Anda di halaman 1dari 6

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KATARAK SENILIS di WILAYAH KERJA

PUSKESMAS MODAYAG KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR

THE FACTORS AFECTING SENILE CATARACTS IN THE WORKING AREA OF MODAYAG


COMMUNITY HEALTH CENTER EAST BOLAANG MONGONDOW DISTRICT

Volta R. Lukas*, Sofietje B. Pangkerego**, Rooije R.H Rumende***

*Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon


**Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon
***Dosen Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK
Kebutaan dan gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan masyarakat, dimana
penyakit katarak merupakan penyebab utama kebutaan di Indonesia dengan presentase 1,5%%
dari jumlah penduduk Indonesia. Katarak senilis adalah katarak yang disebabkan oleh proses
ketuaan atau faktor usia sehingga lensa mata menjadi keras dan keruh. Katarak senilis
merupakan tipe katarak yang paling banyak ditemukan. Biasanya ditemukan pada golongan usia
40 tahun keatas. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa berhenti dalam
perkembangannya dan telah memulai proses degenerasi. Keadaan lensa seperti ini bukan tumor
atau pertumbuhan jaringan didalam mata, akan tetapi merupakan keadaan lensa menjadi
berkabut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi katarak
senilis di Wilayah Kerja Puskesmas Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur tahun 2017
dengan menggunakan desain penelitian Cross Sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak
31 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor usia, jenis kelamin dan pekerjaan
berpengaruh terhadap kejadian katarak senilis dengan nilai signifikan 0,00 artinya 0,00 < dari
α=0,01 (1%). Untuk itu perlu dilakukannya program penangulangan untuk penyakit katarak senilis
dan upaya prefentif untuk mencegah terjadinya penyakit katarak pada usia dini.
Kata Kunci : Usia, Jenis Kelamin, Pekerjaan, Katarak Senilis

ABSTRACT
Blindness and visual impairment is a health problem, where cataract disease is the leading cause
of blindness in Indonesia with a percentage of 1,5% the total population of Indonesia. Senile
cataract is a cataract caused by the aging process or age factor so the lens of the eye becomes
hard and turbind. Senile cataract is the most common type of cataract. Usually found in the age
group above 40 years. Cataracts can occur at a time when development of lens fibers stops in its
development and has begun the process of degeneration. The state of the lens like this is not a
tumor or tissue growth in the eye, but is the state of the lens becomes foggy. The purpose of this
research is to know the factors that influence senile cataract in the working area of Modayag
Community Health Center east Bolaang Mongondow district in 2017 by using Cross Sectional
research design. Sample in this research are 31 people. The results of this study indicate that the
factors or age, gender, and occupation effect the incidence of senile cataract with a significant
value of 0,00 means 0,00 <α=0,01 (1%). There fore, it need to do the prevention program for
senile cataract disease and preventive efforts to prevent the occurrence of cataract disease at an
early age.
Keywords : Age, Gender, Employment, Senile Cataracts

PENDAHULUAN
Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam maupun luar tubuh. Stimulus
tersebut masuk kedalam tubuh melalui organ sensori (panca indera). Persepsi adalah daya atau
kemampuan menilai barang, kualitas atau hubungan serta perbedaan antar hal yang mendapat
rangsang melalui indera (Retnayu, 2006).

