Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA KLINIK

MODUL III
PEMERIKSAAN KADAR KOLESTEROL TOTAL

Disusun Oleh:
Kelompok 4/B
Sintya Suherlan 10060317067
Nur Ariska Melanti 10060317068
Rizki Agung Muhamad N 10060317069
Fitri Nuraeni 10060317070
Ade Ridwan Septiawan 10060317071
Ryani Amelia Ibrahim 10060317074
Syahrizal Nazala 10060317075
Nama Asisten : Khairiatul Ummah, S.Farm., Apt.
Tanggal Percobaan : 14 Oktober 2020
Tanggal Laporan : 21 Oktober 2020

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT A


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BANDUNG
2020 M/1442 H
MODUL III
PEMERIKSAAN KADAR KOLESTEROL TOTAL

I. TUJUAN
1.1 Memiliki keterampilan dalam memeriksa kadar koletserol total dalam sampel.
1.2 Memahami metode penentuan kadar kolesterol total.
1.3 Memahami peranan pemeriksaan kadar kolesterol total.

II. TEORI DASAR


2.1 Kolesterol
Kolesterol darah adalah salah satu unsur yang paling penting dalam tubuh. Kolesterol
salah satu dari sejumlah lemak yang dibawah dalam aliran darah. Di dalam tubuh kita
diliputi lipid dengan protein khusus yang membuatnya dapat larut dalam air (Rahman,
2016). Kolesterol merupakan senyawa lemak kompleks yang dihasilkan oleh tubuh yang
memiliki fungsi membuat hormon sex, adrenal, membentuk dinding sel. Kolesterol
penting bagi tubuh, apabila kadar kolesterol dalam darah berlebihan juga berbahaya bagi
kesehatan (Djojodibroto dan Darmanto, 2012).
Kadar kolesterol di dalam darah adalah di bawah 200 mg/dl apabila kadar kolesterol
melampaui batas normal disebut hiperkolesterolemia, biasanya terdapat pada penderita
obesitas, diabetes melitus, hipertensi, peroko serta orang yang sering minum-minuman
beralkohol (Leksono, 2016). Kolesterol dalam Keadaan normal dapat disintesis dalam
jumlah dua kali dari kadar kolesterol di dalam makanan yang dimakan. Kolesterol yang
disintesis diubah menjadi jaringan hormon dan vitamin yang kemudian beredar ke dalam
tubuh melalui darah, namun ada juga kolesterol yang kembali ke hati diubah menjadi
asam empedu. Hasil sintesa kolesterol disimpan dalam jaringan tubuh (Robert, 2010).
Kolesterol harus dikontrol secara rutin, jika kadar kolesterol normal, pemeriksaan
selanjutnya cukup dilakukan setahun sekali namun apabila kolesterol cukup tinggi,
pemeriksaan harus dilakukan tiga bulan sekali untuk mengevaluasi semua upaya
pengendalian yang dilakukan selama ini. Kadar kolesterol tinggi pada seseorang
sebaiknya pemeriksaan perlu diulang setiap bulan (Fitnella, 2009).
2.2 Sintesa Kolesterol
Sintesis kolesterol dan garam empedu terutama dikeluarkan oleh hati. Sintesis kolesterol
berlaku untuk sejumlah kontrol metabolisme, sebagian besar diperantarai melauli
biosintesis enzim-hidroksi-mertilguartil koenzim A reduktase (HMG-CoA reduktase).
Kolesterol terdapat bebas atau bergabung dengan asam lemak dalam bentuk ester
kolesterol. Di dalam darah keduanya ditemukan lipoprotein. Enzim yang terlibat dalam
konversi kolesterol bebas antara jaringan, maka terjadi perubahan kadar kolesterol total
dalam tubuh (Leksono, 2016).
2.3 Sumber Kolesterol
Kolesterol total bersumber dari makanan. Lemak jenuh yang terkandung dalam daging,
lemak hewan, mentega, minyak kelapa, santan, dan susu yang dapat meningkatkan kadar
kolesterol. Lemak jenuh yang terkandung dalam minyak jagung, minyak saitun, dan
minyak kedelai yang dapat menurunkan kadar kolesterol (Rahman, 2016).
Kolesterol dapat bersumber di dalam tubuh dengan mengkonsumsi serat larut air di
dalam hati dari hasil metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Seperti apel, beras
merah, kacang-kacangan, sayur-sayuran, yang berpengaruh baik terhadap kadar lipid
dalam darah (Fitnella, 2009).
