Anda di halaman 1dari 14

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pengambilan data pada penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal 19

Desember 2019 sampai dengan 28 Januari 2020. Penelitian ini dilakukan dengan

mendatangi puskesmas, posyandu dan rumah masing-masing responden di dua

wilayah puskesmas di Kota makassar yaitu, Puskesmas Tamamaung dan

Puskesmas Kaluku Bodoa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

antara kejadian hipertensi dengan fungsi kognitif lansia di wilayah kerja

Puskesmas Tamamaung dan Puskesmas Kaluku Bodoa. Berdasarkan rumus

slovin, didapatkan estimasi besar sampel sebanyak 130 lansia yang menderita

hipertensi. Akan tetapi dalam pelaksanaannya, peneliti hanya mendapatkan 125

responden dikarenakan terdapat responden yang tidak bersedia untuk dijadikan

responden sehingga peneliti memasukkannya kedalam kriteria eksklusi.

Peneliti terlebih dahulu mengambil data terkait lansia hipertensi

yang berkunjung ke puskesmas dan posyandu untuk dijadikan sebagai data awal

bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Peneliti terlebih dahulu

memperkenalkan diri kemudian menjelaskan maksud dan tujuan melakukan

penelitian. Apabila responden bersedia, maka responden akan diberikan lembar

persetujuan menjadi responden untuk ditanda tangani sebagai persetujuan

keikutsertaan. Peneliti kemudia melakukan wawancara terpimpin sesuai dengan

pertanyaan yang tertera di dalam kuisioner. Data yang terkumpul kemudian


diolah dan dianalisa menggunakan SPSS. Analisa yang digunakan yaitu

univariat dan bivariat. Analisa univariat meliputi karakteristik responden,

gambaran kejadian hipertensi serta fungsi kognitif lansia di tiap wilayah

puskesmas. Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

kejadian hipertensi dengan fungsi kognitif lansia. Hasil Penelitian dijabarkan

sebagai berikut:

1. Karakteristik Responden

Jumlah Responden

Pus
Pus
kes
kes
mas
mas
Kal
Ta
uku
ma
Bo
ma
doa
ung
;
;
46
54
%
%

Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 125 orang, dimana di

wilayah kerja Puskesmas Tamamaung terdapat 67 lansia (53,6%) dan

selebihnya berada di wilayah kerja Puskesmas Kaluku Bodoa yakni

sebanyak 58 lansia (46,4%). Untuk mengetahui distribusi frekuensi

responden berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status

pernikahan, status pekerjaan, status tinggal bersama, dan kebiasaan

berolahraga di wilayah kerja Puskesmas Tamamaung dan Puskesmas

Kaluku Bodoa dapat dilihat pada tabel 5.1:


Tabel 5. 1 Distribusi Karakteristik Responden (n=125)
Puskesmas Kaluku Total
Puskesmas Tamamaung
Karakteristik Bodoa
M±SD n(%) M±SD n(%) M±SD n (%)
Usia 66.19±5.34 66.26±4.74 66,22±5,05
55- 64 tahun 34 (50.7) 24 (41.4) 58 (46.4)
65-74 tahun 25 (37.3) 30 (51.7) 55 (44.0)
>75 tahun 8 (11.9) 4 (6.9) 12 (9.6)
Jenis Kelamin
Laki-laki 25 (37.3) 21 (36.2) 46 (36.8)
Perempuan 42 (62.7) 37 (63.8) 79 (63.2)
Tingkat Pendidikan
Tidak tamat SD 6 (9.0) 6 (10.3) 12 (9.6)
Tamat SD 21 (31.3) 36 (62.1) 57 (45.6)
SMP/sederajat 20 (29.9) 12 (20.7) 32 (25.6)
SMA/sederajat 12 (17.9) 4 (6.9) 16 (12.8)
Diploma/Sarjana 8 (11.9) 8 (6.4)
Status Pernikahan
Tidak menikah 1 (1.5) 1 (0.8)
Kawin 31 (46.3) 21 (36.2) 52 (41.6)
Janda/Duda 35 (52.2) 37 (63.8) 72 (57.6)
Status Pekerjaan
Bekerja 22 (32.8) 18 (31.0) 40 (32.0)
Tidak 45 (67.2) 48 (69.0) 85 (65.0)
bekerja/pensiunan
Tinggal bersama
Sendiri 1 (1.5) 3 (5.2) 4 (3.2)
Pasangan dan anak 31 (46.3) 21 (36.2) 52 (41.6)
Anak /Cucu 34 (50.7) 32 (55.2) 66 (52.8)
Saudara 1 (1.5) 2 (3.4) 3 (2.4)
Kebiasaan olahraga
Kurang aktif 32 (47.8) 30 (51.7) 62 (49.6)
Aktif 35 (52.2) 28 (48.3) 63(50.4)
Lama hipertensi 5.19±4.75 3,93±2,55 4,61±3,92
≤ 5 tahun 46 (68,7) 49 (84.5) 95 (76.0)
>5 tahun 21 (31,3) 9 (15.5) 30 (24.0)
Status konsumsi obat
Rutin 35 (47.8) 29 (50.0) 64 (51.2)
Tidak rutin 32 (52.2) 29 (50.0) 61 (48.8)
Total 67 (100.0) 58 (100.0) 125 (100.0)
Sumber : Data primer, 2020

Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 125 responden,

mayoritas responden yang paling banyak mengikuti penelitian ini berada


pada rentang umur 55-64 tahun yaitu sebanyak 58 orang (46.4%).

Responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 79 responden

(63.2%) sedangkan yang laki-laki sebanyak 46 responden (36.8%).

Responden paling banyak yang berpendidikan tamat SD dengan jumlah 57

responden (45.6%). Berdasarkan status pekerjaan, mayoritas tidak bekerja

atau merupakan pensiunan sebanyak 85 responden (65.0%). Responden

yang berstatus janda/duda paling banyak dijumpai dengan persentase 57.6

% (72 responden). Mayoritas responden tinggal bersama anak dan atau

cucunya sebanyak 66 responden (52.8%). Responden yang aktif berolahraga

(minimal 3x dalam seminggu selama 30 menit) lebih banyak dibandingkan

responden yang kurang aktif berolahraga dengan persentase 50.4% (63

responden). Responden yang telah mengalami hipertensi dalam rentang ≤ 5

tahun lebih banyak dijumpai dengan jumlah 95 responden (76%). Pada

penelitian ini, lebih banyak ditemukan responden yang rutin mengonsumsi

obat antihipertensi sebanyak 64 responden (51.2%).

2. Kejadian Hipertensi

Tabel 5. 2 Gambaran Kejadian Hipertensi Responden (n=125)


Puskesmas Tamamaung Puskesmas Kaluku
Hipertensi Bodoa Total (%)
n % n %

Terkontrol 35 52.2 25 43.1 60 (48.0)


Tidak terkontrol 32 47.8 33 56.9 65 (52.0)
Sumber : Data primer, 2020
Tabel 5.2. memberikan informasi bahwa mayoritas hipertensi

responden tidak terkontrol dengan jumlah 65 responden (52.0%) sisanya

terkontrol dengan persentase 48% (60 responden). Dari segi wilayah kerja

puskesmas, responden yang hipertensinya terkontrol lebih banyak

ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Tamamaung yakni sebanyak 35

orang (52.2%).

Tabel 5. 3 Tekanan Darah Responden (n=125)


Tekanan darah
M±SD Min (mmHg) Max (mmHg)
Sistolik 144.8±13..29 120 170
Diastolik 82.40 ±7.22 70 110
Sumber : Data primer, 2020

Tabel 5.3 menunjukkan tekanan sistolik tertinggi adalah 170 mmHg

dan yang terendah adalah 120 mmHg, sehingga didapatkan rata-rata tekanan

sistolik sebesar 144.8 mmHg dengan standar deviasi sebesar 13.29 untuk tekanan

darah diastolik, nilai tertingginya adalah 110 mmHg dan nilai terendahnya adalah

70 mmHg sehingga rata-rata tekanan diastolik sebesar 82.40 mmHg dengan

standar deviasi sebesar 7.22

3. Crosstab Karakteristik Responden dengan Kejadian Hipertensi

Tabel 5.4 menunjukkan hasil bahwa karakteristik responden yang

menunjukkan hubungan signifikan dengan kejadian hipertensi adalah status

konsumsi obat dengan nilai p 0.000, usia (p 0.002), dan tingkat pendidikan

(p 0.047). Hipertensi tidak terkontrol pada penelitian ini lebih banyak

ditemukan pada responden yang tidak rutin mengonsumsi obat

antihipertensi sebanyak 50 responden (82 %), responden yang berada dalam


rentang usia 65-74 tahun sebanyak 34 responden (61.8%), dan responden

yang berpendidikan tamat SD dengan jumlah 35 responden (61.4%).