Katarak Senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Satu- satunya gejala adalah
distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin kabur. Katarak senilis disebabkan oleh faktor usia.
Katarak senilis terjadi pada usia lebih dari 60 tahun (Ilyas, 2006). Meski tidak menular namun katarak
dapat terjadi pada kedua mata (Rahmi, 2008).
Dampak dari katarak yaitu penderita dapat mengalami kebutaan permanen sehingga dapat
mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Tanda dan gejala katarak biasanya penglihatan mulai kabur,
sensitif dalam menangkap cahaya, sehingga yang dilihat hanya bentuk lingkaran semu dan
semakin lama akan terlihat seperti noda keruh berwarna putih dibagian tengah lensa, kemudian
penderita katarak ini akan sulit menerima cahaya untuk mencapai retina dan akan menghasilkan
bayangan kabur pada retina (Rahmi, 2008).
Dalam penelitian Sefti Rompas 2014 di Poli Mata RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado selama 6
bulan terakhir dari bulan Juli sampai Desember tahun 2014 sebanyak 420 pasien yang menderita
penyakit katarak senilis. Berdasarkan surat Nomor 019 / PKM – MDG / 1
/ 2017 dari Puskesmas Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, kejadian katarak
berdasarkan data yang diperoleh dari bulan September sampai bulan November 2016 angka total
kejadian katarak berjumlah 50 orang.
Katarak diduga terjadi karena multifaktor, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor
intrinsik yaitu faktor risiko yang berasal dari dalam dan faktor ekstrinsik yaitu faktor risiko yang
berasal dari luar tubuh manusia (Irwan, 2008). Katarak senilis terjadi karena proses degeneratif
atau bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah usia 60 tahun keatas.
Katarak diduga terjadi karena multifaktor, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik
yaitu faktor risiko yang berasal dari dalam dan faktor ekstrinsik yaitu faktor risiko yang berasal dari
luar tubuh manusia (Irwan, 2008).
Katarak senilis dapat terjadi karena dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik.
Faktor intrinsik seperti jenis kelamin dan umur sedangkan faktor ekstrinsik kekurangan nutrisi,
pengunaan obat, rokok, alcohol, sinar matahari, traumatik, pekerjaan yang berdampak langsung pada
status sosial, ekonomi, kesehatan seseorang, bahkan lingkungan dan ruda paksa pada bola mata
secara akumulatif sehingga menggangu
kejernihan lensa serta riwayat penyakit
sistemik yaitu diabetes mellitus. Pada
umumnya buta katarak akan terjadi setelah 10-20 tahun sejak dimulainya proses kekeruhan lensa
(Ilyas, 2006).
Katarak senilis dapat terjadi karena faktor-faktor yang mempengaruhi seperti faktor intrinsik yaitu
usia dan jenis kelamin dan faktor ekstrinsik atau faktor sosial ekonomi yaitu pekerjaan karena
pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi proses terjadinya katarak (Irwan, 2008).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti sangat tertarik untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Katarak Senilis di Wilayah Kerja Puskesmas Modayag Kabupaten Bolaang
Mongondow Timur.

METODE
Penelitian ini, peneliti menggunakan jenis rancangan penelitian non eksperimental yaitu jenis
rancangan penelitian komparatif (kohort). Jenis penelitian ini merupakan penelitian epidemiologik
noneksperimental yang mengkaji antara variabel independen faktor risiko dan variabel dependen
yaitu efek atau kejadian penyakit (Nursalam, 2016). Desain penelitian ini menggunakan desain
penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Modayag Kabupaten Bolaang
Mongondow Timur mulai dari bulan Maret 2017 sampai April 2017. Dalam pengambilan data,
peneliti menggunakan instrumen berupa kuesioner untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi katarak senilis di Wilayah Kerja Puskesmas Modayag Kabupaten Bolaang
Mongondow Timur.

HASIL PENELITIAN
1. Data Demografi

Tabel 1. Berdasarkan Pendidikan Responden di Puskesmas Modayag


Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Pendidikan Jumlah Total % Total
SD 27 87,10%
SMP 2 31 6,45% 100%
SMA 2 6,45%
Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa dari 31 responden didapatkan data paling banyak
responden memiliki pendidikan SD. Responden dengan pendidikan SD didapati 27 orang (87,10%),
SMP 2 orang (6,45%) dan SMA 2 orang (6,45%).
2. Analisis Univariat

USIA

16%
Usia <50 Tahun
84% Usia >50 Tahun

Gambar 1. Distribusi Berdasarkan Usia Responden di Puskesmas Modayag


Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.
Berdasarkan gambar 1 menunjukan bahwa dari 31 responden didapatkan data terbanyak responden
usia >50 Tahun. Responden dengan usia >50 tahun berjumlah 26 orang (84%) sedangkan usia <50
tahun 5 orang
(16%).

JENIS KELAMIN

26%
Laki-Laki
74%
Perempuan

Gambar 2. Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden di Puskesmas


Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.
Berdasarkan gambar 2 menunjukan bahwa dari 31 responden didapatkan data terbanyak responden
berjenis kelamin perempuan. Jenis kelamin perempuan berjumlah 23 orang (74%) sedangkan laki-laki
8 orang (26%).

