat intubasi dilakukan sangat membantu
8. Lopez PP, Stefan B, Schulman CI, Byers PM. Prevalence of sleep apnea in
morbidly obese patients who presented for weight loss surgery evaluation: more
evidence for routine screening for obstructive sleep apnea before weight loss
surgery. Am Surg 2008; 74: 834-8.
9. Chin KJ, Perlas A. Ultrasonography of the lumbar spine for neuraxial and
lumbar
plexus blocks. Curr Opin Anaesthesiol 2011; 24: 567-72.
10. Ingrande J, Lemmens HJ. Dose adjustment of anaesthetics in the morbidly
obese. Br J Anaesth 2010; 105(Suppl 1): i16-23.
11. Leykin Y, Miotto L, Pellis T. Pharmacokinetic considerations in the obese. Best
15
Pract Res Clin Anaesthesiol 2011; 25: 27-36.
12. Janmahasatian S, Duffull SB, Ash S, Ward LC, Byrne NM, Green
B.
Quantification of lean bodyweight. Clin Pharmacoki- net 2005; 44: 1051-65.
13. Ingrande J, Brodsky JB, Lemmens HJ. Lean body weight scalar for
the
anesthetic induction dose of propofol in morbidly obese subjects. Anesth Analg
2011; 113: 57-62.
14. Gaszynski T, Tokarz A, Piotrowski D, Machala W. Boussignac CPAP in the
postoperative period in morbidly obese patients. Obes Surg 2007; 17: 452-6.
15. Huttunen R, Syrjanen J. Obesity and the risk and outcome of infection. Int J
Obes (Lond) 2012