Anda di halaman 1dari 16

GAMBARAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU MELATI VI

DESA MEKARMAJU KECAMATAN PASIRJAMBU


KABUPATEN BANDUNG

ARTIKEL
Diajukan untuk Memenuhi Tugas SMF Ilmu Kesehatan Masyarakat
Program Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Bandung

Disusun Oleh :
Kintan Nafasa
12100118027

Preseptor :
Dadi S. Argadiredja, dr., MPH., DTM & H
Ernawaty Purba, drg.

SMF ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNISBA
PUSKESMAS PAIRJAMBU KABUPATEN BANDUNG
2019
GAMBARAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU MELATI VI
DESA MEKARMAJU KECAMATAN PASIRJAMBU
KABUPATEN BANDUNG

Kintan Nafasa1, Dadi S. Argadiredja2,,Ernawaty Purba3

1Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung


2Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Bandung
3Puskesmas Pasirjambu, Kecamatan Pasirjambu

Abstrak
Status gizi balita memiliki pengaruh yang sangat besar dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan
datang. Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2018 yaitu status gizi
balita menurut indeks berat badan per usia (BB/U) di Indonesia,
didapatkan hasil prevalensi gizi kurang sebanyak 14% dan gizi buruk
sebanyak 3,8%. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif, dengan pendekatan survey. Penelitian dilaksanakan dengan
pengukuran berat badan dan tinggi badan balita di Posyandu Melati VI Desa
Mekarmaju Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung pada bulan
September 2019. Sampel diambil dari seluruh balita dengan jumlah 55
balita. Hasil penelitian menurut BB/U ditemukan balita dengan status gizi
baik 51 balita (92,73%), gizi kurang sebanyak 4 balita (7,27%). Menurut
TB/U balita dengan gizi normal sebanyak 52 orang (94,55%) dan status gizi
pendek sebanyak 3 orang (5,45%). Menurut BB/TB ditemukan 53 balita
(96,36%) memiliki status gizi normal dan 2 orang (3,64%) memiliki status
gizi kurus. Hal ini karena Desa Mekarmaju dekat dengan fasilitas pelayanan
kesehatan sehingga lebih mudah untuk menjangkau fasilitas pelayanan
kesehatan tersebut.

Kata kunci : Status Gizi Balita, Puskesmas Pasirjambu, Posyandu

Korespondensi : Kintan Nafasa. Fakultas Kedokteran Universitas


Islam Bandung. Jalan Hariang Banga No. 2, Kota Bandung, Provinsi
Jawa Barat, Indonesia. Telepon : 085722649611. Email :
kintan.nafasa@gmail.com

1
DESCRIPTION OF NUTRITIONAL STATUS IN POSYANDU
MELATI VI MEKARMAJU VILLAGE PASIRJAMBU DISTRICT
BANDUNG REGENCY

Abstract
Toddler’s nutritional status has a very big influence in quality of
human resources in the future. According to the results of the Nutrition
Status Monitoring in 2018, toddler’s nutritional status according to the body
weight index per age in Indonesia, the results obtained are the prevalence
of malnutrition as much as 3.8% and malnutrition as much as 14% in
Indonesia. The method used in this research is descriptive, with a survey
approach to find out the nutritional status of toddlers. The study was
conducted by measuring weight and height of toddlers at Posyandu Melati
VI Mekarmaju Village, Pasirjambu District, Bandung Regency in September
2019. Samples were taken from all toddlers who were in Posyandu Melati
VI Mekarmaju Village with a total of 55 toddlers. The results found that
toddlers with good nutritional status 51 toddlers (92.73%), malnutrition 4
toddlers (7.27%), and there were no toddlers with poor nutritional status.
According to height for age, toddlers with normal nutrition are 52 toddlers
(94.55%) and toddlers with stunting are 3 toddlers (5.45%). Whereas
according to weight for height it was found 53 toddlers (96.36%) had
normal nutritional status and 2 toddlers (3.64%) had underweight
nutritional status. This is because Mekarmaju Village is close to health care
facilities so that it is easier to reach these health care facilities.