PEKERJAAN

16%
Dalam Gedung
84%
Luar Gedung

Gambar 3. Distribusi Berdasarkan Pekerjaan Responden di Puskesmas


Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.
Berdasarkan gambar 3 menunjukan bahwa dari 31 reponden didapatkan data terbanyak adalah
yang bekerja di luar gedung. Responden yang memiliki pekerjaan di luar gedung berjumlah 26
orang (84%) sedangkan pekerjaan di dalam gedung 5 orang (16%).

KATARAK SENILIS
0%

Non Katarak Senilis

Katarak Senilis
100%

Gambar 4. Distribusi Berdasarkan Katarak Senilis Responden di Puskesmas


Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.

Berdasarkan gambar 4 menunjukan bahwa dari responden adalah penderita katarak senilis 31
responden didapatkan data semua (100%).

3. Analisis Bivariat
Tabel 2. Tabulasi Silang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Katarak Senilis di Wilayah
Kerja Puskesmas Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.

Usia Katarak Senilis Hasil Uji Regresi Logistik


Biner
n %
Usia <50 Tahun 5 16% (Signifikan usia
Usia >50 Tahun 26 84 % 0,00)
Total 31 100%

Jenis Kelamin Katarak Senilis Hasil Uji Regresi Logistik


Biner
n %
Laki-laki 8 26%
Perempuan 23 74% (Signifikan jenis kelamin
Total 31 100% 0,00)

Pekerjaan Katarak Senilis Hasil Uji Regresi Logistik


Biner
n %
Dalam Gedung 5 16% (Signifikan pekerjaan
Luar Gedung 26 84% 0,00)
Total 31 100%
Berdasarkan tabel 2 tabulasi silang faktor-faktor yang mempengaruhi katarak senilis di Wilayah Kerja
Puskesmas Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur menunjukan bahwa responden yang
menderita katarak senilis usia >50 tahun berjumlah 26 orang (84%) dan responden usia <50 tahun
didapati 5 orang (16%). Responden yang menderita katarak senilis dengan jenis kelamin laki-laki
didapati 8 orang (26%) sedangkan jenis kelamin perempuan berjumlah 23 orang (74%). Responden
yang menderita katarak senilis yang memiliki pekerjaan dalam gedung terdapat 5 orang (16%)
sedangkan responden yang bekerja di luar gedung yang menderita katarak senilis berjumlah 26
orang (84%).
Uji Regresi Logistik Biner dengan menggunakan program SPSS terdapat pengaruh yang
signifikan faktor usia, jenis kelamin, dan pekerjaan terhadap katarak senilis di Wilayah kerja
Puskesmas Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, dengan nilai p value=0,00, maka Ho
ditolak dan Ha diterima karena 0,00 < dari α=0,01.

