Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usia harapan hidup masyarakat Indonesia kian tahun kian meningkat. Semakin
tahun, jumlah penduduk berusia lanjut pun semakin banyak, yaitu yang berusia di atas 65
tahun. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat, sehingga diindikasikan Indonesia
akan menjadi “Negara Tua”.
Bertambahnya angka usia harapan hidup menandakan bahwa ada kemajuan teknologi
yang disertai keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan
hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan eknomi, kemajuan ilmu
pengetahuan serta keberhasilan dalam program kesehatan. Selain itu kualitas hidup juga
semakin baik. Keberhasilan tersebut berdampak terhadap meningkatkan umur harapan
hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut cenderung meningkat.
Peningkatan umur harapan hidup masyarakat di Indonesia dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 1.1 Angka Harapan Hidup di Indonesia
Tahun Laki-laki Perempuan Total
1971 44,2 47,2 45,7
1980 50,6 53,7 52,2
1990 58,1 61,5 59,8
1995 61,5 65,4 63,5
2000 63,3 67,2 65,3
2005 64,9 68,8 66,9
2010 66,4 70,4 68,4
2015 67,7 71,7 69,8
2020 69,0 73,0 71,7
Sumber: BPS, 1992, 1993 Keterangan: Angka harapan hidup sejak lahir
Saat ini, jumlah orang lanjut usia di seluruh dunia diperkirakan ada 500 juta dengan
usia rata – rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di
negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia lebih kurang 1000
orang per hari pada tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia di atas 50
1
tahun sehingga istilah “Baby Boom” pada masa lalu berganti menjadi “Ledakan penduduk
lanjut usia”.
Berdasarkan Data pada Biro Pusat Statistika dan beberapa sumber lain, dapat
diketahui jumlah dan prosentase populasi lansia di Indonesia pada tahun 2000 – 2020
sesuai pada tabel berikut ini:
Tabel 1.2 Jumlah dan Persentase Populasi Lansia Indonesia 1971 – 2020
Tahun Jumlah Lansia Persentase
2000 (d) 15.262.199 7,28%
2005 (d) 17.767.709 7,97%
2010 (d) 19.936.859 8,48%
2015 (d) 23.992.553 9,77%
2020 (d) 28.822.879 11,34%
Sumber: (a) Biro Pusat Statistika, 1974; (b) Biro Pusat Statistika,1983; (c) Biro Pusat
Statistika, 1992; (d) Ananta dan Anwar, 1994. Dikutip oleh Djuhari dan Anwar, 1994
Tabel 1.3 Angka Harapan Hidup berdasarkan Negara menurut CIA World Factbook
(Perkiraan 2011)

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_angka_harapan_hidup
Meningkatnya umur harapan hidup dipengaruhi oleh:
1)       Majunya pelayanan kesehata
2)       Menurunnya angka kematian bayi daan anak
3)       Perbaikan gizi dan sanitasi
2
4)       Meningkatnya pengawasan terhadap penyakit infeksi
Secara individu, pada usia di atas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah.
Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis. Dengan
bergesernya pola perekonomian dari pertanian ke industri maka pola penyakit pada lansia
juga bergeser dari penyakit menular menjadi degeneratif.
Data menunjukkan bahwa ada kecenderungan angka kesakitan lanjut usia
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kondisi ini tentunya harus mendapatkan
perhatian berbagai pihak. Lanjut usia yang sakit-sakitan akan menjadi beban bagi
keluarga, masyarakat dan bahkan pemerintah,sehingga akan menjadi beban dalam
pembangunan
Survei rumah tangga tahun 1980, angka kesakitan penduduk usia lebih dari 55
tahun sebesar 25,70% diharapkan pada tahun 2000 nanti angka tersebut menjadi 12,30%
(Depkes RI, Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia Bagi Petugas Kesehatan I,
1992).
Tabel 1.4 Angka Kesakitan Lanjut Usia Tahun 2003-2007

Perawatan terhadap pasien lansia merupakan tanggung jawab keluarga dan


pemerintah khususnya Dinas Sosial dan tenaga kesehatan. Perubahan – perubahan kecil
dalam kemampuan seorang pasien lansia untuk melaksanakan aktivitas sehari – hari atau
perubahan kemampuan seorang pemberi asuhan keperawatan dalam memberikan
dukungan hendaknya memiliki kemampuan untuk mengkaji aspek fungsional, sosial, dan
aspek – aspek lain dari kondisi klien lansia.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori lansia ?
2. Bagaimana konsep teori hipertensi ?
3. Bagaimana pendokumentasian asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi ?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan tentang konsep teori lansia.
2. Menjelaskan tentang konsep teori hipertensi.
3. Menjelaskan pendokumentasian asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi.

1.4 Manfaat
Menambah pengetahuan pembaca tentang konsep teori lansia,konsep teori hipertensi,dan
pendokumentasian asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi.

4
BAB II

KONSEP TEORI

2.1 Konsep Teori Lansia


2.1.1 Definisi lanjut usia (Lansia)

Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang,. Manusia secara tiba-tiba
menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa, dan akhirnyamenjadi tua. Hal ini
normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua
orang pada saat meraka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Lansia
merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan
mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir.
Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap.

Pengertian lansia beragam tergantung kerangka pandang invidu. Orang tua yang berusia 35
tahun dapat dianggap tua bagi anaknya dan tidak muda lagi. Oarang sehat aktif berumur 65 tahun
mungkin menganggap usia 75 tahun sebagai permulaan lanjut usia (Brunner dan Suddart, 2001).
Menurut Surini & Utomo (2003), lanjut usia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap
lanjut dari suatu proses kehidupan yang akan dijalani semua individu, ditadai dengan penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.

2.1.2 Batasan Lansia


Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2) Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 seorang dapat dinyatakan sebagai seorang
jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak
mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya
sehari-hari dan menerima nafkah dari oarng lain. UU No. 13 tahun 1998 entang
kesejahteraan lansia bahwa adalah yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

5
2.1.3 Proses Menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua
(Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis.
Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis.
Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan
pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ
vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah.
Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak
harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat dalam hal ini
diartikan:
1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,
2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari,
3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo, 1996)
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan yang
menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila proses
penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai
masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh MunandarAshar Sunyoto (1994)
menyebutkan masalah – masalah yang menyertai lansia yaitu:
1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain,
2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya,
3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau
pindah,
4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak
5) Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan
perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar
adalah perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri
makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat
terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan – kegiatan rekreasi
tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada

6
diri usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik.
Motivasi tersebut diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk
meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa
perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap
perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang
ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh
perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan ynag diminati oleh
para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan,
ekonomi/pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992)
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri – ciri
penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:
1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.
2) Penarikan diri ke dalam dunia fantasi
3) Selalu mengingat kembali masa lalu
4) Selalu khawatir karena pengangguran,
5) Kurang ada motivasi,
6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan tinggal yang
tidak diinginkan.
Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat
yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan
hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilkukan saat ini dan memiliki kekhawatiran
minimla trehadap diri dan orang lain.

2.1.4 Teori Proses Menua


1) Teori – teori biologi
a) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies – spesies
tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh
molekul – molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai

7
contoh yang khas adalah mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel).
b) Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak)
c) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh
menjadi lemah dan sakit.
d) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam
tubuh dapat menyebabkab kerusakan organ tubuh.
e) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan
tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres
menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
f) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok
atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan
protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
g) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya
jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya
fungsi.
h) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel
tersebut mati.
2) Teori kejiwaan sosial
a) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori
ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan sosial.