2.4 Fungsi Kolesterol
Kolesterol mempunyai peranan utama yang sangat penting untuk mempertahankan
kesehatan. Adapun fungsi kolesterol yaitu membentuk dan memelihara fungsi organ
tubuh, menyediakan komponen esensial membran disetiap sel tubuh digunakan untuk
membuat cairan empedu warna hijau disimpan didalam kandung empedu dan berperan
penting dalam proses pencernaan makanan, membantu melapisi saraf dalam
menyediakan suatu zat anti air pada permukaan arteri, membuat hormon seks untuk
perkembangan dan fungsi organ seksual, membuat hormon adrenalin untuk metabolisme
dan keseimbangan garam dalam tubuh, dan merupakan salah satu bahan yang diperlukan
tubuh untuk membuat (sintesis) vitamin D (Furqonita, 2007).
2.5 Macam-Macam Kolesterol
Kolesterol berdasarkan kepadatan atau ultrasentrifugasi terdiri dare (Aulia Dewi et al,
2013) :
a. Kilomikron
Merupakan lipoprotein dengan kandungan lemak yang lebih banyak tetapi dengan
proteinnya sedikit maka ini merupakan pengangkut lemak paling penting dalam darah
b. VLDL (Very Low Density Lipoprotein)
Merupakan lipoprotein nomor dua terbesar dengn protein yang lebih kecil namun
terkonsentrasi dengan kandungan lemak terbesar. Berfungsi mengangkut trigliserida
yang dibentuk oleh hati.
c. LDL (Low Density Lipoprotein)
Merupakan lipoprotein terkecil tetapi hanya satu kandungan lipoprotein terbesar dan
satu lemak yang paling kecil berfungsi mengangkut kolesterol hati.
d. HDL (High Density Lipoprotein)
Merupakan lipoprotein paling kecil dengan kandungan protein paling banyak dan
konsentrasi lemak paling kecil. Berfungsi mengangkut kolesterol dan fosfolipid.
2.6 Metode Pengukuran Kadar Kolesterol Total
2.6.1 Metode Kolorimetri
Metode kolorimetri merupakan metode spektroskopi sinar tampak yang berdasarkan pada
panjang sinar tampak oleh suatu larutan berwarna, hanya senyawa yang dapat ditentukan
dengan metode spektroskopi, senyawa yang tidak berwarna dapat dibuat menjadi
berwana. Metode kolorimetri pada pemeriksaan kadar kolesterol total didasarkan pada
pembentukan warna antara koleterol dengan anhidra asetat membentuk warna hijau atau
reaksi antara kolesterol dengan asam asetat dan FeCl yang menghasilkan warna merah.
Pada metode ini, kolesterol total berupa kolesterol bebas dan ester kolesterol
diekstraksi. Jumlah kolesterol ditentukan kolorimetris dengan menerapkan reaksi
Liebermann-Burchard dan dibandingkan dengan larutan standard kolesterol yang
diketahui Namun dalam kegiatan ini menggunakan larutan standar sebagai pembanding.
Reaksi Liebermann-Burchard merupakan dasar penentuan fotometri kolesterol. Cuplikan
kolesterol dilarutkan dalam kloroform direaksikan dengan asetat anhidrat dan sedikit
asam sulfat pekat akan terjadi pewarnaan yang khas untuk sterol tunggal (Schunack et
al., 1990). Pada reaksi Liebermann-Burchard larutan akan berubah warna dengan segera
menjadi merah dengan cepat akan menjadi biru-violet (Kolekalsiterol kolesterol) dan
untuk selanjutnya akan menjadi hijau (ergokalsiferol) (Schunack et al., 1990).
2.6.2 Metode Enzimatik
Pemeriksaan kolesterol dengan metode Enzimatik CHOD-PAP (Cholesterol Oksidase
Para Amino Phenazon) dan prinsipnya yaitu Ester diurai menjadi kolesterol dan asam
lemak menggunakan enzim kolesterol esterase. Kolesterol yang terbentuk kemudian
diubah menjadi Cholesterol-3-one dan hydrogen peroksida oleh enzim kolesterol
oksidase. Hydrogen peroksida yang terbentuk beserta fenol dan 4-aminoantipirin oleh
peroksidase diubah menjadi zat yang berwarna merah. Intensitas warna yang terbentuk
sebanding dengan kadar kolesterol total dalam sampel, diukur pada panjang gelombang
546 nm. Adapun reaksi dari metode ini yaitu (Hardjoeno, 2003) :

