Oleh:
Preseptor:
dr. Syamel Muhammad, Sp.OG (K)
PADANG
2022
BAB 1
PENDAHULUHAN
2.1. Definisi
2.3. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan perdarahan postpartum adalah 4T
(Tonus, Tissue, Trauma, dan Trombin) dimana tonus paling banyak disebabkan
oleh atonia uteri, sedangkan tissue disebabkan oleh retensio plasenta, serta sisa
plasenta; trauma disebabkan salah satunya oleh perlukaan jalan lahir, serta
trombin biasanya akibat kelainan pembekuan darah.9
Tabel 1. Etiologi Perdarahan Post Partum
2.5. Diagnosis
Perdarahan postpartum dapat berupa perdarahan yang hebat dan
menakutkan sehingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam keadaan syok.
atau dapat berupa perdarahan yang merembes perlahan-lahan tapi terjadi terus
menerus sehingga akhirnya menjadi banyak dan menyebabkan ibu lemas ataupun
jatuh kedalam syok.11 Pada perdarahan melebihi 20% volume total, timbul gejala
penurunan tekanan darah, nadi dan napas cepat, pucat, extremitas dingin, sampai
terjadi syok.11
Volume Tekanan
Gejala dan Tanda Derajat
Kehilangan Darah
Syok
Darah Sistolik
500-1.000 Palpitasi,
mL Normal Terkompens
Takikardi,
(10-15%) asi
Pusing
1000-1500 Penurunan ringan Lemah,Takikar
mL (80- Ringan
di,
(15-25%) 100 mm Hg) Berkeringat
1500-2000 Penurunan scdang Gelisah,
mL (70- Sedang
Pucat,
(25-35%) 80 mm Hg) Oligouria
2000-3000 Penurunan Pingsan,
mL Be
tajam (50-70 Hipoksia,
(35-50%) rat
mm Hg) Anuria
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan bila setelah bayi dan plasenta lahir didapatkan perdarahan
masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi didapatkan fundus uteri
masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek. 3 Atonia uteri dapat
disertai dengan syok maupun tanpa syok.
Y Evaluasi rutin
Uterus a
kontraksi ?
Tidak
Ya
Uterus kontraksi ?
Pengawasan kala IV
Tidak
tetap
Perdarahan ? Histerekt
omi
berhenti
Pertahankan
Uterus
Pada tahun 2003 Sayeba Akhter dkk mengajukan alternatif baru dengan
pemasangan kondom yang diikatkan pada kateter. Dari penelitiannya disebutkan
angka keberhasilannya 100% ( 23 berhasil dari 23 PPH ), kondom dilepas 24 – 48
jam kemudian dan tidak didapatkan komplikasi yang berat. Indikasi pemasangan
kondom sebagai tampon tersebut adalah untuk PPH dengan penyebab Atonia
Uteri. Cara ini kemudian disebut dengan Metode Sayeba. Metode ini digunakan
sebagai alternatif penanganan HPP terutama sambil menunggu perbaikan keadaan
umum, atau rujukan.
Cara pemasangan tampon kondom menurut Metode Sayeba adalah secara
aseptik kondom yang telah diikatkan pada kateter dimasukkan kedalam cavum
uteri. Kondom diisi dengan cairan garam fisiologis sebanyak 250-500 cc sesuai
kebutuhan. Dilakukan observasi perdarahan dan pengisian kondom dihentikan
ketika perdarahan sudah berkurang.
Untuk menjaga kondom agar tetap di cavum uteri, dipasang tampon kasa
gulung di vagina. Bila perdarahan berlanjut tampon kassa akan basah dan darah
keluar dari introitus vagina. Kontraktilitas uterus dijaga dengan pemberian drip
oksitosin paling tidak sampai dengan 6 jam kemudian. Diberikan antibiotika
tripel, Amoksisilin, Metronidazol dan Gentamisin. Kondom kateter dilepas 24 –
48 jam kemudian, pada kasus dengan perdarahan berat kondom dapat
dipertahankan lebih lama.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Gambar 4. Kondom Kateter
Tindakan Pembedahan
1. Ligasi Arteri : Pada A. Uterina atau A. Illiaca
2. B-Lynch
Retensio plasenta adalah plasenta yang belum lahir dalam setengah jam
setelah janin lahir, keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya
hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta
manual dengan segera. Bila retensio plasenta tidak diikuti perdarahan maka perlu
diperhatikan ada kemungkinan terjadi plasenta adhesive, plasenta akreta, plasenta
inkreta, plasenta perkreta.
Klasifikasi
Jenis-jenis retensio plasenta :
a. Plasenta Adhesive
Implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan
kegagalan mekanisme separasi fisiologis
b. Plasenta Akreta
Implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan
miometrium.
c. Plasenta Inkreta
Implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga
mencapai lapisan serosa dinding uterus.
d. Plasenta Prekreta
Implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan serosa dinding uterus
hingga ke peritonium
e. Plasenta Inkarserata
Tertahannya plasenta di dalam kavum uteri disebabkan oleh konstriksi ostium
uteri.