8
Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.
Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia
pertengahan ke lanjut usia
b) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan
gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi
pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
c) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-
angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga
sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :
1. kehilangan peran
2. hambatan kontak sosial
3. berkurangnya kontak komitmen
2.1.5 Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut
usia, antara lain: (Setiabudhi, T. 1999 : 40-42)
1) Permasalahan umum :
a) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut
kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.
c) Lahirnya kelompok masyarakat industri.
d) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.
e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.
2) Permasalahan khusus :
a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental
maupun sosial.
b) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
c) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
d) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.

9
e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat
individualistik.
f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan
fisik lansia
2.1.6 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan
1. Hereditas atau ketuaan genetik
2. Nutrisi atau makanan
3. Status kesehatan
4. Pengalaman hidup
5. Lingkungan
6. Stres
2.1.7 Perubahan – perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
1) Perubahan fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim organ tubuh,
diantaranya sistim pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem
pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastro intestinal, genito urinaria, endokrin dan
integumen.
2)Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (hereditas)
e. Lingkungan
f. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
h. Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili.
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep dirI.
3) Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970)

10
Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini terlihat dalam berfikir dan
bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970)
2.1.8 Penyakit Yang Sering Dijumpai Pada Lansia
Menurut the National Old People’s Welfare Council , dikemukakan 12 macam
penyakit lansia, yaitu :Depresi mental
1. Gangguan pendengaran
2. Bronkhitis kronis
3. Gangguan pada tungkai/sikap berjalan.
4. Gangguan pada koksa / sendi pangul\Anemia
5. Demensia
2.1.9 Konsep Asuhan Keperawatan pada Lansia
2.1.9.1 Proses Pengkajian Asuhan Keperawatan Lansia
Pengkajian adalah sebuah proses untuk mengenal dan mengidentifikasi faktor-faktor
(baik positif dan negatif) pada usia lanjut, baik secara individu maupun kelompok, yang
bermanfaat untuk mengetahui masalah dan kebutuhan usia lanjut, serta untuk
mengembangkan strategi promosi kesehatan.
Pengkajian berfokus pada keperawatan klien dewasa yang terjadi dilingkungan
tradisional rumah, rumah sakit, atau institusi perawatan jangka panjang, serta situasi non-
tradisional seperti pusat-pusat senior, gedung-gedung, apartemen atau kelompok praktik
keperawatan (Luecknotte,2008,h.1)
Pengkajian keperawatan pada lansia merupakan proses kompleks dan menantang yang
harus mempertimbangkan kebutuhan lansia melalui pengkajian-pengkajian untuk
menjamin pendekatan lansia spesifik, antara lain:

Pengkajian Data

1. Identitas klien
a. Nama
b. Umur
c. Jenis kelamin
d. Status perkawinan
e. Alamat

11
f. Agama
g. Pekerjaan/penghasilan
h. Pendidikan terakhir
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit atau masalah kesehatan saat ini
b. Riwayat penyakit atau masalah kesehatan lalu
3. Pengkajian fisik
a. Pengkajian kebutuhan dasar
b. Kemandirian dalam melakukan aktifitas
c. Pengkajian keseimbangan
 Perubahan posisi atau keseimbangan
 Gaya berjalan atau gerakan
d. Pegkajian head to toe atau pengkajian per sistem

Bagaimana postur tulang belakang lansia :

a. Tegap
b. Membungkuk
c. Kifosis
d. Skoliosis
e. Lordosis

Tanda-tanda vital dan status gizi :

a. Suhu :
b. Tekanan darah :
c. Nadi :
d. Respirasi :
e. Tinggi badan :

Pengkajian head to toe meliputi :

a. Kepala :

12
- Inspeksi : kulit kepala, warna, bekas lesi, bekas trauma, haygean, penonjolan tulang,
rambut; warna, rambut tipis, sedikit keriting, mudah rontok, bentuk rambut, aksila,
rambut kering lembab, dll.
- Palpalsi : kulit kepala, suhu dan tekstur kulit, turgor, ukuran lesi, adanya kalus yang
menebal, lipatan-lipatan kulit, rambut; rambut kasar, keerig, mudah rontok.

b. Mata :
- Inspeksi : kesimetrisan, warana retina , kepekaan terhadap cahaya, anemis atau tidak,
seklerea ikterus, riwayat katarak, kuantitas bulu mata, kornea dengan karakteristik
transparan, menggunakan alat bantu penglihatan.
- Tes uji penglihatan dengan ukur jarak penglihatan, ukur lapang pandang, fungsi otot
ekstra okuler, struktur okuler, area moskular.
c. Hidung :
- Inspeksi : kesimetrisannya, kebersihannya, mukosa kering atau lembab, terdapat
peradangan atau tidak.
- Palpaasi : sinus frontal dan maksilaris terhadap nyeri tekan.
- Tes uji penciuman atau fungsi olfaktorius dengan melakukan tes vial abu dengan
memberikan kontras bau, seperti kopi, cengkeh, bawang putih, merica, dll.
d. Mulut dan tenggorokan :
- Inspeksi : kesimetrisan bibir, warna, kelembaban serta karakteristik permukaan, pada
mukosa mulut dan lidah. Jumlah gigi dan penggunaan gigi palsu, tampak peradangan
atau tampak stomatitis.
- Palpasi lidah dan dasar mulut terhadap nyeri tekan.
- Tes uji saraf fasial dengan memberi perasa manis, asin, pahit, asam.
e. Telinga :
- Inspeksi : permukaan bagian luar daerah tragus dalam keadaan normal atau tidak.
Kaji struktur telinga dengan otoskop untuk mengetahui adanya serumen, otorhea,
benda asing dan lesi. Kaji membran timpani.
- Tes uji pendengaran atau uji auditori dengan melakukan skrining pendengaran.
Tes suara, tes detik jam, tes beber, tes rine, dengan media garpu tala.
f. Leher :

13
- Inspeksi : pembesaran kelenjar tiroid, gerakan-gerakan halus pada respon percakapan,
tampak mengunakan alat bantu nafas.
- Palpasi : iramanya arteri temporalis normal atau teratur, amplitudo agak berkurang,
lentur dan tidak nyeri tekan.
- Tes uji kaku kuduk
g. Dada :
- Inspeksi pada paru, bentuk dada normal chest atau barrel chest, tampak adanya
retraksi, inspeksi irama dan frekunsi pernafasan pada usia lanjut normal 12-20/menit.
Penurunan nafas muda dan teratur serta tanpa distres .Inpeksi ekstrimitas terhadap
tanda ketidak cukupan vena antara lain : trombosis , edema dan varises vena.
- Palpasi pada paru: adanya tonjolan-tonjolan, taktil frenitus ( keseimbangan paru ),
Tak ada nyeri tekan, lakukan tes ekspansi torakal. Pada jantung palpaasi dari kedua
lengan pada area nadi temporalis, carotis, brakialis, antebrakialis untuk mengetahui
irama, frekuensi, contur, amplitudo dan simetris.
- Perkusi pada paru pengembangan diafragmatik utuk mengetahui pengembangan
bilateral, rentangnya dai 3-5cm, sedikit lebih tinggi pada sisi sebelah kiri pada
jantung.
- Auskultasi : pada paru Whispered Pectoriloqui, penghantaran kata yang di bisikkan
melalui dinding dada . bunyi nafas tambahan yang sering ditemukan pada lanjut usia
antara lain mengi oleh jalan nafas yang sempit.
h. Abdomen ;
- Inspeksi : bentuk seperti distensi, flat, simetris, serta kaji gerakan kaji pernafasan.
- Palpasi adanya benjolan, permukaan abdomen, pembesaran hepaar atau limfa dan kaji
adanya nyeri tekan .
- Perkusi ; adanya udara dalam abdomen atau kembung
- Auskultasi ; bising usus dengan frekuensi normal 20x/menit pada kuadran periksa
karakternya, desiran pada daerah epigastrik , dan empar kuadaran.
i. Genetalia ;
- Inspeksi pada pria ; kesimetrisan ukuran skrotum, kebersihan, kaji adanya hemoroid
pada anus. Pada wanita inspeksi kebersihan, karakter monspubis dan labia mayora

