Anda di halaman 1dari 4

Upaya dan Tantangan Indoensia menuju Indonesia Bebas Campak 2020

Pemerintah Indonesia telah  berkomitmen untuk menghilangkan penularan dan


populasi virus campak dan rubella di tahun 2020 melalui program nasional yaitu
imunisasi campak dan rubella atau ‘’Measles-Rubella’’ sebagai bentuk kebutuhan
dasar masyarakat sesuai dengan Nawacita Presiden Jokowi .

Pelaksanaan program tersebut telah dilakukan di seluruh Pulau Jawa terhitung


sejak 1 Agustus 2017 yang dilakukan kepada bayi usia sembilan bulan hingga anak
usia 15 tahun. Kegiatan ini telah didukung oleh Kementerian Dalam Negeri,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, Tim Penggerak
PKK Pusat, Ikatan Dokter Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Anak
Indonesia, Ikatan Bidan Indonesia, Persatuan Perawat Nasional Indonesia, dan juga
lembaga serta organisasi terkait lainnya.

Vaksinasi ini di dapatkan secara gratis di seluruh Posyandu, Puskesmas, RS


Pemerintah dan Sekolah Dasar. Kampanye imunisasi MR yang telah dilaksanakan di
seantero Pulau Jawa ini menuai banyak reaksi dari masyarakat. Terutama masyrakat
yang masih belum paham akan manfaat dari vaksin yang berfungsi untuk menekan
angka kematian anak akibat penyakit campak, dan mengurangi jumlah bayi terlahir
cacat (sindrom rubella kongenital) karena ibunya terinfeksi virus rubella saat hamil.

Seperti diketahui, campak dan rubella merupakan penyakit infeksi menular


yang berisiko tinggi. Kedua penyakit tersebut dapat menyerang seseorang yang belum
pernah mendapatkan vaksin campak dan rubella sebelumnya dan dapat ditularkan
kepada seseorang yang belum pernah mengalami penyakit campak dan rubella.

Pada tahun 2000, lebih dari stengah juta anak di dunia meninggal karena
komplikasi serius penyakit campak seperti diare, radang paru (pneumonia), radang
otak (ensefalitis), kebutaan, dan gizi buruk. Sedangkan penyakit rubella berisiko
menyebabkan keguguran atau kecacatan pada bayi yang dilahirkan apabila menulari
wanita hamil.
Di Indonesia sendiri, menurut catatan dari Kementerian Kesehatan RI 2016,
dilaporkan terdapat 8.185 kasus campak pada tahun 2015. Jumlah ini lebih rendah
dibandingkan tahun 2014 yang sebesar 12.943 kasus. sedangkan untuk rubella,
berdasarkan studi tentang estimasi beban penyakit CRS (congenital Rubella
Syndrome) di Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan terdapat 2.767 kasus CRS,
82/100.000 terjadi pada usia ibu 15-19 tahun dan menurun menjadi 47/100.000 pada
usia ibu 40-44 tahun.

Fase pertama pemberian imunisasi MR akan diadakan di seluruh sekolah yang


terdiri dari sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-kanak,
SD/MI/sederajat, SDLB dan SMP/MTs/sederajat dan SMPLB dan fase kedua akan
dilaksanakan pada anak-anak di luar sekolah usia 9 bulan – <15 tahun di pospos
pelayanan imunisasi seperti Posyandu, Polindes, Poskesdes, Puskesmas, Puskesmas
pembantu, Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Alasan utama
pemberian imunisasi di sekolah terlebih dahulu karena lebih mudah dilakukan dimana
sasaran sudah terkumpul dan anak yang belum mendapatkan imunisasi lebih mudah
diidentifikasi dan ditindaklanjuti. Setelah pemberian imunisasi di sekolah-sekolah
selesai, maka dilanjutkan dengan pemberian imunisasi di pos-pos pelayanan
imunisasi lainnya.

Upaya untuk menyukseskan program nasional ini sangat diperlukan untuk


mengurangi angka kematian yang diakibatkan dari kedua penyakit tersebut. Namun
jika pelaksanaannya hanya dengan pelaksanaan imunisasi rutin saja tidak akan cukup
untuk menghilangkan penularan dan populasi virus campak dan rubella di tahun
2020. diperlukan gebrakan kampanye kegiatan vaksinasi tambahan yang berskala
nasional agar tujuan dari dilaksanakannya program nasional ini yaitu tercapai di tahun
2020

