Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vaksin Measles dan Rubella (MR) merupakan vaksin untuk

mencegah penyakit yang disebabkan oleh virus measles (campak) dan

rubella (campak jerman). Sedangkan MMR, merupakan vaksin untuk

mencegah terjadinya penyakit infeksi measles, mumps (gondong), dan

rubella. Gejala campak dimulai dengan demam tinggi, anak tampak sakit

berat, batuk dan pilek, dapat dijumpai muntah dan mencret. Gejala lainnya

terjadinya ruam kemerahan dimulai dari wajah dan seluruh tubuh, mata

kemerahan dan berair, serta bibir pecah pecah. Pada anak tertentu saat

mengalami demam tinggi akan mencetuskan kejang. Setelah demam turun,

bercak berubah menjadi coklat kehitaman dan akan menghilang beberapa

hari sampai minggu sesudahnya. Penyakit ini dapat menimbulkan

komplikasi pada paru dan otak (Husna, 2016).

Data dalam 5 tahun terakhir menunjukkan 70% kasus rubella

terjadi pada kelompok usia <15 tahun. Virus ini sangat menular sehingga

menimbulkan wabah. Virus MR dapat menyerang wanita hamil. Apabila

virus menyerang pada trimester pertama (0-3 bulan kehamilan) dapat

mengakibatkan keguguran. Apabila virus menyerang ibu hamil pada

trimester kedua, akan meneyebabkan sebagai congenital rubella

1
syndrome yang ditandai dengan ukuran kepala yang kecil, buta, tuli, dan

cacat mental (Husna, 2016).

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2015,

Indonesia termasuk 10 negara dengan jumlah kasus campak terbesar di

dunia. Kementerian Kesehatan mencatat jumlah kasus campak dan rubella

di Indonesia sangat banyak dan cenderung meningkat dalam kurun waktu

lima tahun terakhir. Adapun jumlah kasus suspek campak-rubella yang

dilaporkan antara 2014 sampai dengan Juli 2018 sebanyak 57.056 kasus,

di mana 8.964 di antaranya positif campak dan 5.737 positif rubella.

Tahun 2014 tercatat ada 12.943 kasus suspek, terdiri dari 2.241 positif

campak dan 906 rubella. Jumlah ini bertambah mencapai 15.104 kasus

suspek di 2017, di mana 2.949 di antaranya positif campak, dan 1.341

positif rubella. Hingga Juli 2018 ini sudah tercatat 2.389 kasus suspek,

terdiri dari 383 positif campak dan 732 positif rubella (Manafe, 2018).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan vaksinasi tersebut

terbukti mencegah penyebaran penyakit serta menyelamatkan nyawa

jutaan anak-anak di dunia. Vaksin MR telah digunakan pada 141 negara

dan tidak ada laporan efek samping yang berbahaya. Vaksin yang

digunakan di Indonesia terjamin keamanannya. Cakupan imunisasi yang

kurang bisa menyebabkan timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB) seperti

pada 2015 lalu, di Padang, Sumatera Barat dalam penularan difteri.

Sejumlah keberhasilan vaksinasi telah ditunjukkan antara lain, cacar pada

2
1974, tetanus neonatorum pada 2015 lalu, serta Indonesia bebas polio pada

2014. Untuk campak, Indonesia menargetkan bebas pada 2020 mendatang.

Menurut kantor regional Asia Tenggara dari Badan Kesehatan

Dunia (WHO SEARO), Indonesia merupakan salah satu negara yang

tertinggal dalam upaya menangani penyakit campak. Ini disebabkan

adanya kesalahpahaman terhadap upaya vaksinasi. Data WHO SEARO

menunjukkan 1,1 juta anak berusia satu tahun tidak mendapatkan

vaksinasi pada 2016 lalu. Indonesia bahkan berada di bawah Maladewa

dan Bhutan yang telah mendeklarasikan bebas campak.

