Athira Fahrani Risal1, Aurelia Alpha Aqilah1, Dian Paisal1, Fatimah Azzahra1, Nur
Zyamnani Hasan1, Nurlaelatun Mardiah1
Koresponden : nurzyamnanihasan@gmail.com
RINGKASAN
Latar Belakang. Status gizi diartikan sebagai tingkat gizi seseorang yang diyatakan
menurut jenis dan beratnya keadaan kurang gizi, terjadi karena berbagai faktor yang saling
berhubungan. Tujuan. Tujuan khusus dari kegiatan PBL ini adalah untuk mengetahui
karakteristik subjek rumah tangga balita di posyandu, status gizi di posyandu, konsumsi
Vitamin A dosis tinggi dan garan beryodium, pemberian makan anak, dan asupan energi
dan zat gizi di posyandu. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
menggunakan jenis penelitian cross sectional yang berkaitan dengan status gizi balita usia
0-59 bulan. Populasi penelitian ini keluarga yang memiliki balita 0-59 bulan di Jln
sanrangan No.5 ini sejumlah 24 orang. Sampel pada penelitian ini adalah balitausia 0-59
bulan sejumlah 21 orang. Penelitian ini dilakukan dengan metode pengambilan acak
(random) pada 24 balita dan diperoleh sampel 21 balita 0-59 bulan. Penelitian ini
menggunakan kuesioner dengan mewawancarai ibu yang mempunyai balita. Dipilih 21
rumah tangga di Jln sanrangan No.5 sebagai sampel. Dari kuesioner yang terkumpul yang
dapat dianalisis sebanyak 21 sampel. Hasil. Karakteristik pendidikan tamat SMA 61,9%,
Pekerjaan ibu IRT 90,5%, Gizi baik BB/TB 90,5%, konsumsi Vit. A 61,5%, inisiasi
menyusui dini 66,7% dan asupan energi <90 RDA 66,7%. Kesimpulan. Status gizi adalah
gambaran individu sebagai akibat dari asupan gizi. Dari hasil penelitian diatas, status gizi
balita tidak dapat ditentukan hanya dengan penggunaan satu indikator tertentu saja. Saran.
Melakukan pemantauan pertumbuhan balita di posyandu , memberikan penyuluhan dan
konseling bagi ibu balita.
Kata Kunci :Satus Gizi, Balita, Wanita Usia Subur
PENDAHULUAN
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan
keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi
normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Tingkat gizi seseorang dalam
suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada masa lampau, bahkan jauh
sebelum masa itu. Faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah asupan
makan dan penyakit infeksi. Berbagai faktor yang melatarbelakangi kedua faktor tersebut
misalnya faktor ekonomi, keluarga, produktivitas dan pengetahuan tentang gizi anak
tersebut. Secara umum, di Indonesia terdapat dua masalah kurang gizi utama yaitu kurang
gizi makro dan kurang gizi mikro. Kurang gizi makro merupakan gangguan kesehatan
yang disebabkan oleh kekurangan asupan energi dan protein, sedangkan kurang gizi mikro
adalah kurangnya asupan mineral dan vitamin dalam tubuh.
Uniited Nations Children’s Fund atau UNICEF (1988), salah satu badan internasional
dibawah perserikatan bangsa-bangsa dan bertujuan meningkatkan derajat kesehatan anak-
anak, telah mengembangkan kerangka konseptual penyebab timbulnya kurang gizi sebagai
salah satu strategi mengatasi masalah kurang gizi pada anak-anak.
Masa balita adalah masa pembentukan dan perkembangan manusia, usia ini
merupakan usia yang rawan karena balita sangat pekaterhadap gangguan pertumbuhan
serta bahaya yang menyertainya. Masa balita disebut juga sebagai masa keemasan, dimana
terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental
intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral. Rekomendasi WHO dalam rangka
pencapaian tumbuh kembang optimalyaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera
dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau
pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, memberikan
makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan,
dan meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih.
