Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Keperawatan

Volume 13 Nomor 3, September 2021


e-ISSN 2549-8118; p-ISSN 2085-1049
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan

PENGETAHUAN DAN PRAKTIK KELUARGA MENGENAI PENCEGAHAN


KOMPLIKASI IMOBILISASI
Elisabeth Samaran
Poltekkes Kemenkes Sorong, Jalan Basuki Rahmat, Klawalu, Sorong Timur, Klawalu, Kec. Sorong, Kota
Sorong, Papua Barat 98416, Indonesia
kunsamaran99@gmail.com

ABSTRAK
Imobilisasi yang lama dapat memperburuk status fungsional pasien. Keluarga mempunyai peranan
penting dalam pencegahan imobilisasi yang terlalu lama salah satunya latihan range of motion. Oleh
sebab itu, pengetahuan keluarga harus ditingkatkan demi pelaksanaan range of motion yang sesuai
standar yang berakibat pada perbaikan status fungsional pasien. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efek pendidikan dan pelatihan tentang range of motion terhadap pengetahuan keluarga
pasien imobilisasi. Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan pendekatan
one-group pretest–posttest design pada 30 anggota keluarga pasien yang dianjurkan melaksanakan
imobilisasi. Teknik sampel yang digunakan adalah consecutive sampling. Standar operating
procedure, video gerakan range of motion (ROM), kuesioner sosiodemografi dan lembar observasi
digunakan dalam penelitian ini. Analisa data yang digunakan adalah paired t-test. Hasil uji statistik
menunjukan bahwa nilai signifikan p-value = 0,300>0.005. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan rata-rata antara pengetahuan dan praktik rom keluarga pasien sebelum dan setelah
diberikan materi dan latihan ROM pada imobilisasi.

Kata kunci: imobilisasi; pendidikan kesehatan; range of motion

FAMILY KNOWLEDGE AND PRACTICE REGARDING IMMOBILIZATION


COMPLICATION PREVENTION

ABSTRACT
Prolonged immobilization can worsen the patient's functional status. Families have an important role
in preventing prolonged immobilization, one of which is a range of motion exercises. Therefore, family
knowledge must be increased for the implementation of a standard range of motion that results in
improving the patient's functional status. This study aims to determine the effect of education and
training on a range of motion on family knowledge of immobilized patients. The research design used
was a quasi-experimental approach with a one-group pretest-posttest design approach on 30 family
members of patients who were recommended to be immobilized. The sampling technique used is
consecutive sampling. Standard operating procedures, range of motion (ROM) videos,
sociodemographic questionnaires, and observation sheets were used in this study. Analysis of the data
used is the paired t-test. The results of statistical tests showed that the significant value of p-value =
0.300>0.005. It can be concluded that there is no average difference between knowledge and practice
of ROM of the patient's family before and after being given ROM material and exercises to
immobilized patients.

Keywords: health education; immobilization; range of motion

PENDAHULUAN
Imobilisasi adalah intervensi ortopedi umum yang dilakukan pada pasien dengan cedera
traumatis yang parah. Meskipun bermanfaat, imobilisasi biasanya menyebabkan disfungsi
pada jaringan artikular dan ekstra artikular pada sendi diarthrodial (sinovial). Salah satu
disfungsi tersebut adalah kontraktur sendi, yang ditandai dengan hilangnya rentang gerak

529
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 3, Hal 529 - 536, September 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

pasif. Imobilisasi jangka panjang menyebabkan kontraktur sendi pemendekan kapsul sendi,
adhesi sinovial dan arthrofibrosis sehingga memunculkan tanda dan gejala kekakuan sendi
(Bączkowicz et al., 2020).