Untuk mewujudkan Indonesia Sehat, Dinas Kesehatan Provinsi

Sumatera Selatan menyerukan kampanye sosialisasi imunisasi Measles-

Rubella (MR) secara masal bagi anak usia 9 Bulan – 15 Tahun. Program

imunisasi tersebut termasuk dalam program prioritas nasional sehingga

vaksin nya sudah disediakan oleh pemerintah dan lebih terjamin

keamanannya (Dinkes, 2018).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan

(2018), untuk kegiatan imunisasi MR serentak, pihaknya menargetkan

sekitar 2.239.582 anak untuk bisa mendapatkan imunisasi. Jumlah tersebut

terbagi ke 17 Kabupaten/Kota di Sumsel. Dengan rincian sebanyak

401.792 anak untuk di Palembang, lalu Prabumulih 50.540 anak, Pagar

Alam 35,156 anak, Lubuk Linggau 62.174 anak, Muratara 56,079 anak,

Pali 58.837 anak, OKU sebanyak 95.823 anak. Kemudian, OKI 223,687

anak, Muara Enim sebanyak 175.011 anak, Lahat 107.642 anak, Musi

3
Rawas 107.116 anak, Musi Banyuasin 180.713 anak, Banyuasin 233.213

anak, OKU Selatan 96.457 anak, OKU Tmur 171.788 anak, Ogan Ilir

114.976 anak dan Empat Lawang 68.578 anak (Dinkes, 2018).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Palembang (2018),

menargetkan pelaksanaan imunisasi MR terhadap 11.763 anak-anak pada

tingkat PAUD hingga SMP, sedangkan tingkat pencapaian dari

pelaksanaan imunisasi MR pada tahap I tersebut hanya sebanyak 2.883

(34%) anak tingkat PAUD dan SMP yang telah dilakukan imunisasi MR

(Dinkes Kota Palembang, 2018).

Campak adalah penyakit yang sangat mudah menular melalui

batuk dan bersin. Ketika seorang terkena campak, 90 persen orang yang

berinteraksi erat denganya dapat tertular jika mereka belum memiliki

kekebalan terhadap campak. Karena itu imunisasi vaksin MR ini penting

untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit yang disebabkan oleh

virus ini. Campak menimbulkan komplikasi berat, seperti pneumonia atau

radang paru dan ensefalitis atau radang otak. Akibat fatalnya adalah

kematian. Sekitar 1 dari 20 penderita campak akan mengalami komplikasi

radang paru, dan 1 dari 1000 penderita akan mengalami radang otak.

Komplikasi lainnya adalah infeksi telinga yang berujung tuli.

Rubella adalah penyakit akut dan menular yang sering

menginfeksi anak dan dewasa muda yang rentan. Penyakit ini berbahaya

bila menyerang ibu hamil terutama pada kehamilan 3 bulan pertama yang

dapat menyebabkan abortus, kematian janin, bayi lahir cacat atau sindrom

4
rubella kongenital (Congenital Rubella Syndrome/CRS). Ketika terinfeksi,

anak-anak ini akan menularkan ke ibu hamil di dekatnya. Virus ini

terutama menularkan pada masa awal kehamilan atau pada saat

pembentukan janin. Akibatnya, bisa terjadi keguguran atau kecacatan

permanen pada bayi yang dilahirkan atau dikenal dengan Congenital

Rubella Syndrome (CRS), berupa ketulian, gangguan penglihatan,

kebutaan hingga kelainan jantung (Budiman, 2017).

Penyakit campak dan rubella bisa menyerang siapa saja baik laki-

laki maupun perempuan. Hingga saat ini belum ada satu pun pengobatan

yang dapat mematikan virus rubella yang masuk ke dalam tubuh

seseorang. Imunisasi merupakan satu-satunya upaya yang bisa dilakukan

dan paling efektif untuk mencegah penyakit ini (Budiman, 2017).

Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa haram

untuk vaksin campak dan rubella (Measles Rubella/MR) melalui Fatwa

Nomor 33/2018. Namun, MUI tetap membolehkan penggunaan vaksin

produksi Serum Institute of India (SII) ini karena alasan adanya kondisi

mendesak dan berbahaya. Jika tidak dilakukan imunisasi MR, maka

dampak dari kedua penyakit akan menjadi ancaman dan beban berat bagi

Indonesia (Manafe, 2018).

Beberapa orang tua aktif menolak vaksinasi imunisasi MR karena

mengandung zat yang mengandung babi. Mereka memiliki sejumlah

alasan untuk tidak memvaksinasi anak-anaknya. Karena yakin pola hidup

yang sehat dan seimbang dapat mencegah anak untuk tertular penyakit.

5
Selain itu, masalah kehalalan vaksin merupakan salah satu pertimbangan

dalam memutuskan untuk tidak memvaksinasi anak.

