Anda di halaman 1dari 18

Masalah Kesehatan Reproduksi Lansia

(Diabetes Mellitus)

DISUSUN

NADYAH FIRA YUNIHASTY

(183313010064)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Serta saya mengucapkan
terima kasih kepada dosen saya yang telah memberikan tugas ini kepada saya
sehingga saya dapat memahami tentang “Masalah Kesehatan Reproduksi Lansia
(Diabetes Mellitus)”

Makalah ini dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Saya
menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.

Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan saran serta
kritik yang dapat membangun saya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Penulis

Medan, 22 Mei 2020

i
Daftar Isi

Kata Pengantar...................................................................................................... i

Daftar Isi................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 3
1.3 Tujuan.............................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 5
2.1 Pengertian........................................................................................................ 5
2.2 Tipe Diabetes Mellitus.................................................................................... 5
2.3 Faktor Penyebab Diabetes Mellitus Pada Lansia............................................ 6
2.4 Tanda dan Gejala Yang Timbul Bagi Lansia Penderita Diabetes Mellitus..... 9
2.5 Komplikasi......................................................................................................10
2.6 Penatalaksanaan / Penanggulangan.................................................................10
2.7 Pencegahan Diabetes Mellitus.........................................................................11
2.8  Cara Mengobati Diabetes Melitus..................................................................13

BAB III PENUTUP.............................................................................................14


3.1 Kesimpulan......................................................................................................14
3.2 Saran................................................................................................................14

Daftar Pustaka.......................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang

Kesehatan Reproduksi menurut WHO adalah kesejahteraan fisik, mental


dan social yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam
segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.

Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai
kemasakan dalam ukuran dan fungsi. Selain itu, lansia juga masa dimana
seseorang akan mengalami kemunduran dengan sejalannya waktu. Ada beberapa
pendapat mengenai usia seorang dianggap memasuki masa lansia, yaitu ada yang
menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada juga yang 70 tahun. Tetapi
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa umur 65 tahun, sebagai usia
yang menunjukkan seseorang telah mengalami proses menua yang berlangsung
secara nyata dan seseorang itu telah disebut lansia. Lansia banyak menghadapi
berbagai masalah kesehatan yang perlu penangan segera dan terintegrasi.

World Health Organization (WHO) mencatat, di kawasan Asia Tenggara


tahun 2013 populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun
2050 diperkirakan populasi Lansia meningkat 3 kali lipat dari tahun ini. Pada
tahun 2010 jumlah Lansia 24,000,000 (9,77%) dari total populasi dan tahun 2020
diperkirakan jumlah Lansia mencapai 28,800,000 (11,34%) dari total populasi.
Sedangkan di Indonesia sendiri pada tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia
mencapai 80.000.000 jiwa (Depkes, 2013)

Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat


sebagai paling pesat di dunia dalam kurun waktu tahun 1990-2025. Jumlah lansia
yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020, atau
sebesar 11,37% dari jumlah penduduk. Itu berarti jumlah lansia di Indonesia akan
berada di peringkat empat dunia di bawah Cina, India dan Amerika Serikat.

1
Peningkatan Jumlah Lansia di Indonesia
Tahun Jumlah Lansia Persentase
1980 7.998.543 5,45
1990 12.700.000 6,56
2000 23.992.552 9,77
2020 28.822.879 11,34

Pada umumnya yang mendasari penyakit saat lanjut usia adalah sisa
penyakit pada waktu muda ataupun penyakit akibat kebiasaan di masa lalu seperti
merokok, minum alkohol, serta penyakit tertentu yang mudah menyerang saat usia
lanjut. Oleh karena itu pada saat usia lanjut diperlukan perhatian khusus dan
pelayanan-pelayanan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan lansia di
masa depan sehingga para lansia dapat hidup dengan sehat, produktif, mandiri dan
sejahtera lahir dan batin.

