Anda di halaman 1dari 16

1.

1 Definisi Stroke
Menurut World Health Organization (WHO) stroke merupakan gejala
yang didefinisikan suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara
mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global yang
berlangsung 24 jam atau lebih yang menyerang siapapun dan salah satu
penyebab kematian dan kecacatan neurologi utama di Indonesia (Permatasari,
2020).
Stroke adalah suatu sindroma yang mempunyai karakteristik suatu
serangan yang mendadak, nonkonvulsif yang disebabkan karena gangguan
peredaran darah otak non traumatik. Stroke adalah gangguan peredaran darah
otak yang menyababkan defisit neorologis mendadak sebagai akibat iskemia
atau hemoragi sirkulasi saraf otak (Nurarif &Kesuma, 2015).
Stroke adalah penyakit serebrovaskuler menunjukan adanya beberapa
kelainan otak baik secara fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh
keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem
pembuluh darah otak, stroke atau cedera serebrovaskuler adalah kehilangan
fungsi otak yang diakibatkkan oleh terhentinya suplai darah ke bagian otak
(Suryati, Wartono & Tarwoto, 2017).

1.2 Etiologi Stroke


Menurut (Suryati, Wartono & Tarwoto, (2017) Faktor Resiko dan
Penyebab Stroke sebagai berikut:
1. Faktor Resiko Stroke
a. Usia : makin bertambah usia resiko stroke makin tinggi, hal ini
berkaitan dengan elastisitas pembuluh darah.
b. Jenis kelamin : laki-laki memiliki kecendrungan lebih tinggi
c. Ras dan keturunan : stroke lebih sering ditemukan pada kulit putih.
d. Hipertensi : menyebabkan aterosklerosis dan stroke yang terjadi adalah
stroke hemorogik
e. Penyakit jantung : fibrilasi atrium menyebabkan penurunan kardiac
output, sehingga terjadi gangguan perfusi sereberal.
f. Diabetes militus : terjadi gangguan vaskuler sehingga terjadi
hambatan dalam alira darah ke otak.
g. Polisitemia : kadar HB yang tinggi (HB lebih dari 16mg/dl)
h. Perokok : rokok menimbulkan paque pada pembuluh darah oleh
nikotin sehingga terjadi aterosklerosis.
i. Alkohol : mengakibatkan hipertensi, penurunan aliran darah ke otak
dan kardiak aritmia.
j. Peningkatan kolestrol : kolestrol dalam tubuh menyebabkan
aterossklerosis dan terbentuknya lemak sehingga aliran darah lambat.
k. Obesitas : obesitas kadar kolesterol darah meningkatkan terjadi
hipertensi.
2. Penyebab Stroke
a. Trombosis adalah terbentuknya gumpalan darah di pembuluh darah
arteri. Kondisi ini menghambat aliran darah ke organ tubuh tertentu
sehingga berpotensi menyebabkan kondisi yang serius seperti serangan
jantung daan stroke.
b. Emboli adalah kondisi pembuluh darah tersumbat oleh zat asing
seperti gumpalan darah, gelembung udara atau kolestrol.
c. Hypoperfusi global adalah kurangnya asupan nutrisi yang diperlukan
oleh organ atau jaringan tubuh
d. Perdarahan subarachnoid adalah perdarahan antara otak dan jantung
yang jaringan yang menutupi otak.
e. Perdarahan Intracerebral adalah pembuluh darah yang pecah
menyebabkan perdarahan di dalam otak.

1.3 Tanda Dan gejala Stroke


Menurut Herdman & Kamitsuru, (2020) Tanda Dan Gejala Stroke:
1. Tiba – tiba mengalami kelemahan dan kelumpuhan separoh badan
2. Tiba- tiba hilang rasa pekabicara cedel atau pelo
3. Gangguan Bicara dan bahasa
4. Gangguan Penglihatan
5. Mulut Mencong atau tidak simetris
6. Gangguan daya ingat
7. Nyeri kepala hebat
8. Vertigo