Jika merujuk pada ulama, fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor:

33 Tahun 2018 Tentang Pengunaan Vaksin MR (Measles Rubella) Produk

dari Serum Institute of Indonesia untuk Imunisasi. Secara ketentuan

hukum penggunaan vaksin yang memanfaatkan unsur babi dan turunannya

hukumnya haram. Lalu penggunaan Vaksin MR produk dari Serum

Institute of India (SII) hukumnya haram karena dalam proses produksinya

menggunakan bahan yang berasal dari babi. Namun penggunaan Vaksin

MR produk dari Serum Institute of India (SII), pada saat ini, dibolehkan

(mubah) karena beberapa pertimbangan seperti: ada kondisi

keterpaksanaan, belum ditemukan vaksin MR yang halal dan suci serta ada

keterangan dari ahli yang kompeten dan dipercaya tentang bahaya yang

ditimbulkan akibat tidak diimunisasi dan belum adanya vaksin yang halal

(Yusuf, 2018).

Tujuan diadakannya kegiatan kampanye sosialisasi imunisasi

Measles-Rubella (MR) Bagi Sekolah di Kota Palembang tahun 2018 agar

terlaksananya imunisasi Measles-Rubella berjalan sesuai target dan

capaian nasional. Campak dan Rubella merupakan penyakit menular yang

menyebabkan cacat hingga kematian, oleh karena itu anak dan keluarga

perlu dilindungi dengan memastikan seluruh anak-anak (usia 9 bulan

sampai kurang dari 15 tahun) mendapatkan imunisasi Measles – Rubella

(MR) di sekolah atau di Pos Imunisasi terdekat. Pada bulan Agustus 2018

6
pelaksanaan imunisasi di sekolah (SD, PAUD, TK, dan SMP) sedangkan

bulan September 2018 di Posyandu, Polindes, dan Puskesmas. Imunisasi

membangun sistem kekebalan tubuh agar anak tidak mudah terserang

penyakit sehingga anak dapat sekolah, belajar dan bermain dengan riang

gembira.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian imunisasi MR (measles and rubella)

2. Untuk mengetahui bahaya penyakit campak dan rubella

3. Untuk mengetahui kampanye imunisasi MR

4. Untuk mengetahui siapa saja yang perlu mendapatkan imunisasi MR

5. Untuk mengetahui pro dan kontra imunisasi MR

7
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Imunisasi MR (Measles and Rubella)

2.1.1 Definisi

Imunisasi MR adalah kombinasi vaksin campak/Measles (M) dan

Rubella (R) untuk perlindungan terhadap penyakit campak dan rubella

(Kemenkes, 2018).

Vaksin MR yang digunakan telah mendapat rekomendasi dari

WHO dan izin edar dari badan POM. Vaksin MR 95 persen efektif untuk

mencegah penyakit campak dan rubella vaksin ini aman dan telah

digunakan di lebih dari 141 negara di dunia.

2.1.2 Definisi Campak dan Rubella

1. Penyakit Campak

Campak dikenal juga sebagai morbili atau measles. Campak

merupakan penyakit yang sangat mudah menular yang disebabkan oleh

virus dan ditularkan melalui batuk dan bersih. Gejala penyakit campak

adalah demam tinggi, bercak kemerahan pada kulit (rashi) disertai

dengan batuk dan atau pilek dan atau mata merah.

Penyakit ini akan sangat berbahaya apabila disertai dengan

komplikasi pneumonia, diare, meningitis dan bahkan dapat

menyebabkan kematian. Manusia diperkirakan satu-satunya inang

8
(reservoit), walaupun monyet dapat terinfeksi tetapi tidak berperan

dalam penularan (Kemenkes, 2018).

2. Penyakit Rubella

Penyakit rubella adalah suatu penyakit yang mirip dengan campak

yang juga ditularkan melalui saluran pernapasan saat batuk atau bersin.

Seperti juga campak, rubella disebabkan oleh virus. Virus rubella cepat

mati oleh sinar ultra violet, bahan kimia, bahan asam dan pemanasan.