Untuk itu diperlukan pemerintah perlu merangkul dan berkoordinasi dengan


berbagai lintas sektor seperti kementrian agama, pihak kepolisian,dinas pendidikan,
dan dinas kesehatan untuk mengawasi jalannya program imunisasi agar dapak
berjalan dengan aman dan lancar.
maka perlu dilakukan strategi nasional melalui beberapa kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkannya target Indonesia bebas campak tahun 2020
diantaranya (1) Penguatan imunisasi rutin untuk mencapai cakupan imunisasi
campak sebesar ≥95% merata di semua tingkatan di masing-masing daerah yang
akan memberikan perlindungan komunitas atau yang disebut dengan herd immunity
jika hal ini terwujud. (2) Pengupayaan keberhasilan pelaksanaan jadwal kampanye
vaksin MR yang telah disusun secara bertahap yang terbagi dalam dua fase, fase
pertama dilaksanakan Agustus dan September 2017 di Pulau Jawa. Sementara itu,
fase kedua akan dilaksanakan pada tahun 2018 di seluruh Indonesia. (3) Penguatan
Surveilans Campak Rubella berbasis kasus invidu/Case Based Measles Surveillance
(CBMS) di seluruh Indonesia. (4) Pelaksanaan Surveilans sentinel CRS di Rumah
Sakit di Indonesia untuk mengukur dampak dari imunisasi MR. dan terakhir (6) KLB
campak diinvestigasi secara penuh oleh petugas-petugas terkait jika terjadi di suatu
daerah selama pelaksanaan program berlansung.

Selain beberapa kegiatan diatas diharapkan juga peran dinas kesehatan


masing-masing daerah agar dapat memberikan pembimbingan dan sosialisasi ke
seluruh kader kesehatan baik tingkat puskesmas ataupun rumah sakit agar mampu dan
siap dalam memberikan informasi secara jelas tentang bahaya campak dan rubella,
mengetahui solusi pengendalian rubella serta pentingnya manfaat imunisasi MR
kepada masyarakat yang berada dalam cakupan wilayah kerjanya.

Untuk menyosialisasikan kegiatan ini ke masyarakat luas, Kemenkes yang


telah bekerjasama dengan UNICEF telah membuat iklan layanan masyarakat, baik
ditayangkan di tv maupun radio. Pembiayaan kampanye dan introduksi imunisasi MR
ini berasal dari dana APBN, hibah luar negeri GAVI (Global Alliance for Vaccine
and Immunization), APBD tingkat provinsi dan kabupaten/kota, serta sumber lainnya
yang sah

Peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam hal ini petugas pelayanan
kesehatan juga diperlukan. Bukan hanya dalam hal kemampuan tehnis dan
manajemen, tetapi dalam kemampuan memberikan pelayanan yang terbaik secara
profesional, seperti kemampuan berkomunikasi, berinteraksi, ber-empati, ber-etika,
dan bersikap sopan-santun serta penuh perhatian kepada masyarakat yang dilayaninya
sangat mendukung untuk terwujudnya tujuan dari program ini dilaksanakan.

Selain itu pendekatan kepada pemuka agama , perangkat desa setempat dan
pemangku terkait lainnya untuk dapat membantu mensosialisasikan program ini di
daerahnya masing-masing sangat diperlukan untuk membantu memberi pemahaman
kepada masyarakat yang masih belum paham ataupun masih ragu agar bersedia
anaknya divaksinasi

Tantangan lain dalam pelaksanaan program nasional ini adalah adanya isu
bahwa vaksin MR dapat menyebakan terjadinya autisme dan kelumpuhan kepada
anak. Untuk itu, diperlukan peran petugas kesehatan yang akan menangani imunisasi
agar terlebih dahulu memeriksakan kondisi anak sebelum divaksinasi untuk
menghindari kemungkinan terjadinya kejadian yang tidak diinginkan yang dapat
menurunkan kepercayaan masyarakat akan vaksin MR.

Keraguan pada kehalalan vaksin dan munculnya pemberitaan vaksin palsu


akhir tahun lalu menjadi salah satu tantangan yang harus diselesaikan agar dapat
meyakinkan masyarakat. Menteri Kesehatan Indonesia Nila Moeloek menegaskan
bahwa imunisasi measles rubella (MR) bukan berasal dari gelatin babi namun berasal
dari embrio ayam.

Walaupun secara tegas oleh Menteri Kesehatan bahwa vaksin vaksin Measles
Rubella (MR) tersebut berasal dari embrio ayam, namun ternyata vaksin MR masih
belum mendapat sertifikasi halal. Hal inilah yang harus diupayakan Kemenkes dan
BPOM untuk segera mengurus dan mendapatkan sertifikasi kehalalan vaksin MR
sehingga masyarakat tidak ragu untuk di vaksinasi.

Anda mungkin juga menyukai