Video ini bercerita tentang Bill, seorang operator yang bertugas membersihkan blender (alat pencampur obat) di pabrik pembuatan obat, ia sedang sakit gigi sehingga tidak fokus terhadap pekerjaannya dalam membersihkan blender. Obat yang harusnya ia bersihkan dengan sungguh-sungguh adalah digoxin yaitu obat yang digunakan untuk kerja jantung, yang hanya diperlukan dalam dosis kecil pada penggunaannya, dan jika terjadi pencampuran dengan material lain (cross contamination karena alat yang kurang bersih) maka akan berakibat fatal. Karena Bill sedang mengalami sakit gigi, ia tidak melakukan tugasnya sesuai dengan SOP yang berlaku yang sebenarnya bertujuan untuk menghindari terjadinya cross contamination. Ia tidak melakukan pengecekan ulang dan membiarkan adanya digoxin yang tertinggal di blender, namun ia mengira bahwa blender sudah bersih. Kebersihan dari blender harusnya dicek oleh dua orang, tidak hanya Bill saja namun juga Jim rekannya. Petugas QC juga tidak melihat tanda tangan yang tertera di Batch Manufacturing Record, ia mempercayakan tugasnya pada Jim yang menolong Bill. Blender kemudian beralih bahan untuk mencampur parasetamol. Operator berikutnya juga tidak mengetahui bahwa terdapat kesalahan yang akan menimbulkan kefatalan. Parasetamol sendiri memerlukan pencampuran kering selama 20 menit, jika digoxin bercampur dengan parasetamol makan QC memiliki peran untuk mendeteksi terjadinya kontaminasi melalui sampling dan uji rutin. Operator pencampur paracetamol tidak mengetahui bahan apa yang sebelumnya dicampur, ia bertanya pada operator lain yang memberikan jawaban salah, yaitu aspirin. Ia berusaha mencari Jim namun Jim tidak ada, sehingga ia menuliskan aspirin pada bacth manufacturing record sesuai dengan operator lain yang ia tanyakan sebelumnya. Selanjutnya dilakukan sampling rutin oleh QC. Jutaan tablet telah dikempa dan beberapa ratus tablet diantarnya mungkin terkontaminasi oleh digoxin. Mungkin antara satu sampai dua tablet pada sekitar 300 botol telah terkontaminasi. Botol-botol berisi tablet terkontaminasi ini dipasarkan di apotek-apotek dan ternyata salah satu diantaranya mengenai Bill sang biang kerok. Bill mengeluhkan beberapa gejala yang berkaitan dengan penyakit jantung dan dilarikan ke RS untuk dirawat di ICU. (Plot twist, dia sendiri yang meminum obatnya yang terkontaminasi) Kita tahu bahwa yang terjadi pada kisah ini ialah cross contamination antara digoxin dan parasetamol, namun memerlukan waktu untuk pabrik dapat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Batch yang tersisa dan beredar di pasaran pun dilakukan penarikan karena membuat pasien berada dalam resiko yang berbahaya. Kerugian yang dialami oleh pabrik diantaranya ialah kerugian biaya, waktu yang terbuang sia-sia, namun yang paling penting ialah reputasi perusahaan/pabrik tersebut. Bill hampir mati, dan dari situ ia bisa belajar bahwa kesalahannya ialah tidak membersihkan mesin dengan sungguh-sungguh sesuai dengan SOP yang berlaku, begitu pula dengan rekannya yang seharusnya melakukan double check dengan sungguh-sungguh. Pekerja pabrik dalam hal ini ialah QC inspector maupun pekerja pabrik lainnya tidak boleh percaya pada kata-kata dari operator lain, ia harus melakukan pekerjaannya sesuai dengan SOP, jika ia memang harus melakukan pengecekan maka harus ia sendiri yang melakukannya, tidak boleh percaya dengan apa yang dilakukan operator lainnya. Jika ada informasi yang terlewat pada sebuah dokumen, maka jangan pernah mengisinya sesuai dengan apa yang dikatakan orang lain. Dan yang terakhir jangan mengentengkan tugas yang harus dilakukan dengan melakukan kesalahan dan berpikir bahwa QC akan menangani kesalahan itu, karena pada dasarnya penjaminan mutu (QA) menjadi tanggung jawab setiap personel. Dari kesalahan cerita di atas dapat disimpulkan bahwa CPOB sangat crucial untuk dilakukan oleh setiap personel supaya dapat mengerjakan SOP sebaik mungkin, bahkan oleh operator yang bertugas dalam melakukan pembersihan alat. Karena apabila bahan yang memiliki resiko besar jika terjadi pencampuran akan menimbulkan kefatalan yang berakhir negatif untuk perusahaan bahkan personel itu sendiri. Resume Mixing Up Semua pabrik harus melakukan SOP yang tertera pada CPOB, namun terkadang kesalahan tetap terjadi. Sebagian besar terjadi karena human error atau karena kurang berhati- hati (carelessness), hal ini dapat terjadi pada pabrik manapun. Cerita kali ini dimulai dengan pabrik yang akan melakukan pengolahan pada ergometrine. Bahan awal yaitu ergometrin seharusnya sudah dikirim oleh supplier