Anda di halaman 1dari 13

PERBEDAAN USIA, PENDIDIKAN, PEKERJAAN DAN PARITAS

PENGGUNA KB AKDR PADA WANITA USIA SUBUR DI BPM Bd. H


CICURUG KABUPATEN SUKABUMI
TAHUN 2020

Devi Kamilia Puji Astuti


1. Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan, STIKes Mitra Ria Husada, Jakarta Timur

Email : devikamilia18@gmail.com

ABSTRAK
Salah satu jenis kontrasepsi jangka panjang adalah Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) yang
merupakan salah satu alat kontrasepsi yang memiliki efektifitas yang tinggi (97-99%), yaitu
pemakaian AKDR dengan sekali pemasangan untuk jangka waktu yang lama hingga 5-10 tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan usia, pendidikan, pekerjaan dan paritas
penggunaan KB AKDR pada wanita usia subur di BPM Bd. H Cicurug Kabupaten Sukabumi
Tahun 2020. Metode penelitian ini adalah menggunakan desain analitikn dengan pendekatan cross
sectional, jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif. Teknik mengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan pengambilan sampel secara acak sederhana (simple Random
Sampling). Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan usia terhadap pengguna KB AKDR (p-
value= 0,004), pendidikan (p-value = 0,001), namun tidak ada perbedaan pada pekerjaan (p-
value= 0,185) dan ada hubungan pada variabel paritas (p-value = 0,001). Bagi STIKes Mitra RIA
Husada penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi atau acuan bagi dosen maupun
mahasiswa untuk melanjutkan penelitian ini menjadi penelitian kuantitatif yang lebih baik. Karena
dari hasil penelitian ini terdapat lebih besar responden yang bukan pengguna AKDR.
Kata Kunci : Usia, Pendidikan, Pekerjaan, Paritas, Pengguna KB AKDR.

Differences in Age, Education, Occupation and Parity in the Use of IUD FP in Women of Fertile
Age (WUS) in BPM Bd. H Cicurug, Sukabumi Regency in 2020

ABSTRACT
One type of long-term contraception is the intrauterine device (IUD), which is one of the most
effective contraceptives (97-99%), namely the use of an IUD with a single insertion for a long
period of up to 5-10 years. This study aims to determine differences in age, education, occupation
and parity in the use of IUD contraception among women of childbearing age at BPM Bd. H
Cicurug, Sukabumi Regency in 2020. This research method is to use an analytical design with a
cross sectional approach, the type of research used is quantitative. The sampling technique used in
this study was simple random sampling (simple random sampling). The results showed that there
were differences in age for IUD family planning users (p-value = 0.004), education (p-value =
0.001), but there was no difference in work (p-value = 0.185) and parity (p-value = 0.001). For
STIKes Mitra RIA Husada, this research can be useful as a reference or reference for lecturers
and students to continue this research into better quantitative research. Because from the results
of this study, there were a greater number of respondents who were not IUD users.

Keywords : Age, Education, Occupation, Parity, IUD Family Planning Users.


PENDAHULUAN

Wanita usia subur (WUS) adalah wanita yang masih dalam usia
reproduktif yaitu antara 15-49 tahun, yang masih berpotensi untuk mempunyai
keturunan. Alasan WUS menggunakan alat kontrasepsi tergantung pada tahapan
usia yaitu usia <20 tahun, 20-30 tahun dan diatas 30 tahun). Wanita yang usianya
<20 tahun alasannya lebih untuk menunda kehamilan biasanya menggunakan alat
kontrasepsi berupa pil KB, sedangkan wus pada usia 20-30 tahun mempunyai
alasan untuk menjarangkan kehamilan, alat yang bisa digunakan adalah IUD, pada
usia >35 tahun mempunyai alasan untuk mengakhiri kesuburan1.