Perilaku pemberian makan yang dilakukan orang tua berperan penting dalam
memenuhi kebutuhan nutrisianak. Orang tua bertanggung jawab terhadap pengasuhan
anak termasuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Keadaan gizi pada tingkat keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat kemampuan
keluarga dalam menyediakan pangan sesuai dengan kebutuhan anggota keluarga,
pengetahuan dan perilaku keluarga dalam mengolah dan membagi makanan di tingkat
rumah tangga. UNICEF (United Nations Children’s Fund) menyatakan bahwa ada dua
penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu kurangnya asupan gizi dari makanan dan
akibat dari terjadinya penyakit yang menyebabkan infeksi. Kurangnya asupan zat gizi
dapat disebabkan oleh terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya
tidak memenuhi unsur zat gizi yang dibutuhkan.
TUJUAN
Tujuan khusus dari kegiatan PBL ini adalah untuk mengetahui:
1. Karakteristik subjek rumah tangga balita di Posyandu
2. Karakteristik balita di Posyandu
3. Status gizi balita di Posyandu
4. Status gizi perempuan usia 10-14 tahun
5. Konsumsi Vitamin A dosis tinggi dan garam beryodium
6. Pemberian makan anak
7. Asupan energi dan zat gizi di Posyandu
METODE
1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan jenis
penelitian cross sectional yang berkaitan dengan status gizi balita usia 0 – 59 bulan.
2. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini keluarga yang memiliki Balita 0-59 bulan di Jln
sanrangan No.5 Kel. Sudiang Raya, Kec. Biringkanaya sejumlah 91orang. Sampel
pada penelitian ini adalah balita 0-59 bulan di Jln sanrangan No.5 Kel. SudiangRaya
Kec. Biringkanaya sejumlah 21 orang.
3. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan metode pengambilan sampel secara acak
(random) pada 24 balita 0-59 bulan dan diperoleh sampel sebanyak 21balita 0 – 59
bulan.
4. Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan kuesioner dengan mewawancarai ibu yang
mempunyai balita. Di pilih 21 rumah tangga di Jln sanrangan No.5 Kel. Sudiang
Raya Kec. Biringkanaya sebagai sampel. Dari kuesioner yang terkumpul yang dapat
dianalisis untuk kebutuhan penelitian sebanyak 21 sampel.
Ayah Ibu
Karakteristik Subjek Atribute
n(%) n(%)
Pendidikan Tidak pernah sekolah
Tidak tamat SD
Tamat SD 3(14,3) 1(4,8)
Tidak Tamat SMP
Tamat SMP 1(4,8) 3(14,3)
Tidak Tamat SMA
Tamat SMA 11(52,4) 13(61,9)
Perguruan Tinggi 6(28,6) 4(19)
Pekerjaan PNS/TNI/Polri 1 (4,8) 1(4.8)
10
Karyawan Swasta
(47,6)
Pedagang
Pengusaha
Petani
Buruh 4(19)
Honorer/magang 1(4,8) 1(4,8)
IRT 19(90,5)
Pensiunan 1(4,8)
TKI
Dst 4(19)
Agama Islam 20(95,2) 20(95,2)
Kristen (Katolik/Protestan) 1(4,8) 1(4,8)
Hindu
Budha
Suuku Bugis 6(28,6) 8(38,1)
Makassar 11(52,4) 8(38,1)
Mandar
Toraja
Jawa 2(9,5) 2(9,5)
Bali
Madura
Lain-Lain 2(9,5) 3(14,3)
Pendidikan ayah pada umumnya adalah tamat SMA (52,4%) dan pendidikan ibu
pada umumnya adalah tamat SMA (61,9). Perkerjaan ayam pada umumnya karyawan
swasta (47,6) dan pekerjaan ibu pada umumnya Ibu Rmuah Tangga (90,5%). Agama
ayah pada umumnya Islam (95,2%) dan agama ibu pada umumnya islam (92,5%). Suku
ayah pada umunya Makassar (52,4%) dan suku ibu pada umunya Makassar (38,1%) dan
bugis (38,1%).
2. Karakteristik Balita
Tabel 2. Karakteristik Balita
Karakteristik jenis kelamin pada umunya Laki – laki (52,4%). Karakteristik kelompok
umur pada umumnya umur 12 – 23 bulan (57,1%) karakteristik panjang badan pada
umumnya >= 48 cm (70,6%). Karakteristik berat badan lahir pada umumnya normal
(100,0). Karakteristik kondisi kesehatan pada umumnya sehat (76,2%).