14
serta kesimetrisan labia mayora. Klitoris ukuran bervariasi, tetapi biasanya lebih kecil
dari orang dewasa
- Palpasi pada pria : batang lunak, adanya nyeri tekan, tanpa nodul atau dengan nodul,
palpasi skrotum dan testis mengenai ukuran, letak dan warna. Pada wanita bagian
dalam labia mayora dan labia minora, kaji warna, kontur kering dan kelembabannya.
j. Ekstremitas :
- Inspeksi warna kuku, jari-jari tangan, beberapa distori dari datar normal atau
permukaan agak melengkung pada inspeksi bentk kuku, permukaan tebal dan rapuh.
Lakukan tes nyeri, sensori, vibrasi dan posisi. Kaji kekuatan otot ekstrimitas dengan
melakaukan pengujian kekuatan otot.
- Palpasi pada ekstimitas ; permukaan kuku licin, permukaan menonjol dan kasar. Pada
muskuluskeletal turgor kulit hangat, dingin. Pada saraf kaji sensasi kortikal dan
pebedaan, kaji reflek-reflek superficial pada daerah brakhioradialis, trispes, patella,
plantar, dan kaji reflek-reflek patologis.
k. Integumen
- Inspeksi ; kebersihan, warna dan area terpajan serta kelembapan dan gangguan kulit
yang tidak jelas khusus pada wanita, kesimetrisan, kontur, warna kulit, tekstur dan
lain-lain.
- Palpasi; kasar atau halus permukaan kulit. Khusus pada wanita masa remaja pada
payudara , lakukan perabaan pada punting susu lalu putar searah jarum jam untuk
mengetahui adanya masa dan menditeksi kanker payudara lebih awal.
4. Pengkajian Psikososial
1) Pengkajian Status Mental Lansia
a. Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short Portable Mental
Status Questioner (SPMSQ)
b. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan Mini Mental
Status Exam (MMSE).
c. Identifikasi masalah emosional (Geriatrik Depression Scale/GDS)

15
2) Pengkajian Status Sosial
Kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang, sikap klien pada orang lain,
harapan-harapan klien dalam melakukan sosialisasi, kepuasan klie dalam sosialisasi,
hubungan dengan anggota keluarga, perilaku kekerasan, penelantaran.
3) Pengkajian Perilaku Terhadap Kesehatan
a. Kebiasaan merokok atau menggunakan tembakau
b. Kebiasaan minum kopi
c. Penggunaan alkohol atau napza
d. Penggunaan obat-obatan tanpa resep
4) Pengkajian Lingkungan
a. Pemukiman atau rumah
b. Sanitasi
c. Faktor-faktor resiko:
 Polusi udara, air, suara
 Kecelakaan atau jatuh.
5) Pemanfaatan Layanan Kesehatan
a. Kunjungan ke Posyandu Lansia
b. Kunjungan ke Puskesmas atau Rumah Sakit atau Dokter
c. Pembiayaan kesehatan atau asuransi kesehatan
6) Tingkat pengetahuan /Sikap
a. Pengetahuan tentang kesehatan atau perawatan
b. Sikap tentang kesehatan atau perawatan.

2.1.9.2 Diagnosa Keperawatan

1. Fisik/Biologis
a. Gangguan nutrisi: kurang/lebih dari kebutuhan tubuh sampai dengan pemasukan
yang tidak adekuat
b. Gangguan persepsi sensorik: pendengaran, penglihatan sampai dengan hambatan
penerimaan dan pengiriman rangsangan
c. Kurangnya perawatan diri sampai dengan penurunan minat perawatan diri
d. Potensial cedera fisik sampai dengan penurunan fungsi tubuh

16
e. Gangguan pola tidur sampai dengan kecemasan atau nyeri
f. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan penyempitan jalan nafas atau
adanya sekret pada jalan nafas.
g. Gangguan mobilitas fisik sampai dengan kekuatan sendi
2. Psikososial
a. Isolasi sosial sampai dengan perasaan curiga
b. Menarik diri dari lingkungan sampai dengan perasaan tidak mampu
c. Depresi sampai dengan isolasi sosial
d. Harga diri rendah sampai perasaan ditolak
e. Koping tidak adekuat sampai dengan ketidak mampuan mengemukakan perasaan
secara tepat
f. Cemas sampai dengan sumber keuangan yang terbatas
g. Spiritual
h. Reaksi berkabung atau berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan
i. Penolakan terhadap proses penuaan sampai dengan ketidak siapan menhadapi
kematian
j. Marah terhadap Tuhan sampai dengan kegagalan yang dialami
k. Perasaan tidak senang sampai dengan ketidak mampuan melakukan ibadah secara
tepat.
2.1.9.3 Rencana Keperawatan
1. Meliputi:
a. Melibatkan klien dengan keluarganya dalam perencaan
b. Bekerjasama dengan profesi kesehatan lainnya
c. Menetukan prioritas
d. Klien mungkin puas dengan situasi demikian
e. Bangkitkan perubahan tetapi jangan memaksakan
f. Keamanan atau rasa aman, rasa aman adalah utama yang merupakan kebutuhan
g. Mencegah timbulnya masalah
h. Menyediakan klien cukup waktu unutuk mendapatkan input atau pemasukan
i. Menulis semua rencana dan jadwal

17
2. Tujuan keperawatan lanjut usia diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar antara
lain:
a. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
b. Peningkatan keamanan dan keselamatan
c. Memelihara kebersihan diri
d. Memelihara keseimbangan istirahat/tidur
e. Meningkatnya hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif

2.2 Konsep Teori Hipertensi


2.2.1 Batasan Hipertensi
Hipertensi didefinisikan adanya kenaikan tekanan darah yang persisten . Pada
orang dewasa rata-rata tekanan sistolik sama atau di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik
sama atau di atas 90 mmHg , menurut American Heart Association, rata-rata dari dua kali
pemeriksaan yang berbeda dalam dua minggu. Menurut Pusdiknakes Depkes disebutkan
hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik diatas standar dihubungkan dengan
usia. Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi.
2.2.2 Klasifikasi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi dua golongan besar,
yaitu :
1.         Hipertensi esensial (hipertensi primer / idiopathic) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya, sebanyak 90 % kasus.
2.         Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain , sebanyak
10 % .

2.2.3 Faktor Predisposisi


Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi . Faktor-faktor tersebut antara lain :
1.       Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa sesorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.

