Telah dilakukan penelitian dengan jumlah sampel 77 orang, dengan melalukan penilaian risiko
jatuh dengan menggunakan Berg Balance Scale (BBS). Tujuan dari penelitian ini adalah
mengidentifikasi kelompok usia lansia yang paling rentan mengalami jatuhm dan sejak usia berapa
kerentanan jatuh dapat terjadi. Adapun karakteristik dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 1:
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa mayoritas usia lansia rentan 60-65 (41,6%). Mayoritas
lansia berjenis kelamin perempuan 58 (75,3%) Mayoritas berpendidikan terakhir lulusan SD 52
(67,5%) dan mayoritas lansia adalah IRT 54 (70,1%)
Jumlah responden perempuan dalam penelitian ini lebih banyak dari responden laki-laki. Pada
dasarnya pria memiliki otot yang lebih kokoh dari pada perempuan. Eliopoulos(2016) (dalam
(Dinda, 2017)), perihal ini pula di dukung oleh teori yang menerangkan jika perempuan lebih
rentan terkena osteoporosis akibat penyusutan hormone estrogen serta progesterone.
Osteoporosis pada lanjut usia ialah aspek risiko yang mengakibatkakan lansia alami jatuh (Dinda,
2017)
Mayoritas responden adalah IRT, aktivitas sehari-hari merupakan salah satu parameter untuk
melihat status fungsional seseorang, khususnya usia lanjut dapat diamati dari kemampuannya
atau kemandiriannya dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Kemampuan atau kemandirian
dalam aktivitas sehari-hari memiliki manfaat yaitu dalam keseimbangan, meningkatkan
kelenturan, dan kekuatan otot, serta self efficacy atau keberdayagunaan mandiri (Aria et al.,
2019)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa deteksi dini risiko jatuh dengan menggunakan BBS (Berg
Balance Scale) yaitu mayoritas lansia termasuk dalam kategori risiko jatuh rendah rentan usia 60 –
65 tahun, dimana diusia tersebut lansia masih aktif melakukan aktivitas. Pada lansia yang banyak
aktivitas atau yang mempunyai mobilitas fisik yang tinggi akan meningkatkan kontrol
keseimbangan fisiknya, sehingga resiko jatuh sangat rendah (Guccione, 2000). Mobilitas yang
baik dapat diperoleh dengan melakukan latihan fisik yang berguna untuk menjaga agar fungsi
sendi-sendi dan postur tubuh tetap baik. Latihan dilakukan secara bertahap, disesuaikan
dengan kemampuan lansia (Siburian, 2006).
Hasil penelitian juga menunjukkan dengan menggunakan BBS (Berg Balance Scale) ada 1 lansia
termasuk dalam kategori risiko jatuh tinggi yaitu lansia dengan rentan usia 71 - 74 tahun. Hal ini
memungkinkan secara fisik bahwa lansia memiliki resiko jatuh yang tinggi disebabkan oleh
proses menua yang terjadi pada lansia, terjadi perubahan pada kontrol postural yang
memegang peran penting sebagian besar kejadian jatuh (Darmojo & Martono, 2004).
Perubahan komponen biomekanik meliputi letensi mioelektik, waktu bereaksi, propioseptif,
lingkup gerak sendi dan kekuatan otot memengaruhi resiko jatuh. Selain itu terdapat
perubahan pada postur tubuh, gaya berjalan, sistem sensorik, dan mobilitas fungsional
(Lueckenotte, 1998). Usia lanjut dikaitkan dengan proses degeneratif pada sistem vestibuler,
refleks posisi melambat dan melemahnya kekuatan otot sangat penting mempertahankan
postur. Keseimbangan dapat pula terganggu oleh karena adanya penyakit dan obat-obatan.
Semua perubahan tersebut dapat berperan untuk terjadinya jatuh, terutama pada kemampuan
untuk mencegah terjadinya jatuh manakala terpeleset atau menghadapi situasi lingkungan
yang membahayakan.
Hasil penelitian yang dilakukan Rokhima tahun 2016 tentang “Faktor-faktor yang berhubungan
dengan risiko jatuh pada kejadian resiko jatuh pada lansia di unit pelayanan primer Puskesmas
Medan Johor” menunjukkan kejadian risiko jatuh pada lansia diperoleh hasil bahwa 46%
berisiko tinggi, 36% berisiko rendah dan 18% tidak berisiko jatuh (5).