Kemampuan mempertahankan kemampuan mobilitas fungsional dan tingkat aktivitas sangat


penting karena berkaitan dengan alasan psikologis dan fisiologis. Masalah yang terjadi
dengan mobilitas fisik akan mempengaruhi berbagai sistem tubuh seperti Komplikasi
pernapasan termasuk penurunan ventilasi, atelektasis, pneumonia penurunan tingkat
metabolisme basal, peningkatan diuresis, penurunan kadar nitrogen dan kalsium akan sangat
mempengaruhi metabolisme. Masalah urogenital seperti batu ginjal dan infeksi saluran kemih
sangat sering dialami pada pasien yang sedang imobilisasi. Selain itu, pasien yang mengalami
imobilisasi akan mengalami intoleransi glukosa, anoreksia, konstipasi, dan decubitus
(Sullivan et al., 2021; Yoon et al., 2021).

Perubahan sistem saraf pusat akibat imobilisasi dapat mempengaruhi keseimbangan dan
koordinasi sehingga menyebabkan tingginya ketergantungan pada pengasuh atau keluarga
untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Pengasuh atau keluarga merupakan mitra penting
dalam penyampaian layanan perawatan termasuk Pendidikan Kesehatan. Pengasuh yang
berasal dari keluarga atau orang terdekat bukan pengasuh professional seperti dokter dan
perawat, namun dapat memberikan perawatan kepada individu dengan berbagai kondisi(Kim
et al., 2020). Keterlibatan pengasuh dari keluarga atau orang terdekat sangat penting dalam
proses pengobatan atau perawatan pasien. Mereka yang berperan dalam memastikan
kepatuhan pengobatan, kesinambungan perawatan, dan dukungan sosial. Perlu dipahami
bahwa pengasuh memainkan peran penting dalam memberikan perawatan kepada pasien
sehingga mereka harus menyadari komplikasi dan tindakan pencegahannya(Mustamu,
Sjarfan, et al., 2020; Yoon et al., 2021).

Mencegah sesuatu terjadi untuk menghilangkan risiko perlu diketahui sedini mungkin. Akibat
dari imobilisasi seperti ulkus dekubitus dan kekakuan sendi maupun otot, memiliki biaya
pengobatan yang jauh lebih besar daripada biaya pencegahan. Secara keseluruhan, periode
imobilisasi yang lama menyebabkan tingkat komplikasi yang berkisar antara 6 hingga 80%
dan pasti menyebabkan buruknya kemampuan fungsional pemenuhan kebutuhan sehari-hari
(Mustamu, et al., 2020). Komplikasi ini tidak hanya mencakup sindrom nyeri kompleks dan
regional, kekakuan, cedera saraf, cedera tendon dan ligamen, tetapi penurunan besar dalam
rentang gerak (ROM), atrofi otot, dan hilangnya representasi gerakan. Perlu dilakukan
edukasi untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran keluarga yang merawat pasien yang
terbaring di tempat tidur saat dan setelah keluar dari rumah sakit. Memulai program
pendidikan sekarang menjadi prioritas utama untuk meningkatkan kesadaran pasien dan
keluarga mereka tentang pencegahan, pengendalian, dan pengobatan pasien
imobilisasi(Sernandez et al., 2021). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek
Pendidikan dan pelatihan Tentang Range Of Motion Terhadap Pengetahuan Keluarga Pasien
Imobilisasi

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan pendekatan one group pre test-
post test design. Sebanyak 30 responden anggota keluarga pasien yang imobilisasi akibat
penyakit stoke, dan fraktur yang dirawat di bangsal penyakit dalam dan bedah pria maupun
wanita direkrut dalam penelitian ini dengan teknik consecutive sampling di RSUD Kabupaten
Sorong. Keluarga pasien yang bersedia mengikuti sesi pelatihan hingga selesai menjadi
sampel dalam penelitian ini. Penelitian ini hanya terdiri dari 1 kelompok intervensi. Alat

