Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Bab ini menyajikan hasil penelitian yang telah dilakukan mulai Februari sampai dengan bulan

Juli 2018 di wilayah kerja Puskesmas Rejosari dengan melibatkan 55 responden. Adapun hasil

yang diperoleh adalah sebagai berikut:

A. Analisa Univariat
1. Karakteristik Responden dan uji homogenitas

Tabel 6
Distribusi Karakteristik Responden

Jumlah (n=35)
Karakteristik
N %
Umur:
36-45 (Dewasa Akhir) 20 36,4
46-55 (Lansia Awal) 19 34,5
56-65 (Lansia Akhir) 13 23,6
>65 (Manula) 3 5,5
Total 55 100%
Jenis Kelamin:
Laki-laki 15 27,3
Perempuan 40 72,7
Total 55 100%
Pendidikan:
SD 8 14,5
SMP 19 34,5
SMA 26 47,3
Perguruan Tinggi 2 3,6
Total 55 100%
Pekerjaan:
IRT 36 65,5
PNS 2 3,6
Wiraswasta/Swasta 14 25,5
Tidak Bekerja 3 5,5
Total 55 100%
Lama Menderita DM:
<1 Tahun 0 0
1-10 Tahun 55 100
Total 55 100%
Suku:
Melayu 27 49,1
Minang 15 27,3
Batak 7 12,7
Jawa 6 10,9
Total 55 100%

Tabel 6 menunjukkan usia yang paling banyak adalah responden berusia dewasa akhir

(34-45 tahun) yaitu sebanyak 20 orang (36,4 %) dan sisanya berusia lansia awal (46-55

tahun) yaitu sebanyak 19 orang (31,5%), lansia akhir (56-65 tahun) yaitu sebanyak 13

orang (23,6%,) dan manula (>65 tahun) yaitu sebanyak 3 orang (5,5%). Jenis kelamin

responden terbanyak yaitu perempuan dengan jumlah sebanyak 40 orang (72,7%),

sedangkan responden laki-laki sebanyak 15 orang (27,3%). Responden mayoritas

berpendidikan SMA dengan jumlah sebanyak 26 orang (47,3%) dan pendidikan

responden yang paling sedikit yaitu perguruan tinggi sebanyak 2 orang (3,6%). Mayoritas

pekerjaan responden adalah IRT sebanyak 36 orang (65,5%), sedangkan yang paling

sedikit yaitu PNS sebanyak 2 orang (3,6%). Semua responden menderita DM selama 1-

10 tahun. Mayoritas suku responden adalah suku Melayu sebanyak 27 orang (49,1%),

sedangkan yang paling sedikit yaitu suku Jawa sebanyak 6 orang (10,9%).

2. Mean pre test dan post test sensitivitas kaki kanan dan kaki kiri kelompok eksperimen

Tabel 7
Mean Pretest dan Posttest Sensitivitas Kaki Kanan dan Kiri pada Kelompok Eksperimen

Variabel Mean SD Min Max


Kelompok eksperimen kaki kanan
Pre test 9,51 0,74 7 10
Post test 9,63 0,54 8 10
Kelompok eksperimen kaki kiri
Pre test 9,57 0,60 8 10
Post test 9,77 0,42 9 10

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa pada kelompok eksperimen nilai mean

sensitivitas kaki kanan responden sebelum diberikan intervensi yaitu 9,51 dengan standar

deviasi 0,74 dan setelah diberikan intervensi nilai mean yaitu 9,63 dengan standar deviasi
0,54. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata responden pada kelompok

eksperimen sebelum dilakukan intervensi memiliki rata-rata tingkat sensitivitas kaki

kanan lebih rendah yaitu bernilai 9,51 dan setelah dilakukan intervensi memiliki rata-rata

tingkat sensitivitas kaki kanan lebih tinggi dengan nilai 9,63.

Berdasarkan tabel 7 juga dapat dilihat bahwa pada kelompok eksperimen nilai mean

sensitivitas kaki kiri responden sebelum diberikan intervensi yaitu 9,57 dengan standar

deviasi 0,60 dan setelah diberikan intervensi nilai mean yaitu 9,77 dengan standar deviasi

0,42. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mean responden pada kelompok

eksperimen sebelum dilakukan intervensi memiliki mean tingkat sensitivitas kaki kiri

lebih rendah yaitu bernilai 9,57 dan setelah dilakukan intervensi memiliki mean tingkat

sensitivitas kaki lebih tinggi dengan nilai 9,77.