Tanda dan Gejala Retensio Plasenta
Tanda dan gejala retensio plasenta adalah:3
1. Plasenta Akreta Parsial / Separasi
a. Konsistensi uterus kenyal
b. TFU setinggi pusat
c. Bentuk uterus discoid
d. Perdarahan sedang – banyak
e. Tali pusat terjulur sebagian
f. Ostium uteri terbuka
g. Separasi plasenta lepas sebagian
h. Syok sering
2. Plasenta Inkarserata
a. Konsistensi uterus keras
b. TFU 2 jari bawah pusat
c. Bentuk uterus globular
d. Perdarahan sedang
e. Tali pusat terjulur
f. Ostium uteri terbuka
g. Separasi plasenta sudah lepas
h. Syok jarang
3. Plasenta Inkreta
a. Konsistensi uterus cukup
b. TFU setinggi pusat
c. Bentuk uterus discoid
d. Perdarahan sedikit / tidak ada
e. Tali pusat tidak terjulur
f. Ostium uteri terbuka
g. Separasi plasenta melekat seluruhnya
h. Syok jarang sekali, kecuali akibat inversio oleh tarikan kuat pada
tali pusat.
Penatalaksanaan
Penanganan retensio plasenta atau sebagian plasenta adalah:3
1. Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan kateter
yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida
isotonik atau larutan ringer laktat yang hangat, apabila memungkinkan).
Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi oksigen. Transfusi darah
apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah.
2. Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer laktat
atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi.
3. Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan
dengan drips oksitosin untuk mempertahankan uterus.
4. Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta. Indikasi
manual plasenta adalah: Perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih
400 cc, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan
buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan
dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus.
5. Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat
dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuretage sisa plasenta.
Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase.
Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding
rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus.
6. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan
pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.
7. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan
infeksi sekunder.
Manual Plasenta
Manual Plasenta merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan
retensio plasenta. Teknik operasi manual plasenta tidaklah sukar, tetapi harus
diperkirakan bagaimana persiapkan agar tindakan tersebut dapat menyelamatkan
jiwa penderita.20 Manual Plasenta merupakan tindakan darurat dengan indikasi
perdarahan di atas 400 cc dan terjadi retensio plasenta (setelah menunggu ½ jam).
Etiologi
Sebab-sebab plasenta belum lahir, bisa oleh karena:22
1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus
2. Plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan
Apabila plasenta belum lahir sama sekali, tidak terjadi perdarahan, jika
lepas sebagian terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk
mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus bisa karena:22
1. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta ( plasenta adhesiva)
2. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus
desidua sampai miometrium.
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar,
disebabkan tidak adanya usaha untuk melahirkan, atau salah penanganan kala tiga,
sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi
keluarnya plasenta.22
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang bisa ditemui adalah perdarahan segera. Pada
palpasi didapatkan fundus uteru masih teraba lebih besar dari yang diperkirakan.
Uterus berkontraksi tetapi pada palpasi tinggi fundus tidak berkurang. Plasenta
tidak lengkap/utuh saat dilahirkan. Adanya tanda-tanda syok seperti peningkatan
nadi, penurunan tekanan darah, gelisah, mual. Evaluasi pemeriksaan dalam
didapatkan pembukaan dan masih dapat diraba sisa plasenta atau membrannya.21,22
Tatalaksana
Penanganan perdarahan postpartum yang disebabkan oleh sisa plasenta: 23
1. Penemuan secara dini hanya mungkin dengan melakukan pemeriksaan
kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta dengan
perdarahan pasca persalinan lanjut, sebagian besar pasien akan kembali lagi
ke tempat bersalin dengan keluhan perdarahan.
2. Berikan antibiotika, ampisilin dosis awal 1g IV dilanjutkan dengan 3 x 1g
oral dikombinasikan dengan metronidazol 1g supositoria dilanjutkan dengan
3 x 500mg oral.
3. Lakukan eksplorasi (bila servik terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah atau
jaringan. Bila servik hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi
sisa plasenta dengan AMV atau dilatasi dan kuretase.
4. Bila kadar Hb<8 gr% berikan transfusi darah. Bila kadar Hb>8 gr%, berikan
sulfas ferosus 600 mg/hari selama 10 hari.
Penanganan umum :
● Infus transfusi darah
● Pertimbangkan untuk rujuk
RSU C
Plasenta manual
- Indikasi
● Perdarahan 400 cc
● Pascaoperasi vaginal
● Pascanarkose
● Habitual HPP
- Teknik
● Telusuri tali pusat
● Dengan ulner tangan
● Masase intrauterin
● Uterotonika IM-IV
Identitas Pasien
Nama : Ny. VO
Umur : 29 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Tanggal periksa : 20 Desember 2019
Alamat : Padang
1. Laki-laki, 15 bulan, SC
2. Laki-laki, BBL= 3100 gram PB=50 cm, A/S: 8/9
Riwayat Penyakit Dahulu
● Pasien tidak ada riwayat penyakit jantung, paru, hati, ginjal, DM, dan
tekanan darah tinggi
● Pasien riwayat SC ai plasenta akreta Oktober tahun 2019.