18
2.       Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah : umur, jenis kelamin
dan ras. Umur yang bertambah akan menyebabkan kenaikan tekanan darah. Tekanan
darah pria umumnya lebih tinggi dibandingkan tekanan darah wanita.Juga statistik di
Amerika menunjukan prevalensi hipertensi pada orang kulit hitam hampir dua kali lipat
dibandingkan dengan orang kulit putih.
3.       Kebiasaan Hidup.
Kebiasaan hidup yang yang sering menyebabkan hipertensi adalah :
1)       Konsumsi garam yang tinggi, dari statistik diketahui bahwa suku bangsa atau
penduduk dengan konsumsi garam rendah jarang menderita hipertensi. Dari dunia
kedokteran juga telah dibuktikan bahwa ,pembatasan garam dan pengeluaran garam /
natrium oleh obat diuretik akan menurunkan tekanan darah lebih lanjut.
2)       Kegemukan atau makan berlebihan ; dari penelitian kesehatan terbukti ada
hubungan antara kegemukan dan hipertensi . Meskipun mekanisme bagaimana
kegemukan menimbulkan hipertensi belum jelas, tetapi sudah terbukti penurunan berat
badan dapat menurunkan tekanan darah.
3)       Stres dan ketegangan jiwa ; sudah lama diketahui bahwa ketegangan jiwa seperti
rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah dapat mmerangsang
kelenjar anak ginjal melepaskaqn hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih
cepat serta lebih kuat , sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres berlangsung
cukup lama , tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga tinbul kelainan
organis atau perubahan patologis (Dr. Hans Selye: General Adaptation Syndrome, 1957).
Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag.
4)       Pengaruh lain yang dapat menyebabkan naiknya tekanan darah adalah sebagai
berikut : merokok: karena merangsang sistem adrenergik dan meningkatkan tekanan
darah ; minum alkohol, minum obat-obat,misal; ephedrin, Prednison, epinefrin.

2.2.4 Patofisiologi
Kerja jantung terutama ditentukan oleh besarnya curah jantung dan tahanan perifer. Curah
jantung pada penderita hipertensi umumnya normal. Kelainannya terutama pada
peninggian tahanan perifer. Kenaikan tahanan perifer ini disebabkan karena vasokonstriksi

19
arteriol akibat naiknya tonus otot polos pembuluh darah tersebut. Bila hipertensi sudah
berjalan cukup lama maka akan dijumpai perubahan-perubahan struktural pada pembuluh
darah arteriol berupa penebalan tunika interna dan hipertropi tunika media. Dengan adanya
hipertropi dan hiperplasi, maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi
sehingga terjadi anoksia relatif. Keadaan ini dapat diperkuat dengan adanya sklerosis
koroner.
2.2.5 Pathway

20
2.2.6 Usaha Pencegahan Hipertensi
Pencegahan lebih baik dari pada pengobatan, demikian juga terhadap hipertensi.pada
umumnya, orang akan berusaha mengenali hipertensi jika dirinya atau keluarganya sakit
keras atau meninggal dunia akibat hipertensi.
Sebenarnya sangat sederhana dan tidak memerlukan biaya, hanya diperlukan disiplin
dan ketekunan menjalankan aturan hidup sehat, sabar, dan ikhlas (jawa; nrimo) dalam
mengendalikan perasaan dan keinginan atau ambisi. Di samping berusaha untuk
memperoleh kemajuan, selalu sadar atau mawas di ri untuk ikhlas menerima kegagalan
atau kesulitan.
Usaha pencegahan juga bermanfaat bagi penderita hipertensi agar penyakitnya tidak
menjadi lebih parah , tentunya harus disertai pemakaian obat-obatan yang harus ditentukan
oleh dokter. Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan
pencegahan yang baik (Stop high blood pressure), antara lain dengan cara sebagai berikut
:
1.       Mengurangi konsumsi garam
2.       Menghindari kegemukan
3.       Membatasi konsumsi lemak
4.       Olahraga teratur
5.       Makan banyak sayur segar
6.       Tidak merokok dan tidak minum alkohol
7.       Latihan relaksasi atau meditasi
8.       Berusaha membina hidup yang positif.

2.2.7 Penanggulangan Hipertensi


Penanggulangan hipertensi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua
penatalaksanaan yaitu : Penatalaksanaan Nonfarmakologis dan farmakologis
2.2.7.1 Penatalaksanaan Nonfarmakologis :
Hipertensi atau tekanan darah tinggi sebetulnya bukan suatu penyakit, tetapi hanya
merupakan suatu kelainan dengan gejala gangguan pada mekanisme regulasi tekanan darah
yang timbul.

21
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja, tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita bertambah
kuat (Barry,1987).
Penatalaksanaan nonfarmakologi adalah dengan jalan memodifikasi gaya.
2.2.7.2 Penatalaksanaan Farmakologis
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan obat standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( Joint
National Commite On Detection, Evaluation and Treatment of high Blood Pressure, USA,
1988) menyimpulkan bahwa obat diuretik, Penyekat Betha , Antagonis kalsium, atau
penghambatan ACE, dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan
memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita. Bila tekanan
darah tidak dapat diturunkan dalam satu bulan, dosis obat dapat disesuaikan sampai dosis
maksimal atau menambahkan obat golongan lain atau mengganti obat pertama dengan
obat golongan lain. Sasaran penurunan tekanan darah adalah kurang dari 140/90 mm Hg
dengan efek samping minimal. Penurunan tekanan dosis obat dapat dilakukan pada
golongan hipertenssi ringan yang sudah terkontrol dengan baik selama 1 tahun.

2.2.8 Komplikasi
Hipertensi merupakan penyebab utama penyakit jantung koroner, cedera
cerebrovaskuler, dan gagal ginjal. Hipertensi menetap yang disertai dengan peningkatan
tahanan perifer menyebabkan gangguan paada endothelium pembuluh darah mendorong
plasma dan lipoprotein ke dalam intima dan lapisan sub intima dari pembuluh darah dan
menyebabkan pembentukan plaque /aterosklerosis. Peningkatan tekanan juga
menyebabkan hiperplasi otot polos , yang membentuk jaringan parut intima dan
mengakibatkan penebalan pembuluh darah dengan penyempitan lumen. (Underjillet
all.,1989) dikutip dari Carpenito (1999).
Komplikasi yang dapat timbul bila hipertensi tidak terkontrol adalah
1.   Krisis Hipertensi
2.   Penyakut jantung dan pembuluh darah : penyakit jantung koroner dan penyakit jantung
hipertensi adalah dua bentuk utama penyakit jantung yang timbul pada penderita
hipertensi.

22
3.   Penyakit jantung cerebrovaskuler : hipertensi adalah faktor resiko paling penting untuk
timbulnya stroke. Kekerapan dari stroke bertambah dengan setiap kenaikan tekanan
darah.
4.   Ensefalopati hipertensi yaitu sindroma yang ditandai dengan perubahan neurologis
mendadak atau sub akut yang timbul sebagai akibat tekanan arteri yang meningkat dan
kembali normal apabila tekanan darah diturunkan.
5.   Nefrosklerosis karena hipertensi.
6.   Retinopati hipertenssi.

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan


2.3.1     Pengkajian klien dengan hipertensi
1. Aktifitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung
2. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner.
Tanda: Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disarythmia.
3. Integritas Ego
Gejala: Ancietas, depresi, marah kronik, faktor-faktor stress.
Tanda: Letupan suasana hati, gelisah, otot mulai tegang.
4. Eliminasi
Riwayat penyakit ginjal, obstruksi.
5. Makanan/ cairan
Gejala: Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol), mual,
muntah, perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat penggunaan diuretik.
Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adanya oedem.
6. Neurosensori
Gejala: Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital, gangguan penglihatan.
Tanda: Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori, perubahan retina optik.
Respon motorik: penurunan kekuatan genggaman tangan.
7. Nyeri/ ketidaknyamanan

23
Gejala: Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ masssa.
8. Pernafasan
Gejala: Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk dengan/ tanpa
sputum, riwayat merokok.
Tanda: Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan alat bantu
pernafasan.
9. Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi, cara brejalan.