Keyword : Nutritional status, Pasirjambu Primary Health Care, Posyandu

Corespondence : Kintan Nafasa. Medical Faculty, Bandung Islamic


University. Hariang Banga No. 2, Bandung City, West Java Province.,
Indonesia. Telepon : 085722649611. Email : kintan.nafasa@gmail.com

2
Pendahuluan

Status gizi balita memiliki pengaruh yang sangat besar dalam

mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan

datang. Status gizi berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan

kecerdasan saat usia dini tergantung pada asupan zat gizi yang diterima,

semakin rendah asupan gizi yang diterima, semakin rendah pula status gizi

dan tingkat kecerdasan anak. Gizi kurang atau gizi buruk pada masa bayi

dan anak-anak terutama usia kurang dari 5 tahun dapat berakibat

terganggunya jasmani dan kecerdasan anak.1

Kasus gizi buruk saat ini menjadi perhatian di Indonesia. Gizi kurang

dan gizi buruk merupakan masalah yang perlu mendapatkan perhatian,

karena akan dapat menimbulkan the lost generation. Kualitas bangsa di

masa depan akan sangat dipengaruhi keadaan atau status gizi pada saat ini,

terutama balita. Akibat gizi buruk dan gizi kurang akan mempengaruhi

kualitas kehidupannya kelak.2

Dampak yang lebih serius dari kekurangan gizi adalah timbulnya

kecacatan, tinggi angka kesakitan dan terjadinya percepatan kematian

(premature death). Pada usia balita sekitar 7,5 anak (36%) menderita

Kurang Energi Protein (KEP) atau mengalami penghambatan pertumbuhan

yang ditunjukan oleh berat badan lebih rendah dari standar menurut usia.2

3
Dalam target SDGS 2030 tentang gizi masyarakat diharapkan dapat

mengakhiri segala bentuk malnutrisi, termasuk mencapai target

internasional 2025 untuk penurunan stunting dan wasting pada balita

(Dirjen Gizi, 2015). Target nasional tahun 2019 adalah 17% maka prevalensi

kekurangan gizi pada balita harus diturunkan 2,9% dalam periode tahun

2013 (19.9%) sampai tahun 2019 (17%).3

Masalah gizi pada balita tergambar dalam laporan data World

Health Organization (WHO) pada tahun 2017 sekitar 150,8 juta anak balita

mengalami stunting (pendek), 50,5 juta mengalami wasting (kurus). Asia

merupakan benua yang memiliki status gizi paling buruk dibandingkan

benua lainnya.4

Menurut hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2018 yaitu status

gizi balita menurut indeks berat badan per usia (BB/U) di Indonesia,

didapatkan hasil prevalensi gizi kurang sebanyak 14% dan gizi buruk

sebanyak 3,8% balita. Status gizi balita berdasarkan tinggi badan dan umur

(TB/U) sebesar 9,8% sangat pendek dan 19,3 % dengan status gizi pendek.

Status gizi balita berdasarkan tinggi badan dan berat badan (TB/BB)

sebesar 2,8% balita sangat kurus dan 6,7 % kurus.5

Provinsi Jawa Barat memiliki kasus balita gizi buruk pada tahun

2018 sebanyak 2,60% balita dari jumlah balita yang ada di Jawa Barat.

Berdasarakan Riskesdas 2013, prevalensi gizi kurang di Jawa Barat

4
sebanyak 15,7%, masalah stunting/pendek pada balita menunjukkan rerata

35,3% dan prevalensi kurus sebesar 5,9%.6

Berdasarkan data laporan tahunan Puskesmas Pasirjambu tahun

2018, cakupan balita ditimbang (D/S) yaitu sebesar 82,31 % dengan masih

ada status gizi buruk. Hal ini menandakan bahwa rata-rata tidak semua

sasaran dalam wilayah kerja puskesmas datang untuk melakukan

penimbangan balita setiap bulan sehingga masih terdapat kemungkinan

adanya status gizi buruk yang belum diketahui. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui gambaran status gizi balita di Posyandu Melati VI Desa

Mekarmaju Kecamatan Pasirjambu.

Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif,

dengan pendekatan survey untuk mengetahui gambaran status gizi balita.

Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu

penelitian yang datanya dapat dikumpulkan sesuai kondisi situasi saat

penelitian tersebut berlangsung, sehingga pengumpulan data cukup

dilakukan sekali atau pada waktu penelitian dilakukan. Penelitian

dilakukan dengan pengambilan data primer melalui pengukuran berat

badan dan tinggi badan balita di Posyandu Melati VI Desa Mekarmaju

Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung pada bulan September 2019.

Pemilihan sampel menggunakan total sampling, sehingga didapatkan

jumlah sampel sebanyak 55 balita. Status gizi balita dinilai dengan

5
menggunakan indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui gambaran status gizi balita di Posyandu Melati VI Desa

Mekarmaju Kecamatan Pasirjambu.

Hasil

1. Karakteristik Balita

Berdasarkan hasil penelitian di Posyandu Melati VI Desa Mekarmaju

diperoleh data mengenai karakteristik balita sebagai berikut :

Tabel 1. Distribusi balita menurut jenis kelamin


Jenis Kelamin N %
Laki-laki 27 49,09
Perempuan 28 50,91
Jumlah 55 100

Dari distribusi balita menruut jenis kelamin terlihat bahwa jumlah

balita laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda, yaitu dengan jumlah

balita laki-laki 27 orang (49,09%) dan jumlah balita perempuan 28 orang

(50,91%)

Tabel 2. Distribusi balita menurut umur


Umur (bulan) N %
0-5 4 7,27
6-11 6 10,91
12-23 7 12,73
24-59 38 69,09
Jumlah 55 100

6
Dari distribusi balita menurut umur terlihat kelompok umur 0-5

bulan yaitu 4 orang (7,27%), kelompok umur 6-11 bulan yaitu 6 orang

(10,91%), kelompok umur 12-23 bulan yaitu 7 orang (12,73%), dan

kelompok umur 24-59 bulan yaitu 38 orang (69,09%).

2.Status Gizi Balita


Tabel 3. Status gizi menurut BB/U
Status Gizi N %
Gizi baik 51 92,73
Gizi kurang 4 7,27
Gizi buruk 0 0
Jumlah 55 100

Berdasarkan hasil pengukuran antropometri BB/U didapatkan 51

orang (92,73%) mempunyai gizi yang baik dan 4 orang (7,27%) memiliki

status gizi kurang.

Tabel 4. Status gizi menurut TB/U


Status Gizi N %
Normal 52 94,55
Pendek 3 5,45
Sangat Pendek 0 0
Jumlah 55 100

Berdasarkan hasil pengukuran antropometri TB/U didapatkan 52

orang (94,55%) mempunyai gizi normal dan 3 orang (5,45%) memiliki

status gizi pendek.

7
Tabel 5. Status gizi menurut BB/TB
Status Gizi N %
Normal 53 96,36
Kurus 2 3,64
Sangat Kurus 0 0
Jumlah 55 100

Berdasarkan hasil pengukuran antropometri TB/BB didapatkan 53

orang (96,36%) mempunyai gizi normak dan 2 orang (3,64%) memiliki

status gizi kurus.