Rubella pada anak sering hanya menimbulkan gejala demam ringan

atau bahkan tanpa gejala sehingga sering tidak terlaporkan. Sedagkan

rubella pada wanita dewasa sering menimbulkan sakit sendi (arthritis

atau arthalgia). Rubella pada wanita hamil terutama padas kehamilan

trimester 1 dapat mengakibatkan keguguran atau bayi lahir dengan

cacat bawaan yang disebut congenital rubella syndrome (CASI).

2.1.3 Bahaya Penyakit Campak dan Rubella

Campak dapat menyebabkan komplikasi yang serius seperti diare,

radang paru (pneumonia), radang otak, kebutaan, gizi buruk dan bahkan

kematian.

Rubella biasanya berupa penyakit ringan pada anak, akan tetapi

bila menulari ibu hamil pada trimester pertama atau awal kehamilan, dapat

menyebabkan keguguran atau kecacatan pada bayi yang dilahirkan.

Kecatatan tersebut dikenal sebagai sindroma rubella kongenital yang

melliputi kelainan pada jantung, kerusakan jaringan otak, katarak, dan

keterlambatan perkembangan.

9
Gambar Dampak Penyakit Campak dan Rubella

2.1.4 Gejala Campak Dan Rubella

Gejala penyakit campak adalah:

1. Demam tinggi

2. Bercak kemerahan pada kulit (rash) disertai dengan batuk, pilek dan

mata merah

Gejala penyakit rubella tidak spesifik, bahkan bisa tanpa gejala. Gejala

umum berupa:

1. Demam ringan

2. Pusing, pilek

3. Mata merah

4. Nyeri persendian mirip gejala flu

2.1.5 Kampanye Imunisasi MR

Kampanye imunisasi MR dilakukan untuk meningkatan kekebalan

masyarakat terhadap penularan penyakit campak dan rubella yang dapat

menyebabkan kecacatan dan kematin. Kampanye imunisasi MR

10
merupakan langkah awal untuk introduksi imunisasi rubella kedalam

jadwal imunisasi rutin (Kemenkes, 2018).

Kampanye imunisasi MR dilakukan dalam dua fase. Fase pertama

di pulau Jawa pada tahun 2017. Fase kedua di luar Pulau Jawa tahun 2018.

Masing-masing fase dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama pada bulan

Agustus di sekolah. Tahap kedua bulan September di fasilitas kesehatan

(Puskesmas dan posyandu).

2.1.6 Untuk Siapa Imunisasi MR

Imunisasi MR diberikan untuk semua anak usia 9 bulan sampai

dengan kurang dari 15 tahun. Selama kampanye imunisasi MR bulan

Agustus-September 2017 dan Agustus-September 2018.

Selanjutnya imunisasi MR masuk dalam jadwal imunisasi rutin dan

diberikan pada anak usia 9 bulan, 18 bulan dan kelas 1 SD/sederajat

menggantikan imunisasi campak.

2.1.7 Efek Samping Imunisasi MR

Imunisasi MR tidak ada efek samping. Demam ringan, ruam

merah, bengkak ringan dan nyeri di tempat suntikan setelah imunisasi

adalah reaksi normalyang akan menghilang dalam 2-3 hari. Kejadian

ikutan pasca imunisasi yang serius sangat jarang terjadi.

2.1.8 Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No. 4 Tahun 2016

Imunisasi pada dasarnya dibolehkan (mubah) sebagai bentuk

ikhtiar untuk mewujudkan kekebalan tubuh (Imunisasi) dan mencegah

terjadinya suatu penyakit tertentu.

11
Dalam hal jika seseorang yang tidak diimunisasi akan

menyebabkan kematian, penyakit berat, atau kecacatan permanen yang

mengancam jiwa, berdasarkan pertimbangan ahli yang kompeten dan

dipercaya maka imunisasi hukumnya wajib.

2.1.9 Pro Kontra Pemberian Imunisasi MR

Program imunisasi untuk mencegah campak dan rubella (MR)

yang digelar pada Agustus-September 2018 memicu kembali perdebatan

tentang pro dan kontra vaksinasi. Polemik tentang perlu atau tidaknya

vaksinasi juga banyak dibicarakan. Begitu pula halal atau tidaknya vaksin,

kandungan vaksin, serta masalah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).