2.6.3 Metode Kromatografi Gas


Kromatografi gas (KG) adalah suatu cara unutk memisahkan campuran dengan
mengalirkan arus gas melalui fase diam. Metode kromatografi yang digunakan ada dua
cara yaitu cara tradisional dengan derivatisasi dan modern tanpa derivatisasi. Derivatisasi
sterol dianalisis dengan detector flame ionisasi. Pada derivatisasi sterol, kolom GC
dilapisi dengan golongan silanol aktif pada permukaan yang terbuat dari silikia yang
dapat mencegah adsorpsi analit yang tidak dapat diderivatisasi sehingga gangguan
puncak tidak dapat teramati. Pemisahan kromatografi kolesterol tanpa derivatisasi bahwa
kolesterol tidak membutuhkan untuk dirubah menjadi lebih volatile dan hasilnya dapat
dibandingkan dengan teknik derivatisasi tradisional. Kromatografi gas digunakan untuk
melarutkan dan menghitung lipid seperti triasilgliserol dan turunan-turunannya.
Kromatografi gas sangat sesuai untuk memisahkan, ester kolestrol, mono-
ditriacylglycerols, asam lemak bebas, kolestrol dan lipid (Hwang, 2003).
2.7 Dislipidemia
Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolism lipid yang ditandai dengan
peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang
utama adalah kenaikan kadar kolesterol total (Ktotal), kolesterol LDL (K-LDL),
trigliserida (TG), serta penurunan kolesterol HDL (K-HDL). Dalam proses terjadinya
aterosklerosis semuanya mempunyai peran yang penting, dan erat kaitannya satu dengan
yang lain, sehingga tidak mungkin dibicarakan tersendiri. Agar lipid dapat larut dalam
darah, molekul lipid harus terikat pada molekul protein (yang dikenal dengan nama
apoprotein, yang sering disingkat dengan nama Apo. Senyawa lipid dengan apoprotein
dikenal sebagai lipoprotein (Arsana et al., 2015).
2.8 Klasifikasi Dislipidemia
Berbagai klasifikasi dapat ditemukan dalam kepustakaan, tetapi yang mudah digunakan
adalah pembagian dyslipidemia dalam bentuk dyslipidemia primer dan dyslipidemia
sekunder. Dislipidemia sekunder diartikan dyslipidemia yang terjadi sebagai akibat suatu
penyakit lain. Pembagian ini penting dalam menentukan pola pengobatan yang akan
diterapkan.
a. Dislipidemia primer
Dislipidemia primer adalah dislipidemia akibat kelainan genetik. Pasien dyslipidemia
sedang disebabkan oleh hiperkolesterolemia poligenik dan dislipidemia kombinasi
familial. Dislipidemia berat umumnya karena hiperkolesterolemia familial,
dyslipidemia remnan, dan hipertrigliseridemia primer (Arsana et al., 2015).
b. Dislipidemia sekunder
Dislipidemia sekunder adalah dislipidemia yang terjadi akibat suatu penyakit lain
misalnya hipotiroidisme, sindroma nefrotik, diabetes melitus, dan sindroma
metabolic. Pengelolaan penyakit primer akan memperbaiki dislipidemia yang ada.
Dalam hal ini pengobatan penyakit primer yang diutamakan. Akan tetapi pada
pasien diabetes mellitus pemakaian obat hipolipidemik sangat dianjurkan, sebab
risiko coroner pasien tersebut sangat tinggi. Pasiendiabetes mellitus dianggap
mempunyai risiko yang sama (ekivalen) dengan pasien penyakit jantung koroner.
Pankreatitis akut merupakan menifestasi umum hipertrigliseridemia yang berat
(Arsana et al, 2015).
2.9 Spektrofotometer UV-Vis
Prinsip kerja Spektrofotometer UV-Vis yaitu apabila cahaya monokromatik melalui suatu
media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap (I), sebagian dipantulkan (lr), dan
sebagian lagi dipancarkan (It). Aplikasi rumus tersebut dalam pengukuran kuantitatif
dilaksanakan dengan cara komparatif menggunakan kurva kalibrasi dari hubungan
konsentrasi deret larutan alat untuk analisa suatu unsur yang berkadar rendah baik secara
kuantitatif maupun secara kualitatif, pada penentuan secara kualitatif berdasarkan
puncak-puncak yang dihasilkan spektrum dari suatu unsur tertentu pada panjang
gelombang tertentu, sedangkan penentuan secara kuantitatif berdasarkan nilai absorbansi
yang dihasilkan dari spektrum dengan adanya senyawa pengompleks sesuai unsur yang
dianalisisnya. Adapun yang melandasi pengukuran spektrofotometer ini dalam
penggunaannya adalah hukum Lambert-Beer yaitu bila suatu cahaya monokromatis
dilewatkan melalui suatu media yang transparan, maka intensitas cahaya yang
ditransmisikan sebanding dengan tebal dan kepekaan media larutan yang digunakan
(Yanlinastuti dan Fatimah, 2016).
III. ALAT DAN BAHAN
4.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pipet 1 mL, mikropipet 10µL, mikropipet
100µL, tip, tabung reaksi, alat sentrifuga dan spektrofotometri UV-Vis.
4.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah reagen (enzim kolesterol esterase,
kolesterol oksidase, peroksidase), larutan standar, dan serum darah.