530
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 3, Hal 529 - 536, September 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

penelitian yang digunakan adalah SOP, video, kuesioner dan lembar observasi range of
motion pasif. Keluarga pasien dievaluasi pengetahuan dan langkah-langkah ROM pasif
menggunakan kuesioner. Selanjutnya diberikan kesempatan menonton video ROM selama 30
menit dan dilanjutkan dengan penyuluhan dan pelatihan gerakan ROM selama 1 jam
kemudian keluarga pasien dievaluasi menggunakan kuesioner yang sama dan diminta untuk
mengulangi Langkah-langkah pelaksanaan ROM pasif yang telah diajarkan. Uji yang
digunakan adalah paired t-test

HASIL
Pada penelitian ini, 30 anggota keluarga pasien yang dirawat di bangsal bedah dan penyakit
dalam pria maupun wanita bersedia untuk menjadi responden dan mengikuti sesi pelatiah
hingga selesai dalam penelitian ini. Sebanyak 60% responden laki-laki berusia 26-35 tahun
(53.3%) dan berusia 26-45 tahun berkontribusi dalam penelitian ini. Sebagian besar
responden yang merawat adalah pasangan pasien (50%) dan berpendidikan terakhir sekolah
menengah atas (SMA) yaitu 43.3%. Data disajikan di tabel 1.

Tabel 1.
Karakteristik Responden (n=30)
Karakteristik f %
Usia
18-25tahun 5 16,7
26-35 tahun 16 53,3
36-45 tahun 5 16,7
46-55 tahun 2 6,7
56-65 tahun 2 6,7
Jenis kelamin
Laki-laki 18 60
Perempuan 12 40
Pendidikan
Tidak Sekolah 2 6,7
SD 2 6,7
SMP 4 13,3
SMA 13 43,3
Perguruan Tinggi 9 30
Pengasuh
Pasangan 15 50
Anak 10 33,3
Lain-lain 5 16,7

Tabel 2.
Hasil uji paired t-test pengetahuan dan praktik range of motion (ROM) (n=30)
Variabel Mean t p df

Pre-test dan Post-Test Pengetahuan tentang ROM 0,333 1,056 0,300 29

Tabel 2 diketahui nilai Sig (2-tailed) adalah sebesar 0,300 > 0,05. Selain itu nilai t hitung
sebesar 1,056<2.042 Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata antara
pengetahuan dan praktik ROM keluarga pasien sebelum dan setelah diberikan materi dan
latihan ROM pada pasien imobilisasi.

531
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 3, Hal 529 - 536, September 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

PEMBAHASAN
Imobilitas yang berkepanjangan memiliki efek negative pada sistem tubuh dan dapat
mengakibatkan respons fisiologis negatif pada pasien rawat inap yang tirah baring (Galetta et
al., 2021). Pencegahan komplikasi imobilisasi mungkin lebih hemat biaya daripada
pendekatan terapeutik. Keluarga perlu memiliki pengetahuan tentang pentingnya mencegah
komplikasi imobilisasi seperti deep vein thrombosis, pneumonia, dan luka dekubitus
(Tangadulrat & Suwannaphisit, 2021). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai
pengetahuan dan praktik keluarga pasien yang mengalami imobilisasi mengenai pencegahan
komplikasi terkait imobilisasi.

Temuan kami bahwa keluarga yang merawat pasien terbaring di tempat tidur memiliki defisit
pengetahuan tentang perawatan fisik, diet, obat-obatan, penyakit, olahraga termasuk pelatihan
range of motion, perawatan ulkus dekubitus, dan fungsi sistem ekskresi. Tingkat pengetahuan
berkorelasi linier dengan pemahaman seseorang dalam melakukan sesuatu, di mana semakin
tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka semakin tinggi pula seseorang memahami
pentingnya melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan. Dalam penelitian ini, sebagian besar
respondan hanya berpendidikan sekolah menengah atas. Sehingga kamampuan untuk
memahami tindakan medis menjadi sangat sulit.

