ARTIKEL
Diajukan untuk Memenuhi Tugas SMF Ilmu Kesehatan Masyarakat
Program Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Bandung
Disusun Oleh :
Kintan Nafasa
12100118027
Preseptor :
Dadi S. Argadiredja, dr., MPH., DTM & H
Ernawaty Purba, drg.
Abstrak
Status gizi balita memiliki pengaruh yang sangat besar dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan
datang. Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2018 yaitu status gizi
balita menurut indeks berat badan per usia (BB/U) di Indonesia,
didapatkan hasil prevalensi gizi kurang sebanyak 14% dan gizi buruk
sebanyak 3,8%. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif, dengan pendekatan survey. Penelitian dilaksanakan dengan
pengukuran berat badan dan tinggi badan balita di Posyandu Melati VI Desa
Mekarmaju Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung pada bulan
September 2019. Sampel diambil dari seluruh balita dengan jumlah 55
balita. Hasil penelitian menurut BB/U ditemukan balita dengan status gizi
baik 51 balita (92,73%), gizi kurang sebanyak 4 balita (7,27%). Menurut
TB/U balita dengan gizi normal sebanyak 52 orang (94,55%) dan status gizi
pendek sebanyak 3 orang (5,45%). Menurut BB/TB ditemukan 53 balita
(96,36%) memiliki status gizi normal dan 2 orang (3,64%) memiliki status
gizi kurus. Hal ini karena Desa Mekarmaju dekat dengan fasilitas pelayanan
kesehatan sehingga lebih mudah untuk menjangkau fasilitas pelayanan
kesehatan tersebut.
1
DESCRIPTION OF NUTRITIONAL STATUS IN POSYANDU
MELATI VI MEKARMAJU VILLAGE PASIRJAMBU DISTRICT
BANDUNG REGENCY
Abstract
Toddler’s nutritional status has a very big influence in quality of
human resources in the future. According to the results of the Nutrition
Status Monitoring in 2018, toddler’s nutritional status according to the body
weight index per age in Indonesia, the results obtained are the prevalence
of malnutrition as much as 3.8% and malnutrition as much as 14% in
Indonesia. The method used in this research is descriptive, with a survey
approach to find out the nutritional status of toddlers. The study was
conducted by measuring weight and height of toddlers at Posyandu Melati
VI Mekarmaju Village, Pasirjambu District, Bandung Regency in September
2019. Samples were taken from all toddlers who were in Posyandu Melati
VI Mekarmaju Village with a total of 55 toddlers. The results found that
toddlers with good nutritional status 51 toddlers (92.73%), malnutrition 4
toddlers (7.27%), and there were no toddlers with poor nutritional status.
According to height for age, toddlers with normal nutrition are 52 toddlers
(94.55%) and toddlers with stunting are 3 toddlers (5.45%). Whereas
according to weight for height it was found 53 toddlers (96.36%) had
normal nutritional status and 2 toddlers (3.64%) had underweight
nutritional status. This is because Mekarmaju Village is close to health care
facilities so that it is easier to reach these health care facilities.
2
Pendahuluan
kecerdasan saat usia dini tergantung pada asupan zat gizi yang diterima,
semakin rendah asupan gizi yang diterima, semakin rendah pula status gizi
dan tingkat kecerdasan anak. Gizi kurang atau gizi buruk pada masa bayi
Kasus gizi buruk saat ini menjadi perhatian di Indonesia. Gizi kurang
masa depan akan sangat dipengaruhi keadaan atau status gizi pada saat ini,
terutama balita. Akibat gizi buruk dan gizi kurang akan mempengaruhi
(premature death). Pada usia balita sekitar 7,5 anak (36%) menderita
yang ditunjukan oleh berat badan lebih rendah dari standar menurut usia.2
3
Dalam target SDGS 2030 tentang gizi masyarakat diharapkan dapat
(Dirjen Gizi, 2015). Target nasional tahun 2019 adalah 17% maka prevalensi
kekurangan gizi pada balita harus diturunkan 2,9% dalam periode tahun
Health Organization (WHO) pada tahun 2017 sekitar 150,8 juta anak balita
benua lainnya.4
Menurut hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2018 yaitu status
gizi balita menurut indeks berat badan per usia (BB/U) di Indonesia,
didapatkan hasil prevalensi gizi kurang sebanyak 14% dan gizi buruk
sebanyak 3,8% balita. Status gizi balita berdasarkan tinggi badan dan umur
(TB/U) sebesar 9,8% sangat pendek dan 19,3 % dengan status gizi pendek.
Status gizi balita berdasarkan tinggi badan dan berat badan (TB/BB)
Provinsi Jawa Barat memiliki kasus balita gizi buruk pada tahun
2018 sebanyak 2,60% balita dari jumlah balita yang ada di Jawa Barat.
4
sebanyak 15,7%, masalah stunting/pendek pada balita menunjukkan rerata
2018, cakupan balita ditimbang (D/S) yaitu sebesar 82,31 % dengan masih
ada status gizi buruk. Hal ini menandakan bahwa rata-rata tidak semua
adanya status gizi buruk yang belum diketahui. Penelitian ini bertujuan
Metode
5
menggunakan indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB. Penelitian ini bertujuan
Hasil
1. Karakteristik Balita
balita laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda, yaitu dengan jumlah
(50,91%)
6
Dari distribusi balita menurut umur terlihat kelompok umur 0-5
bulan yaitu 4 orang (7,27%), kelompok umur 6-11 bulan yaitu 6 orang
orang (92,73%) mempunyai gizi yang baik dan 4 orang (7,27%) memiliki
7
Tabel 5. Status gizi menurut BB/TB
Status Gizi N %
Normal 53 96,36
Kurus 2 3,64
Sangat Kurus 0 0
Jumlah 55 100
Pembahasan
dari 117 negara di dunia yang mempunyai ketiga masalah gizi secara
masih belum mencapai implementasi maksimal. Hal ini tercermin dari hasil
untuk penelitian didapat jenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak jauh
0-5 bulan sebanyak 4 orang (7,27%), 6-11 bulan sebanyak 6 orang (10,91%),
8
12-23 obulan sebanyak 7 orang (12,73%), dan 24-59 bulan sebanyak 38
orang (69,09%).