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


Pertama-tama diambil sampel darah, kemudian disentrifugasi dengan alat sentifuga. Dan
hasil pemisahan dari sentrifugasi yaitu terpisahnya plasma dan serum darah. Kemudian
diambil bagian atas serum darah dan dimasukan dalam tabung reaksi. Kemudian
disiapkan alat dan bahan. Sebelum dilakukan percobaan atur terlebih dahulu mikropipet
sebelum digunakan dan putar sesuai angka yang dibutuhkan. Disiapkan 3 buah tabung
reakasi berupa blanko, standar dan tes. Volume mikropipet diatur sebanyak 1 mL lalu
dengan mikropipet tip diambil kemudian dilakukan pemipetan reagen sebanyak 1 mL.
Reagen dimasukkan kedalam masing – masing tabung reaksi yakni blangko, standar, dan
test. Kemudian diambil larutan standar sebanyak 10 µL dengan mikropipet yang telah
diatur dan dimasukan kedalam tabung reaksi standar berisi reagen dan aduk sampai
homogen. Kemudian diambil 10 µL serum dan dimasukan dalam tabung reaksi tes berisi
reagen dan aduk sampai homogen. Kemudian ketiga tabung didiamkan selama 10 menit
pada suhu kamar. Selanjutnya baca absorbansi larutan standar dan tes menggunakan
spektrofotometer uv.visble dengan panjang gelombang 520 nm. Terlebih dahulu
dilakukan pembacaan terhadap larutan blangko sebelum melakukan pembacaan
absorbansi standar dan tes. Pengukuran absorbansi dilakukan secara triplo kemudian
dilakukan perhitungan kadar kolesterol total.
V. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
6.1 Hasil Pengamatan
Larutan Absorbansi
0,289
Standar 0,288
0,288
0,152
Sampel 4 0,153
0,154

6.2 Perhitungan
Diketahui:
Konsentrasi standar = 200 mg/dL
0,289+0,288+0,288
Rata-rata absorbansi standar = 3

= 0,288
Rumus:

𝑚𝑔 𝐴𝑢
𝐾𝑜𝑙𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟𝑜𝑙 ( )= × 𝐶𝑠
𝑑𝐿 𝐴𝑠

Keterangan:
Au = Absorbansi uji
As = Absorbansi standar
Cs = konsentrasi standar
0,152 𝑚𝑔
• Sampel Uji 1 = 0,288 × 200 ⁄𝑑𝐿