Gizi lebih
Obesitas
Pendek 2(9.5)
Normal 16(76.2)
Tinggi 1(4.8)
Berat Badan menurut Umur Sangat Kurang 2(9.5)
Kurang 2(9.5)
Normal 17(81.0)
Indeks status gizi BB/TB pada umumnya Gizi Baik (90,5%). Indeks Status Gizi
TB/U pada umumnya Normal (76,2%). Indeks Status Gizi BB/U pada umumnya Normal
(81,0%).
Status Gizi
<23,5 cm
Anggota Rumah Tangga >=23,5 (Normal)
(KEK)
n(%)
n(%)
Remaja Putri 1
Remaja Putri 2
Konsumsi Vitamin
Satu Kali 13(61.5)
A
Dua Kali 1(4.3)
Menolak diberikan
Curah/Kasar 7(33.3)
Halus 10(47.6)
Gurih 4(19.0)
Lainnya
Murah
Lainnya 9(42.9)
Konsumsi Vitamin A pada umunya satu kali (61,5%). Alas an tidak dibberi tablet
vitamin A pada umumnya tidak hadir ke posyandu (34,2%). Jenis garam yang digunakan
pada umumnya halus (47,6%). Alasan menggunakan garam pada tersebut pada umumnya
lainnya (42,9%)
Tidak 7(33,3)
Tidak Tahu
Tidak
Tidak tahu
Medis ibu
Rawat Terpisah
Medis Anak
Terpisah
Budaya/Norma/Agama
Lainnya
Inisiasi menyusu dini pada umumnya ya (66,7%). Umur disapih pada umumnya
diatas 6 bulan (66,6). Minuman/cairan selain ASI pada umumnya ya (100.0). Alasan
maknan prelaktal pada umumnya ASI tidak keluar (66,7%).
10(47,6) 11(52.4)
1. Energi
5(23,8) 16(76,2)
2. Protein
3. Lemak 7(33,3) 14(66,7)
14(66,7) 7(33,3)
4. Karbohidrat
7(33,3) 14(66,7)
5. Serat
14(66,7) 7(33,3)
6. Vitamin C
14(66,7) 7(33,3)
7. Kalsium
8(38,1) 13(61,9)
8. Iron
Asupan energy pada umunya >=90 RDA (52,4%). Asupan protein pada umumnya
>=90 RDA (76,2%). Asupan lemak pada umumnya >=90 RDA (66,7%). Asupan
Karbohidrat pada umumnya <90 RDA (66,7%). Asupan serat pada umumnya >=90 RDA
(66,7%). Asupan Vitamis C pada umumnya <90 RDA (66,7%). Asupan Kalsium pada
umumnya <90 RDA (66,7%). Asupan Iron pada umumnya >=90 RDA (61,9).
PEMBAHASAN
Status gizi merupakan salah satu unsur penting dalam membentuk status kesehatan.
Status gizi (nutritional status) merupakan keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan
antara asupan zat gizi dari makanan dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh. Status gizi
dipengaruhi oleh asupan yang masuk ke dalam tubuh. Status gizi adalah keadaan tubuh
sebagai akibat dari konsumsi makanan dan penggunaan zat zat gizi. Almaizer, 2006 dalam
(Dian, dkk, 2015). Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam
bentuk variabel tertentu atau perwujudan nutriture dalam bentuk variabel tertentu, status
gizi optimal adalah keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi (Merryana
Adriani, 2016).