Pembahasan

Berdasar atas data WHO, Indonesia termasuk kedalam 17 negara

dari 117 negara di dunia yang mempunyai ketiga masalah gizi secara

bersamaan yaitu stunting, wasting, dan overweight. Kebijakan intervensi

efektif untuk menanggulangi masalah gizi di masyarakat telah ada tetapi

masih belum mencapai implementasi maksimal. Hal ini tercermin dari hasil

data hasil penelitian di Posyandu Melati VI Desa Mekarmaju yang masih

tercatat adanya status gizi yang tidak diharapkan angka kejadiannya

menjadi kurang atau mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya.4

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 55 balita yang diambil

untuk penelitian didapat jenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak jauh

berbeda, yaitu jumlah laki-laki 27 orang (49,09%) dan jumlah perempuan

28 orang (51,91%). Jumlah balita berdasarkan distribusi umur ditemukan

0-5 bulan sebanyak 4 orang (7,27%), 6-11 bulan sebanyak 6 orang (10,91%),

8
12-23 obulan sebanyak 7 orang (12,73%), dan 24-59 bulan sebanyak 38

orang (69,09%).

Hasil penelitian status gizi menurut BB/U diklasifikasikan menjadi

3 kategori yaitu gizi baik, gizi kurang, dan gizi buruk. Dari klasifikasi

tersebut ditemukan balita dengan status gizi baik 51 orang (92,73%), gizi

kurang sebanyak 4 orang (7,27%), dan tidak terdapat balita dengan status

gizi buruk. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Senduk

dkk pada tahun 2015 yang menunjukkan bahwa jumlah balita yang

memiliki yang memiliki status gizi baik sebanyak 58 balita (93%) dan status

gizi kurang sebanyak 1 balita (1,5%) dan tidak terdapat balita dengan status

gizi buruk.5 Selain itu, penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Fitriana tahun 2017 bahwa jumlah balita dengan gizi baik

sebanyak 41 balita (89,13%), balita dengan status gizi kurang sebanyak 5

balita ( 10,87%), dan tidak terdapat balita dengan gizi buruk.7,8

Berdasarkan data pengukuran status gizi menurut TB/U

menunjukkan balita dengan gizi normal sebanyak 52 orang (94,55%) dan

status gizi pendek sebanyak 3 orang (5,45%). Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Dwi dkk pada tahun 2017 yang

menunjukkan bahwa terdapat balita dnegan gizi normal sebanyak 42 balita

(91,3%), dan terdapat 4 balita (8,7%) dengan status gizi pendek. Penelitian

ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Gusti dkk pada tahun

2017 bahwa terdapat 74 balita (87,1%) dengan gizi normal, 11 balita (12,9%)

9
dengan gizi pendek, dan tidak terdapat balita dengan status gizi sangat

pendek.7,9

Sedangkan menurut BB/TB ditemukan 53 orang (96,36%) memiliki

status gizi normal dan 2 orang (3,64%) memiliki status gizi kurus. Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mustika pada tahun 2015,

bahwa jumlah balita dengan klasifikasi sangat kurus 2 anak (4,6%), balita

dengan klasifikasi kurus 3 anak (6,9%), balita dengan klasifikasi normal 36

anak (82,8%), serta balita dengan klasifikasi gemuk 2 anak (4,6%). Hasil ini

juga sesuai dengan penelitian oleh Dwi dkk pada tahun 2017 bahwa

terdapat 40 balita (87%) memiliki status gizi normal dan terdapat 6 balita

(13%) yang memiliki status gizi kurus.7,10

Berarti dalam penelitian ini status gizi terbanyak adalah balita

dengan status gizi yang baik. Perlu diketahui bahwa populasi yang diambil

mayoritas tempat tinggalnya dekat dengan fasilitas pelayanan kesehatan

sehingga lebih mudah untuk menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan

tersebut. Hal ini kemungkinan ditunjang dari latar belakang tingkat

pendidikan orangtua yang dirasa cukup untuk memiliki pengetahuan

tentang gizi serta telah memiliki kesadaran akan kesehatan anak. Menurut

UNICEF, salah satu hal yang berkontribusi dalam terjadinya masalah gizi

kurang pada balita adalah pendidikan orangtua. Semakin tinggi pendidikan

orangtua, maka kecenderungan status gizi anak juga semakin baik. Status

gizi baik dipengaruhi juga oleh faktor nutrisi yang dikonsumsi oleh balita

10
itu sendiri dimana nutrisi yang dikonsumsi memiliki kualitas dan kuantitas

yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan balita. Faktor lain yang