3. Rata-rata pre test dan pos test kadar gula darah sewaktu kelompok eksperimen

Tabel 8
Rata-rata Kadar Gula Darah Sewaktu Pretest dan Posttest Responden pada Kelompok
Eksperimen

Variabel Mean SD Min Max


Kelompok eksperimen
Pre test 271.62 79.43 105 105
Post test 220.75 71.83 120 454

Tabel 8 pada kelompok eksperimen nilai mean kadar gula darah responden sebelum

diberikan intervensi yaitu 271.62 mg/dl dengan standar deviasi 79.43 mg/dl dan setelah

diberikan intervensi nilai mean yaitu 220.75 mg/dl dengan standar deviasi 71.83. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata responden pada kelompok eksperimen

sebelum dilakukan intervensi memiliki kadar kadar gula darah tinggi yang bernilai 271.62
mg/dl dan setelah dilakukan intervensi memiliki kadar gula darah rendah dengan nilai

220.75 mg/dl.

B. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk menilai perbedaan tingkat sensitivitas kaki dan kadar

gula darah responden pada kelompok eksperimen dan kontrol serta melihat efektivitas alat

pijat kayu (apiyu) terhadap tingkat sensitivitas kaki dan kadar gula darah pada pasien

diabetes mellitus tipe 2. Hasil penelitian dikatakan efektif atau berpengaruh jika p value < α.

Uji normalitas dilakukan sebelum data dilakukan uji statistik untuk melihat bahwa data

terdistribusi normal dan layak diujikan.

Tabel 9
Uji Normalitas Data Kelompok Eksperimen

Variabel N p value
Kelompok eksperimen kaki kanan
Pre test 55 0,000
Post test 55 0,000
Kelompok eksperimen Kaki kiri
Pre test 55 0,000
Post test 55 0,000
Kelompok eksperimen gula darah
Pre test 55 0,009
Post test 55 0,000

Tabel 9 menunjukkan uji normalitas data dari uji Shapiro-Wilk didapatkan hasil pada

kelompok eksperimen pretest dan posttest sensitivitas kaki kanan dan kiri data tidak

terdistribusi normal dengan p value 0,00 & 0,00 pada sensitivitas kaki kanan dan 0,00 & 0,00

pada sensitivitas kaki kiri sehingga < (α=0,05). Uji statistik yang digunakan untuk melihat

pengaruh perlakuan terhadap kelompok eksperimen sebelum dan setelah pemberian intervensi

yaitu menggunakan uji Wilcoxon.


Tabel 9 juga menunjukkan uji normalitas data dari uji Shapiro-Wilk didapatkan hasil pada

kelompok eksperimen pretest dan posttest kadar gula darah data juga tidak terdistribusi

normal dengan p value 0.009 dan 0,000 > (α=0,05). Uji statistik yang digunakan untuk

melihat pengaruh perlakuan terhadap kelompok eksperimen sebelum dan setelah pemberian

intervensi yaitu menggunakan uji Wilcoxon. Pengolahan data yang dilakukan menggunakan

program komputer dan didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Perbedaan sensitivitas kaki kanan dan kaki kiri pretest dan posttest pada kelompok

eksperimen

Tabel 10
Perbedaan Sensitivitas Kaki Kanan dan Kaki Kiri Pretest dan Posttest pada Kelompok
Eksperimen

Variabel N Mean SD p value


Kelompok eksperimen kaki kanan
Pre test 17 9,51 0,74 0,04
Post test 17 9,63 0,54
Kelompok eksperimen Kaki kiri
Pre test 17 9,57 0,60 0,03
Post test 17 9,77 0,42

Tabel 10 pada kelompok eksperimen yang dilakukan uji Wilcoxon didapatkan mean

sensitivitas kaki kanan dan kiri responden sebelum diberikan intervensi yaitu 9,51 dan 9,57

dengan standar deviasi 0,74 dan 0,54 dan sesudah diberikan intervensi didapatkan 9,63 dan

9,77 dengan standar deviasi 0,54 dan 0,42. Hasil analisa data diperoleh p value 0,04 dan

0,03 < (α=0,05). Jadi dapat disimpulkan ada perbedaan mean sensitivitas kaki kanan dan

kiri sebelum dan sesudah dilakukan pemijatan kaki menggunakan alat pijat kayu (apiyu)

pada kelompok eksperimen.