Beberapa penelitian terdahulu menemukan bahwa pengetahuan keluarga tentang perawatan


pasien fraktur merupakan bagian penting dalam pencegahan komplikasi (Hastriati, 2019).
Selain itu ada hubungan dukungan keluarga dalam pelaksanaan Latihan range of motion
pasien stroke sehingga pengetahuan dan keinginan serta waktu merupakan hal terpenting
dalam pelaksanaan Latihan tersebut(Mufida, 2019). Responden berharap bahwa perawatan di
Rumah Sakit harus mencakup pendidikan pasien dan keluarga tentang cara perawatan pasien
dan mengajari mereka latihan rehabilitasi dan komponen diet sehat. Keluarga memainkan
peran sentral dalam mengelola semua aspek perawatan pasien. Mereka adalah orang yang
akan bersama pasien setiap saat daripada dokter dan perawat. Oleh karena itu, pengetahuan
keluarga tentang tindakan umum seperti perubahan posisi, olahraga, perawatan kulit, nutrisi
dan dukungan serta mencegah komplikasi.

Merawat pasien adalah pekerjaan yang sulit, sehingga banyak keluarga menunjukkan tekanan
psikologis serta penurunan kesehatan fisik dan mental, terutama ketika pemberian perawatan
terus menerus selama lebih dari satu tahun. Jika pengetahuan yang memadai diberikan kepada
pemberi perawatan, itu akan membantu mereka untuk mengatasi stresor dan meningkatkan
kualitas hidup mereka dan pasien mereka(MacLennan et al., 2021; Mustamu et al., 2019).
Mengenai praktik keluarga untuk mencegah komplikasi imobilisasi, penelitian kami
menemukan bahwa di sebagian besar keluarga tidak mampu mempraktekan pelaksanaan
range of motion (ROM) pasif. mekanisme kontraksi dapat meningkatkan otot polos pada
ekstremitas. Latihan ROM pasif maupun aktif dapat menimbulkan rangsangan
sehingga meningkatkan aktivasi dari kimiawi neuromuskuler dan muskuler. Rangsangan
melalui neuremuskuler akan meningkatkan rangsangan pada serat syaraf otot
ekstremitas terutama saraf parasimpatis yang merangsang untuk produksi asetikolin,
sehingga mengakibatkan kontraksi. Mekanisme melalui muskulus terutama otot polos
ekstremitas akan meningkatkan metabolosme pada metakonderia untuk menghasilkan
ATP yang dimanfaatkan oleh otot polos ekstremitas sebagai energy untuk kontraksi dan
meningkatkan tonus otot polos ekstremitas (Nelson et al., 2020)

Ada beberapa penelitian yang dilakukan untuk menilai pengetahuan dan praktik keluarga
mengenai komplikasi imobilisasi. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh (HIRATA et al.,

532
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 3, Hal 529 - 536, September 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

2020) menggambarkan bahwa persentase rata-rata skor pengetahuan keluarga tertinggi berada
di bidang imobilisasi (57,5%) dan persentase rata-rata skor pengetahuan terendah adalah di
bidang konstipasi (38%). Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh (Gill et al., 2020)
tentang praktik perawatan luka decubitus oleh keluarga juga ditemukan bahwa 12% keluarga
tidak tahu bagaimana penanganan pasien yang tidur di tempat tidur untuk waktu yang lama.
Mereka meninggalkan pasien berbaring dalam posisi tidak nyaman yang menyebabkan
memburuknya status luka dekubitus. Selain itu, latihan ROM dilakukan dalam 16 kasus saja.
Dari 16 itu, prinsip latihan hanya diikuti 11 kasus. Ada praktik pijatan lembut di antara
beberapa kasus.

