HASIL PENELITIAN
Bab ini menyajikan hasil penelitian yang telah dilakukan mulai Februari sampai dengan bulan
Juli 2018 di wilayah kerja Puskesmas Rejosari dengan melibatkan 55 responden. Adapun hasil
A. Analisa Univariat
1. Karakteristik Responden dan uji homogenitas
Tabel 6
Distribusi Karakteristik Responden
Jumlah (n=35)
Karakteristik
N %
Umur:
36-45 (Dewasa Akhir) 20 36,4
46-55 (Lansia Awal) 19 34,5
56-65 (Lansia Akhir) 13 23,6
>65 (Manula) 3 5,5
Total 55 100%
Jenis Kelamin:
Laki-laki 15 27,3
Perempuan 40 72,7
Total 55 100%
Pendidikan:
SD 8 14,5
SMP 19 34,5
SMA 26 47,3
Perguruan Tinggi 2 3,6
Total 55 100%
Pekerjaan:
IRT 36 65,5
PNS 2 3,6
Wiraswasta/Swasta 14 25,5
Tidak Bekerja 3 5,5
Total 55 100%
Lama Menderita DM:
<1 Tahun 0 0
1-10 Tahun 55 100
Total 55 100%
Suku:
Melayu 27 49,1
Minang 15 27,3
Batak 7 12,7
Jawa 6 10,9
Total 55 100%
Tabel 6 menunjukkan usia yang paling banyak adalah responden berusia dewasa akhir
(34-45 tahun) yaitu sebanyak 20 orang (36,4 %) dan sisanya berusia lansia awal (46-55
tahun) yaitu sebanyak 19 orang (31,5%), lansia akhir (56-65 tahun) yaitu sebanyak 13
orang (23,6%,) dan manula (>65 tahun) yaitu sebanyak 3 orang (5,5%). Jenis kelamin
responden yang paling sedikit yaitu perguruan tinggi sebanyak 2 orang (3,6%). Mayoritas
pekerjaan responden adalah IRT sebanyak 36 orang (65,5%), sedangkan yang paling
sedikit yaitu PNS sebanyak 2 orang (3,6%). Semua responden menderita DM selama 1-
10 tahun. Mayoritas suku responden adalah suku Melayu sebanyak 27 orang (49,1%),
sedangkan yang paling sedikit yaitu suku Jawa sebanyak 6 orang (10,9%).
2. Mean pre test dan post test sensitivitas kaki kanan dan kaki kiri kelompok eksperimen
Tabel 7
Mean Pretest dan Posttest Sensitivitas Kaki Kanan dan Kiri pada Kelompok Eksperimen
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa pada kelompok eksperimen nilai mean
sensitivitas kaki kanan responden sebelum diberikan intervensi yaitu 9,51 dengan standar
deviasi 0,74 dan setelah diberikan intervensi nilai mean yaitu 9,63 dengan standar deviasi
0,54. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata responden pada kelompok
kanan lebih rendah yaitu bernilai 9,51 dan setelah dilakukan intervensi memiliki rata-rata
Berdasarkan tabel 7 juga dapat dilihat bahwa pada kelompok eksperimen nilai mean
sensitivitas kaki kiri responden sebelum diberikan intervensi yaitu 9,57 dengan standar
deviasi 0,60 dan setelah diberikan intervensi nilai mean yaitu 9,77 dengan standar deviasi
0,42. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mean responden pada kelompok
eksperimen sebelum dilakukan intervensi memiliki mean tingkat sensitivitas kaki kiri
lebih rendah yaitu bernilai 9,57 dan setelah dilakukan intervensi memiliki mean tingkat
3. Rata-rata pre test dan pos test kadar gula darah sewaktu kelompok eksperimen
Tabel 8
Rata-rata Kadar Gula Darah Sewaktu Pretest dan Posttest Responden pada Kelompok
Eksperimen
Tabel 8 pada kelompok eksperimen nilai mean kadar gula darah responden sebelum
diberikan intervensi yaitu 271.62 mg/dl dengan standar deviasi 79.43 mg/dl dan setelah
diberikan intervensi nilai mean yaitu 220.75 mg/dl dengan standar deviasi 71.83. Hasil
sebelum dilakukan intervensi memiliki kadar kadar gula darah tinggi yang bernilai 271.62
mg/dl dan setelah dilakukan intervensi memiliki kadar gula darah rendah dengan nilai
220.75 mg/dl.
B. Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk menilai perbedaan tingkat sensitivitas kaki dan kadar
gula darah responden pada kelompok eksperimen dan kontrol serta melihat efektivitas alat
pijat kayu (apiyu) terhadap tingkat sensitivitas kaki dan kadar gula darah pada pasien
diabetes mellitus tipe 2. Hasil penelitian dikatakan efektif atau berpengaruh jika p value < α.
Uji normalitas dilakukan sebelum data dilakukan uji statistik untuk melihat bahwa data
Tabel 9
Uji Normalitas Data Kelompok Eksperimen
Variabel N p value
Kelompok eksperimen kaki kanan
Pre test 55 0,000
Post test 55 0,000
Kelompok eksperimen Kaki kiri
Pre test 55 0,000
Post test 55 0,000
Kelompok eksperimen gula darah
Pre test 55 0,009
Post test 55 0,000
Tabel 9 menunjukkan uji normalitas data dari uji Shapiro-Wilk didapatkan hasil pada
kelompok eksperimen pretest dan posttest sensitivitas kaki kanan dan kiri data tidak
terdistribusi normal dengan p value 0,00 & 0,00 pada sensitivitas kaki kanan dan 0,00 & 0,00
pada sensitivitas kaki kiri sehingga < (α=0,05). Uji statistik yang digunakan untuk melihat
pengaruh perlakuan terhadap kelompok eksperimen sebelum dan setelah pemberian intervensi
kelompok eksperimen pretest dan posttest kadar gula darah data juga tidak terdistribusi
normal dengan p value 0.009 dan 0,000 > (α=0,05). Uji statistik yang digunakan untuk
melihat pengaruh perlakuan terhadap kelompok eksperimen sebelum dan setelah pemberian
intervensi yaitu menggunakan uji Wilcoxon. Pengolahan data yang dilakukan menggunakan
1. Perbedaan sensitivitas kaki kanan dan kaki kiri pretest dan posttest pada kelompok
eksperimen
Tabel 10
Perbedaan Sensitivitas Kaki Kanan dan Kaki Kiri Pretest dan Posttest pada Kelompok
Eksperimen
Tabel 10 pada kelompok eksperimen yang dilakukan uji Wilcoxon didapatkan mean
sensitivitas kaki kanan dan kiri responden sebelum diberikan intervensi yaitu 9,51 dan 9,57
dengan standar deviasi 0,74 dan 0,54 dan sesudah diberikan intervensi didapatkan 9,63 dan
9,77 dengan standar deviasi 0,54 dan 0,42. Hasil analisa data diperoleh p value 0,04 dan
0,03 < (α=0,05). Jadi dapat disimpulkan ada perbedaan mean sensitivitas kaki kanan dan
kiri sebelum dan sesudah dilakukan pemijatan kaki menggunakan alat pijat kayu (apiyu)
Tabel 11
Perbedaan Kadar Gula Darah Pretest dan Posttest pada Kelompok Eksperimen
Tabel 11 pada kelompok eksperimen yang dilakukan uji Wilcoxon didapatkan mean
kadar gula darah responden sebelum diberikan intervensi yaitu 271,62 mg/dl dengan
standar deviasi 79,43 dan sesudah diberikan intervensi didapatkan mean 220,75 mg/dl
dengan standar deviasi 71,83. Hasil analisa data diperoleh p value 0,001 < (α=0,05). Jadi
dapat disimpulkan ada perbedaan mean kadar gula darah sebelum dan sesudah dilakukan
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Penelitian
karakteristik responden yang terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir,
pekerjaan, lama menderita DM, dan suku. Analisa data bivariat digunakan untuk melihat
perbedaan pretest dan posttest sensitivitas kaki dan kadar gula darah pada kelompok
eksperimen.