2. Perbedaan kadar gula darah pretest dan posttest pada kelompok eksperimen

Tabel 11
Perbedaan Kadar Gula Darah Pretest dan Posttest pada Kelompok Eksperimen

Variabel N Mean SD P value


Kelompok eksperimen gula darah
Pre test 55 271,62 79,43 0,001
Post test 55 220,75 71,83

Tabel 11 pada kelompok eksperimen yang dilakukan uji Wilcoxon didapatkan mean

kadar gula darah responden sebelum diberikan intervensi yaitu 271,62 mg/dl dengan

standar deviasi 79,43 dan sesudah diberikan intervensi didapatkan mean 220,75 mg/dl

dengan standar deviasi 71,83. Hasil analisa data diperoleh p value 0,001 < (α=0,05). Jadi

dapat disimpulkan ada perbedaan mean kadar gula darah sebelum dan sesudah dilakukan

pijat menggunakan alat pijat kayu (apiyu) pada kelompok eksperimen.


BAB V

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Penelitian

Analisa univariat merupakan analisa yang digunakan untuk menjelaskan gambaran

karakteristik responden yang terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir,

pekerjaan, lama menderita DM, dan suku. Analisa data bivariat digunakan untuk melihat

perbedaan pretest dan posttest sensitivitas kaki dan kadar gula darah pada kelompok

eksperimen.

1. Analisa Univariat

a. Umur

Usia yang paling banyak adalah responden berusia dewasa akhir (34-45 tahun)

yaitu sebanyak 20 orang (36,4 %) dan sisanya berusia lansia awal (46-55 tahun)

yaitu sebanyak 19 orang (31,5%), lansia akhir (56-65 tahun) yaitu sebanyak 13

orang (23,6%,) dan manula (>65 tahun) yaitu sebanyak 3 orang (5,5%). Hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian Lisanawati, Hasneli, dan Hasanah (2015)

didapatkan umur yang banyak terkena DM adalah umur 45-60 sebanyak 63,3%

dari jumlah responden. (ARTIKEL atau landasan teoriYANG BILANG USIA 34-

45).

Umur merupakan salah satu faktor risiko alami. Umur yang semakin bertambah

akan menyebabkan kemampuan mekanisme kerja bagian-bagian organ tubuh

seseorang semakin menurun. Aktivitas sel beta untuk menghasilkan insulin

menjadi berkurang dan sensitivitas sel-sel jaringan menurun sehingga tidak

menerima insulin (Hasdianah, 2012).


b. Jenis Kelamin

Hasil penelitian diperoleh bahwa jenis kelamin responden terbanyak yaitu

perempuan dengan jumlah sebanyak 40 orang (72,7%), sedangkan responden

laki-laki sebanyak 15 orang (27,3%). Fatimah (2015) didalam Article reviewnya

mengemukakan bahwa kejadian DM pada wanita lebih tinggi dibandingkan laki-

laki karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan IMT (Indeks Masa

Tubuh) lebih besar dibandingkan dengan laki-laki.

c. Pendidikan

Hasil penelitian didapatkan karakteristik responden menurut pendidikan

mayoritas SMA dengan jumlah sebanyak 26 orang (47,3%) dan pendidikan

responden yang paling sedikit yaitu perguruan tinggi sebanyak 2 orang (3,6%).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktaviah, Hasneli, dan

Agrina (2014) Secara umum distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan

terbanyak dari 30 responden adalah tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 16

orang (53,3%) dan paling sedikit dengan tingkat pendidikan PT sebanyak 6 orang

(20,0%). Lebih banyaknya pendidikan SMA yang peneliti temukan di lapangan

menggambarkan bahwa pendidikan di daerah wilayah kerja Puskesmas sudah

baik. Menurut asumsi peneliti pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang juga

akan mempengaruhi sikapnya dalam mengambil keputusan untuk

mempertahankan status kesehatan.

d. Pekerjaan

Mayoritas pekerjaan responden adalah IRT sebanyak 36 orang (65,5%),

sedangkan yang paling sedikit yaitu PNS sebanyak 2 orang (3,6%). Penelitian
yang dilakukan oleh Rondonuwu, Rompas, dan Bataha (2016) juga menunjukan

hasil yang sama yaitu distribusi responden menurut pekerjaan menunjukan bahwa

sebagian besar responden memiliki pekerjaan sebagai IRT yaitu sebanyak 13

responden (40,6%).

e. Lama Menderita DM

Karakteristik lamanya menderita DM didapatkan bahwa semua responden

menderita DM selama 1-10 tahun. Penelitian Andi (2012) juga didapatkan bahwa

dari 14 responden terdapat 13 orang yang lama menderita DM <10 tahun, dan

hanya 1 orang yang lama menderita DM ≥10 tahun.