Latihan ROM yang dilakukan sedini mungkin dan dilakukan dengan benar dan secara
terus-menerus akan memberikan dampak pada fleksibilitas sendi, kekuatan otot dan
kemampuan fungsional pasien. apabila otot-otot termasuk otot ekstremitas bawah tidak
dilatih terutama pada klien yang mengalami gangguan fungsi motorik kasar dalam
jangka waktu tertentu maka otot akan kehilangan fungsi motoriknya secara
permanen(Suwahyu et al., 2021). Hal ini terjadi karena otot cenderung dalam keadaan
immobilisasi. Keterbatasan immobilisasi mempengaruhi otot klien melalui kehilangan
daya tahan, penurunan masa otot, atrofi dan penurunan stabilitas. Pengaruh lain dari
keterbatasan mobilisasi adalah gangguan metabolism kalsium dan gangguan mobilisasi
sendi. Immobilisasi dapat mempengaruhi fungsiotot dan skeletal. Akibat pemecahan
protein pada otot, klien mengalami kehilangan masa tubuh yang membentuk sebagian
otot (Kasturi et al., 2020). Oleh karena itu penurunan masa otot tidak mampu
memepertahankan aktifitas tanpa peningkatan kelelahan. Masa otot menurun akibat
metabolism dan otot yang tidak digunakan. Jika immobilisasi berlanjut dan otot tidak dilatih
maka akan terjadi penurunan masa yang berkelanjutan Penurunan mobilisasi dan gerakan
mengakibatkan kerusakan muskuloskeletal yang besar dengan perubahan patofisiologi
utamanya adalah atrofi. Atrofi adalah suatu keadaan sebagai respons terhadap penyakit
dan penurunan aktifitas sehari-hari seperti pada immobilisasi dan tirah baring (Lamplot et
al., 2020).

Penurunan stabilitas terjadi akibat kehilangan daya tahan, penurunan masa otot, atrofi
dan kelainan sendi yang actual sehingga klien tidak mampu bergerak terus-menerus dan
beresiko untuk jatuh.pengaruh aktivitas terhadap kekuatan otot adalah pengikatan molekul
miosin dan aktin di jembatan silang menyebabkan kontraksi serat otot yang
memerlukan energi. Setiap molekul aktin memiliki suatu tempat pengikatan khusus
untuk melekatnya jembatan silang miosin. Jika suatu otot tidak digunakan maka
kandungan aktin dan miosinnya berkurang, seratnya menjadi lebih kecil, dan karenanya
menjadi atrofi (massanya berkurang) dan lebih lemah(Ebrahimi et al., 2020)

Studi kami menunjukkan bahwa hampir tiga perempat dari keluarga memiliki pengetahuan
yang tidak memuaskan dan praktik yang tidak memadai. Temuan ini sesuai dengan (Moore et
al., 2020) yang menyatakan bahwa keluarga sering merasa tidak siap untuk memberikan
perawatan, memiliki pengetahuan yang tidak memadai untuk memberikan perawatan yang
tepat, dan menerima sedikit bimbingan dari penyedia layanan kesehatan formal. Karena
pengetahuan dan keterampilan yang tidak memadai, keluarga mungkin tidak terbiasa dengan
jenis perawatan yang harus mereka berikan atau jumlah perawatan yang dibutuhkan.

César & Silva (2021) menegaskan bahwa, keluarga memiliki peran yang luar biasa dalam
memenuhi kebutuhan fisik serta kebutuhan emosional pasien. Untuk memberikan perawatan
seperti itu, mereka membutuhkan tingkat pengetahuan dan kemampuan yang tinggi

533
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 3, Hal 529 - 536, September 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah. Jika keluarga tidak memiliki pengetahuan yang tepat
mengenai pemberian perawatan, akan dapat menghambat kesehatan pasien dan
memperlambat pemulihan. Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan perawatan akan
membantu untuk menghasilkan sikap positif pada pasien dan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri untuk mendapatkan kembali fungsi normalnya(Minarsih & Susanti, 2014).

SIMPULAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata antara
pengetahuan dan praktik rom keluarga pasien sebelum dan setelah diberikan materi dan
latihan ROM pada imobilisasi. Profesional medis harus menyadari bahwa pendidikan
Kesehatan pada keluarga merupakan bagian integral dari perawatan untuk pasien imobilisasi.
Pergeseran filosofi perawatan dari pendekatan yang berpusat pada pasien ke pendekatan
pasien dan keluarga mungkin diperlukan. Program pelatihan dan pendidikan untuk
meningkatkan pengetahuan dan praktik keluarga tentang perawatan pasien imobilisasi sangat
dibutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA
Bączkowicz, D., Skiba, G., Falkowski, K., Domaszewski, P., & Selkow, N. (2020). Effects of
Immobilization and Re-Mobilization on Knee Joint Arthrokinematic Motion Quality.
Journal of Clinical Medicine, 9(2), 451. https://doi.org/10.3390/jcm9020451
César, E. P., & Silva, T. K. da. (2021). Efeito Agudo Do Alongamento Estático Sobre O
Desempenho E Atividade Eletromiográfica Da Musculatura Antagonista. Journal of
Physical Education, 32. https://doi.org/10.4025/jphyseduc.v32i1.3209
Ebrahimi, M., Sadati, S. K. M., & Daneshjoo, A. (2020). Comparison of the Effect of
Proprioceptive Neuromuscular Facilitation Exercises with Mental Imagery and Working
Memory on Dynamic Balance, Range of Motion and the Rate of Spasticity in MS
Patients. Journal of Clinical Physiotherapy Research, 5(4), e24–e24.
https://doi.org/10.22037/jcpr.v4i3.29115
Galetta, M. D., Keller, R. E., Sabbag, O. D., Linderman, S. E., Fury, M. S., Medina, G.,
O’Donnell, E. A., Cheng, T. T. W., Harris, E., & Oh, L. S. (2021). Rehabilitation
variability after rotator cuff repair. Journal of Shoulder and Elbow Surgery, 30(6),
e322–e333. https://doi.org/10.1016/j.jse.2020.11.016
Gill, T. K., Shanahan, E. M., Tucker, G. R., Buchbinder, R., & Hill, C. L. (2020). Shoulder
range of movement in the general population: Age and gender stratified normative data
using a community-based cohort. BMC Musculoskeletal Disorders, 21.
https://doi.org/10.1186/s12891-020-03665-9
Hastriati, A. Y. (2019). Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Cara Perawatan Pasien
Fraktur di RSUD Arifin Achmad. Jurnal Keperawatan Abdurrab, 3(1), 25–33.
https://doi.org/10.36341/jka.v3i1.769
HIRATA, K., YAMADERA, R., & AKAGI, R. (2020). Associations between Range of
Motion and Tissue Stiffness in Young and Older People. Medicine and Science in
Sports and Exercise, 52(10), 2179–2188.
https://doi.org/10.1249/MSS.0000000000002360
Kasturi, S., Jampa, N. S. K., & Mohan, L. (2020). Effectiveness of Mulligan’s Squeeze
Technique as an Adjunct To Conventional Therapy to Decrease Pain and Improve

534
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 3, Hal 529 - 536, September 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Range of Motion in Meniscal Tear-A Randomized Controlled Trial. International