International Diabetes Federation tahun 2015 menyatakan estimasi penderita


Diabetes di Indonesia diperkirakan mencapai 10 juta. Diabetes mellitus menjadi salah
satu penyebab kematian terbesar di dunia dan di Indonesia. Data Sample Registration
Survey tahun 2014 menunjukkan bahwa Diabetes merupakan penyebab kematian terbesar
nomor 3 di Indonesia dengan persentase sebesar 6,7%, setelah Stroke (21,1%) dan
penyakit Jantung Koroner (12,9%). Berdasarkan data Riskesdas (2013) prevalensi
diabetes mellitus pada usia 55-64 tahun sebesar 4,8% dan pada usia 65-74 tahun sebesar
4,2% prosentasi ini menunjukkan bahwa prosentase terbesar diabetes mellitus di
Indonesia adalah pada lansia.
Pada kelompok usia lansia komplikasi DM tipe 2 akan lebih cepat terlihat
dibandingkan dengan kelompok usia yang lain. Faktor yang dapat memicu kondisi
tersebut karena secara fisiologis sudah terdapat penurunan fungsi berbagai organ pada
lansia, penurunan respon tubuh terhadap terapi, kondisi stress yang berhubungan dengan
kondisi kesehatannya juga dapat memicu penurunan imunitas tubuh.

Diabetes mellitus tipe 2 adalah suatu penyakit kronik yang ditandai dengan
hiperglikemia akibat dari terjadinya resistensi tubuh terhadap efek insulin yang
diproduksi oleh sel beta pankreas. Diabetes mellitus tipe 2 (diabetes mellitus non-
dependen insulin) merupakan diabetes onset dewasa yang terjadi pada sekitar 80% pasien
yang mengidap diabetes mellitus. Prevalensi DM tipe 2 meningkat pada lanjut usia.

2
Peningkatan jumlah penderita DM tipe 2 ini dipengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya adalah genetika, gaya hidup, usia, obesitas dan aktifitas fisik yang kurang.
Berdasarkan data Riskesdas Tahun 2013, prevalensi diabetes pada kelompok usia 45–54
tahun sebesar 3,3%, 55–64 tahun 4,8%, 65–74 tahun 4,2% dan >75 tahun sebesar
2,8% (Kementrian Kesehatan RI, 2013). Menurut Rizvi (2009) orang dewasa
berusia 60 tahun dan lebih tua akan menempati dua per tiga populasi diabetes
pada tahun 2025.
Distribusi Frekuensi dari 100 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin lansia
penderita DM tipe 2
No Jenis kelamin F %
1 Laki-Laki 36 36
2 Perempuan 64 64
Tota 100 100
l

Distribusi Frekuensi dari 100 Responden Berdasarkan usia lansia penderita


DM tipe 2
No Usia f %
1 Usia Pertengahan 38 38
2 Lanjut Usia 55 55
3 Lanjut Usia Tua 7 7
Total 100 100

Berdasarkan kedua tabel diatas dapat dilihat bahwa penderita Lansia yang
mengalami DM adalah Lanjut Usia (elderly) dengan umur 60-74 tahun.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang rumusan masalah yang dapat di ambil :

1. Apa pengertian diabetes mellitus ?


2. Apa saja tipe diabetes mellitus ?
3. Apa tanda dan gejala diabetes mellitus pada lansia ?
4. Bagaimana penanggulangan atau pengobatan diabetes mellitus ?

1.3   Tujuan

3
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian Diabetes Mellitus


2. Untuk mengetahui jenis tipe apa saja pada Diabetes Mellitus
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala Diabetes Mellitus pada lansia
4. Untuk mengetahui penanggulangan atau pengobatan Diabetes Mellitus

BAB II

4
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Diabetes mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik yang


dikarakteristikkan dengan adanya hiperglikemia yang terjadi akibat dari kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Diabetes mellitus tipe 2
merupakan salah satu penyakit degeneratif yang disebabkan karena penurunan
fungsi organ tubuh. Perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia, terutama sistem
endokrin, gaya hidup yang tidak sehat berpotensi menimbulkan penyakit diabetes
mellitus tipe 2.

Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh


peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). Mungkin terdapat penurunan
dalam kemampuan tubuh untuk berespon terhadap insulin danatau penurunan atau
tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh pancreas.Kondisi ini mengarah pada
hiperglikemia, yang dapat menyebabkanterjadinya komplikasi metabolic akut
seperti ketoasidosis diabetic.Hiperglikema jangka panjang dapat menunjang
terjadinya komplikasimikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan mata) serta
komplikasi neuropati.Diabetes juga berkaitan dengan kejadian penyakit
makrovaskuler, termasukinfark miokard, stroke, dan penyakit vaskuler perifer.
(brunner and suddarth,2002: 109).

2.2 Tipe Diabetes Mellitus

Terdapat tiga macam tipe diabetes mellitus, yaitu :

1. Diabetes Mellitus Tipe I

Diabetes mellitus tipe I adalah penyakit hiperglikemia akibat ketiadaan absolute


insulin.Penyakit ini disebut diabetes mellitus dependen insulin (DMDI). Pengidap
penyakit ini harusmendapatkan insulin pengganti. Diabetes tipe I biasanya

5
dijumpai pada orang yang tidak gemuk berusia kurang dari 30 tahun, dengan
perbandingan laki-laki sedikit lebih banyak daripada wanita. Karena insidens
diabetes tipe I memuncak pada usia remaja dini, maka dahulu bentuk ini disebut
sebagai diabetes juvenile. Namun, diabetes tipe I dapat timbul pada segala usia.

2. Diabetes Mellitus Tipe II

Diabetes mellitus tipe II adalah penyakit hiperglikemia akibat insensitivitas sel


terhadapinsulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam
rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pancreas, maka
diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai noninsulin dependent diabetes mellitus
(NIDDM). Diabetes mellitus tipe II biasanya timbul pada orang yang berusia lebih
dari 30 tahun, dan dahulu disebut sebagai diabetes awitan dewasa. Pasien wanita
lebih banyak dari pada pria.

3. Diabetes Gestasional

Diabetes gestasiional terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
diabetes.Sekitar 50% wanita pengidap kelainan ini akan kembali ke status
nondiabetes setelahkehamilan berakhir. Namun, risiko mengalami diabetes tipe II
pada waktu mendatang lebih besar daripada normal.

2.3 Faktor Penyebab Diabetes Mellitus Pada Lansia

Berikut inimerupakan beberapa penyebabdari penyakit diabetes mellitus:

1. Diabetes Melitus tipe 1 ( IDDM )

a. Faktor genetic

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapimewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arahterjadinya DM tipe I. Kecenderungan
genetik ini ditemukan padaindividu yang memiliki tipe antigen HLA.

b. Faktor-faktor imunologi

6
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormaldimana antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olahsebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulauLangerhans
dan insulin endogen.c. Faktor lingkunganVirus atau toksin tertentu dapat memicu proses
otoimun yangmenimbulkan destruksi selbeta. (Price,2005)

2. Diabetes Melitus tipe 2 ( NIDDM )

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dangangguan sekresi insulin
pada diabetes tipe II masih belum diketahui.Faktor genetik memegang peranan dalam
proses terjadinya resistensiinsulin.