Beberapa alasan masyarakat menolak (kontra) vaksin MR adalah:

1. Karena vaksin tersebut belum memilki sertikat halaL

2. Ada anggapan bahwa imunisasi ini bisnis dari perusahaan obat

3. Imunisasi ini mendahului ketetapan Tuhan/Allah SWT bahwa sakit itu

merupakan bagian dari ujian Allah

4. Adanya keterangan dari tenaga medis yang kompeten bahwa tidak ada

vaksin yang halal

5. Banyak beredar vaksin palsu

6. Anak sering sakit/rewel setelah divaksin, dan

7. Kurang dukungan keluarga/suami/ orangtua terhadap vaksin.

Sedangkan pendapat yang mendukung vaksinasi tersebut didasari

atas beberapa alasan yaitu mencegah lebih baik daripada mengobati,

vaksinasi penting mencegah penyakit infeksi menjadi wabah, dan standar

12
kesehatan individu dan lingkungan masih rendah di Indonesia sehingga

anak diperlukan vaksinasi. Selanjutnya, Fatwa MUI No. 4 tahun 2016

tentang imunisasi yang menetapkan imunisasi tersebut pada dasarnya

bersifat mubah pada kondisi darurat, dan belum ditemukan bahan vaksin

yang halal dan suci.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) baru saja mengeluarkan fatwa

yang memutuskan memperbolehkan penggunaan vaksin Measless Rubella

(MR) digunakan meski mengandung babi dalam proses produksinya.

Keputusan ini menuai reaksi yang beragam dari masyarakat. Sebagian

orang tua mengaku bakal tetap memberikan vaksin MR itu untuk anak

mereka. Sedangkan sebagian lainnya masih enggan menggunakan vaksin

itu dan memilih menunggu vaksin yang halal.

Komisi Fatwa MUI telah mengeluarkan sertifikat halal untuk tiga

vaksin yang beredar di Indonesia yaitu vaksin polio, rotavirus dan

meningitis. MUI juga telah mengeluarkan Fatwa No. 4 tahun 2016 yang

membolehkan imunisasi sebagai bentuk ikhtiar atau upaya untuk

memberikan kekebalan tubuh dan mencegah penyakit tertentu.

Ketua Komisi Fatwa MUI, Prof. Hasanuddin AF, mengatakan

fatwa itu dikeluarkan karena banyak masyarakat yang menolak vaksinasi.

Dalam keadaan darurat--misalnya akan menimbulkan wabah atau

kematian imunisasi dapat dilakukan meski belum ada vaksin yang halal.

Dia mencontohkan jemaah yang harus divaksin meningitis sebelum ada

vaksin bersertifikat halal, karena situasinya dianggap darurat.

13
MUI belum mengeluarkan sertifikasi halal untuk vaksin MR yang

digunakan dalam program imunisasi. MUI dalam kapasitas tidak

menghalalkan dan tidak mengharamkan karena belum diproses, tetapi jika

orang tua memandang perlu divaksinasi yakin divaksinasi dan bermanfaat

untuk kesehatan anak ya saya kira tak masalah divaksinasi saja. Tetapi

yang ragu dan belum yakin halal dan menolak ya tidak apa-apa.

Masalah keamanan vaksin ini seringkali dikaitkan dengan asumsi

yang berkembang sebelum investigasi dilakukan oleh pihak berwenang.

Salah satu yang banyak diberitakan adalah kasus anak di Demak yang

mengalami kelumpuhan setelah diimunisasi MR. Tetapi setelah

diinvestigasi, kelumpuhan itu tidak ada kaitannya dengan vaksinasi MR.

2.2 Persiapan Vaksin

2.2.1 Pelarutan Vaksin

Dalam melarutkan vaksin harus memperhatikan hal-hal sebagai

berikut :

1. Pelarutan vaksin hanya boleh dilakukan ketika sasaran sudah datang

untuk imunisasi.

2. Pelarut harus berasal dari produsen yang sama dengan vaksin yang

digunakan.

3. Pastikan vaksin dan pelarutnya belum kadaluarsa dan VVM masih

dalam kondisi A atau B.

14
4. Vaksin dan pelarut harus mempunyai suhu yang sama (2 sd 8 oC) dan

tidak pernah beku.

5. Melarutkan vaksin dengan menggunakan ADS 5 ml. Satu ADS 5 ml

digunakan untuk melarutkan satu vial vaksin. Jangan menyentuh jarum

ADS dengan jari.

6. Memastikan 5 ml cairan pelarut vaksin terhisap dalam ADS kemudian

baru melakukan pencampuran dengan vaksin kering campak.