1.4 Klasifikasi Stroke


Menurut Nurartif & Kesuma, (2015) Klasifikasi Stroke dibagi menjadi 2
yaitu:
1. Stroke Iskemik (Non hemoragic) yaitu tersumbantnya pembuluh darah
yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan
terhenti. 80%
Stroke Iskemik terbagi dalam 2 jenis:
a. Stroke Trombotik proses terbentukna thrombus yang membuat
pengumpalan.
b. Stroke Embolik tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah
c. Hipoperfusion Sistemik berkurangnya aliran arah keseluruh tubuh
karena ada gangguan denyut jantung
2. Stroke Hemoragik Stroke hemoragik di sebabkan oleh perdarahan ke
dalam jaringan otak (disebut hemoragia intraserebrum atau hematom
intraserebrum) atau ke dalam ruang subaraknoid yaitu ruang sempit antara
permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak (disebut
hemoragia subaraknoid). Ini adalah jenis stroke yang paling mematikan,
tetapi relative hanya menyusun sebgian kecil dari stroke total, 10-15%
untuk perdarahan intraserebrum dan 5% untuk perdarahan subaraknoid.
Biasanya kejadianya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa
juga terjadi saat istirahat. Stroke Hemoragik terbagi 2 yaitu:
a. Hemoragik Intraserebral perdarahan yang terjadi didalam jaringan otak
b. Hemoragik subaraknoid perdarahan yang terjadai pada ruang
subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan
yang menutupi otak).
1.5 Patofisologi Stroke
Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan
oksigen. Jika aliran darah kesetiap bagian otak terhambat karena trombus dan
embolus, maka mulai terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otak.
Kekurangan selama 1 menit dapat mengarah pada gejalan yang dapat
menyebabkan nekrosisi mikroskopik neuron-neuron. Area nekrotik kemudian
disebur infark. Kekurangan oksigen pada awalnya mungkin akibat iskemia
mum (karena henti jantung atau hipotensi) atau hipoksia karena akibat proses
anemia dan kesukaran untuk bernafas. Stroke karena embolus dapat
mengakibatkan akibat dari bekuan darah, udara, palque, ateroma fragmen
lemak. Jika etiologi stroke adalah hemorrhagi maka faktor pencetus adalah
hipertensi. Abnormalitas vaskuler, aneurisma serabut dapat terjadi ruptur dan
dapat menyebabkan hemorrhagi. Pada stroke trombosis atau metabolik maka
otak mengalami iskemia dan infark sulit ditentukan. Ada peluang dominan
stroke akan meluas setelah serangan pertama sehingga dapat terjadi edema
serebral dan peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan kematian pada area
yang luas.Prognosisnya tergantung pada daerah otak yang terkena dan luasnya
saat terkena Bila terjadi kerusakan pada otak kiri, maka akan terjadi gangguan
dalam hal fungsi berbicara, berbahasa (Nurarif & Kusuma, 2015)
1.6 Patway Stroke
1.7
Pemeriksaan Penunjang Stroke
Menurut (Suryati, Wartono & Tarwoto, 2017) Sebagai berikut:
1. CT-Scan Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya
infark.
2. Pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI) Pemeriksaan MRI
menunjukkan daerah yang mengalami infark atau hemoragik (Oktavianus,
2014). MRI mempunyai banyak keunggulan dibanding CT dalam
mengevaluasi stroke, MRI lebih sensitif dalam mendeteksi infark,
terutama yang berlokasi dibatang otak dan serebelum.
3. Pemeriksaan magnetic resonance angiography (MRA) Merupakan metode
non-infasif yang memperlihatkan arteri karotis dan sirkulasi serebral serta
dapat menunjukan adanya oklusi
4. Pemeriksaan ultrasonografi karotis dan dopler transkranial Mengukur
aliran darah serebral dan mendeteksi penurunan aliran darah stenosis di
dalam arteri karotis dan arteri 23 vetebrobasilaris selain menunjukan
luasnya sirkulasi kolateral.Kedua pemeriksaan ini dapat digunakan untuk
mengkaji perburukkan penyakit vaskular dan mengevaluasi efek terapi
yang ditimbulkan pada vasospasme, seperti yang terjadi pada perdarahan
subaraknoid.Angiografi serebral merupakan prosedur invasif yang
menggunakan media kontras untuk menunjukan pembuluh darah serebral,
kepatenan, dan lokasi stenosis, oklusi atau aneurisma.Pemeriksaan aliran
darah serebral membantu menentukan derajat vasopasme.
5. Pemeriksaan lumbal pungsi Pemeriksaan fungsi lumbal menunjukkan
adanya tekanan (Oktavianus, 2014). Tekanan normal biasanya ada
trombosis, emboli dan TIA, sedangkan tekanan yang meningkat dan cairan
yang mengandung darah menunjukkan adanya perdarahan subarachnoid
atau intrakranial (Wijaya & Putri,
6. Pemeriksaan EKG Dapat membantu mengidentifikasi penyebab kardiak
jika stroke emboli dicurigai terjadi
7. Pemeriksaan darah Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan elektrolit,
fungsi ginjal, kadar glukosa, lipid, kolestrol, dan trigliserida dilakukan
untuk membantu menegakan diagnose(Hartono, 2010).
8. EEG (Electro Enchepalografi) 24 Mengidentifikasi masalah didasarkan
pada gelombang otak atau mungkin memperlihatkan daerah lesi yang
spesifik (Wijaya & Putri, 2014)
9. Angiografi serebral Membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti perdarahan, obtruksi arteri, oklusi.
10. Sinar X tengkorak Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
daerah yang berlawanan dari masa yang luas, klasifikasi karotis interna
terdapat pada trobus serebral. Klasifikasi parsial dinding, aneurisma pada
perdarahan sub arachnoid.
11. Pemeriksaan foto thorax Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah
terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda
hipertensi kronis pada penderita stroke, menggambarkan perubahan
kelenjar lempeng pineal daerah berlawanan dari masa yang meluas.