dapat memengaruhi status gizi yang baik pada balita antara lain pemberian

makanan tambahan yang tepat, tingkat pendapatan keluarga yang

tergolong tinggi, perilaku pemeliharaan kesehatan seperti mengkonsumsi

makanan yang bergizi serta perilaku hidup bersih dan sehat (seperti

mencuci tangan anak sesudah bermain, sesudah buang air, dan sebelum

makan), serta pola asuh keluarga berupa pola pendidikan yang diberikan

orangtua kepad anak-anaknya.13,14

Status gizi yang baik pada balita tersebut didukung dengan

tercukupinya zat gizi sesuai kebutuhan mereka. Berbagai penelitian

membuktikan bahwa zat gizi sangat diperlukan untuk mengatur berbagai

fungsi tubuh, seperti fungsi kekebalan, pertumbuhan, dan kognitif.15

Sedangan untuk status gizi kurang, gizi buruk, pendek, sangat

pendek, kurus maupun sangat kurus bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya ada dua yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Faktor

langsung yaitu gangguan gizi khusunya gangguan gizi pada balita adalah

tidak sesuainya jumlah gizi yang diperoleh dari makanan dengan kebutuhan

tubuh balita. Sedangkan faktor tidak langsung diantaranya adalah

pengetahuan, kebiasaan atau pantangan, kesukaan atau jenis makanan

tertentu, jarak kelahiran yang terlalu rapat, sosio ekonomi dan penyakit

infeksi. Salah satu penyebab yang kemungkinan terjadi di desa tersebut

11
adalah kemungkinan besar karena menu makanan yang tidak bervariasi

sehingga anak mudah bosan dan menjadi malas makan. Hal ini dapat

disebabkan oleh kurangnya pemahanan ibu dalam kurangnya

mempersiapkan menumakanan yang seimbang dan bervariasi. Masalah gizi

kurang pada balita secara lagsung disebabkan oleh anak tidak mendapatkan

cukup asupan makanan yang mengandung gizi seimbang. Karena masih

dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, anak membutuhkan energi

dan protein per kilogram berat badan yang lebih banyak dari orag dewasa.

Menu yang bervariasi juga baik untuk meningkatkan status gizi karena

tubuh memerlukan banyak kandungan zat untuk perkembangan dan

pertumbuhan khususnya pada balita.16,17

Simpulan

Penelitian yang dilaksanakan di Posyandu Melati VI Desa

Mekarmaju Kecamatan Pasirjambu menunjukkan hasil status gizi balita

berdasarkan BB/U didominasi kategori normal dengan adanya balita

dengan gizi kuramg sebanyak 7, 27 %. Status gizi balita berdasarkan TB/U

didominasi pula oleh kategori normal, dengan adanya balita pendek

sebanyak 5,45 %. Status gizi menurut BB/TB didominasi oleh gizi normal

dengan status gizi kurus sebanyak 3,64 %. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa di wilayah kerja puskesmas masih terdapat balita yang masih

memiliki status gizi buruk seperti gizi kurang, perawakan pendek, dan

kurus.

12
Saran

Saran yang diberikan yaitu dengan meningkatkan pengetahuan ibu

balita mengenai pola pemberian makan yang baik dan benar melalui

penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan. Pengetahuan yang

diberikan meliputi cara penganekaragaman makanan yang dikonsumsi oleh

anak sehingga tercapai gizi yang lengkap dan seimbang.