Zheng et al., 2009 (dalam Ashar,P. H. 2016) mengatakan lanjut usia yang mengalami jatuh dan
tidak terdeteksi dalam jangka waktu yang lama akan membawa banyak konsekuensi yang
mungkin terjadi. Pendeteksian dini jatuhnya lanjut usia akan membantu untuk meminimalkan
kemungkinan ini dengan mengurangi waktu antara terjadinya peristiwa dan kedatangan
pertolongan dari medis (6).
D. STATUS LUARAN: Tuliskan jenis, identitas dan status ketercapaian setiap luaran wajib dan luaran
tambahan (jika ada) yang dijanjikan. Jenis luaran dapat berupa publikasi, perolehan kekayaan intelektual,
hasil pengujian atau luaran lainnya yang telah dijanjikan pada proposal. Uraian status luaran harus
didukung dengan bukti kemajuan ketercapaian luaran sesuai dengan luaran yang dijanjikan. Lengkapi
isian jenis luaran yang dijanjikan serta mengunggah bukti dokumen ketercapaian luaran wajib dan luaran
tambahan melalui BIMA.
Jenis luaran pada penelitian ini adalah publikasi nasional untuk luaran wajib dengan status
“Accepted” dan untuk luaran tambahan pada buku Referensi terbit ber ISBN. Namun untuk luaran
tambahan masih dalam proses penyelesaian
E. PERAN MITRA: Tuliskan realisasi kerjasama dan kontribusi Mitra baik in-kind maupun in-cash (untuk
Penelitian Terapan, Penelitian Pengembangan, PTUPT, PPUPT serta KRUPT). Bukti pendukung realisasi
kerjasama dan realisasi kontribusi mitra dilaporkan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Bukti
dokumen realisasi kerjasama dengan Mitra diunggah melalui BIMA.
Tidak ada Mitra
F. KENDALA PELAKSANAAN PENELITIAN: Tuliskan kesulitan atau hambatan yang dihadapi selama
melakukan penelitian dan mencapai luaran yang dijanjikan, termasuk penjelasan jika pelaksanaan
penelitian dan luaran penelitian tidak sesuai dengan yang direncanakan atau dijanjikan.
Untuk penelitian sejauh ini tidak ada kendala. Namun untuk luaran tambahan yang telah dijanjikan
peneliti kesulitan membuat buku karena kurangnya referensi seperti jurnal, skripsi, tesis, disertasi
yang serupa khususnya untuk variabel Berg Balance Scale (BBS)
G. RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA: Tuliskan dan uraikan rencana penelitian di tahun berikutnya
berdasarkan indikator luaran yang telah dicapai, rencana realisasi luaran wajib yang dijanjikan dan
tambahan (jika ada) di tahun berikutnya serta roadmap penelitian keseluruhan. Pada bagian ini
diperbolehkan untuk melengkapi penjelasan dari setiap tahapan dalam metoda yang akan direncanakan
termasuk jadwal berkaitan dengan strategi untuk mencapai luaran seperti yang telah dijanjikan dalam
proposal. Jika diperlukan, penjelasan dapat juga dilengkapi dengan gambar, tabel, diagram, serta pustaka
yang relevan. Jika laporan kemajuan merupakan laporan pelaksanaan tahun terakhir, pada bagian ini dapat
dituliskan rencana penyelesaian target yang belum tercapai.
Rencana penelitian ditahun berikutnya adalah setelah mendeteksi secara dini resiko jatuh
pada lansia dengan menggunakan Berg Balance Scale (BBS) di dapatkan usia lansia dengan
risiko jatuh tinggi yaitu usia >70 tahun sehingga untuk penelitian berikutnya yaitu intervensi
dalam penatalaksanaan resiko jatuh.
H. DAFTAR PUSTAKA: Penyusunan Daftar Pustaka berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan
pengutipan. Hanya pustaka yang disitasi pada laporan kemajuan yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
1. …………………………………………………………………………………………………………………
2. …………………………………………………………………………………………………………………
3. dst.