1.8 Komplikasi Stroke


Menurut Suryati, Wartono & Tarwoto, (2017) Komplikasi Stroke sebagai
Berikut:
1. Hipertensi/ hipotensi
2. Kejang
3. Peningkatan tekanan intrakarnial (TAK)
4. Kontraktur
5. Tonus otot abnormal
6. Troombosisn Vena
7. Malnutrisi
8. Aspirasi
9. Inkontensia urine, bowel

1.9 Penatalaksanaan Stroke


Menurut Ngebu, (2019) Penatalaksanaan Stroke Sebagai Berikut
1. Fase Akut:
a. Pertahankan fungsi vital seperti: jalan nafas, pernafasan, oksigenisasi
dan sirkulasi.
b. Reperfusi dengan trombolityk atau vasodilation: Nimotop. Pemberian
ini diharapkan mencegah peristiwa trombolitik / emobolik.
c. Pencegahan peningkatan TIK. Dengan meninggikan kepala 15-30
menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, pemberian
dexamethason.
d. Mengurangi edema cerebral dengan diuretik
e. Pasien di tempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan
kepala tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan vena serebral
berkurang
2. Post Fase Akut
a. Pencegahan spatik paralisis dengan antispasmodik
b. Program fisiotherapi
c. Penanganan masalah psikososia
3. Pembedahan Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah
serebri dengan
1. Endoseterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu
dengan membuka arteri karotis dileher
2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh klien TIA .
3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.
4. Ligasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.

1.10 Diagnosa Stroke


Menurut Nurarif & Kesuma, (2015) Diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul, yaitu
1. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan suplai O2 ke
Otak menurun
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuhh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrisi, kelemahan otot
menelan.
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan ganggua kerusakan
neurovaskular & neuromuskular.
4. Gangguan Komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan
neorumuscular, kerusakan bicara
5. Gangguan menelan berhubungan dengan penurunan fungsi nerfus vagus
atau hilangnya refluks muntah.
6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguann neuromoskular
1.11Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Nic Noc


1 Perfusi jaringan cerebral Tujuan (NOC) : Gangguan perfusi jaringan dapat Intervensi (NIC)
tidak efektif berhubungan tercapai secara optimal 5. Pantau TTV tiap jam dan catat hasilnya.
dengan suplai O2 ke Otak Kriteria hasil : 6. Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana
menurun - Mampu mempertahankan tingkat kesadaran 7. Pantau status neurologis secara teratur
- Fungsi sensori dan motorik membaik 8. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikas
9. Kolaborasi pemberian O2 sesuai anjuran