Wanita Usia Subur (WUS) peserta KB di Indonesia masih mengandalkan


suntik (59,57%), pil (20,71%), AKDR (7,30%) dan implant (6,21%)2. Penggunaan
jenis KB yang digunakan oleh WUS tidak terlepas dari tersedianya sarana dan
prasarana. Kecenderungan WUS untuk menggunakan suatu metode kontrasepsi
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, bahwa faktor yang berhubungan dengan
rendahnya pengguna AKDR terdapat pada perilaku kesehatan tersebut tidak
terlepas dari karakteristik sosial, ekonomi, dan demografi3.

Peningkatan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MJKP)


merupakan salah satu sasaran dari lima sasaran dalam strategis yang ditetapkan
BKKBN rangka pencapaian tujuan strategis. Jenis metode yang termasuk ke
dalam MKJP adalah kontrasepsi mantap pria dan wanita. Salah satu MKJP yang
paling sedikit menimbulkan keluhan atau masalah adalah alat kontrasepsi dalam
rahim (AKDR). AKDR yang kita sebut dengan Intra Uterine Device (IUD) IUD
memiliki tingkat efektifitasnya yang lebih tinggi dibandingkan non MKJP dalam
hal pencegahan kehamilan1.
Salah satu jenis kontrasepsi jangka panjang adalah Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim (AKDR) yang merupakan salah satu alat kontrasepsi yang memiliki
efektifitas yang tinggi (97-99%), yaitu pemakaian AKDR dengan sekali
pemasangan untuk jangka waktu yang lama hingga 5-10 tahun. Alat Kontasepsi
Dalam Rahim (AKDR) sayangnya kurang diminati masyarakat. Cakupan prefensi
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di Indonesia pada tahun 2009 sampai
2014 hanya berkisar antara 12,60% sampai 25,3%. Rendahnya minat Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dipengaruhi oleh persepsi individu faktor
pemodifikasi yaitu usia, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, pengetahuan, dan
paparan sumber informasi4.
Di Indonesia pada tahun 2014 dengan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS)
sebanyak 47.019.002. Peserta KB baru sebesar 7.761.961 (16,15%) meliputi
suntik sebanyak 3.855.245 (49,67%), pil 1.951.252 (25,14%), kondom 441.141
(5,68%), implant 826.627 (10,65%), Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
sebanyak 555.241 (7,15%), Metode Operasi Wanita (MOW) sebanyak 116.384
(1,5%. Metode Operasi Pria (MOP) 241.642 (0,69%)6.
Menurut data Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat Kabupaten
Sukabumi pada tahun 2017 terdapat Pasangan Usia Subur (PUS) 397,503. Suntik
sebanyak 15.765 (3,96%), Implant 14.256 (3,58%), AKDR 5.341 (1,34%), MOW
831 (0,20%), MOP 256 (0,06%), kondom 286 (0,07%). Dari data diatas terdapat
metode kontrasepsi suntik adalah metode terbanyak yang di gunakan dan motede
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) paling terendah6.
Menurut penelitian Dewi Fatimah (2013) mengungkapkan hasil
penelitiannya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan AKDR
bahwa mayoritas responden penelitiannya berusia diatas 35 tahun (61,7%),
berpendidikan SMA (61,7%), mempunyai satu sampai dua orang anak (51,1%),
menyatakan bahwa rendahnya minat AKDR di pengaruhi oleh faktor pendidikan
dan efek samping merupakan salah satu faktor responden tidak menggunakan
AKDR2.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan dengan melihat rekam
medis dalam kohort bulanan dan tahunan dari hasil data yang diperoleh di BPM
Bd. H Cicurug Kabupaten Sukabumi menunjukan KB AKDR pada tahun 2017-