Berdasarkan hasil pengukuran BB/TB terdapat (90,5%) balita memiliki status gizi
baik, (4,8%) gizi kurang, dan (4,8%) gizi buruk. Angka ini menunjukkan indeks BB/TB
dari 21 sampel data yang diambil, 19 anak dengan status gizi baik, 1 anak dengan status
gizi kurang, dan 1 anak dengan status gizi buruk. Selanjutnya, Indeks Status Gizi TB/U
pada umumnya Normal (76,2%) yang memiliki status gizi normal, (4,8%) anak dengan
status gizi tinggi, (9,5%) anak dengan status gizi pendek, dan (9,5%) anak dengan status
gizi sangat pendek. Dimana, dari 21 orang anak yang diukur, terdapat 16 orang anak
dengan status gizi normal, 1 anak dengan status gizi tinggi, 2 anak dengan status gizi
pendek, dan 2 anak dengan status gizi sangat pendek. Indeks Status Gizi BB/U pada
umumnya Normal (81,0%) anak dengan berat badan normal, (9,5%) anak dengan berat
badan kurang, dan (9,5%) anak dengan berat badan sangat kurang. Berdasarkan 21 orang
anak yang diukur, terdapat 17 orang anak dengan berat normal, 2 orang anak dengan
berat badan kurang, dan 2 orang anak dengan berat badan sangat kurang.
Status gizi anak sangat berpengaruh terhadap kejadian stunting (Permatasari &
Suprayitno, 2020). Balita dengan status gizi kurang maka pertumbuhannya akan
mengalami keterlambatan. Tumbuh kembang anak yang terganggu akibat kekurangan
gizi akan berlanjut hingga dewasa apabila tidak mendapatkan intervensi sejak dini (Jahja,
2019). Data UNICEF, WHO, dan World Bank (2017) menyebutkan bahwa prevelensi
stunting di Indonesia dibandingkan dengan Negara lainnya di dunia adalah sekitar 36%
dengan total jumlah balita stunting sebanyak 8,8 juta jiwa (S. W. TNP2K 2018). Pada
2015, angka tersebut menempatkan Indonesia pada posisi kedua prevelnsi tertinggi
setelah Laos untuk kawasan Asia Tenggara (Katadata 2018).
Faktor yang mempengaruhi status gizi balita dapat dibedakan menjadi faktor
langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung, meliputi asupan gizi dan penyakit
infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung meliputi pola asuh, kondisi lingkungan,
makanan dari keluarga, dan pelayanan kesehatan (Biswan et al., 2018). Berdasarkan
penelitian ini, terdapat beberapa faktor resiko yang mempengaruhi status gizi pada balita,
yaitu:
Terlihat juga pada penelitian mengenai pemberian Vitamin A dan jenis garam yang
digunakan. Konsumsi Vitamin A pada umunya satu kali (61,5%). Alasan tidak diberi
tablet vitamin A pada umumnya tidak hadir ke posyandu (34,2%). Dan Jenis garam yang
digunakan pada umumnya halus (47,6%). Alasan menggunakan garam pada tersebut pada
umumnya lainnya (42,9%).
Ibu harus memiliki pengetahuan menegani zat gizi guna untuk menentukan
pemilihan bahan makanan dan pemberian makan, suplemen, dan vitamin yang baik untuk
balitanya.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis menunjukkan bahwa perkerjaan ayah pada
umumnya karyawan swasta (47,6) dan pekerjaan ibu pada umumnya Ibu Rmuah Tangga
(90,5). Kehidupan ekonomi keluarga akan lebih baik pada keluarga dengan ibu bekerja
dibandingkan dnegan keluarga yang hanya menggantungkan ekonomi pada kepala
keluarga. Kehidupan ekonomi keluarga yang lebih baik akan memungkinkan keluarga
mampu perhatian dan layak bagi asupan gizi balita (Supariasa, 2012).
Pola pengasuhan adalah cara orang tua dalam mendidik anak dan membesarkan anak
dipengaruhi oleh banyak faktor budaya, agama, kebiasaan serta kepribadian orang tua.
Seorang ibu memegang peran penting dalam pengasuhan anaknya. Pola pengasuhan pada
tiap ibu berbeda karena dipengaruhi oleh faktor yang mendukung, antara lain: latar
belakang pendidikan ibu, jumlah anak dan sebagainya.(Gusrianti et al., 2020)
Pola asuh yang rendah pada masa golden age akan menyebabkan otak balita tidak
berkembang optimal dan sulit pulih kembali. Pola asuh ibu yang memiliki anak stunting
memiliki kebiasaan memberikan makan pada balita tanpa memperhatikan kebutuhan dan
kandungan zat gizi (Nugroho et al., 2021). Sejalan dengan penelitian ini, ditemukan
bahwa 66,7% orang tua memberikan makanan pralektal dengan alasan budaya/ norma/
Agama. Juga dengan alasan ASI yang tidak keluar.