Journal of Physiotherapy, 20–25. https://doi.org/10.15621/ijphy/2020/v7i1/193669
Kim, S. E., Choi, Y. C., & Lee, J. Y. (2020). Early Rehabilitation after Surgical Repair of
Medial and Lateral Collateral Elbow Ligaments: A Report of Three Cases. International
Journal of Environmental Research and Public Health, 17(17), 6133.
https://doi.org/10.3390/ijerph17176133
Lamplot, J. D., Pinnamaneni, S., Swensen-Buza, S., Lawton, C. D., Dines, J. S., Nawabi, D.
H., Young, W., Rodeo, S. A., & Taylor, S. A. (2020). The Virtual Shoulder and Knee
Physical Examination: Orthopaedic Journal of Sports Medicine.
https://doi.org/10.1177/2325967120962869
MacLennan, R. J., Ogilvie, D., McDorman, J., Vargas, E., Grusky, A. R., Kim, Y., Garcia, J.
M., & Stock, M. S. (2021). The time course of neuromuscular impairment during short-
term disuse in young women. Physiological Reports, 9(1), e14677.
https://doi.org/10.14814/phy2.14677
Minarsih, S., & Susanti, Y. (2014). Gambaran Kecemasan Keluarga Pasien yang Menghadapi
Tindakan Operasi. Jurnal Keperawatan, 6(1), 1–6.
https://doi.org/10.32583/keperawatan.6.1.2014.1-6
Moore, S. A., Faulkner, G., Rhodes, R. E., Brussoni, M., Chulak-Bozzer, T., Ferguson, L. J.,
Mitra, R., O’Reilly, N., Spence, J. C., Vanderloo, L. M., & Tremblay, M. S. (2020).
Impact of the COVID-19 virus outbreak on movement and play behaviours of Canadian
children and youth: A national survey. International Journal of Behavioral Nutrition
and Physical Activity, 17(1), 85. https://doi.org/10.1186/s12966-020-00987-8
Mufida, N. (2019). Pengaruh Pengetahuan dengan Dukungan Keluarga dalam Pelaksanaan
Range of Motion (Rom) Pada Klien Post Stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Mutiara
Barat Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie. Jurnal Biology Education, 7(2), Article 2.
https://doi.org/10.32672/jbe.v7i2.1587
Mustamu, A. C., Mustamu, H. L., & Hasim, N. H. (2020). PENINGKATAN
PENGETAHUAN & SKILL DALAM MERAWAT LUKA. Jurnal Pengabdian
Masyarakat Sasambo, 1(2), 103. https://doi.org/10.32807/jpms.v1i2.483
Mustamu, A. C., Nurdin(2), M., & Author, I. G. P. (1) P. K. S. (2) P. W. R. A. (3) P. K. M.
(*) C. (2019). Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pada
Orang Dengan HIV dan AIDS | Mustamu | Jurnal Kesehatan Prima.
doi:https://doi.org/10.32807/jkp.v13i1.211.
Mustamu, A. C., Sjarfan, S., & Hasim, N. H. (2020). Dukungan dan Koping Keluarga dalam
Motivasi Pengobatan Penderita Diabetes Melitus. Jurnal Kesehatan Terpadu
(Integrated Health Journal), 11(1), 22–27. https://doi.org/10.32695/jkt.v11i1.68
Nelson, C. M., Marchese, V., Rock, K., Henshaw, R. M., & Addison, O. (2020). Alterations
in Muscle Architecture: A Review of the Relevance to Individuals After Limb Salvage
Surgery for Bone Sarcoma. Frontiers in Pediatrics, 8.
https://doi.org/10.3389/fped.2020.00292
Sernandez, H., Riehl, J., & Fogel, J. (2021). Do Early Weightbearing and Range of Motion
Affect Outcomes in Operatively Treated Ankle Fractures: A Systematic Review and

535
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 3, Hal 529 - 536, September 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Meta-analysis. Journal of Orthopaedic Trauma, Publish Ahead of Print.


https://doi.org/10.1097/BOT.0000000000002046
Sullivan, C. W., Herron, T., & Hayat, Z. (2021). Olecranon Fracture. In StatPearls. StatPearls
Publishing. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537295/
Suwahyu, R., Sahputra, R. E., & Fatmadona, R. (2021). Systematic Review: Penurunan Nyeri
pada Pasien Pasca Operasi Fraktur melalui Penggunaan Teknik Napas Dalam. Jurnal
Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 11(1), 193–206.
https://doi.org/10.32583/pskm.v11i1.1085
Tangadulrat, P., & Suwannaphisit, S. (2021). Tuberculosis Septic Arthritis of the Elbow: A
Case Report and Literature Review. Cureus, 13(3).
https://doi.org/10.7759/cureus.13765
Yoon, S.-H., Cha, J., Lee, E., Kwon, B., Cho, K., & Kim, S. (2021). Acupotomy treatment for
finger joint contracture after immobilization. Medicine, 100(10).
https://doi.org/10.1097/MD.0000000000024988

536

Anda mungkin juga menyukai