2019 mengalami penurunan. Pada tahun 2017 jumlah keseluruhan pengguna alat
kontrasepsi 443 orang (44,97%), terdapat beberapa kategori pil 100 orang
(10,15%), suntik 70 orang (7,10%), implant 114 orang (11,57%) dam AKDR 159
orang (16,1%). Pada tahun 2018 jumlah keseluruhan pengguna alat kontrasepsi
sebanyak 441 orang (44,90%), terdapat beberapa kategori pil 103 orang (10,48%),
suntik 85 orang (6,85%), implant 108 orang (10,99%), AKDR 145 orang
(14,79%). Dan pada tahun 2019 terdapat sejumlah 987 Wanita Usia Subur
(WUS), dengan jumlah keseluruhan pengguna alat kontrasepsi sebanyak 463
orang (46,90%) terdapat beberapa kategori yaitu pil 118 orang (11,95%), suntik
110 orang (11,14%), implant 106 orang (10,73%) dan AKDR 129 orang (13,06%)
(Rekam Medik Bd. H ).
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan metode yang
digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu
mengukur variabel independen dan variabel dependen yang dilakukan dalam
waktu bersamaan untuk mengetahui perbedaan usia, pendidikan, pekerjaan dan
paritas terhadap pengguna KB AKDR pada wanita usia subur di BPM Bd. H
Cicurug Kabupaten Sukabumi Tahun 2020. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh akseptor yang menggunakan KB di BPM Bd. H Cicurug Kabupaten
Sukabumi pada Tahun 2019 berjumlah 463 orang dan sampel penelitiannya
adalah 83 sampel. Data akan dianalisis menggunakan program komputer yaitu
SPSS. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat yaitu chis
square.
HASIL PENELITIAN
1. Analisis Univariat
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian Usia, Pendidikan,
Pekerjaan dan Paritas Terhadap Pengguna KB AKDR Pada Wanita Usia
Subur (WUS) di BPM Bd. H Cicurug Kabupaten Sukabumi Tahun 2020
Variabel (n) (%)
A. Dependen
Pengguna KB AKDR
 Pengguna KB AKDR 14 13,3
 Bukan Pengguna KB AKDR 69 65,7
B. Independen
Usia
 ≤ 30 Tahun 36 34,3
 > 30 Tahun 47 44,8
Pendidikan
 Pendidikan Rendah (SD,SMP) 45 42,9
 Pendidikan Tinggi (SMA,PT) 38 36,2
Pekerjaan
60 57,1
 Tidak Bekerja
23 21,9
 Bekerja
Paritas
76 72,4
 ≤ 3 anak 7 6,7
 > 3 anak
Pada Tabel 1 didapatkan hasil bahwa masih sebagian besar responden
yang tidak menggunakan KB AKDR yaitu sebanyak 65,7 % sedangkan yang
menggunakan KB AKDR yaitu 13,3%. Pada variabel usia sebagian besar
responden yang berusia >30 tahun yaitu sebanyak 44,8%, sedangkan responden
yang berusia ≤30 tahun yaitu sebanyak 34,3 %. Pada variabel pendidikan sebagian
besar responden yang memiliki tingkat pendidikannya rendah (SD, SMP) yaitu
sebanyak 42,9%, sedangkan responden yang memiliki pendidikannya tinggi
(SMA,PT) yaitu sebanyak 36,2%. Pada variabel pekerjaan sebagian besar
responden yang tidak bekerja yaitu sebanyak 57,1%, sedangkan yang bekerja
yaitu sebanyak 21,9%. Pada variabel paritas sebagian besar responden yang
memiliki jumlah anak ≤ 3 orang terdapat 72,4%, sedangkan responden yang
memiliki jumlah anak >3 orang terdapat 6,7%.
2. Analisis Bivariat
Tabel 2 Perbedaan Usia, Pendidikan, Pekerjaan dan Paritas Terhadap
Pengguna KB AKDR Pada Wanita Usia Subur (WUS) di BPM Bd. H
Cicurug Kabupaten Sukabumi Tahun 2020
Penggunaan KB AKDR
Pengguna Bukan Pengguna P
Variabel KB AKDR KB AKDR Total Value OR
F % f % F %
Usia
 ≤ 30 Tahun 3 0,03 25 24,1 28 100 0,004 1,318
 > 30 Tahun 11 24,1 44 75,9 55 100 (1,140-1,524)
Pendidikan
 Pendidikan 2 4,4 43 95,6 45 100 0,001 0,101
Rendah
(0,021-0,486)
(SD,SMP)
 Pendidikan 12 31,6 26 68,4 38 100
Tinggi(SMA,PT)