Pola asuh berpengaruh penting terhadap kejadian stunting. Peneleitian Nugroho et al.
yang mengemukakan bahwa pola asuh mempengaruhi kejadian stunting pada anak
(Pernatasari & Suprayitno, 2021). Pola asuh sangat berbanding lurus dengan pendidikan
dan pengetahuan ibu.
Berdasarkan hasil pengukuran BB/TB terdapat (90,5%) balita memiliki status gizi
baik, (4,8%) gizi kurang, dan (4,8%) gizi buruk. Angka ini menunjukkan indeks BB/TB
dari 21 sampel data yang diambil, 19 anak dengan status gizi baik, 1 anak dengan status
gizi kurang, dan 1 anak dengan status gizi buruk. Selanjutnya, Indeks Status Gizi TB/U
pada umumnya Normal (76,2%) yang memiliki status gizi normal, (4,8%) anak dengan
status gizi tinggi, (9,5%) anak dengan status gizi pendek, dan (9,5%) anak dengan status
gizi sangat pendek. Dimana, dari 21 orang anak yang diukur, terdapat 16 orang anak
dengan status gizi normal, 1 anak dengan status gizi tinggi, 2 anak dengan status gizi
pendek, dan 2 anak dengan status gizi sangat pendek. Indeks Status Gizi BB/U pada
umumnya Normal (81,0%) anak dengan berat badan normal, (9,5%) anak dengan berat
badan kurang, dan (9,5%) anak dengan berat badan sangat kurang. Berdasarkan 21 orang
anak yang diukur, terdapat 17 orang anak dengan berat normal, 2 orang anak dengan berat
badan kurang, dan 2 orang anak dengan berat badan sangat kurang.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Alhamid, S. A., Carolin, B. T., & Lubis, R. (2021). Studi Mengenai Status Gizi Balita.
Jurnal Kebidanan Malahayati, 7(1), 131–138.
https://doi.org/10.33024/jkm.v7i1.3068
Candra, A. (2020). Pemeriksaan Status Gizi.
http://eprints.undip.ac.id/80671/1/BUKU_PEMERIKSAAN_STATUS_GIZI_KOMP
LIT.pdf
Gusrianti, G., Azkha, N., & Bachtiar, H. (2020). Analisis Faktor yang Berhubungan
dengan Status Gizi Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja
Puskesmas Pauh Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(4), 109–114.
https://doi.org/10.25077/jka.v8i4.1126
Masyudi, M., Mulyana, M., & Rafsanjani, T. M. (2019). Dampak pola asuh dan usia
penyapihan terhadap status gizi balita indeks BB/U. AcTion: Aceh Nutrition Journal,
4(2), 111. https://doi.org/10.30867/action.v4i2.174
Pratiwi, R., Sari, R. S., & Ratnasari, F. (2021). Dampak Status Gizi Pendek (Stunting)
terhadap Prestasi Belajar. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan, 12(2), 10–23.
https://stikes-nhm.e-journal.id/NU/article/view/317/284
Saputri, R. A. (2019). Upaya Pemerintah Daerah Dalam Penanggulangan Stunting Di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Jdp (Jurnal Dinamika Pemerintahan), 2(2),
152–168. https://doi.org/10.36341/jdp.v2i2.947
Wardita, Y., Suprayitno, E., & Kurniyati, E. M. (2021). Determinan Kejadian Stunting
pada Balita. Journal Of Health Science (Jurnal Ilmu Kesehatan), 6(1), 7–12.
https://doi.org/10.24929/jik.v6i1.1347
LAMPIRAN
Status Gizi
N Nama
BB/ Nama Ibu Alamat No. Kontak
O Balita BB/U TB/U
TB
-0,22 0.08
Iqra -0,18 Piklariyan 08134249114
21. (gizi (normal -
Nurqalby (normal ti 0
baik) )
-2,97
0,24 3.67
Abdul (gizi Remila 08229230289
23. (normal (sangat -
Hanan kurang Juniarty 0
) pendek)
)