Faktor resiko:

a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65thSekitar 90% dari
kasus diabetes yangdidapati adalah diabetes tipe 2. Pada awlanya, tipe 2 muncul seiring
dengan bertambahnya usiadimana keadaan fisik mulai menurun.

b. Obesitas

Obesitas berkaitan dengan resistensi kegagalan toleransi glukosayang menyebabkan


diabetes tipe 2. Hal ini jelas dikarenakan persediaan cadangan glukosa dalam tubuh
mencapai level yangtinggi. Selain itu kadar kolesterol dalam darah serta kerja
jantungyang harus ekstra keras memompa darah keseluruh tubuh menjadi pemicu
obesitas. Pengurangan berat badan sering kali dikaitkandengan perbaikan dalam
sensivitas insulin dan pemulihan toleransiglukosa.

c. Riwayat keluarga

Indeks untuk diabetes tipe 2 pada kembar monozigot hamper 100%.Resiko


berkembangnya diabetes tipe 3 pada sausara kandubgmendekati 40% dan 33% untuk
anak cucunya. Jika orang tuamenderita diabetes tipe 2, rasio diabetes dan nondiabetes
pada anakadalah 1:1 dan sekitar 90% pasti membawa carer diabetes tipe 2.
(Martinus,2005).

3. Diabetes gestasional (GDM )

Pada DM dengan kehamilan, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh siIbu:

a. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil

7
b. ibu mengalami/menderita DM saat hamilKlasifikasi DM dengan Kehamilan menurut
Pyke:

Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul padawaktu hamil dan
menghilang setelah melahirkan.

Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejaksebelum hamil dan berlanjut
setelah hamil.

Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit pembuluh
darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah panggul dan pembuluh darah
perifer.

Pada saat seorang wanita hamil, ada beberapa hormon yang mengalami peningkatan
jumlah. Misalnya,hormon kortisol, estrogen, dan human placental lactogen
(HPL).Ternyata, saat hamil, peningkatan jumlah hormon-hormon tersebutmempunyai
pengaruh terhadap fungsi insulin dalam mengatur kadargula darah (glukosa). Kondisi ini
menyebabkan kondisi yang kebal terhadap insulin yang disebut sebagai insulin resistance.
Saat fungsiinsulin dalam mengendalikan kadar guladalam darah terganggu, jumlah gula
dalam darah pasti akan naik. Hal inilah yang kemudianmenyebabkan seorang wanita
hamil menderita diabetes gestasional.

Beberapa faktor yang berkaitan dengan penyebab diabetes mellitus pada lansia
(Jeffrey) :

1. Umur yang berkaitan dengan penurunan fungsi sel pankreas dan sekresi insulin.
2. Umur yang berkaitan dengan resistensi insulin akibat kurangnya massa otot dan
perubahan vaskuler.
3. Obesitas, banyak makan.
4. Aktivitas fisik yang kurang
5. Penggunaan obat yang bermacam-macam.
6. Keturunan
7. Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress

2.4 Tanda dan Gejala Yang Timbul Bagi Lansia Penderita Diabetes Mellitus

8
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM
lansia umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah
keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.
Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga
gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan
komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan
penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot
(neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan
lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering
ditemukan adalah :
 Katarak  Neuropati viseral
 Glaukoma  Amiotropi
 Retinopati  Ulkus Neurotropik
 Gatal seluruh badan  Penyakit ginjal
 Pruritus Vulvae  Penyakit pembuluh darah
 Infeksi bakteri kulit perifer
 Infeksi jamur di kulit  Penyakit koroner
 Dermatopati  Penyakit pembuluh darah
 Neuropati perifer otak
 Hipertensi

Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang


tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan
inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan,
akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak
terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.

Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien
DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut.
Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan

9
timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi,
kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang
biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat
banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi
sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.

Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan
dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.

2.5 Komplikasi
1. Makroangiopati (aterosklerosis), mikroangiopati, dan neuropati.
2. Koma hiperosmolaritas dimana glukosa darah didapatkan sangat tinggi (>600
mg/dL)
3. Hipernatremia, osmolaritas tinggi (>350 m Osm/L)

2.6 Penatalaksanaan / Penanggulangan


Menurut Steven diperkirakan 25 – 50% dari DM lansia dapat
dikendalikan dengan baik hanya dengan diet saja. 3% membutuhkan insulin dan
20 – 45% dapat diobati dengan oral anti diabetik dan diet saja.