Pekerjaan
 Tidak 48 80,0 100 0,185 2,625
12 20,0 60
Bekerja (0,539-12,774)
 Bekerja 2 8,7 21 91,3 23 100
Paritas 9 11,8 67 88,2 76 100 0,001 0,54
 ≤ 3 anak 5 71,4 2 28,6 7 100 (0,009-0,319)
 > 3 anak
Tabel 2 hasil analisis perbedaan usia pada penggunaan KB AKDR
diketahui bahwa pada kelompok yang berusia ≤ 30 tahun ada 24,1% yang bukan
pengguna KB AKDR, sedangkan pada kelompok yang berusia >30 tahun ada
75,9% yang bukan pengguna KB AKDR. Hasil uji statistik bahwa hasil p-value =
0,004 < ɑ = 0,05 artinya ada perbedaan antara usia dengan pengguna KB AKDR.
Hasil analisis perbedaan pendidikan pada pengguna KB AKDR diketahui
bahwa pada kelompok yang pendidikannya rendah (SD,SMP) ada 95,6% yang
bukan pengguna KB AKDR, sedangkan pada kelompok pendidikan tinggi
(SMA,PT) ada 68,4% yang bukan pengguna KB AKDR. Hasil uji statistik bahwa
hasil p-value = 0,001 < ɑ = 0,05 artinya ada perbedaan antara pendidikan dengan
pengguna KB AKDR.
Hasil analisis perbedaan pekerjaan pada pengguna KB AKDR diketahui
bahwa pada kelompok yang tidak bekerja ada 80,0% yang bukan pengguna KB
AKDR, sedangkan pada kelompok yang bekerja ada 91,3% yang bukan pengguna
KB AKDR. Hasil uji statistik bahwa hasil p-value = 0,185 > ɑ = 0,05 artinya tidak
adanya perbedaan yang signifikan antara pekerjaan dengan pengguna KB AKDR.
Hasil analisis perbedaan paritas pada pengguna KB AKDR diketahui
bahwa pada kelompok yang memiliki ≤ 3 anak ada 88,2% yang bukan pengguna
KB AKDR, sedangkan pada kelompok yang memiliki > 3 anak ada 28,6% yang
bukan pengguna KB AKDR. Hasil uji statistik bahwa hasil p-value = 0,001 < ɑ =
0,05 artinya ada perbedaan antara paritas dengan pengguna KB AKDR.

