BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
IUD (Intra Uterine Device) adalah atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) merupakan alat kontrasepsi terbuat dari plastik yang flesibel dipasang dalam
rahim. Kontrasepsi yang paling ideal untuk ibu pasca persalinan dan menyusui adalah
tidak menekan produksi ASI yakni Alat Kontarsepsi Dalam rahim (AKDR)/Intra
Uterine Device (IUD), suntikan KB yang 3 bulan, minipil dan kondom (BkkbN,
2014).
Ibu perlu ikut KB setelah persalinan agar ibu tidak cepat hamil lagi (minimal
3-5 tahun) dan punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak dan keluarga.
Kontrasepsi yang dapat digunakan pada pasca persalinan dan paling potensi untuk
mencegah mis opportunity berKB adalah Alat Kontrasepsi Dalam rahim (AKDR)
atau IUD pasca plasenta, yakni pemasangan dalam 10 menit pertama sampai 48 jam
setelah plasenta lahir (atau sebelum penjahitan uterus/rahim pada pasca persalinan
dan pasca keguguran di fasilitas kesehatan, dari ANC sampai dengan persalinan terus
bersalin atau keguguran, pulang ke rumah sudah menggunakan salah satu kontrasepsi
(BkkbN, 2014).
12
13
Menurut Arum (2011) jenis-jenis Intra Uterine Device (IUD) adalah sebagai
berikut:
1. IUD CuT-380 A
Menurut Hartanto (2008) IUD yang banyak dipakai di Indonesia dewasa ini dari
jenis unmedicated adalah Lippes Loop dan dari jenis Medicated adalah Cu-T 380
a. Lippes Loop
IUD Lippes Loop terbuat dari bahan polietilen, berbentuk spiral, pada
pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda ukuran panjang
bagian atasnya. Adapun tipe dari Lippes Loops adalah sebagai berikut:
14
Keuntungan lain dari jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan
luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik (Proverawati,
2010).
b. Cu T 380 A
dengan tambahan bahan Barium Sulfat. Pada bagian tubuh yang tegak, dibalut
c. Multiload 375
IUD Multiload 375 (ML 375) terbuat dari polipropilen dan mempunyai
luas permukaan 250 mm2 atau panjang 375 mm2 kawat halus tembaga yang
ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini. Bagian lengannya didesain
15
ekspulsi.
d. Nova T
IUD Nova-T mempunyai 200 mm2 kawat halus tembaga dengan bagian
lengan fleksibel dan ujung tumpul sehingga tidak menimbulkan luka pada
e. Cooper-7
200 mm2 fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis
(copper T), sedangkan jenis non copper memerlukan penundaan sampai 6 minggu
Menurut Suparyanto (2011) IUD terdiri dari IUD hormonal dan non
hormonal.
1. IUD Non-hormonal
Pada saat ini IUD telah memasuki generasi ke-4. Karena itu berpuluh-puluh
macam IUD telah dikembangkan. Mulai dari generasi pertama yang terbuat dari
benang sutra dan logam sampai generasi plastik (polietilen) baik yang ditambah
Graten ber-ring.
kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5 tahun), ML-Cu 375 (daya
insersi: Withdrawal.
Antigon. Cara insersi Lippes Loop: Push Out. Lippes Loop dapat
18
tidak ada keluhan persoalan bagi akseptornya. IUD yang banyak dipakai
di Indonesia dewasa ini dari jenis Un Medicated yaitu Lippes Loop dan
hitam.
b. Mirena
Mirena adalah IUD yang terbuat dari plastik, berukuran kecil, lembut,
diresapi dengan barium sulfat yang membuat mirena dapat terdeteksi dalam
adalah efektivitasnya tinggi, dengan tingkat kesakitan lebih pendek dan lebih
ringan. Mirena merupakan sebuah pilihan alternatif yang tepat untuk wanita
menstruasi mungkin menjadi tidak teratur. Mirena dapat dilepas dan fertilitas
4. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan tidak perlu
diganti)
10. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak
terjadi infeksi).
11. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun lebih atau setelah haid terakhir)
1. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan)
Menurut Arum (2011) yang dapat menggunakan IUD adalah sebagai berikut:
1. Usia reproduktif
2. Keadaan multipara
IUD pasca plasenta aman dan efektif, tetapi tingkat ekspulsinya lebih tinggi
dengan cara melakukan insersi IUD dalam 10 menit setelah ekspulsi plasenta,
memastikan insersi mencapai fundus uteri, dan dikerjakan oleh tenaga medis dan
paramedis yang terlatih dan berpengalaman. Jika 48 jam pasca persalinan telah lewat,
insersi IUD ditunda sampai 4 minggu atau lebih pasca persalinan. IUD 4 minggu
pasca persalinan aman dengan menggunakan IUD copper T, sedangkan jenis non
ijin dan penyelenggaraan praktik bidan, dimana dinyatakan bahwa bidan dapat : 1)
keluarga berencana. 2) memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom, dan dalam
alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim dan memberikan alat
22
kontrasepsi bawah kulit. 2) pelayanan tersebut hanya dapat diberikan oleh bidan yang
Mekanisme kerja yang pasti dari kontrasepsi IUD belum diketahui. Ada
1. Timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik di dalam cavum uteri sehingga
Di samping itu, dengan munculnya leukosit PMN, makrofag, foreign body giant
cells, sel mononuklear dan sel plasma yang dapat mengakibatkan lisis dari
implantasi.
endometrium.
Menurut Saifuddin, dkk (2006) cara kerja pemasangan IUD adalah sebagai
berikut:
c. IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD
Dilakukan pada hari-hari pertama atau pada hari-hari terakhir haid. Keuntungan
a. Pemasangan lebih mudah oleh karena serviks pada waktu itu agak terbuka
dan lembek.
dirasakan.
d. Kemungkinan pemasangan IUD pada uterus yang sedang hamil tidak ada.
a. Infeksi dan ekspulsi lebih tinggi bila pemasangan dilakukan saat haid.
b. Dilatasi canalis cervikal adalah sama pada saat haid maupun pada saat mid -
Bila pemasangan IUD tidak dilakukan dalam waktu seminggu setelah bersalin,
postpartum oleh karena jika pemasangan IUD dilakukan antara minggu kedua
dan minggu keenam setelah partus, bahaya perforasi atau ekspulsi lebih besar.
Sebaiknya IUD dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi fisiologi
dan psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septic abortion merupakan
kontraindikasi.
Dalam hal yang terakhir ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk
bahwa kemungkinan terjadinya efek samping seperti perdarahan, rasa sakit, IUD
a. Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilahkan klien
sedikit sakit pada beberapa langkah waktu pemasangan dan nanti akan diberitahu
kelenjar Bartolin dan kelenjar skene, lalu lakukan pemeriksaan spekulum dan
panggul.
25
e. Masukkan spekulum, dan usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik dan
selesai dipakai.
k. Menyarankan klien agar menunggu selama 15-30 menit setelah pemasangan IUD.
1. Menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilahkan klien
untuk bertanya.
klien untuk tenang dan menarik nafas panjang, dan memberitahu mungkin timbul
rasa sakit.
26
a. Pencabutan normal
lengkung yang sudah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril dan tarik benang
kekuatan tetap dan cabut AKDR dengan pelan-pelan. Bila benang putus saat
b. Pencabutan sulit
Bila benang AKDR tidak tampak, periksa pada kanalis servikalis dengan
menggunakan klem lurus atau lengkung. Bila tidak ditemukan pada kanalis
servikalis, masukkan klem atau alat pencabut AKDR ke dalam kavum uteri
untuk menjepit benang AKDR itu sendiri. Bila sebagian AKDR sudah
kanalis servikalis, putar klem pelan-pelan sambil tetap menarik selama klien
untuk menjepit serviks dan lakukan tarikan ke bawah dan ke atas dengan
dokter/bidan bisa mengawasi kondisi ibu agar tidak timbul komplikasi seperti
perdarahan pasca persalinan. Kematian ibu pasca persalinan biasanya terjadi dalam 6
jam post partum. Hal ini disebabkan oleh infeksi, perdarahan dan eklampsi post
Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah proses
1. Tingkat kesadaran
3. Kontraksi uterus
perdarahan pasca persalinan dan terjadi dalam 4 jam pertama setelah kelahiran bayi.
Karena alasan ini, penting sekali untuk memantau ibu secara ketat segera setelah
Hal-hal yang perlu dipantau selama dua jam pertama pasca persalinan, yaitu :
28
1. Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih, dan perdarahan setiap
15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua pada
kala IV.
2. Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi keras, setiap 15 menit dalam
satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam jam kedua kala IV.
3. Pantau suhu ibu satu kali dalam jam pertama dan satu kali pada jam kedua
pascapersalinan.
4. Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15 menit dalam satu jam
5. Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai tonus dan perdarahan uterus,
2.3. Faktor yang Memengaruhi Pemasangan IUD pada Kala IV Ibu Bersalin
1. Umur
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja, dari segi kepercayaan masyarakat
seseorang yang lebih dewasa lebih dipercaya dari pada orang yang belum tinggi
Usia memengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,
Semakin meningkatnya umur seseorang dan telah tercapainya jumlah anak ideal akan
responden untuk menggunakan IUD. Sesuai dengan hasil penelitian di India bahwa
IUD Cu T 380A digunakan oleh wanita yang berumur lebih dari 30 tahun dan wanita
yang telah mencapai ukuran keluarga yang diinginkan (Pastuti dan Siswanto, 2007).
2. Jumlah Anak
IUD. Semakin banyak jumlah anak yang telah dilahirkan semakin tinggi keinginan
responden untuk membatasi kelahiran. Pada akhirnya hal ini akan mendorong
umur istri lebih dari 30 tahun tidak hamil lagi. Kondisi keluarga seperti ini dapat
kegagalan hal ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan dengan risiko tinggi
bagi ibu dan anak. Di samping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan
untuk mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang paling cocok disarankan adalah IUD.
3. Pendidikan
IUD dan implan dibandingkan dengan responden yang berpendidikan rendah. Tingkat
4. Agama
kontrasepsi. Dalam Agama Islam tidak semua cara kontrasepsi yang dimasyarakatkan
program KB dapat pakai oleh ummat Islam. Ada cara kontrasepsi yang dilarang yaitu
IUD, vasektomi dan tubektomi. IUD dilarang karena cara pemasangannya harus
dengan melihat aurat besar wanita sedang sterilisasi dilarang karena mematikan
fungsi reproduksi dan dilakukan dengan cara merusak organ tubuh suami atau isteri.
Cara kontrasepsi yang diperbolehkan dalam Islam adalah: pil, suntik, kondom,
senggama terputus, salep, diaphragma dan pantang berkala (cara-cara tersebut masuk
katagori jenis kontrasepsi kurang efektif menurut BKKBN). Di kalangan non Islam
boleh dikatakan tidak ada larangan yang tegas dalam hal pemakaian jenis kontrasepsi
yang dimasyarakatkan oleh program KB, kecuali Katholik. Agama Khatolik pada
dikeluarkan oleh Paus Paulus VI, tetapi dalam pelaksanaanya di Indonesia MAWI
didukung pula oleh adanya bukti bahwa hubungan antara agama dengan pemakaian
jenis kontrasepsi tetap ada setelah dikontrol dengan variabel pendidikan isteri/suami,
daripada akseptor IUD yang beragama Islam. Hasil penelitian ini searah dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Gustiana (2010) yang menyatakan bahwa tidak ada
variasi yang terjadi dalam hal penghentian kontrasepsi karena adanya perbedaan
semua bagian negara dan diterima oleh semua kelompok agama yang ada di
agama Islam bahwa mereka telah memahami program tersebut dengan baik dan
mendukungnya dengan fatwafatwa dari para ulama yang sudah beredar luas dan
5. Pengetahuan
tinggi maka akan semakin luas pula pengetahuannya, akan tetapi bukan berarti orang
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain, didapat
32
dari buku, surat kabar, atau media massa, elektronik (Notoatmodjo, 2012). Sebagian
penelitian, diperoleh bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng
Perilaku berubah karena adanya rangsangan dalam bentuk fisik, psikis dan
sosial, yang dapat melibatkan banyak orang (kelompok atau masyarakat). Arah
penahan yang berarti dapat positif atau negatif. Terbentuknya perilaku dapat terjadi
karena proses kematangan dan yang paling besar pengaruhnya dari proses interaksi
dari lingkungan. Seseorang mampu berperilaku positif tidak selalu didasarkan pada
bersalin RSUP DR. M. Djamil menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna
umumnya, istri yang unmet need IUD post-plasenta belum mengenal IUD apalagi
IUD dapat dipasang langsung selama 10 menit setelah melahirkan. Sejalan dengan
Purworejo yang menyatakan adanya hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang IUD
6. Sikap
Sikap adalah merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2012). Sikap adalah
predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga
sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu (purely physic
inner state), tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual.
Artinya proses ini terjadi secara subjektif dan unik pada diri setiap individu.