2. Ketidakseimbangan nutrisi Tujuan (NOC) Status gizi , Asupan makanan, Intervensi:


kurang dari kebutuhan Cairan dan zat gizi 1. Pengelolaan gangguan makanan
tubuhh berhubungan dengan Kriteria Hasil 2. Pengelulaan nutrisi
ketidakmampua n untuk - Menjelaskan komponen kedekatan diet 3. Bantuan menaikkan BB
mengabsorpsi Nutris - Nilai laboratorium (mis,trnsferin,albumin,dan eletrolit)
- Melaporkan keadekuatan tingkat giji
- Nilai laboratorium (mis:trasferin,albomen dan eletrolit
- Toleransi terhadap gizi yang dianjurkan.
3. Kerusakan mobilitas fisik b/d Tujuan (NOC): Komunikasi dapat berjalan dengan Intevensi (NIC) :
kerusakan neuromuskuler baik Kriteria hasil : 1. Terapi aktivitas, ambulasi 2
- Klien dapat mengekspresikan perasaan 2. Terapi aktivitas, mobilitas sendi.
- Memahami maksud dan pembicaraan orang lain. 3. Perubahan posisi
- Pembicaraan pasien dapat dipahami

4. Gangguan komunikasi verbal Tujuan (NOC): Komunikasi dapat berjalan dengan Intevensi (NIC)
berhubungan dengan baik 1. Lakukan komunikasi dengan wajar, bahasa jelas,
kerusakan neuromuscular, Kriteria hasil : sederhana dan bila perlu diulang
kerusakan sentral bicar - Klien dapat mengekspresikan perasaan 2. Dengarkan dengan tekun jika pasien mulai
- Memahami maksud dan pembicaraan orang lain berbicara
- Pembicaraan pasien dapat dipahami 3. Berdiri di dalam lapang pandang pasien pada saat
bicara
4. Latih otot bicara secara optimal
5. Libatkan keluarga dalam melatih komunikasi
5. Gangguan menelan Tujuan (NOC) : Kemampuan menelan adekuat Intervensi (NIC)
berhubungan dengan Kriteria Hasil: 1. Memantau tingkat kesadaran, refleks batuk,
penurunan fungsi nerfus - Dapat mempertahankan makanan dalam mulut refleks muntah dan kemampuan menelan.
vagus atau hilangnya refluks - Tidak ada kerusakan otot tenggorokan atau otot wajah 2. Memonitor status paru

muntah. menelan, menggerakan lidah atau refleks muntah 3. Hindari makan, jika residu tinggi
4. Hindari cairan atau menggunakan zat
pengental
6. Defisit perawatan diri Tujuan NOC : Klien dapat melakukan perawatan Intervensi:
berhubungan dengan mandiri 1. Pantau tingkat kekuatan dan tolerans aktivitas.
gangguann neuromoskular Kritteria Hasil: 2. Bantu pasien memiilih pakaian yang mudah dipakai
- Mampu melakukan tugas fisik yang paling mendasar dan dan dilepas
aktivitas perawatan mandiri tanpa alat bantu. 3. Sediakan pakaian pasien yang mudah dijangkau
- Mampu mempertahankan kebersihan 4. Beri pujian atas usaha untuk berpakaian sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Herdman.T.H. & Kamitsuru.S.,(2020) Nanda 1 Diagnosis Keperawatan Definisi


Dan Klasifikasi
Ngebu J.(2019). Karya tulis ilmiah asuhan keperawatan pada ny p.s dengan stroke
non hemoragik di ruang cempaka rsud. Prof. Dr. W. Z. Johannes kupang.
Politeknik kesehatan kemenkes kupan
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.
Nugroho T. (2011) Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah dan Penyakit
Dalam Yogjakarta: Nuha Medika
Suryati, Wartonah & Tarwoto, (2017) Keperawatan Medikal Bedah CV Sagung
seto: Jakarta.
Permatasari.N, (2020) Perbandingan Stroke Non Hemoragik dengan Gangguan
Motorik Pasien Memiliki Faktor Resiko Diabetes Melitus dan Hipertensi.
Artikel Penelitian. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi husada.

Anda mungkin juga menyukai