PEMBAHASAN
1. Perbedaan Usia Terhadap Pengguna KB AKDR Pada Wanita Usia Subur
(WUS) di BPM Bd. H Cicurug Kabupaten Sukabumi Tahun 2020
Berdasarkan analisis statistik perbedaan usia terhadap pengguna KB AKDR
pada WUS di BPM Bd. H Cicurug Kabupaten Sukabumi Tahun 2020, hasil
penelitian menunjukkan sebagaian besar responden yang berusia >30 tahun lebih
banyak yang bukan pengguna KB AKDR. Hasil uji statistik bahwa hasil p-value =
0,004 < ɑ = 0,05 artinya ada perbedaan antara usia dengan pengguna KB AKDR.
Usia merupakan suatu indeks perkembangan seseorang. Usia individu
terhitung mulai saat dilahirkan, semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Usia sangat
mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia
akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya. Sehingga
pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia muda, individu akan
lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan social serta lebih banyak
melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua,
selain itu orang usia muda akan lebih banyak menggunakan waktu untuk
membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemajuan verbal
dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini13.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Putri Sitronela
Dewi yang mengatakan bahwa ada hubungan antara usia dengan menggunakan
MKJP, yang menyatakan bahwa dari 106 responden, sebagai besar memiliki usia
(20-35 tahun) sebanyak 64,2% responden, sedangkan usia (17-20 tahun) sebanyak
1,9% responden dan usia (35-58 tahun) yaitu 33,9% responden18.
Hasil penelitian ini sejalan juga dengan yang dilakukan oleh Imbarwati E,
2019 “Beberapa faktor yang berkaitan dengan penggunaan KB IUD pada peserta
KB non IUD di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang” dimana hasil penelitian
menujukkan bahwa pengguna IUD terbanyak usia (20-35 tahun) sebanyak 76,4%
sedangkan pada usia muda sangat rendah yakni 23,4% responden19.
Menurut asumsi peneliti ibu dengan usia muda cenderung memiliki
ketakutan dan malu. Sehingga enggan untuk menggunakan kontrasepsi dalam
rahim. Ketidak tahuan akan keuntungan menggunakan AKDR bagi ibu usia muda
dikarenakan pengetahuan alat kontrasepsi dalam rahim yang masih rendah.
2. Perbedaan Pendidikan Terhadap Pengguna KB AKDR Pada Wanita Usia
Subur (WUS) di BPM Bd. H Cicurug Kabupaten Sukabumi Tahun 2020
Berdasarkan analisis statistik perbedaan pendidikan terhadap pengguna KB
AKDR pada WUS di BPM Bd. H Cicurug Kabupaten Sukabumi Tahun 2020,
hasil penelitian menujukkan sebagaian besar responden yang memiliki
pendidikannya rendah (SD,SMP) ada 95,6% yang bukan pengguna KB AKDR.
Hasil p-value = 0,001 < ɑ = 0,05 artinya ada perbedaan antara pendidikan dengan
pengguna KB AKDR.
Pendidikan adalah bimbingan yang memberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan
manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal
yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Tingkat
pendidikan berdampak pada daya tangkap dan pola pikir seseorang. Tidak dapat
dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula
seseorang menerima informasi dan makin banyak pengetahuan yang
dimilikinya15.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi
Junita, 2018 yang mengatakan bahwa ada hubungan antara Pendidikan dengan
pengguna AKDR, yang menyatakan bahwa pendidikan rendah sebanyak 58,6%
responden sedangkan pendidikan tinggi sebanyak 41,4% responden20.
Hasil penelitian ini sejalan juga dengan yang dilakukan oleh Fatmah
Zakaria, 2017 yang mengatakan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan
pengguna AKDR, yang menyatakan bahwa pendidikan rendah sebanyak 8,7%
responden, sedangkan pendidikan tinggi sebanyak 35,9% responden21.
Menurut asumsi peneliti, bahwa responden dengan tingkat pendidikan
sedikit yang menggunakan AKDR, karena kurangnya pengetahuan dan minat
menggunakan kontrasepsi AKDR. Karena kebanyakan responden tidak
mengetahui dan takut dalam menggunakan kontrasepsi tersebut.
3. Perbedaan Pekerjaan Terhadap Pengguna KB AKDR Pada Wanita Usia
Subur (WUS) di BPM Bd. H Cicurug Kabupaten Sukabumi Tahun 2020
Berdasarkan analisis statistik perbedaan pekerjaan terhadap pengguna KB
AKDR pada WUS di BPM Bd. H Cicurug Kabupaten Sukabumi Tahun 2020,
hasil penelitian menujukkan sebagaian besar responden yang bekerja 91,3% yang
bukan pengguna AKDR. Hasil p-value = 0,185 > ɑ = 0,05 artinya tidak adanya