7. Masukan pelarut secara perlahan ke dalam botol vaksin agar tidak

terjadi gelembung/busa.

8. Kocok campuran vaksin dengan pelarut secara perlahan sampai

tercampur rata, hal ini untuk mencegah terjadinya abses dengin.

9. Vaksin yang sudah dilarutkan hanya boleh digunakan dalam waktu 6

jam. Oleh karena itu hanya boleh melarutkan satu vial vaksin dan baru

boleh melarutkan vaksin lagi bila vaksin pada vial sebelumnya sudah

habis serta masih ada sasaran. Catat jam pelarutan vaksin pada label

vaksin.

10. Memperhatikan prosedur aseptik.

Vaksin yang sudah dilarutkan harus segera dibuang jika:

1. Ada kecurigaan vial vaksin yang terbuka telah terkontaminasi seperti

ada sesuatu yang kotor dalam vial, vial jatuh ke tanah, rubber cap

tidak sengaja tersentuh, dan kontak dengan air.

2. VVM C dan D

3. Waktu pelarutan sudah melebihi 6 jam

15
2.2.2 Cara Pemberian Vaksin MR

Berikan imunisasi MR untuk anak usia 9 bulan sampai dengan

< 15 tahun tanpa melihat status imunisasi dan riwayat penyakit campak

atau rubella sebelumnya. Berikut adalah langkah-langkah dalam

melakukan penyuntikan vaksin MR:

1. Imunisasi dilakukan dengan menggunakan alat suntik sekali pakai

(autodisable syringe/ADS) 0,5 ml. Penggunaan alat suntik tersebut

dimaksudkan untuk menghindari pemakaian berulang jarum sehingga

dapat mencegah penularan penyakit HIV/AIDS, Hepatitis B dan C.

2. Pengambilan vaksin yang telah dilarutkan dilakukan dengan cara

memasukkan jarum ke dalam vial vaksin dan pastikan ujung jarum

selalu berada di bawah permukaan larutan vaksin sehingga tidak ada

udara yang masuk ke dalam spuit.

3. Tarik torak perlahan-lahan agar larutan vaksin masuk ke dalam spuit

dan keluarkan udara yang tersisa dengan cara mengetuk alat suntik dan

mendorong torak sampai pada skala 0,5 cc, kemudian cabut jarum dari

vial

4. Bersihkan kulit tempat pemberian suntikan dengan kapas kering sekali

pakai atau kapas yang dibasahi dengan air matang, tunggu hingga

kering. Apabila lengan anak tampak kotor diminta untuk dibersihkan

terlebih dahulu.

5. Penyuntikan dilakukan pada otot deltoid di lengan kiri atas.

16
6. Dosis pemberian adalah 0,5 ml diberikan secara subkutan (sudut

kemiringan penyuntikan 45o.

7. Setelah vaksin disuntikkan, jarum ditarik keluar, kemudian ambil

kapas kering baru lalu ditekan pada bekas suntikan, jika ada

perdarahan kapas tetap ditekan pada lokasi suntikan hingga darah

berhenti

Gambar Sudut Kemiringan Penyuntikan

Gambar Posisi Anak Saat Penyuntikan

17
2.3 Peran Petugas Kesehatan, Guru Dan Kader

1. Peran tenaga kesehatan

a. Memastikan sasaran anak 9 bulan sampai dengan <15 tahun

menerima imunisasi MR

b. Memastikan kondisi rantai vaksin terpelihara dengan baik dalam

suhu 2 - 80 celcius

c. Memastikan vaksin dan pelarut berasal dari pabrik yang sama dan

memeriksa tanggal kadaluarsanya

d. Memeriksa kondisi VVM vaksin MR (pastikan dalam kondisi A

dan B

e. Melarutkan vaksin dan mencatat waktu pelarutan tiap vial

f. Memberikan penyuntikan vaksin MR dengan benar (subkutan)

g. Melakukan pengolahan limbah imunisasi (tajam dan tidak tajam)

secara aman

h. Memantau dan menangani kasus KIPI

i. Memeriksa register pelaksanaan imunisasi dan melengkapinya

pada akhir kegiatan.

