Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Syok merupakan kegagalan system sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang
adekuat ke organ-organ vital. Kedaruratan dalam pelayanan obstetri dan
ginekologi yang bisa berakibat fatal merupakan salah satu kedaruratan yang tidak
jarang terjadi. Jika diingat akan semua penyebab utama kematian dalam
obstetrik, yaitu perdarahan, infeksi, gestosis, komplikasi atau pengaruh
sampingan anastesia pasca bedah, dan kegagalan jantung, maka semua keadaan
patologis ini terlebih dahulu diawali oleh syok yang jika tidak terkendali dengan
cepat akan berlanjut ke dalam stadium yang membahayakan jiwa.Perdarahan
obstetri dapat terjadi setiap saat, baik selama kehamilan, persalinan, maupun
masa nifas. Oleh karena itu, setiap perdarahan yang terjadi dalam masa
kehamilan, persalinan dan nifas harus dianggap sebagai suatu keadaan akut dan
serius, karena dapat membahayakan ibu dan janin (Khoman, 2002).
Menurut data dari WHO setiap hari di dunia terjadi 800 ibu meninggal akibat
kehamilan dan melahirkan dan sebanyak (99%) kematian tersebut terjadi di
negara berkembang.Kematian ibu terjadi sebagai akibat dari komplikasi selama
dan setelah kehamilan dan persalinan. Sebanyak 80% kematian ibu di dunia
disebabkan perdarahan berat (paling sering perdarahan setelah persalinan),
infeksi, tekanan darah tinggi selama kehamilan (pre-eklampsia dan
eklampsia).Menurut data Kementrian Kesehatan tahun 2010, perdarahan
menempati presentasi tertinggi penyebab kematian ibu di Indonesia yaitu sebesar
28%.Oleh karena itu, sangatlah penting mendalami sindroma syok agar mampu
mengantisipasi lebih awal segala sesuatunya daripada mencoba mengatasinya
setelah semuanya terlambat. Kata kunci dalam upaya mencegah kematian akibat
syok tak lain adalah pencegahan, antisipasi, deteksi dini dan ketepatan serta
kecepatan dalam mengambil tindakan.
Diagnosis syok dapat terjadi tanda dan gejala sebagai berikut : nadi cepat dan
lemah (110 kali/menit atau lebih), tekanan darah yang rendah (sistolik kurang
dari 90 mmHg), pucat, keringat atau kulit terasa dingin dan lembab, pernapasan
yang cepat (30 kali/menit atau lebih), gelisah, bingung, atau hilangnya kesadaran,
urin yang sedikit (kurang dari 30 ml/jam).
Prinsip dasar penanganan syok bertujuan untuk melakukan penanganan awal dan
khusus dimana dapat menstabilkan kondisi pasien, memperbaiki volume cairan
sirkulasi darah, mengefisiensikan system sirkulasi darah dan tentukan penyebab
syok.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari syok hemoragik pada ibu hamil dan pasca melahirkan?
2. Apa penyebab syok hemoragik pada ibu hamil dan pasca melahirkan?
3. Apa gejala klinis dari dari syok hemoragik pada ibu hamil dan pasca
melahirkan?
4. Apa saja fase syok hemoragik ?
5. Apa penanganan dari syok hemoragik pada ibu hamil dan pasca melahirkan ?
6. Apa komplikasi dari syok hemoragik pada ibu hamil dan pasca melahirkan ?
7. Apa Asuhan Keperawatan Syok Hemoragik pada ibu hamil, maupun pasca
melahirkan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari syok hemoragik pada ibu hamil dan pasca
melahirkan.
2. Untuk mengetahui tentang penyebab syok hemoragik pada ibu hamil dan
pasca melahirkan.
3. Untuk mengetahui tentang gejala klinis dari dari syok hemoragik pada ibu
hamil dan pasca melahirkan.
4. Untuk mengetahui tentang apa saja fase syok hemoragik.
5. Untuk mengetahui bagaimana cara penanganan dari syok hemoragik pada ibu
hamil dan pasca melahirkan.
D. Manfaat Penulisan
Diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang syok hemoragik pada ibu hamil
dan pasca melahirkan serta dapat menambah wawasan mahasiswa tentang
masalah-masalah yang muncul dalam keperawatan maternitas.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Syok adalah kolaps akibat kegagalan sirkualisi perifer yang akut dan
biasanya terjadi akibat trauma atau perdarahan hebat. Syok hemoragik adalah
suatu syok yang disebabkanoleh perdarahan yang banyak. Akibat perdarahan
pada kehamilan muda,misalnya abortus, kehamilan ektopik dan penyakit
trofoblas, molahidatidosa, perdarahan antepartumseperti plasenta previa,
solusio plasenta,rupture uteri, dan perdarahan pasca persalinan karena atonia
uteri danlaserasi jalan lahir.Haemoragik Post Partum (HPP) adalah hilangnya
darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya
bayi(Williams, 1998).
B. Penyebab
Penyebab hemoragi antepartum adalah pelepasan mendadak plasenta yang
letaknya normal (solusio plasenta), perdarahan dari plasenta yang letaknya
abnormal (plasenta previa), perdarahan otak yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah serebral, perdarahan otak atau serebral ini dapat tejadi pada
kehamilan yang berkaitan dengan hipertensi misalnya eklampsia dan
hipertensi esensial, perdarahan dengan jumlah kehilangan darah yang terlihat
jauh lebih sedikit dari pada jumlah kehilangan , tanda-tanda klinis tidak
sesuai dengan hasil pengukuran jumlah darah yang hilang. Penyebab
hemoragi intrapartum adalah ruptur uteri. Penyebab hemoragi
postpartum adalah perdarahan postpartum, luka-luka jalan lahir. Syok karena
perdarahan, infeksi, dan eklamsi adalah merupakan tiga hal utama pembawa
kematian pada ibu dan janin.
Hemoragi postpartum primer yaitu mencakup semua kejadian perdarahan
dalam 24 jam setelah kelahiran.Penyebab hemoragi postpartum primer uterus
atonik (terjadi karena, misalnya plasenta atau selaput ketuban tertahan),
trauma genital (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat
penatalaksanaan atau gangguan, misalnya kelahiran yang menggunakan
peralatan termasuk seksio sesarea, episiotomy), koagulasi intravaskular
diseminata, inversi uterus.
Hemoragi postpartum sekunder yaitu mencakup semua kasus PPH yang
terjadi antara 24 jam setelah kelahiran bayi dan 6 minggu masa
postpartum.Penyebab hemoragi postpartum sekunder adalah fragmen
plasenta atau selaput ketuban tertahan, pelepasan jaringan mati setelah
persalinan macet (dapat terjadi serviks, vagina, kandung kemih, rectum,
terbukanya luka pada uterus (setelah seksio sesarea atau ruptur uterus).
C. Gejala Klinis
Gejala klinis antara lain tekanan darah menurun, nadi cepat, dan lemah
akibat perdarahan. Jika terjadi vasokontriksi pembuluh darah kulit menjadi
pucat, keringat dingin, sianosis jari-jari kemudian diikuti sesak nafas,
penglihatan kabur, gelisah dan oligouria/anuria dan akhirnya dapat
menyebabkan kematian ibu.
Gejala klinis dilihat dari klasifikasi perdarahan yaitu :
Kelas Jumlah Perdarahan Gejala Klinis
I 15% (Ringan) Tekanan darah dan nadi normal
II 20-25% (sedang) Takikardi-Takipnea
Tekanan nadi < 30 mmHg
Tekanan darah sistolik rendah
Pengisian darah kapiler lambat

III 30-35% (Berat) Kulit dingin, berkerut, pucat


Tekanan darah sangat rendah
Gelisah
Oliguria (<30 ml/jam)
Asidosis metabolik (pH < 7.5)

IV 40-45% (sangat berat) Hipertensi berat


Hanya nadi karotis yang teraba
Syok ireversibel
D. Fase Syok Hemoragik
1. Fase Kompensasi
Rangsangan/reflex simpatis: Respon pertama terhadap kehilangan darah
adalah vasokontriksi pembuluh darah perifer untuk mempertahankan
pasokan darah ke organ vital. Gejala klinik: pucat, takikardia, takipnea.
2. Fase Dekompensasi
Perdarahan lebih dari 1000 ml pada pasien normal atau kurang karena
faktor-faktor yang ada. Terapi yang adekuat pada fase ini adalah
memperbaiki keadaan dengan cepat tanpa meninggalkan efek samping.
3. Fase Kerusakan Jaringan dan Bahaya Kematian
Penanganan perdarahan yang tidak adekuat menyebabkan hipoksia
jaringan yang lama dan kematian jaringan dengan akibat berikut asidosis
metabolikdisebabkan metabolisme anaerob yang terjadi karena
kekurangan oksigen, dilatasi arteriol, akibat penumpukan hasil
metabolisme selanjutnya menyebabkan penumpukan dan stagnasi darah
di kapilar dan keluarnya cairan ke dalam jaringan ekstravaskular,
koagulasi intravaskular yang luas disebabkan lepasnya tromboplastin dari
jaringan yang rusak, kegagalan jantung akibat berkurangnya aliran darah
koroner, dalam fase ini kematian mengancam. Transfusi darah saja tidak
cukup adekuat lagi dan jika penyembuhan dari fase akut terjadi, sisa-sisa
penyembuhan akibat nekrosis ginjal dan/atau hipofise akan timbul.
E. Penanganan
Prinsip pertama dalam penanganan kedaruratan medis dalam kebidanan atau
setiap kedaruratan adalah ABC yang terdiriatas menjaga saluran nafas
(airway), pernafasan (breathing), dan sirkulasi darah (circulation). Jika
situasi tersebut terjadi diluar rumah sakit, pasien harus dikirim kerumah sakit
dengan segera dan aman.
Jika terjadi syok hemoragi tindakan esensialyang harus segera dilakukan
antara lain sebagai berikut menghentikan perdarahan dan mengganti
kehilangan darah. Setelah diketahui adanya syok hemoragi, penderita
dibaringkan dalam posisi Trendelenburg, yaitu dalam posisi terlentang biasa
dengan kaki sedikit tinggi (30˚). Dijaga jangan sampai penderita kedinginan
badannya. Setelah kebebasan jalan nafas terjamin, untuk meningkatkan
oksigenisasi dapat diberi oksigen 100% kira-kira 5 liter/menit melalui jalan
nafas. Sampai diperoleh persediaan darah untuk tranfusi, pada penderita
melalui infus segera diberikan cairan dalam bentuk larutan seperti NaCl
0,9%, ringer laktat, dekstran, plasma dan sebagainya. Sebagai pedoman
dalam menentukan jumlah volume cairan yang diperlukan, dipergunakan
ukuran tekanan vena pusat (CVP) dan keadaan diuresia. CVP dapat
dipergunakan untuk menilai hubungan antara volume darah yang mengalir ke
jantung dan daya kerja jantung. Tinggi CVP pada seseorang yang sehat dan
berbaring adalah 5-8 cm air. Tekanan akan menurun jika volume darah itu
menjadi kurang dan akan menarik dengan berkurangnya daya kerja jantung.
Dengan demikian, CVP penting untuk memperoleh informasi tentang
keseimbangan antara darah yang mengalir ke jantung dan kekuatan jantung,
serta untuk menjaga jangan sampai pemberian cairan dengan jalan infus
berlebihan. Selama CVP masih rendah pemberian cairan dapat diteruskan
akan tetapi jika CVP lebih dari normal (15-16 cm air), hal itu merupakan
isyarat untuk menghentikan atau saat untuk mengurangi pemberian cairan
dengan infus. Pemeriksaan hematokrit berguna sebagai pedoman pemberian
darah. Kadar hematokrit normal 40%, dan pada perdarahan perlu diberi darah
sekian banyak, sehingga hematokrit tidak kurang dari 30%. Jika dianggap
perlu kepada penderita syok hemoragi diberi cairan bikarbonat natrikus untuk
mencegah atau menanggulangi asidosis. Penampilan klinis penderita banyak
memberi isyarat tentang keadaan penderita mengenai hasil perawatannya.
Terapi :
1. Tindakan umum
Letakkan penderita datar punggungnya, tinggikan kedua tungkai : “ posisi
pisau lipat”. Cegah agar tidak kedinginan (selimut, bantal), berikan oksigen.
2. Hemostatis
Pada suatu kedaruratan, tergantung atas penyebabnya, pembuluh darah atau
serviks yang ruptur diklem, uterus ditekan bimanual, tekan aorta. Dalam
banyak hal, tidak mungkin mengefektifkan hemostatis ditempat praktek
dokter (kehamilan prematur, ektopik, ruptur uteri, hematoma supralevator).
3. Pergantian volume
Berikan larutan koloid (haemaccel, plasmafucin, plasmagel, macrodex):
maksimum 1500 ml (ekspander plasma). Berikan setengah atau dua pertiga
larutan elektrolit : 1000-4000 ml (pengganti ekstrasel). Tranfusi darah : ganti
perdarahan yang banyak dengan darah lengkap.
4. Kendalikan gangguan mikrosirkulasi dan tetapkan sentralisasi
Berikan Hydergine mula-mula sampai 1,2 mg, kemudian 0,6 mg IV. Berikan
Rheomacrodex (10%) : maksimum 10 ml/kg berat badan, tetapi hati-hati pada
insufisiensi ginjal.
5. Hilangkan nyeri
Hanya bila diperlukan, kemudian berikan Demerol dalam dosis kecil :
maksimum 50 mg per dosis.
6. Penatalaksanaan koagulasi
Selalu curiga kelainan pembekuan darah bila darah yang mengalir dari
genitalia tidak membeku atau membeku sangat lambat.
7. Memantau fungis ginjal
Pada prinsipnya pasang kateter “indwelling”. Ukur pengeluaran air seni
setiap jam.
8. Penatalaksanaan jantung
Pada jantung yang tidak rusak sebelumnya dan pada penderita tua : Kombetin
(strofantin) 0,25-0,5 mg IV atau Lanoxin (digitoksin) 0,25 mg IV.
9. Tindakan klinis
Intubasi, pernapasan dikontrol. Koreksi keseimbangan asam-basa,
kemungkinan osmoterapi (Mannitol) Streptokinase dalm syok hemoragi yang
cepat progresif.
F. Komplikasi
Syok yang tidak dapat segera diatasi akan merusak jaringan di berbagai
organ, sehingga dapat menjadi komplikasi seperti gagal ginjal akut, nekrosis
hipofise, dan koagulasi intravaskular diseminata (DIC).
G. Asuhan Keperawatan
1. Asuhan keperawatan Syok Hemoragik pada ibu hamil
ASUHAN KEPERAWATAN SYOK HEMORAGIK

PADA IBU HAMIL

Pengkajian :

Tanggal : 02 Juni 2009

Jam : 12.00

1) IDENTITAS PASIEN

Nama ibu : Ny. U

Umur : 41 tahun

Agama : Islam

Suku/bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Bumiayu

Nama suami : Tn. A

Umur : 45 tahun

Agama : Islam

Suku/bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Bumiayu

2) RIWAYAT KESEHATAN

a. Keluhan utama : Perdarahan saat kehamilan.


b. Riwayat kesehatan sekarang
Klien datang/kiriman dari rumah bersalin (RB) pada tanggal 2 juni 2009, G3P2A0
dengan plasenta previa total. Darahnya banyak, tapi tidak ada rembesan air,
perdarahan pervaginam bergumpal sejak tanggal 1 juni 2009 jam 01.30.

c. Riwayat kesehatan yang lalu


Klien tidak memiliki riwayat penyakit yang menyertai kehamilan, seperti penyakit
jantung, paru, hipertensi, DM.

d. Riwayat kesehatan keluarga


Keluarga klien juga tidak ada riwayat penyakit yang menyertai kehamilan.

e. Status perkawinan
Perkawinan ke :1
Umur kawin : 27 tahun
Lama kawin : 14 tahun
f. Riwayat Menstruasi
a) Haid :
b) Menarche : 12 tahun.
c) Siklus : 28 hari.
d) Lama : ± 7 hari
e) Warna : merah kecoklatan
f) Banyaknya : biasanya pembalutnya ganti 2 x sehari
g) Bau : amis
h) Dismenorhea : tidak ada
i) Flour albus : biasanya ada.
g. Kehamilan persalinan dan nifas yang lalu
Kehamilan Pesalinan Anak Nifas

L/ H/ KB
G UK Jenis Penolong Tempat Penyulit BB/PB Peny ASI
P M

Tidak Tidak
 3   VE dokter  RS ada  4kg P  H  ada Menyusui  

 Tidak Tidak
     VE  dokter  RS ada  3,1kg     ada  Menyusui  

hamil
sekarang ini
mengalama
perdarahan
pervaginam  Belum
, placenta mengalam
previa i
  totalis.  persalinan                  

                       

h. Riwayat kehamilan
HPHT : 30-10-2008
TP : 06-08-2009
ANC : berapa kali TM I, II, III
UK : 30 minggu
Dimana :
Imunisasi TT berapa kali :
i. Pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi kesehatan dan management kesehatan
Klien tidak memiliki riwayat penyakit yang menurun, seperti jantung,
hypertensi, dan DM. didalam keluarga klien juga tidak pernah ada yang
mengalami penyakit yang serupa dengan klien.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Sebelum klien hamil klien makan 3xsehari dengan 1 porsi makanan. Saat hamil
saat ini klien merasa mual, sehingga klien makan tidak teratur.
c) Pola eliminasi
Pola eliminasi klien sebelum hamil BAB klien tidak ada masalah, dalam sehari
klien BAB 1xsehari. Saat hamil klien mengalami peningkatan frekuensi BAK,
yakni klien sering BAK, saat BAK klien tidak merasa ada keluhan. Untuk BAB
klien meningkat juga frekuensinya.
d) Pola aktifitas
Sebelum klien mengalami perdarahan aktifitas klien seorang ibu rumah tangga.
Kegiatannya dirumah hanya membersihkan rumah dan mengurus keluarga.
Namun saat hamil klien mengurangi aktifitas berat-beratnya.
e) Pola tidur dan istirahat
Setiap harinya klien tidur jam 21.00 malam dan bangun jam 04.00. terkadang
klien tidur siang dan kadang tidak. Saat tidur siang biasanya 2 jam saja.
f) Pola kognitif dan perceptual
Perdarahan yang berulang-ulang menyebabkan klien mengalami anemia serta
terlihat lesu dan lemah.
g) Pola persepsi diri dan konsep diri
Klien cemas karena terjadi pendarahan yang berulang-ulang ini, dan klien takut
jika perdarahan ini menyebabkan keguguran.
h) Pola peran dan hubungan
Klien biasanya berinteraksi dengan baik dengan tetangganya.
i) Pola seksualitas dan reproduksi
Klien belum mengalami monopous, menstruasi normal dengan jarak waktu 28
hari, dan berlangsung selama ±7 hari.
j) Pola koping dan management stress
Klien mengalami kecemasan dengan keadaan kehamilannya saat ini.
k) Pola nilai dan kepercayaan
Klien beragama Islam, klien yakin bahwa dirinya akan sembuh dan janinnya
dapat lahir dengan selamat.
3) PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan umum
a) Keluhan utama
Kesadaran : composmetis
Postur tubuh :
Cara berjalan : normal
TB : 155 cm
BB sebelum hamil : 56 kg
BB selama hamil : 64 kg
BBIH :
LILA : 25 cm
TTV : TD : 100/70 mmHg RR: 20x/menit
N : 84 x/menit S : 37,1 0C
b) Pemeriksaan
1. Kepala
Inspeksi : rambut klien pendek berwarna hitam, rambut agak kotor.
Palpasi : mudah rontok, kulit kepala sedikit kotor, tidak benjolan.
2. Muka

Inspeksi : simetris, pucat, tidak ada odeme, kesan wajah cloasma


gravidarum.
3. Hidung

Inspeksi : simetris, tidak ada secret


4. Telinga

Inspeksi : simetris, ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran.


5. Mulut

Inspeksi : simetris, bibir kering, tidak ada stomatitis.


6. Leher

Inspeksi : tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid, tidak ada bendungan


vena jugularis, tidak ada benjolan.
Palpasi : tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid, tidak ada bendungan vena
jugularis, tidak ada benjolan.
7. Dada

Inspeksi : simetris, tidak ada penarikan otot intercostae yang berlebihan.


Palpasi : suara nafas vesikuler
Auskultasi : tidak ada suara ronkhi dan wezing.
1) Paru-paru
Inspeksi : tidak ada alat bantu nafas.
Palpasi : gerakan paru kanan dan kiri saat inspirasi dan ekspirasi sama
Auskultasi : tidak ada suara tambahan.
Perkusi : sonor.
2) Jantung
Inspeksi & palpasi : ictus cordis tidak terlihat
Auskultasi : s1 & s2 tunggal, tidak ada suara tambahan.
Perkusi : redup
3) Payudara

Inspeksi : simetris, ukuran payudara mulai membesar, bersih, putsu


menonjol, hyperpigmentasi areola mamae
Palpasi : tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
colostrums
4) Abdomen
Inspeksi : tidak luka bekas oprasi, ada stie fravidarum, tidak ada
pembesaran hati dan limpe, peristaltic normal 12x/menit
Palpasi :
 Leopoid I  : Janin sering belum cukup bulan,jadi fundus uteri
masih rendah
 Leopoid II :  Sering dijumpai kesalahan letak
 Leopoid III : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak
kepala biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau
mengolak diatas pintu atas panggul
 Leopoid IV   : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul
Auskultasi :

8. Genetalia

Inspeksi : bersih, tidak odeme, tidak ada varises


1) Anus

Inspeksi : bersih, tidak ada hemoroid.


9. Ekstremitas

Inspeksi : anggota gerak lengkap, ada odeme dibagian kedua kaki, tonus
otot normal, varises ada.
c) Pemeriksaan panggul luar
1. Distansia spinarum : 25 cm.
2. Distansia cristarum : 27 cm
3. Conjugate eksterna : 18 cm
4. Lingkar panggul : 82 cm
d) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah lengkap

1. Hb = 9,1 gr/dL
2. Leukosit = 8.000/μL
3. Ht = 28%
4. Eritrosit = 3,61 jt/μL
5. Trombosit = 179.000/μL
6. MCV = 77,8 fl
7. MCH = 25,2 PGR
8. MCHC = 32,4%
Pemeriksaan USG hasilnya plasenta previa.

ANALISA DATA

TGL/JAM DATA ETIOLOGI MASALAH


02 juni DS: Gangguan Hipovolemia
2009/  klien mengatakan perfusi jaringan karena
12.00 mengalami perdarahan (plasenta) tidak perdarahan.
sejak tanggal 1 juni 2009 efektif
mulai jam 01.30.
 klien mengatakan usia
kehamilannya saat ini baru
30 minggu
 klien mengatakan
perdarahan pertama yang
keluar bentuknya
gumpalan.
 Klien mengatakan saat ini
perdarahan yang keluar
sudah agak berkurang
daripada kemarin.
DO:
Hasil USG diperoleh
gambaran plasenta previa
menutupi orifisium uteri
interna disertai dengan
gambaran hipoekoik
diantaranya:
 Hb 9,1 gr/dL
 Ht 28%
 Eritrosit 3,61 jt/μL
 Konjungtiva klien pucat
 Suhu 37,1 oC
 Nadi 84 x/menit
 TD 100/70 mmHg
 RR 20 x/menit
02 juni DS: Gangguan Kurangnya
2009/  klien mengatakan psikologi pengetahuan
12.00 terkadang merasa cemas cemas
dengan kondisi
kehamilannya saat ini,
karena klien takut akan
terjadi sesuatu pada
janinnya apabila sering
terjadi perdarahan.
 Klien takut mengalami
keguguran.
DO:
 klien gelisah dan lebih
sering diam.
 Klien lebih sering
melamun.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL MUNCUL TTD


(diprioritaskan)
1. Potensial shock hipovolemik b.d 01 juni 2009
perdarahan.
2. Gangguan psikologis cemas b.d 01 juni 2009
i. kurangnya pengetahuan.
INTERVENSI KEPERAWATAN

NO TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI/RASIONAL


DX
.
1. Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji penyebab terjadinya
keperawatan selama 3x24 jam perdarahan (Abrasi plasenta,
diharapkan pasien dapat plasenta previa, merokok,
menunjukkan perfusi yang adekuat, penggunaan kokain, PIH
dengan kriteria hasil : (pregnance induced hiertention).
 TTV stabil 2. Kaji secara akurat kemungkinan
 Membrane mukosa berwarna harapan hidup janin, kaji juga
merah muda kapan menstruasi terakhir klien,
 Haluaran urine adekuat prioritaskan pelaporan yang
 Pernafasan adekuat didapat dari USG atau riwayat
obstetric.
3. Inspeksi keadaan perineum,
hitung jumlah dan karakteristik
perdarahan.
4. Monitor TTV.
5. Lakukan prosedur emergency
antepartum, seperti: terapi
oksigen, terapi parenteral IV, dan
mungkin infuse pararel.
6. Hitung intake dan output
minuman.
7. Elevasikan ekstremitas bawah
untuk meningkatkan perfusi ke
organ vital dan fetus.
2. Setelah dilakukan tindakan 1. Membantu klien mengidentifikasi
keperawatan selama 3x24 jam penyebab cemas yang dialaminya.
diharapkan pasien dapat : 2. Mengajari klien cara melakukan
 Tidak terjadi trauma fisik selama teknik relaksasi.
perawatan. 3. Klien dapat menyebutkan
 Mempertahankan tindakan yang penyebab cemas yang sedang
mengontrol kecemasan. dialaminya.
 Mengidentifikasi tindakan yang 4. Memberikan penjelasan kepada
harus diberikan ketika terjadi klien mengenai kondisi penyakit
kecemasan. yang sedang dialaminya.
 Memonitor factor resiko dari
lingkungan.
IMPLEMENTASI

NO. TANGGAL & TINDAKAN & RESPONSE TTD


DX WAKTU
1. 02 juni 2009 / 14.00 Mengkaji penyebab perdarahan.
 Perdarahan karena plasenta previa
Jam 14.30 Memonitor TTV
 N : 84 x/menit
S : 36 0C
TD : 100/60 mmHg
RR : 21 x/menit
Jam 14.35 Memonitor KU klien
 KU cukup
Jam 14.40 Mengobservasi konjungtiva klien
 Konjungtiva klien masih terlihat pucat.
Jam 14.45 Mengobservasi jumlah dan bentuk
perdarahan.
 Perdarahan masih keluar sejak tadi pagi
sampai sekarang, klien sudah ganti
pembalut 2x penuh semua.
Jam 14.50 Mengganti plabot infuse set dengan tranfusi
set
 Darah masuk melalui tranfusi set
sebanyak 500 cc.
Jam 14.55 Monitor input dan output
 Dalam sehari klien BAB 4xsehari, klien
minum sebanyak setengah gelas
belimbing.
EVALUASI

TANGGAL EVALUASI
& WAKTU
02 juni S:
2009/14.00  Menurut klien perdarahan yang keluar sekarang hanya
bercak-bercak, di pembalut tidak penuh, dang anti pembalut
baru hanya 1x setelah mandi pagi hari tadi.
 Klien mau menyimak discharge planning yang diberikan.
O:
 KU klien cukup
 Kesadaran klien cm
 S : 36 0C N : 84 x/menit TD : 110/70 mmHg RR
: 21 x/menit
 Konjungtiva klien berwarna merah muda.
A : masalah teratasi sebagian yang ditandai perdarahan yang keluar
saat ini hanya bercak-bercak, dan baru ganti pembalut baru hanya
1x setelah mandi pagi hari tadi.
P : memberikan discharge planning
 Menganjurkan klien agar makan makanan dengan gizi yang
seimbang.
 Menganjurkan klien untuk beraktifitas sedikit dan banyak
istirahat.
 Menganjurkan klien untuk control rutin.
 Menganjurkan klien agar tidak bersenggama selama
kehamilan ini

2. Asuhan keperawatan Syok Hemoragik pasca melahirkan


ASUHAN KEPERAWATAN SYOK HEMORAGIK
PASCA MELAHIRKAN
1) Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian yang
benar dan terarah akan mempermudah dalam merencanakan tinfakan dan evaluasi
dari tidakan yang dilakasanakan. Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisikan
informasi subjektif dan objektif dari klien yang diperoleh dari wawancara dan
pemeriksaan fisik.
Pengkajian terhadap klien post meliputi :
a. Identitas klien Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan,
alamat, medical record dan lain – lain
b. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia,
riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh
darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa plasenta.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah
banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing,
gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi,
penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan
penyakit menular.
1. Riwayat obstetrik
1) Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya,
baunya , keluhan waktu haid, HPHT
2) Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa,
Usia mulai hamil
3) Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
a. Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada
abortus, retensi plasenta
b. Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan,
penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan
anak lahir atau mati, berat badan anak waktu lahir, panjang waktu
lahir
c. Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan,
ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri
dan kontraksi
4) Riwayat Kehamilan sekarang
a. Hamil muda, keluhan selama hamil muda
b. Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan,
tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah,
keadaan gizi akibat mual, keluhan lain
c. Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan,
beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat
Pola aktifitas sehari-hari
a) Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi,
baik sebelum dirawat maupun selama dirawat. Adapun makan
dan minum pada masa nifas harus bermutu dan bergizi, cukup
kalori, makanan yang mengandung protein, banyak cairan,
sayur-sayuran dan buah – buahan.
b) Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna,
konsistensi. Adanya perubahan pola miksi dan defeksi.
BAB harus ada 3-4 hari post partum sedangkan miksi
hendaklah secepatnya dilakukan sendiri (Rustam Mukthar,
1995)
c) Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena
perubahan peran dan melaporkan kelelahan yang berlebihan.
d) Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi,
menggosok gigi, keramas, baik sebelum dan selama dirawat
serta perawatan mengganti balutan atau duk.
2) Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler yang
berlebihan
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovelemia
3. Ansietas berhungan dengan krisis situasi, ancaman perubahan pada status
kesehatan atau kematian, respon fisiologis
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, Stasis
cairan tubuh, penurunan Hb
5. Resiko tinggi terhadap nyeri berhubungan dengan trauma / distensi jaringan
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan atau tidak
mengenal sumber informasi
3) Rencana Keperawatan pada Pasien Perdarahan Postpartum
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskuler berlebihan
DO :
1) Hipotensi,
2) Peningkatan nadi,
3) Penurunan volume urin,
4) Membran mukosa kering,
5) Pelambatan pengisian kapiler
DS :
1) Ibu mengatakan urin sedikit
2) Ibu mengatakan pusing dan pucat
3) Ibu mengatakan kulit kering dan bersisik
Tujuan : Volume cairan adekuat
Hasil yang diharapkan :
1) TTV stabil
2) Pengisian kapiler cepat
3) Haluaran urine adekuat
Intervensi :
1) Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan, perhatikan faktor-faktor
penyebab atau memperberat perdarahan seperti laserasi, retensio plasenta,
sepsis, abrupsio plasenta, emboli cairan amnion.
2) Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan ; timbang dan hitung
pembalut ; simpan bekuan darah, dan jaringan untuk dievaluasi oleh dokter.
3) Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus. Dengan perlahan masase
penonjolan uterus dengan satu tangan sambil menempatakan tangan kedua
tepat diatas simfisis pubis.
4) Perhatikan hipotensi / takikardia, perlambatan pengisian kapiler atau sianosis
dasar, kuku, membran mukosa dan bibir.
5) Pantau parameter hemodinamik, seperti tekanan vena sentral atau tekanan
bagi arteri pulmonal, bila ada.
6) Pantau masukan aturan puasa saat menentukan status / kebutuhan klien.
7) Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan psikologis
Rasional :
1) Membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan untuk
memberikan kesempatan mencegah terjadinya komplikasi.
2) Perkiraan kehilangan darah, arternal versus vena dan adanya bekuan-bekuan
membantu membuat diagnosa banding dan menentukan kebutuhan
penggantian (catatan : satu gram peningkatan berat pembalut sama dengan
kira-kira 1 ml kehilangan darah).
3) Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam diagnosa banding.
Peningkatan kontraktilitas miometrium dapat menurunkan kehilangan darah.
Penempatan satu tangan diatas simfisis pubis mencegah kemungkinan
inversi uterus selama messase
4) Tanda-tanda ini menunjukkan hipovolemik dan terjadinya syok. Perubahan
pada Tekanan Darah tidak dapat dideteksi sampai volume cairan telah
menurun sampai 30-50%. Sianosis adalah tanda akhir dari hipoksia (rujuk
pada DK : perfusi jaringan, perubahan)
5) Memberikan pengukuran lebih langsung dari volume sirkulasi dan kebutuhan
penggantian.
6) Bermanfaat dalam memperkirakan luas/signifikasi kehilangan cairan.
Volume perfusi/sirkulasi adekuat ditunjukkan dengan haluaran 30-50 ml/jam
atau lebih besar.
7) Meningkatkan relaksasi dapat menurunkan ansietas dan kebutuhan metabolik
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia
DO :
1) Penurunan pulsasi arteri,
2) Ekstremitas dingin
3) Perubahan tanda-tanda vital
4) Pelambatan pengisian kapiler
5) Penurunan produksi ASI
DS :
1) Ibu mengatakan Asi sedikit
2) Ibu mengatakan tangan dan kakinya dingin
Tujuan : Tidak terjadi perfusi jaringan
Kriteria hasil :
1) Menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal
2) Ekstremitas hangat
3) Kapiler refill <> 35 tahun
a. Paritas > 3 kali
b. Inaktivitas
c. Kelahiran cesar
d. Diabetes mellitus
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Syok adalah kolaps akibat kegagalan sirkualisi perifer yang akut dan biasanya
terjadi akibat trauma atau perdarahan hebat. Syok hemoragik adalah suatu syok yang
disebabkanoleh perdarahan yang banyak. Akibat perdarahan pada kehamilan
muda,misalnya abortus, kehamilan ektopik dan penyakit trofoblas, molahidatidosa,
perdarahan antepartumseperti plasenta previa, solusio plasenta,rupture uteri, dan
perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri danlaserasi jalan lahir.Gejala klinik
antara lain tekanan darah menurun, nadi cepat, dan lemah akibat perdarahan. Jika
terjadi vasokontriksi pembuluh darah kulit menjadi pucat, keringat dingin, sianosis
jari-jari kemudian diikuti sesak nafas, penglihatan kabur, gelisah dan oligouria/anuria
dan akhirnya dapat menyebabkan kematian ibu.
Penanganannya adalah dengan menghilangkan penyebab dan mengganti segera
darah yang hilang.Syok yang tidak dapat segera diatasi akan merusak jaringan
diberbagai organ, sehingga dapat menjadi komplikasi seperti gagal ginjal akut,
nekrosis hipofise, dan koagulasi intravaskular diseminata (DIC).
B. SARAN
Diharapkan pada ibu hamil untuk rutin memeriksakan kehamilannya ke pelayanan
kesehatan sehingga dapat mendeteksi dini apabila ditemukan faktor resiko yang
membahayakan kehamilan sehingga diharapkan tidak terjadi komplikasi pada
kehamilan, persalinan dan nifas agar dapat merencanakan kehamilan yang sehat dan
sesuai dengan harapan ibu.
Bagi tenaga medis hendaknya memberikan komunikasi dan informasi kepada ibu
hamil tentang tanda bahaya kehamilan dan faktor resiko yang mempengaruhinya,
pentingnya ANC sehingga dapat diketahui dan diawasi kehamilannya serta
mengikutsertakan peran serta masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan ibu dan bayi sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu
dan bayi.

27
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar,R.Sinopsis Obstetri. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: EGC; 2002. Hal 15.
World Health Organization. Guiding principles on feeding nonbreastfed children 6 to
24 months of age. Geneva: World Health Organization; 2005.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) [Indonesia]. Situasi Kesehatan Ibu. Jakarta,
Indonesia: Kemenkes. 2014.
Primadella Fegita, Pom Harry Satria. Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(Supplement
4). Hemorragic post partum : Syok Hemorrhagic ec Late Hemorrhagic Post
Partum

28

Anda mungkin juga menyukai