Pemeriksaan Diagnostik
-  Hb: untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap volume cairan (viskositas).
- BUN: memberi informasi tentang fungsi ginjal.
-  Glukosa: mengkaji hiperglikemi yang dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar
katekolamin (meningkatkan hipertensi).
-  Kalsium serum
- Kalium serum
-  Kolesterol dan trygliserid
-  Px tyroid
-  Urin analisa
-  Foto dada
-  CT Scan
-  EKG

Prioritas keperawatan:
-  Mempertahankan/ meningkatkan fungsi kardiovaskuler.
-  Mencegah komplikasi.
-  Kontrol aktif terhadap kondisi.
-  Beri informasi tentang proses/ prognose dan program pengobatan.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1 :

24
Intoleran aktivitas sehubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan O2.
Tujuan/ kriteria hasil :
-   Berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan/ diperlukan.
-   Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktifitas yang dapat diukur.
-   Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi.
Intervensi:
-   Kaji respon terhadap aktifitas.
R/ Untuk mengidentifikasikan aktivitas yang cocok dan seberapa jauh klien dapat
melakukannya.
-   Perhatikan tekanan darah, nadi, nyeri dada, dyspnea, pusing selama/ sesudah aktivitas.
R/ Untuk mengidentifikasikan perubahan yang terjadi
-   Instruksikan tentang tehnik menghemat tenaga, misal: menggunakan kursi saat mandi,
sisir rambut.
R/ Mencegah terjadinya kelelahan
-   Melakukan aktifitas dengan perlahan-lahan.
R/ Membantu penyesuaian tubuh terhadap perubahan aktivitas
Diagnosa Keperawatan 2:
Nyeri (akut), sakit kepala sehubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Hasil yang diharapkan: melapor nyeri/ ketidaknyamanan berkurang.
Intervensi:
-   Pertahankan tirah baring selama fase akut.
R/ Meminimalkan stimulasi/ meningkatkan relaksasi
-  Beri tindakan non farmakologik untuk menghilangkan nyeri seperti pijat punggung,
leher, tenang, tehnik relaksasi,kompres dingin pada dahi.
R/ Menurunkan tekanan vaskular serebral dan memperlambat respon simpatis
efektif dalam menghilangkan sakit kepala.
- Meminimalkan aktifitas vasokonstriksi yang dapat meningkatkan nyeri kepala
R/ Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala
- Kolaborasi dalam pemberian analgetika, penurun tekanan darah.
R/ Menurunkan atau mengontrol nyeri dan tekanan darah

25
Diagnosa Keperawatan 3:
Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan fungsi motorik sekunder
terhadap kerusakan neuron motorik atas.
Kriteria:
Klien akan menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
Intervensi:
1)    Ajarkan klien untuk melakukan latihan rentang gerak aktif pada ekstremitas yang
tidak sakit pada sedikitnya empat kali sehari.
R/ Rentang gerak aktif meningkatkan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki
fungsi jantung dan pernafasan.
2)    Lakukan latihan rentang gerak pasif pada ekstremitas yang sakit tiga sampai empat
kali sehari. Lakukan latihan dengan perlahan untuk memberikan waktu agar otot rileks
dan sangga ekstremitas di atas dan di bawah sendi untuk mencegah regangan pada
sendi dan jaringan.
R/ Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak digunakan.
Kontraktur pada otot fleksor dan adduktor dapat terjadi karena otot ini lebih kuat dari
ekstensor dan abduktor.
3)    Bila klien di tempat tidur lakukan tindakan untuk meluruskan postur tubuh.
R/ Mobilitas dan kerusakan fungsi neurosensori yang berkepanjangan dapat
menyebabkan kontraktur permanen.
4)    Siapkan mobilisasi progresif.
R/ Tirah baring lama atau penurunan volume darah dapat menyebabkan penurunan
tekanan darah tiba-tiba (hipotensi orthostatik) karena darah kembali ke sirkulasi perifer.
Peningkatan aktivitas secara bertahap akan menurunkan keletihan dan peningkatan
tahanan.
5)    Secara perlahan bantu klien maju dari ROM aktif ke aktivitas fungsional sesuai
indikasi.
R/ Memberikan dorongan pada klien untuk melakukan secara teratur.
Diagnosa Keperawatan 4 :
Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang, motorik
atau persepsi.

26
Kriteria hasil:
-   Mengidentifikasi faktor yang meningkatkan resiko terhadap cedera.
-   Memperagakan tindakan keamanan untuk mencegah cedera.
-   Meminta bantuan bila diperlukan.
Intervensi:
1)    Lakukan tindakan untuk mengurangi bahaya lingkungan.
R/ Membantu menurunkan cedera.
2)    Bila penurunan sensitifitas taktil menjadi masalah ajarkan klien untuk melakukan:
-   Kaji suhu air mandi dan bantalan pemanas sebelum digunakan.
-   Kaji ekstremitas setiap hari terhadap cedera yang tak terdeteksi.
-   Pertahankan kaki tetap hangat dan kering serta kulit dilemaskan dengan lotion
emoltion.
R/ Kerusakan sensori pasca CVA dapat mempengaruhi persepsi klien terhadap suhu.
3)    Lakukan tindakan untuk mengurangi resiko yang berkenaan dengan pengunaan alat
bantu.
R/ Penggunaan lat bantu yang tidak tepat atau tidak pas dapat meyebabkan regangan atau
jatuh.
4)    Anjurkan klien dan keluarga untuk memaksimalkan keamanan di rumah.
R/ Klein dengan masalah mobilitas, memerlukan [emasangan alat bantu ini dan

2.3.3 Pelaksanaan
2.3.3.1 Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi pada
anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan
dianjurkan untuk:
1. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi
hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
2. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
3. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
4. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
2.3.3.2 Pencegahan sekunder

27
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi
berupa:
-   Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan
tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
-   Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan stabil
mungkin.
-   Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.
-   Batasi aktivitas.

28
2.4 Tinjauan Kasus
2.4.1 Pengkajian
Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 5 maret 2002 pada pukul 11.00 WIB di wisma
Bima PSTW “BAHAGIA” Magetan
2.4.1.1 Pengkajian Data
1. Identitas Klien
a. Nama : Tn. S
b. Alamat : Karang Patian – Pulung – Ponorogo
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Umur : 65 tahun (elderly)
e. Status : Duda
f. Agama : Islam
g. Suku : Jawa
h. Tingkat Pendidikan : Tamat SMU
i. Lama Tinggal di Panti : < 1 tahun
j. Sumber Pendapatan : Ada, gaji pensiunan satu bulan sekali
k. Keluarga yang dapat dihubungi : Ada, Ny. Asti (Anak Kandung)
l. Riwayat Pekerjaan : Pensiunan TNI
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan yang dirasakan saat ini : Pusing,jantung berdebar,dan lemah
letih
b. Keluhan yang dirasakan tiga bulan terakhir : Pusing dan lemah letih
c. Penyakit saat ini : Hipertensi
d. Penyakit 3 bulan terakhir : Hipertensi
3. Status Fisiologis
a. Postur Tulang Belakang : Tegap
b. Tanda-tanda Vital dan Status Gizi
 Suhu : 37,20C
 Tekanan Darah : 170/90 mmHg
 Nadi : 84 x/menit
 Respirasi : 18x/menit