Keadaan hiperglikemi yang secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang

lama dapat menyebabkan timbulnya komplikasi. Komplikasi yang timbul berupa

komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler sehingga dapat menyebabkan

terganggunya fisiologis penderitanya dan menyebabkan kualitas hidupnya

berkurang (Reid & Walker, 2009).

f. Suku

Mayoritas suku responden adalah suku Melayu sebanyak 27 orang (49,1%),

sedangkan yang paling sedikit yaitu suku Jawa sebanyak 6 orang (10,9%). Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasneli (2009) yang menyatakan

bahwa peningkatan jumlah penderita DM disebabkan karena gaya hidup

masyarakat Kota Pekanbaru yang mayoritas bersuku Minang dan Melayu yang

kurang sehat sehingga meningkatkan kolesterol akibat makanan berminyak,

bersantan, dan kurang mengonsumsi sayur dan buah.


2. Analisa Bivariat

1. Perbandingan sensitivitas kaki kanan dan kiri sebelum dan sesudah dilakukan pijat

kaki menggunakan alat pijat kayu (apiyu) pada kelompok eksperimen

Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji wilcoxon didapatkan mean

sensitivitas kaki kanan dan kiri responden sebelum diberikan intervensi yaitu 9,51

dan 9,57 dengan standar deviasi 0,74 dan 0,54 dan sesudah diberikan intervensi

didapatkan 9,63 dan 9,77 dengan standar deviasi 0,54 dan 0,42. Hasil analisa data

diperoleh p value 0,04 dan 0,03 < (α=0,05). Jadi dapat disimpulkan ada perbedaan

mean sensitivitas kaki kanan dan kiri sebelum dan sesudah dilakukan pemijatan

kaki menggunakan alat pijat kayu (apiyu) pada kelompok eksperimen.

Penelitian tentang efektifitas pijat kaki apiyu terhadap sensitivitas kaki pada

pasien DM tipe 2 yang dilakukan oleh Hasneli (2015) juga didapatkan hasil

bahwa responden yang diberikan terapi pijat kayu (Apiyu) mengalami

peningkatan sensitivitas kaki dengan p value= 0,002. Hal ini sejalan dengan

Penelitian yang dilakukan oleh Agustina, Hasneli, dan Novayelinda (2017)

tentang efektifitas pelatihan senam kaki alat pijat kayu (Senayu) terhadap

sensitivitas kaki pasien DM tipe 2 didapatkan bahwa ada peningkatan sensitifitas

kaki yang signifikan pada kelompok eksperimen dengan nilai p value =0,000.

Pijat refleksi berperan dalam mengirim sinyal sepanjang saraf yang dapat

menstimulasi fungsi organ termasuk pankreas (Andrews & Dempsey, 2011). Alat

pijat kayu (Apiyu) yang digunakan sebagai pijat refleksi pada telapak kaki dapat

memberikan rangsangan pada titik-titik saraf yang berhubungan dengan pankreas

agar menjadi aktif untuk merangsang pengeluaran insulin.


2. Perbandingan kadar gula darah sebelum dan sesudah dilakukan pijat kaki

menggunakan alat pijat kayu (apiyu) pada kelompok eksperimen

Berdasarkan uji Wilcoxon didapatkan mean kadar gula darah responden

sebelum diberikan intervensi yaitu diberikan intervensi yaitu 271.62 mg/dl dengan

standar deviasi 79.43 mg/dl dan setelah diberikan intervensi nilai mean yaitu

220.75 mg/dl dengan standar deviasi 71.83. Hasil analisa data diperoleh p value

0,001 < (α=0,05). Jadi dapat disimpulkan ada perbedaan mean kadar gula darah

sebelum dan sesudah dilakukan pijat menggunakan alat pijat kayu (apiyu) pada

kelompok eksperimen.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Musiana, Astuti, dan

Dewi (2015) yang menunjukkan bahwa rata-rata kadar glukosa darah penderita

DM sebelum melakukan pijat refleksi adalah 199,76 mg/dl sedangkan pada

kelompok kontrol 183,18 mg/dl. Rata-rata kadar glukosa darah penderita DM

sesudah melakukan pijat refleksi adalah 159,14 mg/dl sedangkan pada kelompok

kontrol 170,43 mg/dl. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan kadar

glukosa darah penderita DM pada kelompok intervensi dengan nilai p = 0,021

sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada (nilai p = 0,400).