1. Analisa Univariat
a. Umur
Usia yang paling banyak adalah responden berusia dewasa akhir (34-45 tahun)
yaitu sebanyak 20 orang (36,4 %) dan sisanya berusia lansia awal (46-55 tahun)
yaitu sebanyak 19 orang (31,5%), lansia akhir (56-65 tahun) yaitu sebanyak 13
orang (23,6%,) dan manula (>65 tahun) yaitu sebanyak 3 orang (5,5%). Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Lisanawati, Hasneli, dan Hasanah (2015)
didapatkan umur yang banyak terkena DM adalah umur 45-60 sebanyak 63,3%
dari jumlah responden. (ARTIKEL atau landasan teoriYANG BILANG USIA 34-
45).
Umur merupakan salah satu faktor risiko alami. Umur yang semakin bertambah
laki karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan IMT (Indeks Masa
c. Pendidikan
responden yang paling sedikit yaitu perguruan tinggi sebanyak 2 orang (3,6%).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktaviah, Hasneli, dan
orang (53,3%) dan paling sedikit dengan tingkat pendidikan PT sebanyak 6 orang
baik. Menurut asumsi peneliti pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang juga
d. Pekerjaan
sedangkan yang paling sedikit yaitu PNS sebanyak 2 orang (3,6%). Penelitian
yang dilakukan oleh Rondonuwu, Rompas, dan Bataha (2016) juga menunjukan
hasil yang sama yaitu distribusi responden menurut pekerjaan menunjukan bahwa
responden (40,6%).
e. Lama Menderita DM
menderita DM selama 1-10 tahun. Penelitian Andi (2012) juga didapatkan bahwa
dari 14 responden terdapat 13 orang yang lama menderita DM <10 tahun, dan
Keadaan hiperglikemi yang secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang
f. Suku
sedangkan yang paling sedikit yaitu suku Jawa sebanyak 6 orang (10,9%). Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasneli (2009) yang menyatakan
masyarakat Kota Pekanbaru yang mayoritas bersuku Minang dan Melayu yang
1. Perbandingan sensitivitas kaki kanan dan kiri sebelum dan sesudah dilakukan pijat
sensitivitas kaki kanan dan kiri responden sebelum diberikan intervensi yaitu 9,51
dan 9,57 dengan standar deviasi 0,74 dan 0,54 dan sesudah diberikan intervensi
didapatkan 9,63 dan 9,77 dengan standar deviasi 0,54 dan 0,42. Hasil analisa data
diperoleh p value 0,04 dan 0,03 < (α=0,05). Jadi dapat disimpulkan ada perbedaan
mean sensitivitas kaki kanan dan kiri sebelum dan sesudah dilakukan pemijatan
Penelitian tentang efektifitas pijat kaki apiyu terhadap sensitivitas kaki pada
pasien DM tipe 2 yang dilakukan oleh Hasneli (2015) juga didapatkan hasil
peningkatan sensitivitas kaki dengan p value= 0,002. Hal ini sejalan dengan
tentang efektifitas pelatihan senam kaki alat pijat kayu (Senayu) terhadap
kaki yang signifikan pada kelompok eksperimen dengan nilai p value =0,000.