PEMBAHASAN
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Katarak Senilis di Wilayah Kerja Puskesmas Modayag
Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa faktor usia, faktor jenis kelamin dan pekerjaan
berpengaruh terhadap katarak sinilis di Wilayah kerja Puskesmas Modayag dengan hasil uji statitik
regresi logistik biner dengan p value=0,00 artinya 0,00 < dari α=0,01 (1%).
Peneliti berasumsi kejadian katarak senilis di Wilayah Kerja Puskesmas Modayag Kabupaten
Bolaang Mongondow Timur dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: faktor usia, jenis Kelamin
tingkat pendidikan, dan pekerjaan (tempat kerja).
1. Faktor Usia
Peneliti berpendapat faktor usia (lanjut usia) dapat mempengaruhi terjadinya katarak senilis, karena
dengan bertambahnya usia seseorang atau proses ketuaan lensa mata menjadi keras dan keruh
sehingga akan mempengaruhi proses ketajaman penglihatan seseorang. Dengan proses degeneratif
seseorang, maka penglihatan akan mulai kabur dan sulit untuk melihat beda-benda jika terlalu kecil.
Berdasarkan data univariat dari gambar 1 yaitu usia responden, penderita katarak senilis di Wilayah
Kerja Puskesmas Modayag berjumlah 31 orang dengan usia >50 tahun. Hal ini disebabkan karena
faktor usia sangat berpengaruh terhadap proses terjadinya katarak senilis.
Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur,
fungsi sel, jaringan, serta system organ (Fatmah, 2010). Pada fungsi persepsi sensori yaitu indera
penglihatan (mata), proses ketajaman penglihatan akan mulai berkurang karena dipengaruhi oleh
bertambahnya usia. Proses normal ketuaan akan mengakibatkan lensa menjadi keras dan keruh.
Keadaan ini disebut sebagai katarak senilis yang sering ditemukan pada usia 50 tahun keatas.
Dengan meningkatnya usia, maka ukuran lensa akan bertambah dengan timbulnya serat-serat
lensa yang baru, maka lensa akan berkurang kebeningannya (Pujianto, 2004). Dalam penelitian
Sefti Rompas tahun 2014 di Poli Mata RSUP Prof Kandou Manado selama 6 bulan terakhir dari
bulan Juli sampai Desembar penderita katarak senilis berjumlah 420 orang.
2. Faktor Jenis Kelamin
Peneliti berpendapat jenis kelamin dapat mempengaruhi proses terjadinya penyakit katarak
karena pada wanita mengalami masa menopause.
Berdasarkan data univariat gambar 2 yaitu jenis kelamin responden, didapati responden yang
menderita katarak senilis mayoritas adalah jenis kelamin perempuan.
Jenis kelamin perempuan dapat berpengaruh terhadap kejadian katarak senilis karena pada
perempuan terjadi menopause. Saat berlangsungnya menopause biasanya akan terjadi gangguan
hormonal sehingga ada jaringan-jaringan tubuh yang mudah rusak. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Framingham eye study (NHANES) di Punjab India ditemukan indikasi bahwa
penderita katarak perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki terutama diatas usia 60 tahun,
tetapi belum ada penjelasan yang mendasari, mungkin karena umur harapan hidup perempuan
dibandingkan laki-laki (Ulandari, 2014).
3. Faktor Pendidikan
Peneliti berpendapat bahwa pendidikan sangat berpengaruh terhadap terjadinya suatu proses
penyakit. Karena dengan pendidikan yang rendah maka pengetahuan atau wawasan dari
seseorang akan menjadi kurang. Pendidikan sangat berpengaruh terhadap status sosial
ekonomi termasuk pekerjaan. Berdasarkan data demografi pendidikan responden, didapati
pendidikan dari responden paling banyak berpendidikan SD (Sekolah Dasar). Maka dengan
pendidikan yang rendah sangat mempengaruhi terjadinya katarak senilis yang disebabkan oleh
kurangnya informasi sehingga membuat pengetahuan sangat kurang tentang penyakit katarak senilis.
Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau
untuk kemajuan hidup lebih baik dan dapat membuat manusia lebih mengerti, paham, dan kritis
dalam berpikir. Untuk itu
pendidikan sangat diperlukan untuk kelangsungan kehidupan manusia. Dengan memiliki pendidikan
kita dapat mengetahui segala sesuatu melalui proses-proses atau tahapan pendidikan mulai dari TK,
SD, SMP, SMA, sampai pada perguruan tinggi (Sukmadinata, 2009). Penelitian yang dilakukan
sebelumnya oleh Pujiono tahun 2014 pendidikan sangat berpengaruh terhadap kejadian katarak
senilis.
4. Faktor Pekerjaan (Tempat Kerja) Pekerjaan dalam hal ini berhubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan di luar gedung yang selalu terkena paparan sinar ultraviolet,
dimana sinar UV merupakan faktor risiko terjadinya katarak, karena dengan sering terpapar sinar UV
maka akan bedampak pada kesehatan mata kita.
Berdasarkan data univariat gambar 3 yaitu pekerjaan responden, didapatkan paling banyak
responden yang memiliki pekerjaan di luar gedung. Hal ini disebabkan karena pekerjaan sangat
mempengaruhi proses terjadinya katarak senilis. Pada studi Neal at all melaporkan adanya hubungan
positif yang kuat antara pekerjaan yang terpapar sinar matahari (Sinha et all, 2009).
Sinar ultraviolet yang berasal dari sinar matahari akan diserap oleh protein lensa dan kemudian akan
menimbulkan reaksi fotokimia sehingga terbentuk radikal bebas atau sepsis oksigen yang bersifat
sangat reaktif. Reaksi tersebut akan mempengaruhi struktur protein lensa, selanjutnya menyebabkan
kekeruhan lensa yang disebut katarak (WHO, 2013). Penelitian sebelumnya oleh Anggun Trithias
Arimbi tahun 2011, faktor pekerjaan sangat berpengaruh terhadap katarak senilis di RSUD Budhi
Asih.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dilakukan dapat dihasilkan beberapa simpulan sebagai
berikut:
1. Faktor usia pada katarak senilis di Puskesmas Modayag kabupaten Bolaang Mongondow Timur
menunjukan dari 31 responden, didapati data terbanyak penderita katarak senilis diusia >50
tahun. Responden yang menderita katarak senilis usia >50 tahun berjumlah 26 orang (84%).
2. Faktor Jenis Kelamin pada katarak senilis di Puskesmas Modayag kabupaten Bolaang
Mongondow Timur menunjukan dari 31 responden, didapati data terbanyak responden yang
menderita katarak senilis jenis kelamin perempuan dengan jumlah 23 orang (74%).
3. Faktor Pekerjaan pada katarak senilis di Puskesmas Modayag kabupaten Bolaang Mongondow
Timur menunjukan dari 31 responden, didapatkan data terbanyak penderita katarak senilis
dengan pekerjaan diluar gedung. Penderita katarak senilis yang memiliki pekerjaan diluar gedung
berjumlah 26 orang (84%).