Para ahli berpendapat bahwa sebagian besar DM pada lansia adalah


tipe II, dan dalam penatalaksanaannya perlu diperhatikan kasus perkasus, cara
hidup pasien, keadaan gizi dan kesehatannya, adanya penyakit lain yang
menyertai serta ada/tidaknya komplikasi DM.

Pedoman penatalaksanaan DM lansia adalah :

1. Menilai penyakitnya secara menyeluruh dan memberikan pendidikan


kepada pasien dan keluarganya.
2. Menghilangkan gejala-gejala akibat hiperglikemia (quality of life) seperti
rasa haus, sering kencing, lemas, gatal-gatal.

10
3. Lebih bersifat konservatif, usahakan agar glukosa darah tidak terlalu tinggi
(200-220 mg/dl) post prandial dan tidak sampai normal betul karena
bahaya terjadinya hipoglikemia.
Mengendalikan glukosa darah dan berat badan sambil menghindari resiko
hipoglikemia.

2.7 Pencegahan Diabetes Melitus

Usaha pencegahan pada DM sebenarnya terdiri dari tiga bagian, yaitu:

1. Pencegahan Primer

Tindakan yang dilakukan pada pencegahan primer agar tidak timbul DM meliputi :

 Mempertahankan pola makan sehari-hari yang sehat dan seimbang.


 Melakukan kegiatan jasmani yang cukup sesuai dengan umur dan
kemampuan.
 Menghindari obat yang dapat menyulut terjadinya diabetes.

2. Pencegahan Sekunder

Bila sudah ada DM, maka yang harus dilakukan adalah pengobatan diabetes agar
tidak timbul komplikasi, dengan berbagai upaya yang dilakukan untuk tujuan:

Jangka pendek : Menghilangkan keluhan/gejala dan mempertahankan rasa


nyaman dan sehat.

Jangka panjang : Mencegah timbul dan berlanjutnya penyulit (komplikasi) dengan


tujuan akhir menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat diabetesnya.

Orang dengan diabetes bisa berolahraga, makan dan minum seperti orang lain
tanpa diabetes dengan sedikit pengaturan. Kadar gula darah yang tinggi dalam
waktu yang lama, merupakan awal perjalanan terjadinya komplikasi, disamping

11
menimbulkan keluhan-keluhan yang sangat mengganggu seperti sering kencing,
haus, lapar dan berat badan turun. Oleh karena itu, tindakan pertama yang harus
selalu diupayakan ialah menurunkan kadar gula darah.

Secara garis besar upaya menurunkan gula darah dalam pencegahan sekunder
meliputi:

 Perencanaan makan yang baik dan seimbang untuk mendapatkan berat


badan idaman sesuai dengan umur dan jenis kelamin
 Kegiatan jasmani cukup sesuai umur dan kemampuan pasien
 Bila dengan pengaturan makan dan aktifitas fisik belum berhasil
mengontrol gula darahnya, maka diperlukan obat-obatan, baik yang diminum atau
suntik insulin
 Perlu penyuluhan kepada pasien mengenai berbagai hal berkaitan dengan
diabetes dan komplikasinya

3. Pencegahan Tersier

Usaha pencegahan tersier dilakukan bila komplikasi telah terjadi, untuk mencegah
agar tidak terjadi bila komplikasi berlanjut, antara lain:

Pembuluh darah otak  : stroke dengan segala akibatnya


Pembuluh darah jantung : penyakit jantung koroner dan segala konsekuensinya
termasuk gagal jantung.
Pembuluh darah mata : kebutaan
Pembuluh darah ginjal : penyakit ginjal kronik sehingga memerlukan cuci darah
Pembuluh darah kaki : kaki busuk yang perlu amputasi

Pemantauan dan pemeriksaan yang diperlukan untuk pencegahan tersier, antara


lain:
Mata : pemeriksaan mata secara berkala
Paru     : pemeriksaan rontgen paru secara bekala
Jantung : pemeriksaan rekam jantung/uji latih jantung secara berkala