Selain itu, disarankan pula adanya kerja sama antara petugas

kesehatan, kader, tokoh masyarakat untuk menggerakkan seluruh ibu yang

memiliki bayi maupun balita agar berkemauan untuk datang dengan

mengunjungi posyandu setiap bulannya. Hal ini bertujuan agar status gizi

balita terpantau secraa rutin melalui penimbangan berat badan dan

pengukuran tinggi badan.

Ucapan Terimakasih

Alhamdulillahirobbil’alamin, penulis dapat menyelesaikan

penyusunan jurnal yang berjudul Gambaran Status Gizi Balita di Posyandu

Melati VI Desa Mekarmaju Kecamatan Pasirjambu. Penulis menyadari

bahwa jurnal ini tidak akan selesai tanpa bantuan berbagai pihak. Maka dari

itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pimpinan dan staf

Puskesmas Pasirjambu serta bidan desa Mekarmaju yang sudah

memfasilitasi penelitian ini sehingga penulis dapat menyelesaikan jurnal

ini.

13
Daftar Pustaka
1. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Perencanaan Program Gerakan
sadar Gizi dalam Rangka 100 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK).
2012

2. Sarlis N, Ivanna CN. Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita
di Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru Tahun 2016. Jurnal Endurance.
Feb 2018; 3(1): 142-152

3. Dirjen Gizi. 2015. Kesehatan Dalam Kerangka SDGS. Jakarta: Kemenkes


RI

4. World Health Organization. Levels and Trends In Child Malnutrition.


2017

5. Sardjoko, S. 2016. Pelaksanaan Pengentasan Kelaparan serta Konsumsi


& Produksi Berkelanjutan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(SDGs) di Indonesia. Palembang: Kementrian PPN/Bappenas

6. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2018.

7. Senduk AL, Siagian IET, Palandaeng HMF. Gambaran Status Gizi Anak
Balita di PPA (Pusat Pengembangan Anak) di Kelurahan Ranomuut
Manado. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik. 2015 Juli 3; II(3):
148-153.

8. Fajrin, FI. Gambaran Status Gizi Balita Berdasarkan Tingkat Pendidikan


dan Pengetahuan Ibu tentang Gizi di Posyandu I Dusun Kajeksan Desa
Kajeksan Kecamatan Tulangan. 2017 Jan; 2(1): 36-41.

9. Kusumawati DE, Ikbal M. Gambaran Status Gizi, Tingkat Kecukupan


Energi dan Zat Gizi Balita Usia 12-23 Bulan yang Mendapatkan
Penyapihan Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Mamboro. 2017 Okt;
11(2): 1179-1193

10. Suharidewi GAT, Pinatih GNI. Gambaran Status Gizi pada Anak TK di
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Blahbatuh II Kabupaten Gianyar Tahun
2015. E-Jurnal Media. 2017 Juni; 6(6): 1-6

11. Mustika D.N, Puspitaningrum D. 2015. Gambaran Status Gizi Balita di


Posyandu RT 05 RW V Perumahan Villa Tembalang Bulusan,

14
Tembalang, Semarang. Program Studi Diploma III Kebidanan Fakultas
Ilmu Kepetawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Semarang

12. Sardjoko, S. 2016. Pelaksanaan Pengentasan Kelaparan serta Konsumsi


& Produksi Berkelanjutan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(SDGs) di Indonesia. Palembang: Kementrian PPN/Bappenas

13. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2018.

14. United Nations Children’s Fund (UNICEF). Improving child nutrition:


the achievable imperative for global progress, UNICEF, New York, 2013.

15. Pasambo Y. Gambaran Status Gizi Balita di RT 03/RW Kelurahan


Borombong Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Jurnal Poltekkes.
2017.

16. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES RI).


Pemantauan Status Gizi (PSG) 2018. Jakarta KEMENKES RI ; 2018.

17. Astuti EP. Status Gizi Balita di Posyandu Melati Desa Sendangdi Mlati
Sleman. Jurnal Permata Indonesia. 2017 Mei; 8(1): 18-23

15

Anda mungkin juga menyukai