4. Katarak Senilis di Puskesmas Modayag kabupaten Bolaang Mongondow Timur, dari 31 responden
didapati semua responden menderita katarak senilis dengan usia <50 tahun 5 orang, usia >50 tahun
26 orang, jenis kelamin laki-laki 8 orang, dan jenis kelamin perempuan berjumlah 23 orang. Hasil
tersebut peneliti dapatkan melalui
kuesioner kemudian penelitimeninjau
kembali jawaban responden berdasarkan
data medic di Puskesmas Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.
5. Faktor usia, jenis kelamin dan pekerjaan pada katarak senilis di Puskesmas Modayag kabupaten
Bolaang Mongondow Timur, berpengaruh signifikan pada model regresi logistic biner adalah
signifikan 0,00 artinya 0,00 < dari α=0,01 (1%) maka Ha diterima sedangkan Ho ditolak.

SARAN
Bagi Pihak Puskesmas dan Peneliti
1. Memberikan pelayanan kesehatan agar membuat program penanggulangan untuk
penyakit katarak senilis seperti pemeriksaan mata dan operasi katarak gratis.
2. Memberikan informasi berupa poster atau leaflet kepada masyarakat tentang gejala, penyebab
dan tanda-tanda terjadinya katarak senilis
3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui seminar kesehatan tentang upaya
prefentif atau pencegahan penyakit katarak senilis di Puskesmas Modayag Kabupaten
Bolaang Mongondow Timur.
4. Untuk penelitian selanjutnya untuk menambah variabel seperti riwayat penyakit diabetes mellitus,
merokok, alkohol dan riwayat penyakit keluarga. Serta dengan menambah jumlah sampel
penelitian yang lebih banyak dengan tingkat kemaknaan (1%).

DAFTAR PUSTAKA
Fatma, 2010, Pengantar Lanjut Usia, Rineka Cipta, Jakarta.

Ilyas M, 2006, Ilmu Penyakit Mata, Sagung Seto, Jakarta.

Irwan, 2008, Ilmu Kesehatan Mata, Balai Pustaka, Jakarta.

Nursalam, 2016, Metodologi Penelitian Edisi IV,Salemba Medika, Jln. Raya Lenteng Agung
No.101 Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Pujianto, 2004, Patofisiologi Katarak Senilis, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Rahmi I, 2008, Data World Health Organization, Rineka Cipta.

Retnayu P.P, 2006, Pengantar Keperawatan, Wijaya, Jakarta.

Sukmadinata, 2009, Teori Pendidikan Untuk Kehidupan Manusia, Wantoro, Makassar.

Sinha R., A.James,E.Robert, 2009, Etiopathogenesi Of Cataract Journa Review Indian Journal Of
Oftamology, Geneva.

Ulandari T.S.N, 2014, Jurnal Pengaruh Jenis Kelamin, Pekerjaan dan Pendidikan Terhadap Kejadian
Katarak, Nyoman, Jakarta.

World Health Organization, 2013, Global Invititive For The Elimination Of Advoidable
Blindness, Geneva.

Anda mungkin juga menyukai