29
 Berat Badan : 60 kg
 Tinggi Badan : 168 cm
4. Pengkajian Head to Toe
a. Kepala
 Inspeksi : kulit kepala bersih, tidak ada bekas lesi, rambut beruban.
 Palpasi : Rambut kering dan mudah rontok.
b. Mata
 Inspeksi : mata kanan dan kiri simetris,warna sklera
putih,konjungtiva merah muda,menggunakan kacamata plus.
 Tes Uji Penglihatan : tidak terkaji
c. Hidung
 Inspeksi : bentuk simetris,bersih,tidak ada peradangan.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada sinus frontal dan
maksilaris
 Tes Uji Penciuman : klien mampu membau dan membedakan bau kopi
dan minyak kayu putih. (tidak ada gangguan penciuman)
d. Mulut dan Tenggorokan
 Inspeksi : bibir simetris,warna bibir kehitaman,tidak ada lesi,mukosa
bibir kering,tidak ada stomatitis,gigi geraham tanggal dua,tidak memakai
gigi palsu.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada lida dan dasar mulu
 Tes Uji Fungsi Saraf Fasial dan glosofaringeal : klien dapat merasakan
manis,asam,asin.
e. Telinga
 Inspeksi : telinga bersih,tidak ada radang,bentuk
simetris.
 Tes Uji Pendengaran : tidak ada gangguan pendengaran
f. Leher
Kaku kuduk ,tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
g. Dada

30
 Inspeksi : bentuk normal chest,bentuk simetris,irama dan
frekuensi pernafasan 18x/menit,tidak edema.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan,
 Perkusi : tidak terkaji
 Auskultasi : wheezing -/-,ronchi -/-,S1 S2 tunggal
h. Abdomen
 Inspeksi : bentuk flet
 Palpasi : tidak benjolan dan nyeri tekan
 Perkusi : tidak kembung
 Auskultasi : bising usus dengan frekuensi 20x/menit
i. Genetalia
 Inspeksi : tidak terkaji
 Palpasi : tidak terkaji
 Klien mengatakan biasa buang air kecil di kamar mandi, frekuensi 3-4
x/hari, Ngompol (-), tidak ada hernia.
j. Ekstremitas
 Inspaksi : Tremor,tidak edema,tidak ada kelainan
tulang,postur tubuh tegap
 Palpasi : Tidak terkaji
k. Integumen : bersih, kulit kering, tekstur kulit kendur,
keriput(+), peningkatan pigmen (-), dekubitus (-), bekas luka (-),turgor kulit baik.
5. Pengkajian Keseimbangan untuk Lansia
a. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
 Bangun dari kursi : Klien tidak bangun dari duduk dengan satu kali
gerakan,tetapi mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak ke
bagian depan kursi terlebih dahulu, stabil pada saat berdiri pertama kali.
 Duduk ke kursi : Menjatuhkan diri di kursi
 Gerakan menggapai sesuatu : Klien mampu menggapai sesuatu dengan
bahu fleksi.

31
 Membungkuk : Klien mampu untuk membungkuk,untuk
mengambil obyek-obyek kecil dari lantai,memegang suatu obyek untuk bisa
berdiri lagi.
b. Komponen gaya berjalan atau gerakan
 Klien ragu-ragu ketika diminta untuk berjalan pada tempat yang ditentukan.
 Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki pada saat melangkah) :
Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret kaki)
 Kesimetrisan langkah : Panjang langkah sama
 Penyimpangan jalur pada saat berjalan : Berjalan dalam garis lurus.
6. Pengkajian Psikososial
a. Pengkajian Status Mental Lansia
 Tingkat Kerusakan Intelektual
Short Portabel Mental Status Quesioner (SPMSQ)
Benar Salah Nomor Pertanyaan Jawaban
√ 1 Tanggal berapa hari ini ? 5 Maret 2002
√ 2 Hari apa sekarang ? Selasa
Apa nama tempat ini? Wisma Bima
√ 3 PSTW “Bahagia”
Magetan
Dimana alamat anda? Karang Patian –
√ 4 Pulung –
Ponorogo
√ 5 Berapa umur anda? 65 tahun
√ 6 Kapan anda lahir? 10 - 01-1937
Siapa Presiden Megawati
√ 7
Indonesia? Sukarnoputri
Siapa presiden Indonesia Abdurrahman

√ 8 sebelumnya? Wahid

√ 9 Siapa nama ibu anda? Lasmini


√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan 3
tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru,secara

32
menurun
JUMLAH KESALAHAN
1
TOTAL

Interpretasi :
1.      Kesalahan 0 – 2 Fungsi intelektual utuh
2.      Kesalahan 3 – 4 Kerusakan intelektual Ringan
3.      Kesalahan 5 – 7 Kerusakan intelektual Sedang
4.      Kesalahan 8 – 10 Kerusakan intelektual Berat

 Jadi klien memiliki fungsi intelektual utuh

 Aspek Kognitif
Mini Mental State Examination (MMSE) ; Folstein Mf, 1975
Skor Skor Manula Orientasi
Maksimum
Sekarang (hari), (tanggal), (bulan), (tahun) berapa
5 5
dan (musim) apa?
Sekrang kita berada dimana (jalan),(nomor rumah),
5 5
(kota), (kabupaten), (propinsi)
Registrasi
Pewawancar menyebutkan nama 3 benda
3 3 (bola,kursi,sepatu) 1 detik untuk tiap benda suruh
klien mengulang.
Atensi dan Kalkulasi
Hitunglah berturut-turut selang 7 mulai dari 100
kebawah ,berhenti setelah 5 hitungan.
5 5
Kemungkinan lain : ejalah kata “dunia dari akhr ke
awal”
Mengingat Kembali (recall)
Tanyalah kembali nama ketiga benda yang telah
3 2
disebutkan diatas
Bahasa
9 5 a. Apakah nama-nama benda ini (perlihatkan
pensil dan arloji)

33
b. Ulanglah kalimat berikut : “jika tidak dan
atua tapi”
c. Laksanakan 3 buah perintah ini :
“peganglah selembar kertas dengantangan
kanan mu, lipatla kertas itu pada
pertengahan dan letakkanlah dilantai”
d. Bacalah dan laksanakan perintah berikut :
“pejamkan mata anda”
e. Tulislah sebuah kalimat
f. Tirulah gambar ini

Skor total 25
Skor = Nilai 24-30 : Normal
Nilai 17-23 : Probable gangguan kognitif
Nilai 0-16 : Definitif gangguan kognitif
 Jadi klien memiliki kognitif normal
 Masalah Emosional
Skala Depresi Geriatric (GDS)

No Pernyataan
1 Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda? Ya tidak
2 Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat
Ya tidak
atau kesenangan anda?
3 Apakah anda merasa kehidupan anda hampa kosong? Ya Tidak
4 Apakah anda sering merasa bosan? Ya Tidak
5 Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? Ya Tidak
6 Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada
Ya tidak
anda?
7 Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda? Ya Tidak
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya? Ya Tidak

34
9 Apakah anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar dan
Ya Tidak
mengerjakan sesuatu yang baru?
10 Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya
Ya Tidak
ingat dibanding kebanyakan orang?
11 Apakah anda fikir hidup anda sekarang ini menyenangkan? Ya Tidak
12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat
Ya Tidak
ini?
13 Apakah anda merasa penuh semangat? Ya Tidak
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Ya Tidak
15 Apakah anda fikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya dari
Ya Tidak
Pada anda?
16 Apakah anda akhir-akhir ini sering pelupa? Ya Tidak
17 Apakah anda fikir bahwa hidup anda sekarang ini
Ya Tidak
menyenangkan?
18 Apakah anda sering merasa khawatir tentang masa lalu anda? Ya Tidak
19 Apakah anda merasa hidup ini menggembirakan? Ya Tidak
20 Apakah sulit bagi anda untuk memulai kegiatan yang baru? Ya Tidak
21 Apakah anda merasa situasi sekarang ini tidak ada harapan? Ya Tidak
22 Apakah anda berfikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya
Ya Tidak
dari pada anda?
23 Apakah anda sering marah karena hal-hal yang sepele? Ya Tidak
24 Apakah anda sering merasa ingin menangis ? Ya Tidak
25 Apakah anda susah berkonsentrasi? Ya Tidak
26 Apakah anda merasa senang waktu bangun tidur dipagi hari? Ya Tidak
27 Apakah anda tidak suka berkumpul di pertemuan sosial? Ya Tidak
28 Apakah mudah bagi anda membuat suatu keputusan? Ya Tidak
29 Apakah Pikiran anda masih tetap mudah memikirkan sesuatu
Ya Tidak
seperti dulu
30 Apakah anda merasa bahagia sebagian besar waktu? Ya Tidak

Skor : Hitung jumlah jawaban yang bercetak tebal (setiap jawaban bercetak tebal
mempunyai nilai 1)
0-10 = not depressed
11-20 = mil depression
21-30 = severe depression
 Jadi Tingkat Depresi klien adalah Not Depressed (Tidak Depresi)
b. Pengkajian Status Sosial

35
 Klen mampu berinteraksi dengan orang lain dalam wisma, klien juga mampu
berinteraksi degan orang lain diluar wisma didalam panti,klien sering
berinteraksi kewisma lainnya dalam panti,klien dikunjungi keluarganya 1x
dalam sebulan
7. Pengkajian Perilaku terhadap Kesehatan
Kebiasaan Merokok
 Klien mengatakan bahwa ia merokok 2 batang sehari,tidak memiliki
kebiasaan minum kopi,tidak menggunakan alkohol,tidak menggunakan obat-
obatan tanpa resep
1. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
 Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi : Klien mengatakan klien makan 3x
sehari dengan porsi 1 porsi dihabiskan dengan menu nasi,lauk,dan sayur.
Makan buah 1x sehari pada siang hari.
 Pola Pemenuhan Cairan : Klien mengatakan klien minum
lebih dari 3 gelas air putih sehari dan minum 1 gelas teh di pagi hari.
 Pola Kebiasaan Tidur : Klien mengatakan tidur 4-
6jam/hari,klien mengaku sulit mengawali tidurnya, ketika waktu luang klien
santai diwismanya
 Pola Eliminasi BAB : Klien mengatakan BAB 1x sehari
dengan konsistensi lembek.
 Pola BAK : Klien mengatakan BAK 4-6x
sehari,warna urine kuning jernih.
 Pola Aktivitas : Klien mengatakan klien berkebun
dipanti
 Pola Pemenuhan Kebersihan Diri : klien mengatakan mandi 2x sehari
dengan sabun,sikat gigi 2x sehari denagn pasta gigi dan ganti pakaian 1x
sehari
2. Tingkat Kemandirian dalam Kehidupan Sehari-hari
Pengkajian Fungsional berdasarkan Barthel Indeks; Mahoney & Barthel, 1965
NILAI
NO AKTIVITAS
BANTUAN MANDIRI

36
1. Makan 5 10
2. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan 5-10 15
sebaliknya, termasuk duduk ditempat tidur

3. Kebersihan diri, mencuci muka, menyisir, mencukur 0 5


dan menggosok gigi
4. Aktivitas toilet 5 10

5. Mandi 0 5

6. Berjalan di jalan yang datar (jika tidak mampu 10 15


berjalan lakukan dengan kursi roda)
7. Naik turun tangga 5 10

8. Berpakaian termasuk mengenakan sepatu 5 10


9. Mengontrol defekasi 5 10
10. Mengontrol berkemih 5 10
JUMLAH 100
Penilaian :
0-2 : Ketergantungan
21-61 : Ketergangtungan berat/sangat tergantung
62-90 : Ketergantungandan berat
91-99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri
 Berdasarkan pengamatan, klien mampu mengerjakan sepuluh
aktifitas di atas dengan mandiri,jadi tingkat kemandirian klien
Mandiri
Pengkajian Fungsional Indeks KATZ dari AKS
A. Kemandirian dalam hal makan,kontinen, berpindah, kekamar kecil, berpakaian dan
mandi
B. Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
C. Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan fungsi tambahan

37
D. Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi berpakaian dan fungsi tambahan
E. Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakain, ke kamar kecil, berpindah
dan satu fungsi tambahan
F. Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, kekamar kecil, berpindah
dan satu funsi tambahan
G. ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.
Lain-lain tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan
sebagai C, D, E atau F.
 Berdasarkan indeks KATZ, pemenuhan kebutuhan ADL klien diskor
dengan A karena berdasarkan pengamatan mahasiswa, klien mampu
memenuhi kebutuhan makan, kontinen BAB/BAK,mandi,berpindah,
ke kamar kecil dan berpakaian secara mandiri.
8. Pengkajian Lingkungan
a. Pemukiman :
 Luas bangunan : 3x5 meter
 Bentuk banguanan : Rumah
 Jenis banguan : Permanen
 Atap rumah : Genting
 Dinding : Tembok
 Lantai : Keramik
 Kebersihan Lantai : Bersih
 Ventilasi : 15% luas lantai
 Pencahayaan : Baik terdapat 1 lampu dalam tiap
ruangan
 Pengatiaran Penataan Perabot : Rapi
 Kelengkapan Alat Rumah Tangga : Lengkap
b. Sanitasi :
 Penyediaan air bersih (MCK) : PDAM
 Penydiaan air minum : beli air mineral (AQUA)
 Pengelolaan jamban : kelompok

38
 Jenis jamban : cemplung tertutup
 Jarak dengan sumber air : lebih dari 10 meter
 Sarana pembuangan air limba : lancar
 Petugas sampah : dikelola dinas
 Polusi Udara : Tidak terdapat pabrik atau industri
di sekitar panti.
 Pengelolaan binatang pengerat : Ya dengan alat
c. Fasilitas :
 Di panti terdapat peternakan dengan jenis ayam,terdapat perikanan dengan jenis
lele,terdapat juga sarana olah raga lapangan untuk senam pagi,terdapat taman
dengan luas 3x10 meter,terdapat ruang pertemuan dengan luas 20x15
meter,terdapat sarana hiburan yaitu 1 televisi setiap wisma,terdapat sarana
ibadah yaitu mushola.
 Keaman dan transportasi
Terdapat penanggulangan kebakaran seperti tersedianya Alat Pemadam
Kebakaran.Kondisi jalan masuk panti rata,jenis kendaraan yang dimiliki panti
adalah mobil sebanyak 3 unit
 Komunikasi
Terdapat sarana komunikasi didalam panti yaitu telepon
9. Pemanfaatan Layanan Kesehatan
 Kunjungan ke posyandu lansia
Klien mengatakan tidak pernah ke posyandu lansia
 Kunjungan kepuskesmas atau kerumah sakit atua dokter atua ketenaga kesehatan
Klien mengatakan bila klien sakit,klien dirujuk ke rumah sakit dengan biaya
asuransi kesehatan klien
10. Tingkat Pengetahuan Sikap Kesehatan atau Keperawatan
Klien mengatakan mengetahui sakitnya yaitu hipertensi dan klien dapat menerima
penyakit dan memandang penyakitnya itu penyakit biasa. Klien memeriksakan
kesehatannya bila kesehatannya menurun

39
40
2.4.1.2 Analisa Data
No. Data Kemungkinan Masalah
Penyebab
1. DS: Arteri besar Nyeri kepala
 Klien mengatakan sakit kehilangan
kepala kelenturannya dan
 Sakit kepalanya menjadi kaku
berdenyut-denyut
Pembuluh darah
 Kadang klien merasakan
tidak dapat
ada yang kaku di
mengembang
kuduknya.