= 105,556 mg/dL
0,153 𝑚𝑔
• Sampel Uji 2 = 0,288 × 200 ⁄𝑑𝐿

= 106,25 mg/dL
0,154 𝑚𝑔
• Sampel Uji 3 = 0,288 × 200 ⁄𝑑𝐿

= 106,944 mg/dL

105,556+106,25+106,944
Rata-rata (X̄) = 3

= 106,25 mg/dL

(105,556−106,25)2 +(106,25−106,25)2 +(106,944−106,25)2


SD =√ 3−1

= √0,482 𝑚𝑔/𝑑𝐿
= 0,694 mg/dL

𝑆𝐷
RSD = × 100%
𝑥̃
0,694 𝑚𝑔/𝑑𝐿
= 106,25 𝑚𝑔/𝑑𝐿

= 0,653%

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol total yang bertujuan
untuk menganalisis kadar kolesterol total dan menginterpretasikan hasil serta
menghubungkan dengan keadaan patologi klinik. Metode yang digunakan untuk
percobaan pemeriksaan kadar kolesterol total adalah menggunakan metode enzimatik.
Sampel yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu serum yang didapat dari darah
yang sudah disentrifugasi sehingga menghasilkan serum.
Prinsip pemeriksaan pada metode ini yaitu kolesterol di tentukan setelah hidrolisa
enzimatik dan oksidasi, indicator Quinonimine terbentuk dari hydrogen peroxidase dan
4-aminitipyrin dengan adanya phenol dan peroxidase. Indikator quinoneimin terbentuk
dari hidrogen peroksidadan 4 – aminoantipyrin dengan adanya phenol dan peroksida.
Peroksida yang dihasilkan bereaksi dengan 4-aminoantipirin yang dikopling dengan fenol
dan menghasilkan senyawa warna quinoneimina (chromagen). Besarnya intensitas warna
yang dihasilkan oleh senyawa quinoneimina tersebut ekuivalen dengan kadar kolesterol
dalam serum darah.
Pengukuran kadar kolesterol total dilakukan menggunakan spektrofotometer yang
memiliki prinsip kerja yaitu berdasarkan hukum Lambert-Beer, apabila cahaya
monokromatik melalui suatu media, maka sebagian cahaya tersebut akan diserap,
sebagian dipantulkan dan sebagian lagi akan dipancarkan. Nilai yang keluar dari cahaya
yang diteruskan di nyatakan dalam nilai absorbansi karena memiliki hubungan dengan
konsentrasi sampel. Hukum Beer menyatakan nilai absorbance cahaya berbanding lurus
dengan konsentrasi dan ketebalan bahan /medium (Mulja dan Suharman, 1995).
Pada percobaan ini, yang dilakukan terlebih dahulu yaitu pengambilan darah yang
kemudian darah disentrifuge dengan tujuan untuk memisahkan antara serum dan plasma
darah. Serum diambil dan plasmanya dibuang, karena serum merupakan bagian
dari plasma tanpa fibrinogen, dimana fibrinogen yang terdapat pada plasma dapat
mengakibatkan pengukuran absorban meningkat hingga 3-5%. Selanjutnya disiapkan
larutan blanko berisi reagen. Larutan reagen merupakan campuran dari beberapa enzim
yang dapat mengubah kolesterol menjadi suatu senyawa berwarna sehingga dapat
dideteksi oleh spektrofotometri UV-Vis. Blanko berfungsi mencegah terukurnya serapan
selain analit saat pengukuran absorbansi, larutan standar yang berisi campuran reagen dan
larutan standar, dan 3 buah larutan uji berisi campuran reagen dan serum. Sebelum diukur
nilai absorbansi, terlebih dahulu larutan blanko, larutan standar dan larutan uji, terlebih
dahulu larutan tersebut didiamkan pada suhu kamar selama 10 menit yang bertujuan
memberikan waktu untuk terjadinya reaksiantara kedua larutan dalam campuran tersebut.
Saat proses pendiaman larutan, terjadi reaksi antara reagen dengan kolesterol yang
terdapat pada larutan standar dan larutan uji. Setelah didiamkan 10 menit, kedua larutan
yang tadinya berwarna bening masing-masing berubah warna menjadi merah rosa.
Warna merah tersebut berasal dare senyawa quinoneimina yang merupakan hasil reaksi
antara reagen dengan koleterol. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Kolesterol esterase
Kolesterol ester + H2O Kolesterol + Asam lemak\