Tabel 5. 4 Crosstab Karakteristik Responden dengan Kejadian Hipertensi


(n=125)
Hipertensi
Karakteristik Terkontrol Tidak terkontrol P
n (%) n (%)
Usia
55- 64 tahun 37 (63.8) 21 (36.2)
65-74 tahun 21 (38.2) 34 (61.8) 0.002
>75 tahun 2 (16.7) 10 (83.3)
Jenis Kelamin
Laki-laki 17 (37.0) 29 (63.3) 0.089
Perempuan 43 (54.4) 36 (45.6)
Tingkat Pendidikan
Tidak tamat SD 3 (25.0) 9 (75.0)
Tamat SD 22 (38.6) 35 (61.4)
SMP/sederajat 21 (65.6) 11 (34.4) 0.047
SMA/sederajat 9 (56.3) 7 (43.8)
Diploma/Sarjana 5 (62.5) 3 (37.5)
Status Pernikahan
Tidak menikah 0 (0.0) 1 (100,0)
Kawin 30 (57.7) 22 (42.3) 0.133
Janda/Duda 30 (41.7) 42 (58.3)
Status Pekerjaan
Bekerja 23 (57.5) 17 (42.5) 0.205
Tidak bekerja/pensiunan 37 (43.5) 48 (56.5)
Tinggal dengan
Sendiri 1 (25.0) 3 (75.0)
Pasangan dan anak 30 (57.7) 22 (42.3) 0.111
Anak dan atau Cucu 29 (43.9) 37 (56.1)
Saudara 0 (0.0) 3 (100.0)
Kebiasaan olahraga
Kurang aktif 24 (38.7) 38 (61.3) 0.06
Aktif 36 (57.1) 27 (42.9)
Lama hipertensi
≤ 5 tahun 50 (52.6) 45 (47.4) 0.102
>5 tahun 10 (33.3) 20 (66.7)
Status konsumsi obat
Rutin 49 (76.6) 15 (23.4) 0.000
Tidak rutin 11 (18.0) 50 (82.0)
Sumber : Data primer, 2020
4. Fungsi Kognitif Lansia berdasarkan Skor Mini Mental State

Examination (MMSE)

Tabel 5. 5 Fungsi Kognitif Lansia berdasarkan Skor MMSE (n=125)


MeanSD Min-Max n %
Fungsi Kognitif
21.82  4.72 11-29
Normal 74 59,2
Terganggu 51 40,8

Aspek Kognitif
Orientasi 8.41  1.36 5-10
Registrasi 2.86  0.35 2- 3
Atensi dan kalkulasi 1.46 0.99 0-4
Mengingat kembali 1.64 1.16 0-3
Bahasa 7.46 1.67 3-9
Sumber : Data primer, 2020

Berdasarkan Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 125 responden

lebih banyak responden yang fungsi kognitifnya masih normal berdasarkan

skor MMSE dengan persentase nilai 59.2% (74 responden). Sedangkan,

responden yang fungsi kognitifnya terganggu berdasarkan skor MMSE

berjumlah 51 orang (40,8%). Nilai tertinggi MMSE responden adalah 29

dan nilai terendahnya adalah 11 sehingga rata-rata skor MMSE responden

pada penelitian ini adalah 21.82  4.72.


5. Crosstab Karakteristik Responden dengan Fungsi Kognitif Lansia

berdasarkan MMSE

Tabel 5. 5 Crosstab Karakteristik Responden dengan Fungsi


Kognitif Lansia berdasarkan MMSE (n=125)
Fungsi Kognitif
Karakteristik Normal Terganggu p
n (%) n (%)
Usia
55- 64 tahun 51 (87.9) 7 (12.1)
65-74 tahun 22 (40.0) 33 (60.0) 0.000
>75 tahun 1 (8.3) 11 (91.7)
Jenis Kelamin
Laki-laki 21 (45.7) 25 (54.3) 0.031
Perempuan 53 (67.1) 26 (32.9)
Tingkat Pendidikan
Tidak tamat SD 3 (25.0) 9 (75.0)
Tamat SD 29 (50.9) 28 (49.1)
SMP/sederajat 22 (68.8) 10 (31.3) 0.006
SMA/sederajat 13 (81.3) 3 (18.8)
Diploma/Sarjana 7 (87.5) 1 (12.5)
Status Pernikahan
Tidak menikah 0 (0.0) 1 (100,0)
Kawin 37 (71.2) 15 (28.8) 0.042
Janda/Duda 37 (51.4) 35 (48.6)
Status Pekerjaan
Bekerja 30 (75.0) 10 (25.0) 0.023
Tidak bekerja/pensiunan 44 (51.8) 41 (48.2)
Tinggal dengan
Sendiri 2 (50.0) 2 (50.0)
Pasangan dan anak 37 (71.2) 15 (28.8) 0.133
Anak dan atau Cucu 33 (50.0) 33 (50.0)
Saudara 2 (66.7) 1 (33.3)
Kebiasaan olahraga
Kurang aktif 30 (48.4) 32 (51.6) 0.024
Aktif 44 (69.8) 19 (30.2)
Lama hipertensi
≤ 5 tahun 62 (65.3) 33 (34.7) 0.025
>5 tahun 12 (40.0) 18 (60.0)
Status konsumsi obat
Rutin 43 (67.2) 21 (32.8) 0.093
Tidak rutin 31 (50.8) 30 (49.2)
Sumber : Data primer, 2020
Tabel 5.6 menunjukkan hasil bahwa karakteristik responden yang