DO: Pembuluh darah


menjadi sempit
 Klien tampak sering
memegangi kepalanya Peningkatan
 TD  :170/90 mmHg tekanan darah

 Nadi : 84 x/menit
Peningkatan
0
 Suhu : 37,2 C tekanan vaskular

 RR : 16 x/menit serebral

Nyeri kepala

2. Tekanan Darah Intoleran aktivitas


DS: meningkat
 Klien mengeluh cepat
merasa lelah kalau Resiko tinggi
bekerja, Jantung penurunan curah
berdebar – debar, sering jantung

41
berkeringat.
DO: suplai dan
 Tekanan darah 170 / 90 kebutuhan O2 tidak
mmHg, Nadi 84 seimbang
kali/menit.
Intoleransi
Aktivitas

2.4.2 Diagnosa Keperawatan


Tanggal
No. Diagnosa Keperawatan Nama Jelas
Diketemukan Teratasi
1. Nyeri kepala berhubungan 05-03-2002
dengan peningkatan
tekanan vaskular serebral
ditandai dengan sakit
kepala berdenyut-denyut

2. Intoleransi aktivitas 05-03-2002


sehubungan dengan ketidak
seimbangan antara suplai
dan kebutuhan akan
oksigen ditandai dengan
cepat lelah ketika
beraktivitas

42
2.4.3 Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Nyeri kepala Tujuan Jangka 1.Pertahanakan tirah 1.Meminimalkan
berhubungan Panjang : Nyeri baring selama fase akut stimulasi/
dengan peningkatan kepala hilang meningkatkan
2.Kompres dingin pada
tekanan vaskular Tujuan Jangka relaksasi
dahi
serebral Pendek : 2.Menurunkan
DS: Penurunan tekanan tekanan vaskular
3.Anjurkan meminimalkan
 Klien darah serebral dan
aktivitas yang dapat
mengatakan memperlambat
meningkatkan sakit kepala
sakit kepala Setelah dilakukan respon simpatis
 Sakit intervensi selama 4.Kolaborasi : rujuk pasien efektif dalam
kepalanya 3x kriteria hasil ke puskesmas untuk menghilangkan
berdenyut- yang diharapkan: pemberian analgetik / sakit kepala
denyut  Klien penurun tekanan darah 3.Aktivitas yang
melaporkan meningkatkan
 Kadang
nyeri kepala vasokontriksi
klien
hilang menyebabkan
merasakan
 Tidak ada sakit kepala
ada yang
kaku kuduk 4. menurunkan
kaku di
atau mengontrol
kuduknya.  TD
nyeri dan tekanan
<140/100
DO: darah
mmHg

 TD  :  Nadi 80
160/110 x/menit
mmHg
 Nadi : 84
x/menit

Intoleransi Tujuan : Intoleransi

43
2. Aktivitas aktivitas menurun 1. Kaji respon terhadap 1.   Untuk
sehubungan dengan aktifitas. mengidentifikasik
ketidak seimbangan Setelah dilakukan an aktivitas yang
antara suplai dan intervensi selama 2. Perhatikan tekanan cocok dan
kebutuhan akan 3x kriteria hasil darah, nadi, nyeri dada, seberapa jauh
oksigen yang diharapkan: dyspnea, pusing selama/ klien dapat
DS: sesudah aktivitas. melakukannya.
 Klien Berpartisipasi 2.   Untuk
mengeluh dalam 3.Instruksikan tentang mengidentifikasik
cepat aktifitas teknik menghemat tenaga, an perubahan
merasa lelah yang misal: menggunakan kursi yang terjadi
kalau diinginkan/ saat mandi, sisir rambut. 3.   Mencegah
bekerja, diperlukan. terjadinya
Jantung Melaporkan 4. Anjurkan melakukan kelelahan
berdebar – peningkata aktivitas dengan perlahan- 4.   Membantu
debar, n dalam lahan. penyesuaian
sering toleransi tubuh terhadap
berkeringat. aktifitas perubahan
DO: yang dapat aktivitas
 Tekanan diukur.
darah 170 / Menunjukkan
90 mmHg, penurunan
Nadi 84 dalam
kali/menit. tanda-tanda
intoleransi
fisiologi

44
2.4.4 Implementasi
No. Nomor Waktu Implementasi TTD
Diagnosa Tanggal
1. 1 05-03-2002 1. Menganjurkan  tirah baring selama
12.30 WIB fase akut
2. Mengompres dingin pada dahi
3. Menganjurkan meminimalkan
aktivitas yang dapat meningkatkan
sakit kepala

2. 2 06-03-2002 1. Memberikan HE tentang:


07.30 Penyebab terjadinya kelelahan pada
pasien dan alasan timbulnya keluhan
yang seperti, penglihatan kabur dan
cara – cara untuk mengatasinya agar
tidak timbul cedera.

07.45 2. Menemani pasien saat klien mengikuti


senam.
08.15 3. Mengukur Nadi pasien setelah
melakukan senam .
4. Mengkaji keluhan pasien setelah
melakukan senam.

10.30 5. Melakukan pemeriksaan fisik, dan


melibatkan klien dalam kegiatan
rekreasi.

11.00 6. Memotivasi klien untuk beristirahat


bila merasa lelah.
7. Menjelaskan pada pasien tentang

45
pentingnya istirahat.

12.00 8. Menganjurkan pada pasien untuk


melaporkan pada petugas kesehatan
panti bila timbul keluhan dan meminta
petugas kesehatan Panti agar dapat
mengontrol tekanan darah klien.
9. Mengevaluasi tekanan darah, nadi dan
Pernapasan.
2.4.5 Evaluasi Keperawatan
No. Tanggal Diagnosa Keperawatan Catatan Paraf
Perkembangan
1. 06-03-2002 Nyeri kepala berhubungan S : Klien mengatakan
dengan peningkatan tekanan sakit kepala dan
vaskular serebral berdenyut-denyut

O : TD  :170/80 mmHg


Nadi : 70 x/menit

A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
 Kolaborasi rujuk
pasien ke
puskesmas untuk
pemberian
analgetik atau
penurun tekanan
darah

2. 07-03-2002 Intoleransi Aktivitas sehubungan S: Klien mengatakan

46
1. dengan ketidakseimbangan antara tidak mengeluh
1 suplai dan kebutuhan akan lelah. Merasa agak
oksigen kuat .
O: Nadi 70 x/menit,
RR 18 x/menit,
bebas melakukan
aktivitas
A: Masalah teratasi
sebagian.
P: Intervensi
dilanjutkan
 Perhatikan
tekanan darah,
nadi, nyeri dada,
dyspnea, pusing
selama/ sesudah
aktivitas
 Anjurkan
melakukan
aktivitas dengan
perlahan-lahan.

47
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan
masa tua. Lansia menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO),meliputi :
1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2) Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
Hipertensi adalah adanya kenaikan tekanan darah yang persisten, pada orang
dewasa rata-rata tekanan sistolik sama atau di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik
sama atau di atas 90 mmHg.
Asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi terdiri dari pengkajian
pada lansia,merumuskan diagnosa keperawatan pada lansia,menyusun rencana
keperawatan pada lansia,melakukan tindakan keperawatan pada lansia,dan melakukan
evaluasi terhadap keberhasilan tindakan yang diberikan pada lansia.

3.2 Saran
Penulis berharap kepada para pembaca, setelah membaca makalah ini. Para
pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengaplikasikan Asuhan
Keperawatan pada Lansia dengan Hipertensi. Dapat mengetahui bagaimana konsep
teori lansia dan konsep teori hipertensi.

48
DAFTAR PUSTAKA

Doenges,Marilynn.(2000).Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC:Jakarta.
Ma’rifatul Azizah, Lilik.(2011).Keperawatan Lanjut Usia.Graha Ilmu:Yogyakarta
http://pendidikans1-keperawatan.blogspot.com/2013/04/asuhan-keperawatan-pada-lansia-tn-
s.html

49

Anda mungkin juga menyukai