Kolesterol oksidase
Kolesterol + O2 kolesterol-3-one + H2O2
peroksidase
2H2O2 + 4-Aminoantipirin + Fenol Quinoeimina + 4H2O
Perubahan warna (menjadi berwarna merah) diperlukan agar campuran larutan dapat
diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis, khususnya
dengan sinar visibel. Quinoeimineakan terukur absorbansinya pada panjang gelombang
520 nm dan nilai absorbansi tersebut sebanding dengan kadar kolesterol dalam darah.
Selanjutnya, masing-masing larutan blanko, larutan standar, dan larutan uji diukur
absorbansinya dengan spektrofotometer. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang
520 nm yang merupakan panjang gelombang maksimum untuk quinoeimine. Untuk
larutan uji dan larutan standar dilakukan pengukuran sebanyak tiga kali (triplo) agar
kesalahan saat pengukuran dapat dihindari sehingga hasilnya lebih akurat. Setelah
didapatkan absorbansi dari larutan standar dan larutan uji maka selanjutnya dihitung
kadar koletserol total.
Pada pengukuran kadar kolesterol yang dilakukan di laboratorium dengan
menggunakan reaksi enzimatik, nilai rata-rata yang didapatkan sebesar 106,250 mg/dL.
kadar kolesterol total darah sebaiknya adalah dibawah 200 mg/dL (Listiyana, 2013).
Berdasarkan parameter tersebut bahwa kadar kolesterol pada darah yang didapatkan dari
pemeriksaan ini termasuk ke dalam rentang normal yaitu dibawah 200 mg/dL. setelah
didapatkan hasil dari standar deviasi, dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai
RSD-nya. Nilai RSD yang didapatkan pada percobaan ini sebesar 0,653%. Hasil yang
didapatkan memenuhi persyaratan karena nilai RSD yang baik yaitu dibawah 2%. Fungsi
perhitungan persen RSD yaitu untuk mengetahui seberapa presisi metode yang digunakan
untuk menganalisis kadar kolesterol pada darah seseorang. Presisi nilai RSD adalah
tingkat kesesuaian antara hasil pengujian individual dengan hasil rata-rata pengujian
berulang pada sampel yang homogen dengan kondisi pengujian yang sama. Maka dari
nilai RSD metode reaksi enzimatik layak digunakan untuk analisis kadar kolesterol pada
darah.
Meningkatnya kadar kolesterol dalam darah merupakan suatu faktor risiko terjadinya
aterosklerosis dan dapat menyebabkan munculnya penyakit lain. Kadar kolesterol yang
berlebih akan melekat pada dinding pembuluh darah sehingga menyebabkan LDL
mengalami proses oksidasi yang akan membentuk gumpalan. Gumpalan tersebut dapat
menyebabkan penyempitan saluran pembuluh darah (Yoeantafara dan Martini, 2017).
Kadar kolesterol dalam tubuh dapat dipengaruhi oleh jumlah total kolesterol yang
dihasilkan oleh tubuh, yaitu kolesterol yang diperoleh dari makanan dan jumlah
kolesterol yang digunakan oleh tubuh. Apabila kadar kolesterol tinggi, maka disebabkan
oleh salah satu atau kedua dari faktor tersebut. Hal tersebut terjadi karena tubuh yang
memproduksi kolesterol terlalu berlebihan karena kecenderungan genetik, kolesterol
dalam makanan dikonsumsi terlalu banyak atau adanya gangguan dalam cairan empedu
sehingga tidak dapat mengeluarkan kolesterol secara efisien (Kurniadi dan Nurrahmani,
2015).
Menurut LIPI Pangan dan kesehatan (2009) Kolesterol low density lipoprotein (LDL)
merupakan jenis kolesterol yang berbahaya atau disebut juga sebagai kolesterol jahat.
Kolesterol LDL mengangkut kolesterol paling banyak di dalam darah. Tingginya kadar
LDL menyebabkan pengendapan kolesterol dalam arteri. Kolesterol LDL merupakan
salah satu faktor utama penyakit jantung koroner. Faktor yang mempengaruhi
meningkatnya LDL yaitu lemak jenuh, jenis lemak yang banyak ditemukan dalam
makanan yang berasal dari hewan (Department of health and human service, 2005).
VII. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan maka dapat disimpulkan:
1. Metode yang digunakan untuk pengukuran kadar kolesterol total adalah metode
enzimatik.
2. Kadar kolesterol total yang didapat adalah 106,25 mg/dL sehingga kadarnya
dikatakan normal (<200 mg/dL). Nilai RSD yang didapat sebesar 0,653 %, hasil
yang didapatkan memenuhi persyaratan karena nilai RSD yang baik yaitu
dibawah 2%.
3. Pemeriksaan kadar kolesterol dapat dilakukan untuk pemeriksaan penyakit-
penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner, aterosklerosis,
hipertensi, serta dislipidemia.
DAFTAR PUSTAKA