j. Mengawasi dan membina guru dan kader dalam melaksanakan

tugasnya

k. Berkoordinasi dengan tokoh masyarakat setempat

l. Menunggu di tempat pelayanan minimal 30 menit untuk merespon

jika ada kasus KIPI

18
2. Peran Guru

a. Memberikan informasi pada orangtua/wali murid melalui

Pertemuan Orangtua Murid atau surat edaran yang berisi

pemberitahuan manfaat imunisasi MR dan tanggal pelaksanaannya.

b. Membantu memberikan penyuluhan kepada orangtua/ wali / murid

c. Memberikan data murid yang akan diberikan imunisasi termasuk

data anak yang putus sekolah

d. Menyeleksi anak yang berumur <15 tahun dan anak yang sedang

sakit atau tidak masuk sekolah karena alasan lainnya

e. Membantu menyiapkan ruangan untuk penyuntikan dan ruang

tunggu setelah penyuntikan

f. Membantu mengatur alur pelayanan imunisasi

g. Membantu pencatatan hasil imunisasi dan memberi tanda pada

ujung bawah jari kelingking kiri dengan pen marker

h. Melaporkan pada petugas bila ditemukan kasus diduga KIPI3

3. Peran Kadera.

a. Membantu pendataan sasaran yang belum sekolah termasuk anak

yang putus sekolah

b. Menggerakkan orang tua dan sasaran untuk datang ke pos

pelayanan imunisasi/posyandu

c. Membantu menyiapkan tempat pelaksanaan untuk penyuntikan dan

ruang tunggu setelah penyuntikan

d. Mengendalikan massa atau keramaian sasaran yang datang

19
e. Mengatur jalannya pelayanan imunisasi

f. Mencatat sasaran dan memberi tanda pada ujung bawah jari

kelingking kiri dengan pen marker

g. Melaporkan pada petugas bila ditemukan kasus diduga KIPI

h. Mengingatkan orang tua untuk melengkapi imunisasi rutin

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Imunisasi MR adalah kombinasi vaksin campak/Measles (M) dan

Rubella (R) untuk perlindungan terhadap penyakit cmapak dan rubella

(Kemenkes, 2018).

Campak dapat menyebabkan komplikasi yang serius seperti diare,

radang paru (pneumonia), radang otak, kebutaan, gizi buruk dan bahkan

kematian. Rubella dapat menyebabkan keguguran atau kecacatan pada

bayi yang dilahirkan. Kecatatan tersebut dikenal sebagai sindroma rubella

kongenital yang melliputi kelainan pada jantung, kerusakan jaringan otak,

katarak, dan keterlambatan perkembangan.

Imunisasi MR diberikan untuk semua anak usia 9 bulan sampai

dengan kurang dari 15 tahun. Selama kampanye imunisasi MR bulan

Agustus-September 2017 dan Agustus-September 2018.

3.2 Saran

Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar lebih banyak

memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pro dan kontra

pemberian vaksin measles dan rubella (MR) sebagai bentuk pencegahan

terhadap penyakit campak dan rubella serta sebagai evaluasi dalam

mengendalikan risiko penyakit campak dan rubella melalui imunisasi MR.

21
DAFTAR PUSTAKA

Budiman. 2017. Waspadai campak dan rubella. http://www.beritasatu.com,


diakses 3 Oktober 2018
Dinkes. 2018. Ayoo...sukseskan kampanye imunisasi campak dan measles-rubella
(MR) di Sumsel. http://www.dinkes.go.id, diakses 2 Oktober 2018
Dinkes. 2018. Data target pelaksanaan imunisasi MR di Kota Palembang.
Husna. 2016. Pro dan kontra vaksinasi measles dan rubella (MR).
http://mkep.unsyiah.ac.id/, diakses 2 Oktober 2018.
Kemenkes RI. 2017. Petunjuk teknik kampanye imunisasi measles rubella (MR).
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian
Kesehatan RI.
Lestari, Sri. 2017. Imunisasi campak dan rubella MR di tengah pro – kontra
vaksinasi. http://www.bbcnews.com, diakses 2 Oktober 2018
Manafe. 2018. Kemenkes: kasus campak meningkat 5 tahun terakhi.
http://www.beritasatu.com, diakses 2 Oktober 2018.
Yusuf, Erick. 2017. Pro kontra vaksin MR : Indonesia darurat wabah.
http://www.kumparan.com, diakses 3 Oktober 2018

22

Anda mungkin juga menyukai