3 kategori yaitu gizi baik, gizi kurang, dan gizi buruk. Dari klasifikasi
tersebut ditemukan balita dengan status gizi baik 51 orang (92,73%), gizi
kurang sebanyak 4 orang (7,27%), dan tidak terdapat balita dengan status
gizi buruk. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Senduk
dkk pada tahun 2015 yang menunjukkan bahwa jumlah balita yang
memiliki yang memiliki status gizi baik sebanyak 58 balita (93%) dan status
gizi kurang sebanyak 1 balita (1,5%) dan tidak terdapat balita dengan status
gizi buruk.5 Selain itu, penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Fitriana tahun 2017 bahwa jumlah balita dengan gizi baik
status gizi pendek sebanyak 3 orang (5,45%). Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Dwi dkk pada tahun 2017 yang
(91,3%), dan terdapat 4 balita (8,7%) dengan status gizi pendek. Penelitian
ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Gusti dkk pada tahun
2017 bahwa terdapat 74 balita (87,1%) dengan gizi normal, 11 balita (12,9%)
9
dengan gizi pendek, dan tidak terdapat balita dengan status gizi sangat
pendek.7,9
status gizi normal dan 2 orang (3,64%) memiliki status gizi kurus. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mustika pada tahun 2015,
bahwa jumlah balita dengan klasifikasi sangat kurus 2 anak (4,6%), balita
anak (82,8%), serta balita dengan klasifikasi gemuk 2 anak (4,6%). Hasil ini
juga sesuai dengan penelitian oleh Dwi dkk pada tahun 2017 bahwa
terdapat 40 balita (87%) memiliki status gizi normal dan terdapat 6 balita
dengan status gizi yang baik. Perlu diketahui bahwa populasi yang diambil
tentang gizi serta telah memiliki kesadaran akan kesehatan anak. Menurut
UNICEF, salah satu hal yang berkontribusi dalam terjadinya masalah gizi
orangtua, maka kecenderungan status gizi anak juga semakin baik. Status
gizi baik dipengaruhi juga oleh faktor nutrisi yang dikonsumsi oleh balita
10
itu sendiri dimana nutrisi yang dikonsumsi memiliki kualitas dan kuantitas
yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan balita. Faktor lain yang
dapat memengaruhi status gizi yang baik pada balita antara lain pemberian
makanan yang bergizi serta perilaku hidup bersih dan sehat (seperti
mencuci tangan anak sesudah bermain, sesudah buang air, dan sebelum
makan), serta pola asuh keluarga berupa pola pendidikan yang diberikan
pendek, kurus maupun sangat kurus bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya ada dua yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Faktor
langsung yaitu gangguan gizi khusunya gangguan gizi pada balita adalah
tidak sesuainya jumlah gizi yang diperoleh dari makanan dengan kebutuhan
tertentu, jarak kelahiran yang terlalu rapat, sosio ekonomi dan penyakit
11
adalah kemungkinan besar karena menu makanan yang tidak bervariasi
sehingga anak mudah bosan dan menjadi malas makan. Hal ini dapat
kurang pada balita secara lagsung disebabkan oleh anak tidak mendapatkan
dan protein per kilogram berat badan yang lebih banyak dari orag dewasa.
Menu yang bervariasi juga baik untuk meningkatkan status gizi karena
Simpulan
sebanyak 5,45 %. Status gizi menurut BB/TB didominasi oleh gizi normal
dengan status gizi kurus sebanyak 3,64 %. Hasil penelitian ini menunjukkan
memiliki status gizi buruk seperti gizi kurang, perawakan pendek, dan
kurus.
12
Saran
balita mengenai pola pemberian makan yang baik dan benar melalui
mengunjungi posyandu setiap bulannya. Hal ini bertujuan agar status gizi
Ucapan Terimakasih
bahwa jurnal ini tidak akan selesai tanpa bantuan berbagai pihak. Maka dari
ini.
13
Daftar Pustaka
1. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Perencanaan Program Gerakan
sadar Gizi dalam Rangka 100 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK).
2012
2. Sarlis N, Ivanna CN. Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita
di Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru Tahun 2016. Jurnal Endurance.
Feb 2018; 3(1): 142-152
7. Senduk AL, Siagian IET, Palandaeng HMF. Gambaran Status Gizi Anak
Balita di PPA (Pusat Pengembangan Anak) di Kelurahan Ranomuut
Manado. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik. 2015 Juli 3; II(3):
148-153.
10. Suharidewi GAT, Pinatih GNI. Gambaran Status Gizi pada Anak TK di
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Blahbatuh II Kabupaten Gianyar Tahun
2015. E-Jurnal Media. 2017 Juni; 6(6): 1-6
14
Tembalang, Semarang. Program Studi Diploma III Kebidanan Fakultas
Ilmu Kepetawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Semarang
17. Astuti EP. Status Gizi Balita di Posyandu Melati Desa Sendangdi Mlati
Sleman. Jurnal Permata Indonesia. 2017 Mei; 8(1): 18-23
15