Keunikan ini dapat terjadi oleh adanya perbedaan individual yang berasal dari nilai-
nilai dan norma yang ingin dipertahankan dan dikelola oleh individu (Wawan &
Dewi, 2010).
kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan obyek
lembaga, ide dan sebagainya. Orang dikatakan memiliki sikap positif terhadap suatu
objek psikologis apabila ia suka atau memiliki sikap yang favorable, sebaliknya
orang yang dikatakan memiliki sikap negatif terhadap obyek psikologi bila ia tidak
7. Persepsi
yang timbul akibat adanya aktivitas (pelayanan yang diterima) yang dapat dirasakan
oleh suatu obyek. Mengingat bahwa persepsi setiap orang terhadap suatu obyek
(pelayanan) berbeda-beda. Oleh karena itu persepsi memiliki sifat subjektif yang
34
merupakan suatu rasa puas atau tidak oleh adanya pelayanan yang diterimanya
tersebut.
masyarakat merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu
merupakan proses diterimanya stimulus melalui alat indera. Namun proses itu tidak
hanya berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses
selanjutnya merupakan proses persepsi. Persepsi terbagi atas dua bagian, yaitu secara
sempit dan secara luas. Secara sempit berarti penglihatan atau bagaimana seseorang
8. Ketersediaan IUD
tercapainya tujuan pelayanan kebidanan sesuai beban tugasnya dan fungsi institusi
mencerminkan jumlah barang dan kualitas barang, ada pelatihan khusus untuk bidan
tentang penggunaan alat tertentu, ada prosedur permintaan dan penghapusan alat.
(BkkbN, 2012)
yang petugasnya telah mendapat pelatihan KB baru 58% dan hanya terdapat 32,2%
puskesmas yang memiliki kecukupan sumber daya dalam program KB. Kecukupan
35
reproduksi yang meliputi jarak yang jauh, biaya yang tidak terjangkau, tidak tahu
adanya atau kemampuan fasilitas (akses informasi) dan tradisi yang menghambat
layanan tersebut. Namun, masih ada puskesmas yang belum memberikan pelayanan
KIA dan KB, seperti di Provinsi Papua terdapat 18,4% puskesmas yang belum
memberikan layanan KIA dan KB, Papua Barat 5,8% dan Maluku 3,1%.
Suami adalah orang pertama dan utama dalam memberi dorongan kepada istri
sebelum pihak lain turut memberi dorongan. Dukungan dan perhatian seorang suami
terhadap istri dan alat kontrasepsi yang cocok digunakan istri akan membawa dampak
Peran suami yang sangat besar dalam rumah tangga menyebabkan banyak istri
yang patuh terhadap suami. Demikian halnya dalam pemakaian alat kontrasepsi,
36
banyak istri yang meminta izin kepada suami bahwa dirinya menggunakan alat
kontrasepsi tersebut, tetapi setelah suami mengetahui bahwa istri menggunakan alat
(Hartanto, 2008).
ilmuwan, petugas kesehatan. Tergantung pada jenis masalah atau perubahan yang
yang sering didengar oleh responden adalah informasi yang bersifat negatif, yang
biasanya berasal dari cerita teman atau tetangga. Meskipun cerita tersebut tidak dapat
dalam rahim. IUD mencegah kehamilan dengan merusak kemampuan hidup sperma
dan ovum karena adanya perubahan pada tuba dan cairan uterus. Efektifitas IUD
dalam mencegah kehamilan sampai 99,4% dan dapat dipasang langsung pada ibu
pasca salin dengan jenis IUD copper T 380o selama 5-10 tahun (BkkbN, 2014).
terlepas dari faktor perilaku yang dimiliki oleh masing-masing individu. Adapun
3. Faktor penguat meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh
agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan, dan undang-
bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja,
melainkan diperlukan perilaku contoh dari para tokoh masyarakat, tokoh agama,
Faktor Predisposisi :
- Pengetahuan
- Sikap
- Nilai
- Kepercayaan
- Variabel Demografi
Faktor Pemungkin :
- Sumber-sumber yang
Perilaku
Tersedia / Ketersediaan
Fasilitas
- Fasilitas
Faktor Penguat :
- Dukungan Suami
- Dukungan Tenaga
Kesehatan
- Dukungan Tokoh
Masyarakat
Sebagai contoh kesediaan ibu dalam pemasangan IUD pasca persalinan, akan
dipermudah jika ibu mengetahui keuntungan IUD. Penerimaan perilaku baru atau
adopsi melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Pemasangan IUD
pasca persalinan perlu dukungan suami dan dukungan petugas kesehatan, juga
39
Faktor Predisposisi:
1. Karakteristik (Umur, Jumlah
Anak, Pendidikan)
2. Pengetahuan
3. Persepsi
4. Sikap
Faktor Pemungkin:
1. Ketersediaan IUD Pemasangan IUD
2. Ketersediaan Petugas
Kesehatan
3. Keterjangkauan klinik
Faktor Penguat:
1. Dukungan Suami
2. Dukungan Petugas
Kesehatan