perbedaan yang signifikan antara pekerjaan dengan pengguna KB AKDR.
Pekerjaan adalah kegiatan atau aktifitas seseorang untuk memperoleh
penghasilan, guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dimana pekerjaan
tersebut sangat erat dengan kehidupan sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan
hidup, dalam hal status pekerjaan ibu, ternyata ibu yang tidak bekerja mempunyai
unment need lebih besar dibandingkan ibu yang bekerja16.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Supriadi, 2017 yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan
dengan pengguna KB AKDR yang menyatakan bahwa yang bekerja sebanyak
56,1% responden yang bukan pengguna AKDR. Sedangkan yang tidak bekerja
sebanyak 41,7% responden. Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0,823 atau nilai
p>0,05, hal ini menunjukkan tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan
pengguna KB AKDR22.
Hasil penelitian ini sejalan juga dengan yang dilakukan oleh Baharika Dwi
Aningsih, 2018 yang menyatakan bahwa yang bekerja sebanyak 11,0% yang
bukan pengguna AKDR. Sedangkan yang tidak bekerja 71,3% responden. Hasil
uji statistik diperoleh nilai p = 0,443, hal ini menunjukkan tidak ada hubungan
antara pekerjaan dengan pengguna KB AKDR23.
Menurut asumsi peneliti, faktor bekerja saja nampak belum berperan
sebagai timbulnya suatu pemilihan dalam melakukan KB. Pekerjaan berpengaruh
pada kemampuan seseorang untuk mencukupi semua kebutuhan salah satunya
kemampuan untuk melakukan KB.
4. Perbedaan Paritas Terhadap Pengguna KB AKDR Pada Wanita Usia
Subur (WUS) di BPM Bd. H Cicurug Kabupaten Sukabumi Tahun 2020
Berdasarkan analisis statistik perbedaan paritas terhadap pengguna KB
AKDR pada WUS di BPM Bd. H Cicurug Kabupaten Sukabumi Tahun 2020,
hasil penelitian menujukkan sebagaian besar yang memiliki ≤ 3 anak ada 88,2%
yang bukan pengguna KB AKDR, sedangkan yang memiliki > 3 anak ada 28,6%
yang bukan pengguna KB AKDR. Hasil uji statistik bahwa hasil p-value = 0,001
< ɑ = 0,05 artinya ada perbedaan antara paritas dengan pengguna KB AKDR.
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami seorang ibu selama
hidupnya. Keadaan ibu dan anak sangat berpengaruh terhadap kebahagiaan dan
kesejahteraan keluarga, dimana salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah
jumlah kelahiran atau banyaknya anak.Salah satu faktor yang paling mendasar
mempengaruhi perilaku pemakaian kontrasepsi adalah jumlah anak yang
diinginkan oleh PUS17.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatmah
Zakaria, 2017 yang mengatakan bahwa ada hubungan paritas dengan penggunaan
KB AKDR yang menyatakan bahwa primipara menggunakan AKDR berjumlah
0% responden, sedangkan dengan grande multipara yakni 55,6% responden. Hasil
uji statistik dengan menggunakan chi square pada variabel paritas dengan
menggunakan KB AKDR di peroleh nilai p value 0,003 < 0,005 yang artinya
terdapat hubungan antara paritas dengan penggunaan KB AKDR21.
Hasil penelitian ini sejalan juga dengan yang dilakukan oleh Dewi Junita,
2018 yang menyatakan bahwa primipara yang menggunakan AKDR berjumlah
73,6% responden. Sedangkan multipara yakni 26,4% responden20.
Menurut asumsi peneliti, bahwa dengan penggunaan AKDR yang
memiliki kurang dari tiga anak hanya sedikit yang menggunakan AKDR karena
dalam pemilihan metode kontrasepsi suntik karena takut dengan cara pemasangan
AKDR. Pengetahuan akseptor KB sangat erat kaitannya terhadap pemilihan alat
kontrasepsi, karena dengan adanya pengetahuan yang rendah terhadap metode
kontrasepsi tertentu akan merubah cara pandang akseptor dalam menentukan
akseptor yang paling sesuai dan efektif digunakan.sehingga pengguna KB lebih
nyaman.
KESIMPULAN
1. Sebagian besar responden bukan pengguna KB AKDR sebanyak 69
(65,7%).
2. Ada perbedaan usia pada pengguna KB AKDR, bahwa peluang tinggi
menggunakan AKDR yang berusia > 30 tahun, nilai p-value = 0,004 < ɑ =
0,05.
3. Ada perbedaan pendidikan pada pengguna KB AKDR, bahwa peluang yang
tinggi menggunakan AKDR yang berpendidikan tinggi (SMA,PT), nilai p-
value = 0,001 < ɑ = 0,05.
4. Ada perbedaan paritas pada pengguna KB AKDR, bahwa peluang yang
tinggi menggunakan AKDR yang memiliki >3 anak, nilai p-value = 0,001 <
ɑ = 0,05.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sarwono Prawiroharjo. Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi. PT


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2014

2. Ilmu Masyarakat K. Pengguna KB AKDR Pada Peserta KB Non AKDR Di


Kecamatan Padalarang Kota Semarang.2010;

3. Notoadmodjo S. Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rieneka Cipta. 2011;

4. Kemenkes RI (2015) Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015

5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014

6. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat 2017, Data Jumlah Sarana
Pelayanan KB. Sukabumi : Badan Pusat Statistik.

7. Sulistyawati, Ari. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba Medika.


2013.

8. World Health Organization. World Health Statistic. Geneva : WHO. 2014

9. Rismawati, S.UNMEET NEED : Program Keluarga Berencana. Publikasi


Penelitian. Bandung : Alfhabeta. 2012

10. Sulistyawati, Ari 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:


Salemba Medika.

11. Handayani, Sri 2015. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta
: Pustaka Rihana.

12. Setiyaningrum Erna Zulfa, 2014.Pelayanan Keluarga Berencana dan


Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Trans Info Medika.

13. Novitasary, M.D., Mayulu N & Kewengian S.E.S 2013. Hubungan antara
aktifitas fisik dengan obesitasbpada wanita usia subur di Puskesmas
Wawonasa Kecamatan Singkil Manado. Vol. 1 no 2 juli 2013. Jurnal e-
;
Biomedik.

14. Aldriana N. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengguna AKDR Di


Wilayah Kerja Puskesmas Kabun Kabupaten Rokan Hulu. 2013;

15. Sufianti H. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat PUS


Terhadap Pengguna Kontrasepsi AKDR Di Wilayah UPT Puskesmas Kroya
I.2018
16. Sari I.E. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Rendahnya Minat Ibu
Terhadap Pengguna Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di BPS Romdhati
Semin Gunung Kidul.2016

17. Putri Sitronela D. Hubungan Usia Dan Paritas Dengan Penggunaan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang Pada Akseptor Baru di Puskesmas Lendah 1
Kulon Progo Yogyakarta.2017

18. Elva Imbarwati. Beberapa Faktor Yang Berkaitan Dengan Penggunaan KB


IUD Pada Peserta KB Non IUD Di Kecamatan Pedurungan Kota
Semarang.2019

19. Junita Dewi. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan


Kontrasepsi AKDR di BPS Rosmala Aini Palembang. 2018

20. Zakaria Fatmah. Hubungan Usia, Pendidikan Dan Paritas Dengan


Penggunaan AKDR di Puskesmas Doloduo Kabupaten Bolaang Mongondow.
2017

21. Supriadi. Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan AKDR Pada


Wanita Usia Subur (WUS) di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa. 2017

22. Aningsih Baharika. Hubungan Umur, Tingkat Pendidikan, Pekerjaan Dan


Paritas Terhadap Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di
Dusun III Desa Pananung Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung. 2018

23. Nurhayati. Asuhan Kebidanan Nifas dan KB. Jakarta: Salemba Medika. 2013

24. Mujiastuti, S. Hubungan Paritas dengan Penggunaan IUD di RSUD Goeteng


Kabupaten Kulon Progo. Yogyakarta : Universitas Aisyah Yogyakarta. 2017

25. Hartanto. KB dan Kontrasepsi. Jakarta: Sinar Harapan. 2014

26. Notoatmodjo. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2010

27. Astuti, E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Wanita Usia Subur (WUS)


Tidak Menggunakan AKDR. Akademi Kebidanan Purwokerto. 2014

Anda mungkin juga menyukai