Pijat refleksi berperan dalam mengirim sinyal sepanjang saraf yang dapat
menstimulasi fungsi organ termasuk pankreas (Andrews & Dempsey, 2011). Alat
pijat kayu (Apiyu) yang digunakan sebagai pijat refleksi pada telapak kaki dapat
sebelum diberikan intervensi yaitu diberikan intervensi yaitu 271.62 mg/dl dengan
standar deviasi 79.43 mg/dl dan setelah diberikan intervensi nilai mean yaitu
220.75 mg/dl dengan standar deviasi 71.83. Hasil analisa data diperoleh p value
0,001 < (α=0,05). Jadi dapat disimpulkan ada perbedaan mean kadar gula darah
sebelum dan sesudah dilakukan pijat menggunakan alat pijat kayu (apiyu) pada
kelompok eksperimen.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Musiana, Astuti, dan
Dewi (2015) yang menunjukkan bahwa rata-rata kadar glukosa darah penderita
sesudah melakukan pijat refleksi adalah 159,14 mg/dl sedangkan pada kelompok
kontrol 170,43 mg/dl. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan kadar
Penelitian yang dilakukan pada oleh Hasneli (2017) tentang identifikasi dan
analisis sensitivitas kaki dan glukosa darah pada pasien diabetes setelah
melakukan terapi pijat kaki alat pijat kayu juga didapatkan bahwa ada perbedaan
yang signifikan dari 50 responden setelah dilakukan pengukuran gula darah puasa
yang didapatkan median gula darah adalah 320 mg/dl dengan nilai minum dan
manusia. Ilmu pijat refleksi yang dikenal dengan refleksiologi dapat diartikan
(Hayuaji, 2016). Pijat refleksi adalah suatu metode mengobati penyakit melalui
pusat urat saraf yang terhubung ke dalam organ-organ tubuh tertentu (Sulasmono,
2016).
Prinsip pijat refleksi adalah penyembuhan melalui refleks seluruh tubuh yang
B. Keterbatasan Penelitian
1. Pada penelitian ini, peneliti tidak mengatur pola diet responden sehingga setiap
responden mempunyai pola diet yang berbeda. Hal ini mempengaruhi kadar gula
waktu yang telah disusun dan disepakati, sehingga waktu pelaksanaan ada yang
memiliki variasi waktu dari pagi sampai malam. Hal ini dapat mempengaruhi kadar
PENUTUP
A. Kesimpulan
Didapatkan hasil bahwa mayoritas responden berusia lansia awal (46-55 tahun) yaitu
sebanyak 15 orang (42,8 %), jenis kelamin responden terbanyak yaitu perempuan dengan
jumlah sebanyak 18 orang (51,4%), pekerjaan responden adalah IRT sebanyak 23 orang
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji wilcoxon untuk sensitivitas kaki kanan dan
kiri diperoleh diperoleh p value 0,04 dan 0,03 < (α=0,05). Jadi dapat disimpulkan ada
perbedaan mean sensitivitas kaki kanan dan kiri sebelum dan sesudah dilakukan
pemijatan kaki menggunakan alat pijat kayu (apiyu) pada kelompok eksperimen. Hasil uji
statistik dengan menggunakan uji wilcoxon untuk kadar gula darah sewaktu diperoleh p
value 0,026 < (α=0,05). Jadi dapat disimpulkan ada perbedaan mean kadar gula darah
sebelum dan sesudah dilakukan pijat menggunakan alat pijat kayu (apiyu) pada kelompok
eksperimen.
B. Saran
Hasil peneitian ini diharapkan bisa menjadi tambahan informasi bagi petugas
kesehatan tentang manfaat tutorial pijat menggunakan kaki alat pijat kayu (apiyu)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu motivasi untuk meningkatkan
kualitas hidup dengan mengontrol gula darah, meningkatkan sensitifitas kaki, dan
Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
data, informasi dasar, dan evidence based untuk melaksanakan penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Lisnawati, R., Hasneli, Y., & Hasanah, O. (2015). Perbedaan sensitivitas tangan dan kaki
sebelum dan sesudah dilakukan terapi pijat refleksi pada penderita diabetes melitus tipe 2.