menunjukkan hubungan signifikan dengan fungsi kognitif responden adalah

usia (p 0.000), diikuti tingkat pendidikan (p 0.005), status pekerjaan (p

0.023), kebiasaan berolahraga (p 0.024). lama menderita hipertensi (p

0.025), jenis kelamin (0.031), status pernikahan (p 0.042). Responden

dengan fungsi kognitif terganggu lebih banyak berada dalam rentang usia

65-74 tahun, berpendidikan tamat SD, berjenis kelamin perempuan,

responden yang tidak bekerja atau merupakan pensiunan, responden yang

kurang aktif berolahraga, dan responden dengan rentang lama mengalami

hipertensi ≤ 5 tahun, dan responden yang berstatus pernikahan janda/duda.

6. Hubungan antara Kejadian Hipertensi dengan Fungsi Kognitif Lansia

Tabel 5. 7 Hubungan Kejadian Hipertensi dengan Fungsi Kognitif


Lansia (n=125)
Fungsi Kognitif
p
Hipertensi Normal Terganggu OR
n % n %
Terkontrol 42 70.0 18 30.0
0.029 2.406
Tidak terkontrol 32 49.2 32 50.8
Sumber : Data primer, 2020

Berdasarkan tabel 5.7 hasil analisa data dengan menggunakan uji

Chi- Square dengan Koreksi Yates menunjukkan terdapat hubungan yang

signifikan antara kejadian hipertensi dengan fungsi kognitif dengan nilai p

0.029. Fungsi kognitif yang terganggu berdasarkan skor MMSE lebih banyak

dijumpai pada responden yang hipertensinya tidak terkontrol dengan

persentase 49.2 (32 responden). Lansia yang hipertensinya tidak terkontrol


berisiko 2,4 kali lipat untuk mengalami gangguan fungsi kognitif

dibandingkan lansia yang hipertensinya terkontrol.

B. Pembahasan

1. Kejadian Hipertensi pada Usia Lanjut

Prevalensi hipertensi secara nasional menurut RISKESDAS 2018

adalah (Kementerian Kesehatan, 2018)

Menurut JNC-8, target tekanan darah dikatakan terkontrol pada

penderita hipertensi yang berusia 60 tahun ke atas adalah < 150/90 mmHg.

Pada penelitian ini dari 125 responden lansia yang mengalami hipertensi,

52% diantaranya (65 responden) tergolong hipertensi tidak terkontrol.

Penelitian terkait di Kota Makassar masih terbatas. Akan tetapi proporsi

lansia dengan hipertensi tidak terkontrol di penelitian ini tidak jauh berbeda

penelitian yang dilakukan di Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru dengan

persentase 52,6% dari 116 lansia yang mengalami hipertensi .

Hipertensi yang tidak terkontrol pada lansia dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa

hipertensi tidak terkontrol pada lansia berkaitan dengan usia, wilayah

tempat tinggal, tingkat pendidikan yang rendah, riwayat hipertensi keluarga,

kebiasaan merokok, konsumsi garam berlebihan, kurang beraktivitas fisik,

overweight/obesitas, diabetes, jenis kelamin perempuan, status janda/duda,

tidak adanya jaminan kesehatan, tidak rutin mengonsumsi obat

antihipertensi, dan kebiasaan kontrol tekanan darah (Miftafu Darussalam,


2017; Mitra & Wulandari, 2019; Oliveira, Duarte, & Zanetta, 2019; Yang et

al., 2014). Pada penelitian ini, terdapat hubungan yang signifikan antara

umur, tingkat pendidikan, dan status konsumsi obat antihipertensi dengan

hipertensi tidak terkontrol pada lansia.

Hasil penelitian menunjukkan hipertensi yang tidak terkontrol lebih

banyak ditemukan pada lansia dengan rentang usia 65-74 tahun. Hal ini

dikarenakan faktor felastisitas pembuluh darah semakin berkurang.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa hipertensi yang tidak

terkontrol lebih banyak ditemukan pada responden yang berpendidikan

tamat SD. Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi proses penerimaan

informasi sehingga berdampak pada sedikit banyaknya pengetahuan yang

didapatkan, dalam hal ini pengetahuan akan hipertensi. Menurut Park

(2015), rendahnya pengetahuan tenaga kesehatan, pasien, dan masyarakat

tentang hipertensi merupakan penyebab utama tidak terkontrolnya tekanan

darah pada pasien hipertensi di Asia.

Tingkat pengetahuan berhubungan erat dengan perilaku.

Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan

antara jenis kelamin dengan hipertensi tidak terkontrol.

2. Fungsi Kognitif Lansia

3. Hubungan Kejadian Hipertensi dengan Fungsi Kognitif Lansia


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai