Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN

STRES EMOSIONAL DI PERSATUAN DIABETES INDONESIA


(PERSADIA) UNIT RUMAH SAKIT PANTI WILASA CITARUM
SEMARANG

Rezza Agus Rennata*, Niken Safitri Dyan Kusumaningrum**


1) Mahasiswa Jurusan Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro (email:
radenrezza@gmail.com)
2) Staf Pengajar Departemen Keperawatan Dewasa Jurusan Keperawatan, Fakultas Kedokteran,
Universitas Diponegoro (email: nikensafitri@keperawatan.undip.ac.id)

ABSTRAK

Seseorang dapat mengalami stres emosional ketika didiagnosis diabetes melitus. Dukungan keluarga
sangat diperlukan individu untuk mengatasi stres. Penggunaan dukungan keluarga terdiri dari dukungan
informasional, penilaian, instrumental, dan emosional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan stres emosional pada diabetisi di Persatuan Diabetes
Indonesia (Persadia) unit RS Panti Wilasa Citarum, Semarang.
Metode pengumpulan data menggunakan teknik cros-sectional dengan pendekatan kuantitatif studi
deskriptif korelasi. Sampel 38 diabetisi yang memenuhi kriteria inklusi. Pengumpulan data menggunakan
3 kuesioner yang terdiri atas karakteristik demografi, dukungan sosial keluarga, dan stres emosional.
Analisis univariat menggunakan uji statistik deskriptif untuk memperoleh gambaran karakteristik
demografi, dukungan sosial keluarga dan stres emosional. Sedangkan untuk uji bivariat menggunakan
chi-square untuk menilai hubungan antara dukungan sosial keluarga dan stres emosional.
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden yang mendapat dukungan keluarga baik dan tidak
stres sejumlah 59,1%. Responden yang mendapat dukungan keluarga baik tetapi stres ringan sejumlah
36,4% dan stres sedang 4,5%. Responden yang mendapat dukungan keluarga buruk dan tidak stres
sebanyak 31,2%. Responden yang mendapat dukungan keluarga buruk tetapi stres ringan sejumlah 31,2%
dan stres sedang 37,5%. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan antara dukungan sosial keluarga
dengan stres emosional diabetisi (p value 0,029) (α=0,05). Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan intervensi terkait pemberian dukungan keluarga khususnya dukungan
penilaian bagi diabetisi dalam penatalaksanaan penyakit diabetes melitus.

Kata kunci: dukungan sosial keluarga, stres emosional, diabetes melitus

Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga Dan Stres Emosional di Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) 87
Unit Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang
Rezza Agus Rennata, Niken Safitri Dyan Kusumaningrum
PENDAHULUAN bagi penderita DM. Sebuah penelitian
Penyakit gula atau secara medis menyatakan bahwa stres sangat
disebut dengan Diabetes Melitus (DM) berpengaruh terhadap pengendalian dan
merupakan penyakit yang tidak dapat tingkat glukosa dalam darah, serta dapat
disembuhkan dan berlangsung sepanjang mempengaruhi gaya hidup (Lloyd, Smith,
hidup penderitanya. Penyakit ini ditandai & Weinger, 2005).
dengan kadar glukosa darah (gula darah) Bila seseorang mengalami stres maka
melebihi nilai normal yaitu gula darah respon terhadap stres dapat meningkatkan
sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl dan kadar hormon adrenalin yang mengubah
kadar gula darah puasa di atas atau sama cadangan glikogen menjadi glukosa dalam
dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Di hati. Kadar glukosa yang terjadi secara
Indonesia saat ini penyakit DM belum terus menerus dapat menyebabkan
menempati skala prioritas utama pelayanan komplikasi pada penderita diabetes melitus
kesehatan walaupun dampak negatifnya (Jamaluddin, 2012). Komplikasi yang
telah tampak jelas, yaitu berupa penurunan terjadi dapat menyerang organ tubuh seperti
kualitas sumber daya manusia karena mata, jantung, ginjal, pembuluh darah, dan
berbagai penyulit yang ditimbulkan persyarafan (Misnadiarly, 2006). Dukungan
(Jamaluddin, 2012). sosial keluarga dibutuhkan pada saat
Berdasarkan laporan statistik dari seseorang sedang menghadapi masalah atau
International Diabetes Foundation (IDF) sakit. Hal ini juga berlaku bagi penderita
tahun 2011 menyebutkan bahwa jumlah DM yang membutuhkan dukungan sosial
penderita DM mencapai angka 366 juta. keluarga dalam menjalani berbagai macam
Angka ini diperkirakan akan terus aturan yang kompleks (Effendi &
meningkat setiap tahunnya dan jumlah Makhfudli, 2009). Penggunaan dukungan
penderita DM akan mencapai 552 juta pada sosial keluarga terdiri dari dukungan
tahun 2030 (Hasan, Lilik, & Agustin, informasional, penilaian, instrumental, dan
2005). Selain itu, menurut World Health emosional (Friedman, 2000).
Organization (WHO) pada tahun 2010
angka kejadian diabetes melitus di METODE
Indonesia saat ini terus meningkat hingga Penelitian dilakukan dengan
mencapai 8,4 juta jiwa. Hal ini berarti pendekatan kuantitatif dengan desain
bahwa 1 dari 40 penduduk menderita penelitian deskriptif dengan pendekatan
diabetes melitus dan diprediksi jumlahnya cross-sectional. Populasi dalam penelitian
akan melebihi 21 juta jiwa pada tahun 2025 ini adalah diabetisi angggota Persadia.
mendatang serta lebih banyak terjadi pada Teknik pengambilan sampel yang
rentang usia muda atau masa produktif digunakan adalah total sampling. Sampel
(Anggina, Hamzah, & Pandhit, 2011). pada penelitian ini berjumlah 38 orang.
Diabetes melitus sebagai penyakit yang Penelitian dilaksanakan di Persadia unit RS
ditandai dengan peningkatan kadar gula Panti Wilasa Citarum, Semarang, mulai
darah dalam tubuh akibat dari gangguan pengambilan data awal pada bulan
hormon insulin secara absolut dan seumur Desember 2013 hingga pengambilan data
hidup, dapat menyebabkan berbagai penelitian pada 22 – 27 Mei 2014. Peneliti
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, melakukan kunjungan ke Persadia dan ke
dan pembuluh darah (Kumboyono, Fathoni, rumah responden. Penelitian ini
& Ningrum, 2010). menggunakan 2 kuesioner yang terdiri dari
Selain itu, DM juga dapat kuesioner dukungan keluarga 29 item yang
menimbulkan dampak psikososial yang diadopsi dari Hensarling Diabetes Family
sering dirasakan yaitu stres (Widodo, Support Scale (HDFSS) (Yusra, 2011) dan
2012). Stres dapat meningkatkan selera kuesioner stres 14 item yang dimodifikasi
makan dan membuat penderita DM sangat dari Depression Anxiety Distess Scale
lapar khususnya pada makanan yang (DASS) (Wasimatunnisa, 2013). Instrumen
mengandung karbohidrat dan lemak, yang digunakan oleh peneliti sudah valid
sehingga stres menjadi musuh yang serius dan reliabel berdasarkan hasil uji yang

88 Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume 2, No. 2, November 2014; 87-93


dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Jenis kelamin
Analisis data menggunakan analisis Laki-laki 12 31,6
Perempuan 26 68,4
univariat dan bivariat. Analisis univariat
menerangkan karakter demografi, Tingkat pendidikan
dukungan sosial keluarga dan stres SD 4 10,5
emosional. Analisis bivariat menerangkan SMP 12 31,6
SMA 17 44,7
hubungan antara dukungan sosial keluarga Perguruan tinggi 5 13,2
dengan stres emosional diabetisi dengan
menggunakan uji statistik Chi–square. Pekerjaan
PNS/Karyawan swasta 1 2,6
HASIL Pensiunan/Wiraswasta/Peda 22 57,9
gang
a. Karakteristik Demografi Responden Ibu rumah tangga/tidak 15 39,5
Tabel 1 tentang karakteristik responden bekerja
menunjukkan bahwa setengah dari
jumlah responden (19 orang) berusia Lama Sakit DM
<5 tahun 10 26,3
pada rentang 60-70 tahun. Dilihat dari 5-10 tahun 20 52,6
jenis kelaminnya jumlah responden >10 tahun 8 21,1
perempuan lebih banyak dibandingkan
dengan responden laki-laki yaitu 26 Status pernikahan
orang (68,4%). Berdasarkan tingkat Menikah 19 50
Janda / Duda 19 50
pendidikan, sebanyak 17 orang (44,7%)
mempunyai tingkat pendidikan Pendapatan
SMA/sederajat. Namun demikian, Kurang dari Rp 1.200.000 23 60,5
terdapat 4 orang (10,5%) dengan Rp 1.200.000-Rp 3.200.000 15 39,5
pendidikan SD. Selain itu, dilihat dari
Sumber dukungan
pekerjaan responden kebanyakan Suami 10 26,3
merupakan pensiunan, wiraswasta, dan Istri 5 13,2
pedagang yaitu 22 orang (57,9%). Anak 20 52,6
Berdasarkan lama sakit kebanyakan Saudara 3 7,9
Total 38 100%
responden mengalami DM 5-10 tahun
yaitu 20 orang (52,6%). Dilihat dari
status pernikahan responden yang b. Dukungan Sosial Keluarga Diabetisi
menikah dan yang sudah duda/ janda Tabel 2 tentang dukungan sosial
sama banyak yaitu 19 orang (50%). keluarga menunjukkan bahwa jumlah
Lebih dari setengah jumlah responden responden dengan dukungan sosial
yaitu 23 orang (60,5%) berpendapatan keluarga dengan kategori baik sebanyak
kurang dari Rp 1.200.000. Dilihat dari 22 orang (57,9%), sedangkan yang
sumber dukungan kebanyakan respoden mendapatkan dukungan sosial keluarga
mendapat dukungan dari anaknya yaitu dengan kategori buruk sebanyak 16
20 orang (52,6%). Selain itu, semua orang (42,1%). Tabel 3 tentang dimensi
responden 38 orang (100%) tidak dukungan sosial keluarga menunjukkan
mengalami demensia. bahwa lebih dari setengah jumlah
responden menerima dukungan
Tabel 1. Distribusi Frekuensi penilaian (penghargaan) dan dukungan
Berdasarkan Karakteristik Demografi emosional dengan kategori baik yaitu 22
Responden di Persadia Unit RS Panti orang (57,9%) dan 20 orang (52,6%).
Wilasa Citarum Semarang (n=38) Sedangkan dukungan instrumental dan
Karakteristik responden Frekuen Prosenta
dukungan informasional yang diperoleh
si (f) se (%) responden lebih dari setengahnya dalam
Usia kategori buruk yaitu masing-masing 20
45-59 tahun 15 39,5 orang (52,6%).
60-70 tahun 19 50,0
>70 tahun 4 10,5

Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga Dan Stres Emosional di Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) 89
Unit Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang
Rezza Agus Rennata, Niken Safitri Dyan Kusumaningrum
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Instrumental Buruk 20 52,6
Dukungan Sosial Keluarga di Persadia Unit Dukungan Baik 18 47,4
RS Panti Wilasa Citarum Semarang (n=38) Informasional Buruk 20 52,6
Dukungan
Frekuensi Prosentase c. Stres Emosional Diabetisi
Sosial
(f) (%)
Keluarga
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Baik 22 57,9
Stres Emosional Diabetisi di Persadia Unit
Buruk 16 42,1
RS Panti Wilasa Citarum Semarang (n=38)
Total 38 100
Stres Frekuensi Prosentase
emosional (f) (%)
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Normal 18 47,4
Dimensi Dukungan Sosial Keluarga di
Stres ringan 13 34,2
Persadia Unit RS Panti Wilasa Citarum
Stres sedang 7 18,4
Semarang (n=38)
Stres berat 0 0
Dimensi
Pros Stres sangat
Dukungan Frekuensi 0 0
Kategori entas berat
Sosial (f)
e (%) Total 38 100
Keluarga
Tabel 4. menunjukkan bahwa sebanyak 18
Dukungan Baik 20 52,6
orang (47,4%) tidak mengalami stres
Emosional Buruk 18 47,4
emosional atau normal, sedangkan sisanya
Dukungan Baik 22 57,9
stres ringan sebanyak 13 orang (34,2%) dan
Penilaian Buruk 16 42,1
stres sedang sebanyak 7 orang (18,4%).
Dukungan Baik 18 47,4

d. Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Emosional Diabetisi

Tabel 5. Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Emosional Diabetisi di
Persadia Unit RS Panti Wilasa Citarum Semarang (n=38)
Stres Emosional
p
Variabel Stres X2
Normal Stres ringan value
sedang
Dukungan Baik 13 (59,1%) 8 (36,4%) 1 (4,5%)
Sosial Keluarga Buruk 5 (31,2%) 5 (31,2%) 6 (37,5) 0,029* 7,048
Total 18 (47,4%) 13 (34,2%) 7 (18,4%)
*Pearson chi square (α = 0,05)

Hasil pada tabel 4.6 menunjukkan orang (31,2%), serta responden yang
bahwa responden yang mendapatkan mendapat dukungan sosial keluarga
dukungan sosial keluarga baik dan tidak buruk dan stres sedang yaitu sebanayak
stres (normal) yaitu sejumlah 13 orang 6 orang (37,5%). Hasil uji korelasi chi
(59,1%), responden yang mendapat square dengan menggunakan alpha 5%
dukungan sosial keluarga baik dan stres (0,05) menghasilkan nilai p value 0,029.
ringan yaitu sebanyak 8 orang (36,4%), Selain itu, nilai X2 hitung lebih besar
responden yang mendapatkan dukungan dari nilai X2 tabel (7,048 > 5,591). Hal
sosial keluarga baik dan stres sedang tersebut menunjukkan adanya hubungan
yaitu sebanyak 1 orang (4,5%). yang signifikan antara dukungan sosial
Sedangkan responden yang mendapat keluarga dengan stres emosional
dukungan sosial keluarga buruk dan diabetisi.
tidak stres (normal) yaitu sebanyak 5
orang (31,2%), responden yang
mendapat dukungan sosial keluarga
buruk dan stres ringan yaitu sebanyak 5

90 Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume 2, No. 2, November 2014; 87-93


DISKUSI menuju usia tua. Kebiasaan sosial budaya
Dukungan Sosial Keluarga pada masyarakat di dunia timur masih
Diabetisi menempatkan lansia pada tempat terhormat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dan penghargaan tinggi. Selain itu, lansia
responden yang mendapat dukungan baik pada umumnya dapat menyesuaikan diri
dan dukungan buruk dari keluarga memiliki dengan penyakitnya (Tamher &
prosentase yang tidak jauh berbeda. Lebih Noorkasiani, 2009)
dari setengah jumlah responden Responden yang mengalami stres
mendapatkan dukungan sosial keluarga ringan sebanyak 13 responden (34,2%) dan
baik yaitu 57,9% (22 orang) dan sisanya stres sedang sebanyak 7 orang (18,4%). Hal
mendapat dukungan sosial keluarga buruk tersebut dimungkinkan karena pantangan
yaitu sebanyak 42,1% (16 orang). Hal makanan yang harus dijalani, meningkatnya
tersebut dikarenakan sebagian besar kadar gula darah, dan pengobatan yang
diabetisi merupakan lansia. Kebiasaan harus dijalani. Selain itu, hal-hal lain seperti
masyarakat di dunia timur sampai sekarang dikatakan mempunyai DM oleh orang lain,
masih menempatkan orang-orang lanjut mudah kesal dan cemas ketika kadar gula
usia pada tempat terhormat dan darah meningkat juga memicu stres
penghargaan tertinggi (Tamher & emosional yang dialami diabetisi. Semua
Noorkasiani, 2009). Selain itu, kedekatan hal tersebut dapat dimaklumi karena
diabetisi dengan keluarganya juga dapat beberapa alasan. Salah satunya diabetisi
mempengaruhi dukungan sosial keluarga cenderung susah memilih makanan karena
yang diterima. Sehingga dukungan sosial pengaturan diet yang ketat sehingga
keluarga yang diberikan secara maksimal membuat diabetisi merasa jenuh (Anggina
dapat diterima diabetisi. et al., 2011). Selain itu, jika kadar gula
Dukungan sosial keluarga merupakan darah diabetisi meningkat dapat
suatu keadaan yang bermanfaat dan meningkatkan kecemasan pada diabetisi
diperoleh seseorang dari orang lain yang (Bharatasari, 2008).
dapat dipercaya sehingga seseorang
mengetahui ada orang lain yang Hubungan antara dukungan sosial
memberikan perhatian, menghargai, dan keluarga dengan stres emosional
mencintainya (Friedman, 2000). Hal diabetisi di Persadia Unit RS Panti
tersebut mampu menjadikan seseorang Wilasa Citarum Semarang
dapat meningkatkan kepandaian akal Analisis hubungan antara dukungan
sehingga mampu meningkatkan kesehatan sosial keluarga dan stres emosional
dan adaptasi mereka dalam kehidupan yang diabetisi dengan menggunakan uji Chi-
dalam hal ini adalah penderita DM (Setiadi, Square didapatkan hasil p value 0,029 dan
2008). Dukungan sosial keluarga ini dapat nilai X2 hitung > X2 tabel (7,048 > 5,591).
diperoleh dari anggota keluarga yang lain Hal ini menunjukkan adanya hubungan
seperti suami, istri, anak, saudara, maupun antara dukungan sosial keluarga dengan
cucu. stres emosional diabetisi. Hasil analisis
pada tabel 5 menunjukkan bahwa bahwa
Stres Emosional Diabetisi dukungan sosial keluarga baik dan tidak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres (normal) yaitu sejumlah 13 orang
sebagian besar responden tidak mengalami (59,1%). Hal ini menunjukkan bahwa
stres (normal) yaitu sejumlah 18 orang keluarga memberikan dukungan keluarga
(47,4%). Hal tersebut dikarenakan kepada diabetisi untuk menurunkan stres
mayoritas diabetisi merupakan lansia. emosional diabetisi sehingga stres
Semakin bertambah usia seseorang maka emosional yang terjadi dapat ditanggulangi
semakin siap pula dalam menerima cobaan (Widodo, 2012). Selain hasil tersebut,
hidup. Hal ini didukung oleh teori aktivitas dukungan sosial keluarga kategori baik dan
yang menyatakan bahwa sistem sosial stres ringan yaitu sejumlah 8 orang
dengan individu bertahan stabil pada saat (36,4%). Diabetisi yang memperoleh
individu bergerak dari usia pertengahan dukungan sosial keluarga baik dan stres
Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga Dan Stres Emosional di Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) 91
Unit Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang
Rezza Agus Rennata, Niken Safitri Dyan Kusumaningrum
sedang sejumlah 1 orang (4,5%). Diabetisi keluarga dengan stres emosional diabetisi.
sudah memperoleh dukungan sosial Dukungan penghargaan seperti
keluarga yang baik, namun masih mengingatkan untuk mengontrol gula
mengalami stres ringan dan stres sedang. darah, mendorong untuk mengikuti rencana
Hal tersebut dikarenakan beberapa hal, diet, dan mengingatkan untuk memesan
seperti pantangan makanan yang harus obat, lebih berpengaruh terhadap stres
dijalani, meningkatnya kadar gula darah, emosional diabetisi dibandingkan dengan
aktivitas fisik, dan pengobatan yang harus dukungan informasional, instrumental
dijalani. Selain itu, karakteristik diabetisi maupun dukungan emosional.
yang mayoritas perempuan juga Hasil penelitian ini diharapkan
mempengaruhi kejadian stres diabetisi. dapat memberikan tambahan ilmu
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa, pengetahuan di bidang keperawatan,
perempuan lebih mudah dipengaruhi oleh khususnya bagi institusi rumah sakit dan
tekanan-tekanan lingkungan dari pada laki- Persadia mengenai pentingnya dukungan
laki yang cenderung rileks (Trismiati, keluarga khususnya dukungan penghargaan
2004). untuk mengatasi stres emosional diabetisi.
Hasil analisis tabel 5 menunjukkan
bahwa diabetisi yang memperoleh UCAPAN TERIMA KASIH
dukungan sosial keluarga dalam kategori Peneliti mengucapkan terima kasih
buruk dan tidak stres (normal) yaitu kepada diabetisi anggota Persadia unit RS
sejumlah 5 orang (31,2%). Hal ini Panti Wilasa Citarum Semarang sebagai
dikarenakan sebagian besar diabetisi adalah responden dalam penelitian ini.
lansia sehingga adaptasi dalam
penatalaksanaan penyakitnya sudah DAFTAR PUSTAKA
membaik. Semakin bertambah usia Anggina, L., Hamzah, A., & Pandhit.
seseorang maka semakin siap pula dalam (2011). Hubungan antara Dukungan
menerima cobaan hidup (Tamher & Sosial Keluarga dengan Kepatuhan
Noorkasiani, 2009). Pasien Diabetes Mellitus Dalam
Dukungan penghargaan atau penilaian Melaksanakan Program Diet di Poli
seperti mengingatkan untuk mengontrol Penyakit Dalam RSUD Cibabat
gula darah, mendorong untuk mengikuti Cimahi. Jurnal Penelitian Kesehatan
rencana diet, dan mengingatkan untuk Suara Forikes, II(November 2010), 1–
memesan obat, lebih berpengaruh terhadap 9.
stres emosional diabetisi dibandingkan Bharatasari, T. A. (2008). Strategi Koping
dengan dukungan informasional, Pengidap Diabetes Melitus. Fakultas
instrumental maupun emosional. Hal ini Psikologi Universitas Katolik
dikarenakan sebagian besar diabetisi adalah Soegijapranata Semarang.
lansia. Lansia pada umumnya telah Effendi, F., & Makhfudli. (2009).
mengalami penurunan dalam hal menerima Keperawatan Kesehatan Komunitas:
informasi sehingga untuk menyerap Teori Dan Praktik Keperawatan.
informasi yang diberikan keluarga kurang Jakarta: Salemba medika.
maksimal (Mickey & Beare, 2006). Friedman, M. (2000). Keperawatan
Dukungan sosial keluarga yang baik Keluarga: Teori dan Praktik (3rd
diharapkan mampu mengenal masalah Ed.). Jakarta.
kesehatan keluarga dan perubahan- Hasan, A., Lilik, S., & Agustin, R. W.
perubahan yang terjadi pada anggota (2005). Hubungan antara Penerimaan
keluarga sehingga akan meningkatkan Diri dan Dukungan Emosi Dengan
kualitas kesehatan anggota keluarga Optimisme pada Penderita Diabetes
(Effendi & Makhfudli, 2009). Mellitus Anggota Aktif Persadia
(Persatuan Diabetes Indonesia)
KESIMPULAN Cabang Surakarta. Program studi
Hasil penelitian ini menunjukkan Psikologi Fakultas Kedokteran UNS.
ada hubungan antara dukungan sosial

92 Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume 2, No. 2, November 2014; 87-93


Jamaluddin, M. (2012). Strategi Coping Pendekatan Asuhan Keperawatan.
Stres Penderita Diabetes Mellitus Jakarta: Salemba medika.
dengan Self Monitoring sebagai Trismiati. (2004). Perbedaan Tingkat
Variabel Mediasi, 1–19. Kecemasan Antara Pria dan Wanita
Kumboyono, Fathoni, M., & Ningrum, D. Akseptor Kontrasepsi Mantap di
pratiwi. (2010). Perbedaan Tingkat RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta.
Stres antara Pria dan Wanita Penderita Fakultas Psikologi Universitas Bina
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poliklinik Darma Palembang.
Penyakit Dalam RSUD Dr.Saiful Wasimatunnisa, R. S. (2013). Hubungan
Anwar Malang. Majalah Kesehatan Antara Tingkat Spiritual dengan
FK Universitas Brawijaya, 1–6. Tingkat Stres pada Pasien Diabetes
Lloyd, C., Smith, J., & Weinger, K. (2005). Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas
Stress and Diabetes: A Review of the Rowosari Semarang. Universitas
Links. Diabetes Spectrum, 18(2). Diponegoro.
Mickey, S., & Beare, P. G. (2006). Buku Widodo, A. (2012). Stres pada Penderita
Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: Diabees Melitus Tipe-2 dalam
EGC. Melaksanakan Program Diet di Klinik
Misnadiarly. (2006). Diabetes Mellitus: Penyakit Dalam RSUP Dr.Kariadi
Ganggren, Ulcer, Infeksi. Mengenal Semarang. Medica Hospitalia, 1(1),
Gejala, Menanggulangi, dan 53–56.
Mencegah Komplikasi. Jakarta: Yusra, A. (2011). Hubungan antara
Pustaka Populer Obor. Dukungan Keluarga dengan Kualitas
Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Keperawatan Keluarga. Jakarta: di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah
Graha Ilmu. Sakit Umum Pusat Fatmawati
Tamher, S., & Noorkasiani. (2009). Jakarta. Universitas Indonesia.
Kesehatan Usia Lanjut dengan

Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga Dan Stres Emosional di Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) 93
Unit Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang
Rezza Agus Rennata, Niken Safitri Dyan Kusumaningrum

Anda mungkin juga menyukai