12
Ginjal : pemeriksaan urin dan fungsi ginjal untuk mendeteksi adanya kebocoran
protein
Kaki : pemeriksaan dan perawatan kaki secara berkala

2.8  Cara Mengobati Diabetes Melitus

Penderita diabetes tipe 1 umumnya menjalani pengobatan therapi insulin


(Lantus/Levemir, Humalog, Novolog atau Apidra) yang berkesinambungan, selain
itu adalah dengan berolahraga secukupnya serta melakukan pengontrolan menu
makanan (diet).

Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan pengobatan dan


penanganan difokuskan pada gaya hidup dan aktivitas fisik. Pengontrolan nilai
kadar gula dalam darah adalah menjadi kunci program pengobatan, yaitu dengan
mengurangi berat badan, diet, dan berolahraga. Jika hal ini tidak mencapai hasil
yang diharapkan, maka pemberian obat tablet akan diperlukan. Bahkan pemberian
suntikan insulin turut diperlukan bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar
gula darah.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Diabetes mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik yang di


karakteristikkan dengan adanya hiperglikemia yang terjadi akibat dari kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

Pada kelompok usia lansia komplikasi DM tipe 2 akan lebih cepat terlihat
dibandingkan dengan kelompok usia yang lain. Faktor yang dapat memicu kondisi
tersebut karena secara fisiologis sudah terdapat penurunan fungsi berbagai organ pada
lansia, penurunan respon tubuh terhadap terapi, kondisi stress yang berhubungan dengan
kondisi kesehatannya juga dapat memicu penurunan imunitas tubuh.

Para ahli berpendapat bahwa sebagian besar DM pada lansia adalah


tipe II, dan dalam penatalaksanaannya perlu diperhatikan kasus perkasus, cara
hidup pasien, keadaan gizi dan kesehatannya, adanya penyakit lain yang
menyertai serta ada/tidaknya komplikasi DM.

3.2 Saran

Perlu nya pengarahan terhadap lansia tentang pola gaya hidup yang baik dan
benar serta diharapkan para lansia mengetahui tanda dan gejala ringan dari
penyakit Diabetes tersebut sehingga para penderita dapat langsung segera
mengobati nya tanpa harus mengalami kejadian kronis dari diabetes baru lansia
tersebut mengobatinya, sebaiknya cek sedini mungkin sebelum bertambah parah.

14
Daftar Pustaka

Aprillia, V., Afandi, D., Nurlisis, L., & Damayanti, I. P. (2019, Oktober). Faktor
Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia Tahun 2019.
Excellent Midwifery Journal, 2(2), 79-87.

Aryani, Rima Puspa. 2013. Diabetes Melitus.


https://pusparima.wordpress.com/2013/05/31/makalah-diabetes-melitus/ (diakses
tanggal 22 Mei 2020)

Brorsch, Nuril. Diabetes Mellitus Lansia.


https://www.academia.edu/10720499/DM_lansia (diakses 21 Mei 2020)

Setiyorini, E., & Wulandari, N. A. (2017, Oktober). Hubungan Lama Menderita


Dan Kejadian Komplikasi Dengan Kualitas Hidup Lansia Penderita Diabetes
Mellitus Tipe 2. Seminar Nasional dan Gelar Produk, 75-82.

Setiyorini, E., & Wulandari, N. A. (2017, Agustus). Hubungan Status Nutrisi


Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Yang
Berobat Di Poli Penyakit Dalam RSD Mardi Waluyo Blitar. Ners dan Kebidanan,
4(2), 125-133.

Setyowati, S. (2013, Desember). Pengaruh Konsep Diri dan Kemampuan


Sosialisasi Terhadap Kualitas Hidup Lansia. Kebidanan dan Keperawatan, 9(2),
94-204.

15

Anda mungkin juga menyukai