Vol. 2 No. 2. Diperoleh pada 4 Februari 2018 dari
https://media.neliti.com/media/publications/185064-ID-perbedaan-sensitivitas-tangan-dan-
kaki-s.pdf
Hasdianah. (2012). Mengenal Diabetes Mellitus. Yogyakarta: Nuha Medika.
Hasneli, Y. N. (2009). The effect of health belief model based educational program to prevent
diabetes complication on dietary behavior of Indonesia adults with type 2 diabetes mellitus.
Jurnal keperawatan professional Indonesia. Vol. 1. Pekanbaru: ISSN
Hasneli, Y. N. (2015). Pengaruh pijat refleksi alat pijat kayu terhadap sensitivitas dan
peredaran darah pada kaki dan tangan pasien diabetes mellitus tipe 2. Pekanbaru: Tidak
dipublikasikan
Hasneli, Y. N. (2017). Identifikasi dan analisis sensitivitas kaki dan glukosa darah pada pasien
diabetes setelah melakukan terapi pijat kaki alat pijat kayu. Pekanbaru: Universitas Riau.
Hasneli, Y., Natalia, N., & Novayelinda, R. (2015). Efektifitas senam kaki diabetik dengan
tempurung kelapa terhadap tingkat sensitivitas kaki pada pasien diabetes melitus tipe 2.
Perpustakaan Univeristas Riau. Diperoleh tanggal 10 Januari 2018 dari
http://repository.unri.ac.id
Hayuaji, G. R. (2016). Mahir Pijat refleksi secepat kilat. Yogyakarta: Saufa
Agustina, E., Hasneli, Y., & Novayelinda, R. (2017). Efektifitas Pelatihan senam kaki alat pijat
kayu (Senayu) terhadap sensitivitas kaki pasien diabetes mellitus tipe 2. Vol. 4, No. 1.
Pekanbaru. Jom PSIK. Diperoleh tanggal 2 januari 2018 dari
http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/article
Andrews, S., & Dempsey, B. (2011). Acupressure and reflexology for dummies. Canada: Wiley
Publishing
Putra, W. S. (2013). Sehat dengan terapi refleksi dan herbal di rumah sendiri. Yogyakarta:
Katahati
Reid, M.K.T & Walker, S.P., (2009). Quality of life in Caribbean Youth with diabetes. West
Indian Med J, 58 (3): 250-256.
Sulasmono, G. (2016). Saraf kunci tumpas ragam penyakit. Yogyakarta: Trans Idea Publishing
Rondonuwu, R.G., Rompas, S., & Bataha, Y. (2016). Hubungan antara perilaku olahraga dengan
kadar gula darah penderita diabetes mellitus di wilayah kerja puskesmas wolang kecamatan
langowan timur. Vol. 4 No. 1. Sam Ratulangi. Diperoleh tanggal 29 Juli 2018 dari
httpsmedia.neliti.commediapublications110128-ID-hubungan-antara-perilaku-olahraga-
dengan.pdf
Oktaviah, D., Hasneli, Y., & Agrina. (2014). Efektifitas senam kaki diabetik dengan bola plastik
terhadap tingkat sensitivitas kaki pada pasien diabetes melitus tipe 2. Pekanbaru. Diperoleh
tanggal 29 Juli 2018 dari httpsmedia.neliti.commediapublications186150-ID-efektifitas-
senam-kaki-diabetik-dengan-b.pdf
Fatimah, R.N. (2015). Diabetes Melitus tipe 2. Vol. 4. Lampung. J Majoriti. Diperoleh tanggal
29 Juli 2018 dari juke.kedokteran.unila.ac.idindex.phpmajorityarticledownload615619
Musiana, Astuti, T., Dewi, R. 2015. Efektivitas pijat refleksi terhadap pengendalian kadar
glukosa darah penderita diabetes mellitus. Vol. 11 No.2. Tanjung Karang. Jurnal
Keperawatan. Diperoleh tanggal 29 Juli 2018 dari https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id