pada hari lalu. Mr. Gordon selaku bagian produksi menelfon personel lain, yaitu William untuk mengecek apakah ergometrin sudah sampai. William meminta tolong pada Joe untuk melakukan pengecekan pada ergometrin dan diminta untuk langsung menghubungi Mr. Gordon. Suppliers pun datang membawa bahan yang diperlukan oleh pabrik. Joe salah membaca bahan yang dibawa oleh supplier, ia mengira yang dikirim oleh supplier adalah ergometrin padahal sebenarnya adalah ergotamine, nama yang hampir sama namun indikasinya berbeda. Joe lupa bahwa pabrik juga memesan ergotamine dari supplier yang sama. Joe yang terburu-buru dan bekerja di bawah tekanan tidak mengecek ulang dokumen yang ada. Ia menelfon Mr. Gordon dan mengatakan bahwa ergometrin yang dibutuhkan telah datang. Joe harusnya masih memiliki waktu untuk mengecek ulang barang yang datang, namun ia telah terlanjur sangat yakin bahwa bahan itu ialah ergometrin yang dipesan oleh perusahaan. Ia kemudian mencetak label ergometrin untuk ditempatkan pada bahan tadi, yakin bahwa itu merupakan ergometrin. Ergometrin sendiri memiliki indikasi untuk mencegah perdarahan maternal pada proses persalinan, sedangkan ergotamine memiliki indikasi untuk terapi migrain, dua nama yang hampir mirip namun berbeda indikasi, hal ini bisa terjadi jika tidak dilakukan pembacaan dengan benar. Tom datang untuk melakukan sampling pada ergometrin yang salah. Joe meyakinkan Tom untuk tidak perlu melakukan pengecekan ulang atas pekerjaan Joe yang sudah yakin bahwa bahan itu memang ergometrin seperti yang seharusnya. Fred kemudian mengambil bahan itu dan mempercayai pekerjaan Joe juga. Sehingga, dilakukan karantina terhadap bahan yang salah tadi. Mr. Gordon membutuhkan produksi ergometrin secepatnya, namun Manager QC yakin bahwa barang yang mereka butuhkan (ergometrin) masih baru datang esok harinya, namun Mr. Gordon berkeras dan yakin bahwa bahan yang tadi datang memang ergometrin, karena selama 10 tahun mereka bekerja sama dengan supplier tsb tidak pernah terjadi kesalahan. Mr. Gordon menuntut pada Manager QC untuk segera melakukan provisional release pada bahan ergotamine tadi, dengan jaminan bahwa Mr. Gordon aman mengambil tanggung jawab penuh jika terjadi kesalahan. Setelah dilakukan provisional release selanjutnya dilakukan penimbangan. Tidak satupun dari lima orang yang memegang bahan tadi melakukan pengecekan ulang terhadap label yang diberikan oleh pabrik dengan label yang didapat dari suppliers. Hal itu terjadi karena mereka berpikir bahwa “host label” atau label yang diberikan oleh pabrik sudah benar. Mereka semua hakikatnya telah mengabaikan prosedur yang tertera pada CPOB bahwa sangat penting dilakukannya check ulang/double check. Sebenarnya operator penimbang merupakan kesempatan terakhir untuk melakukan pengecekan ulang pada bahan mentah yang salah tsb. Operator pada mesin pencampur tidak mengetahui bahwa bahan yang akan ia campur adalah bahan yang salah. Saat dilakukan uji rutin oleh analis QC ditemukan suatu kesalahan pada sampel, namun kesalahan sudah telanjur terjadi. Manager QC menelfon Mr. Gordon dan mengatakan kesalahan yang terjadi. Alhasil, Mr. Gordon melakukan embargo pada produk yang telah rilis tsb. Cerita berlanjut dengan datangnya supplier membawa ergometrin. Joe terlanjur berpikir bahwa yang sebelumnya datang ialah ergometrin, namun supplier mengatakan bahwa ergometrin merupakan order khusus. Joe kemudian menyadari kesalahannya setelah melakukan pengecekan ulang pada invoice (nota) yang telah diberikan suppliers pada pengiriman ergotamine. Joe mengakui kesalahannya pada William bahwa ia melakukan kesalahan pembacaan (miss read) pada label yang diberikan oleh suppliers. Salah satu yang perlu dilakukan pada GMP ialah mengakui kesalahan tanpa takut adanya pembalasan (admit at once without fear at reprisal). Dengan cara ini kerusakan dapat diminimumkan. Mungkin Joe dapat menghindari kesalahan jika pabrik membuat standar penempelan host label di samping label yang diberikan oleh suppliers, sehingga mempermudah untuk memperhatikan kesalahan yang ada. Manager produksi yaitu Mr. Gordon pun seharusnya tidak melakukan penuntutan maupun penekanan yang dapat menimbulkan kepanikan. Empat orang lainnya selain Joe seharusnya juga memperhatikan kesalahan label yang ada, jika paling tidak salah satu dari mereka memperhatika, maka semua ini tidak akan terjadi. Sesungguhnya GMP bertujuan untuk mencegah adanya error. Karena kesalahan yang dilakukan oleh Joe dan empat orang lainnya, perusahaan dirugikan secara finansial, waktu, bahkan kehilangan order.