Penelitian yang dilakukan pada oleh Hasneli (2017) tentang identifikasi dan

analisis sensitivitas kaki dan glukosa darah pada pasien diabetes setelah

melakukan terapi pijat kaki alat pijat kayu juga didapatkan bahwa ada perbedaan

yang signifikan dari 50 responden setelah dilakukan pengukuran gula darah puasa

yang didapatkan median gula darah adalah 320 mg/dl dengan nilai minum dan

maksimum adalah 179 mg/dl dan 600 mg/dl.


Refleksi merupakan gerakan saraf yang berada di luar kendali kesadaran

manusia. Ilmu pijat refleksi yang dikenal dengan refleksiologi dapat diartikan

sebagai terapi dengan menggerakkan saraf tanpa pengendalian kesadaran si pasien

(Hayuaji, 2016). Pijat refleksi adalah suatu metode mengobati penyakit melalui

pusat urat saraf yang terhubung ke dalam organ-organ tubuh tertentu (Sulasmono,

2016).

Prinsip pijat refleksi adalah penyembuhan melalui refleks seluruh tubuh yang

berhubungan dengan organ atau kelenjar tertentu. Organ kelenjar tubuh

diharapkan kembali berfungsi seperti sebelumnya melalui relaksasi dari pijat

refleksi (Putra, 2013).

B. Keterbatasan Penelitian

Selama melakukan proses penelitian ini ditemui beberapa keterbatasan yaitu:

1. Pada penelitian ini, peneliti tidak mengatur pola diet responden sehingga setiap

responden mempunyai pola diet yang berbeda. Hal ini mempengaruhi kadar gula

darah masing-masing responden.

2. Saat pelaksanaan intervensi tidak semua responden disesuaikan dengan kontrak

waktu yang telah disusun dan disepakati, sehingga waktu pelaksanaan ada yang

memiliki variasi waktu dari pagi sampai malam. Hal ini dapat mempengaruhi kadar

gula darah masing-masing responden


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Didapatkan hasil bahwa mayoritas responden berusia lansia awal (46-55 tahun) yaitu

sebanyak 15 orang (42,8 %), jenis kelamin responden terbanyak yaitu perempuan dengan

jumlah sebanyak 25 orang (71,4%), responden mayoritas berpendidikan SMA dengan

jumlah sebanyak 18 orang (51,4%), pekerjaan responden adalah IRT sebanyak 23 orang

(65,7%), suku responden adalah suku Melayu sebanyak 15 orang (42,9%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji wilcoxon untuk sensitivitas kaki kanan dan

kiri diperoleh diperoleh p value 0,04 dan 0,03 < (α=0,05). Jadi dapat disimpulkan ada

perbedaan mean sensitivitas kaki kanan dan kiri sebelum dan sesudah dilakukan

pemijatan kaki menggunakan alat pijat kayu (apiyu) pada kelompok eksperimen. Hasil uji

statistik dengan menggunakan uji wilcoxon untuk kadar gula darah sewaktu diperoleh p

value 0,026 < (α=0,05). Jadi dapat disimpulkan ada perbedaan mean kadar gula darah

sebelum dan sesudah dilakukan pijat menggunakan alat pijat kayu (apiyu) pada kelompok

eksperimen.

B. Saran

1. Bagi Institusi/Petugas kesehatan

Hasil peneitian ini diharapkan bisa menjadi tambahan informasi bagi petugas

kesehatan tentang manfaat tutorial pijat menggunakan kaki alat pijat kayu (apiyu)

untuk pasien DM tipe 2.


2. Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi

mahasiswa nantinya dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien DM tipe 2.

3. Bagi pasien Diabetes Melitus

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu motivasi untuk meningkatkan

kualitas hidup dengan mengontrol gula darah, meningkatkan sensitifitas kaki, dan

mencegah komplikasi dari penyakit DM terutama komplikasi pada kaki (gangren).