Arsana P. M., Rosandi R., Manaf A. (2015). Panduan Pengelolaan Dislipidemia Di


Indonesia 2015. Jakarta: PB. PERKENI.
Aulia L. Mardiana, Galuh N. (2013). Obesitas Sentral Dan Kadar Kolesterol Darah Total.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. KEMAS 9 (1) (2013) 37-43.
Department of health and human services. (2005). Lowering Your Cholesterol with
Therapeutic Lifestyle Changes. National Institutes if Health.
Djojodibroto, & Darmanto. (2012). Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan (General
Medical Check Up) Bagaimana Menyikapi Hasilnya. Jakarta: Pustaka Populer.
Fitnella V. (2009). Awas Bahaya Laten Kolesterol, Azna Books. Yogyakarta.
Furqonita D, S. 2007. Hidup Sehat Dengan Kolesterol Renda. Jakarta: PT.Elex Media
Kompotindo.
Hardjoeno, H. (2003). Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik. Jakarta: . Buku
Kedokteran EGC.
Hwang, B.S. (2003). A simplified method for the quantification of total cholesterol in
lipids using gas chromatography. Journal of Food Composition and Analysis 16,
169-178.
Leksono G. (2016). Perbandingan Kadar Kolesterol Pada Sampel Langsung Dan Ditunda
5 Jam Metode CHOD-PAP. Skripsi. Jurusan Analis Kesehatan. Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). 2009. Kolesterol. Pangan dan Kesehatan.
UPT-Balai Informasi Teknologi,.
Listiyana Dewi Aulia, dkk., (2013). Obesitas Sentral dan Kadar Kolesterol Darah Total.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 9 (1) 37-43.
Mulja, M., Suharman. (1995). Analisis Instrumen. Cetakan 1. Surabaya: Airlangga
University Press.
Nurrahmani Ulfah dan Helmanu Kurniadi. (2015). Stop Diabetes Hipertensi Kolesterol
Tinggi Jantung Koroner. Yogyakarta: Istana Media.
Rahman A. (2016). Perbedaan Kadar Kolesterol Total Menggunakan Alat
Spketrofotometer Dan POCT. Skripsi. Jurusan Analis Kesehatan. Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Robert P. (2010). Memantau Kadar Kolesterol Anda. Jakarta: Arcan.
Schunack, Walter; Mayer, Klaus and Haake; Manfred. (1990). Senyawa Obat, Buku
Pelajaran Kimia Farmasi. Edisi kedua. (Terjm. Joke R. Wattimena dan
Sriwoelan Soebito). Yogyakarta : GMU-Press
Yanlinastuti, Fatimah S. (2016). Pengaruh Konsentrasi Pelarut Untuk Menentukan
Kadar Zirkonium Dalam Paduan U-Zr Dengan Menggunakan Metode
Spektrofotometri Uv-Vis. Badan Tenaga Nuklir Nasional, Serpong, Banten,
Indonesia, ISSN 1979-2409, p 23 – 24.
Yoeantafara A dan Martini S. (2017). Pengaruh Pola Makan terhadap Kadar Kolesterol
Total. Universitas Airlangga. Jur MKMI. 13(4): 304-9.

Anda mungkin juga menyukai