4. Bagi Peneliti Lain

Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

data, informasi dasar, dan evidence based untuk melaksanakan penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Lisnawati, R., Hasneli, Y., & Hasanah, O. (2015). Perbedaan sensitivitas tangan dan kaki
sebelum dan sesudah dilakukan terapi pijat refleksi pada penderita diabetes melitus tipe 2.
Vol. 2 No. 2. Diperoleh pada 4 Februari 2018 dari
https://media.neliti.com/media/publications/185064-ID-perbedaan-sensitivitas-tangan-dan-
kaki-s.pdf
Hasdianah. (2012). Mengenal Diabetes Mellitus. Yogyakarta: Nuha Medika.
Hasneli, Y. N. (2009). The effect of health belief model based educational program to prevent
diabetes complication on dietary behavior of Indonesia adults with type 2 diabetes mellitus.
Jurnal keperawatan professional Indonesia. Vol. 1. Pekanbaru: ISSN
Hasneli, Y. N. (2015). Pengaruh pijat refleksi alat pijat kayu terhadap sensitivitas dan
peredaran darah pada kaki dan tangan pasien diabetes mellitus tipe 2. Pekanbaru: Tidak
dipublikasikan
Hasneli, Y. N. (2017). Identifikasi dan analisis sensitivitas kaki dan glukosa darah pada pasien
diabetes setelah melakukan terapi pijat kaki alat pijat kayu. Pekanbaru: Universitas Riau.
Hasneli, Y., Natalia, N., & Novayelinda, R. (2015). Efektifitas senam kaki diabetik dengan
tempurung kelapa terhadap tingkat sensitivitas kaki pada pasien diabetes melitus tipe 2.
Perpustakaan Univeristas Riau. Diperoleh tanggal 10 Januari 2018 dari
http://repository.unri.ac.id
Hayuaji, G. R. (2016). Mahir Pijat refleksi secepat kilat. Yogyakarta: Saufa
Agustina, E., Hasneli, Y., & Novayelinda, R. (2017). Efektifitas Pelatihan senam kaki alat pijat
kayu (Senayu) terhadap sensitivitas kaki pasien diabetes mellitus tipe 2. Vol. 4, No. 1.
Pekanbaru. Jom PSIK. Diperoleh tanggal 2 januari 2018 dari
http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/article
Andrews, S., & Dempsey, B. (2011). Acupressure and reflexology for dummies. Canada: Wiley
Publishing
Putra, W. S. (2013). Sehat dengan terapi refleksi dan herbal di rumah sendiri. Yogyakarta:
Katahati
Reid, M.K.T & Walker, S.P., (2009). Quality of life in Caribbean Youth with diabetes. West
Indian Med J, 58 (3): 250-256.
Sulasmono, G. (2016). Saraf kunci tumpas ragam penyakit. Yogyakarta: Trans Idea Publishing

Rondonuwu, R.G., Rompas, S., & Bataha, Y. (2016). Hubungan antara perilaku olahraga dengan
kadar gula darah penderita diabetes mellitus di wilayah kerja puskesmas wolang kecamatan
langowan timur. Vol. 4 No. 1. Sam Ratulangi. Diperoleh tanggal 29 Juli 2018 dari
httpsmedia.neliti.commediapublications110128-ID-hubungan-antara-perilaku-olahraga-
dengan.pdf
Oktaviah, D., Hasneli, Y., & Agrina. (2014). Efektifitas senam kaki diabetik dengan bola plastik
terhadap tingkat sensitivitas kaki pada pasien diabetes melitus tipe 2. Pekanbaru. Diperoleh
tanggal 29 Juli 2018 dari httpsmedia.neliti.commediapublications186150-ID-efektifitas-
senam-kaki-diabetik-dengan-b.pdf

Fatimah, R.N. (2015). Diabetes Melitus tipe 2. Vol. 4. Lampung. J Majoriti. Diperoleh tanggal
29 Juli 2018 dari juke.kedokteran.unila.ac.idindex.phpmajorityarticledownload615619
Musiana, Astuti, T., Dewi, R. 2015. Efektivitas pijat refleksi terhadap pengendalian kadar
glukosa darah penderita diabetes mellitus. Vol. 11 No.2. Tanjung Karang. Jurnal
Keperawatan. Diperoleh tanggal 29 Juli 2018 dari https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id

Anda mungkin juga menyukai