Kepala : normocephal
pembesaran
Thorax
Paru
Inspeksi : paru simetris kiri dan kanan dalam keadaan statis dan dinamis
Jantung
Perkusi : batas jantung atas: RIC II, kanan: LSD, kiri: 1 jari medial
LMCS RIC V
Anus : tenang
Status Obstetri
Abdomen
Genitalia
Laboratorium
Hb : 10,5 g/dl
Ht : 35%
Trombosit : 708.000/
mm3
Leukosit : 11.700/
mm3
PT : 10,1 detik
APTT : 25,7 detik
Total : 6,7 g/dl
protein
Albumin : 3,8 g/dl
Globulin : 2,9 g/dl
SGOT : 6 U/L
SGPT : 3 U/L
Natrium : 145 mmol/L
Kalium : 3,7 mmol/L
Kalsium : 9,6 mmol/L
Klorida : 107 mmol/L
Ureum : 5 mg/dl
Kreatinin : 0,6 mg/dl
Ca-125 : 8,22 u/ml
BHCG : < 1,2 mIU/ml
Kesan : anemia ringan, leukositosis, trombositosis, globulin meningkat
Pemeriksaan Urinalisis (Tanggal 11/11/2019)
Makroskopis
Jenis Hasil Pemeriksaan Nilai
Pemeriksaan Kuning rujukan
Warna Kuning-
kemerahan
Kekeruh coklat
Positif
an Negatif
BJ - 1,003-1,030
pH 6 6-8
Mikroskopis
Leukosit 40-50/ LPB <5/LPB
Eritrosit 8-10/ LPB <1/LPB
Silinder Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif
Epitel Gepeng + Positif
Kimia
Protein Positif ++ Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen Positif Positif
Kesan : Hematuria, Proteinuria
USG :
Kesan : Tidak tampak gambaran uterus, tidak tampak hematom subfasia atau
subkutis.
CT-Scan
Kesan: Massa pada heterogen di rongga pelvis sugestif berasal dari uterus dengan
curiga menginfiltrasi dinding posterior vesika urinaria disertai
limfadenopati inguinal bilateral.
Diagnosa Kerja
Terapi
- IVFD RL 20 tpm
- Injeksi Ceftriaxon 1 gr (iv)
- Kontrol KU dan VS
- Informed Consent
- Puasa
Rencana Terapi
- Sistoskopi + Histeroskopi
20 Desember 2019
Kontrol KU dan VS
Follow up pasien :
Sabtu 21-12-2019
- Cefixime 2x200 mg
-Paracetamol 3x500 mg
- SF 2x180 g
- Vit C 3x50 g
BAB 4
PEMBAHASA
N
28. Memon SR, Talpur NN, Korejo RK. Rawal Medical Journal Volume 36
Number 4 : Outcome of Patients Presenting With Retained Placenta.
Pakistan: Departemen of Obstetrics and Ginecology; 2011. Diakses pada
tanggal 24 September 2013 dari
www.scopemed.org/fulltextpdf.php?mno=12733
29. DeCherney AH, Nathan L. Curren. Obstetric & Gynecologic Diagnosis &
Treatment, Ninth Edition: Postpartum Hemorrhage & Abnormal Puerperium:
Retained Placenta Tissue. California: The McGraw-Hill Companies, Inc;
2003. 28:323-327.
30. Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, Wirakusumah FF. Obstetri Patologi
Ilmu Kesehatan Reproduksi Edisi 2. Jakarta: EGC; 2004.
31. Anonim. Perdarahan Post Partum Akibat Plasenta Rest. 2012. Diakses
pada tanggal 28 September 2013 dari
http://www.scribd.com/doc/135982233/Plasenta-Rest-Edit
32. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap III LG, Hauth JC,
Wenstrom KD. Obstetri Williams Volume 1 Edisi 21. Jakarta: EGC; 2005.
33. Prabowo E. Retensio Plasenta. Jakarta:
http://samoke2012.files.wordpress.com/2012/10/retensio-plasenta.pdf
34. Weeks AD. The Retained Placenta. USA: National Center for
Biotechnology Information, U.S. National Library of Medicine from African
Health Sciences Makerere Medical School; 2001. Diakses pada tanggal 28
September 2013 dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2704447/
35. Pernoll ML. Benson & Pernonoll’s Handbook of Obstetrics & Gynecology
Tenth Edition. New York: McGraw-Hill; 2001. 6:173-177; 11:341-342.
36. Memon SR, Talpur NN, Korejo RK. Rawal Medical Journal Volume 36
Number 4 : Outcome of Patients Presenting With Retained Placenta.
Pakistan: Departemen of Obstetrics and Ginecology; 2011. Diakses pada
tanggal 24 September 2013 dari
www.scopemed.org/fulltextpdf.php?mno=12733
37. Committee Opinion. Placenta Accreta. Washington DC: American Congress
of Obstetricians and Gynecologists; 2012. Diakses pada tanggal
26 September 2013 dari
http://www.acog.org/Resources%20And%20Publications/Committee%20O
pinions/Committee%20on%20Obstetric%20Practice/Placenta%20Accreta.a
spx
38. Anonim. Buku Acuan Pelayanan Obstetri Emergensi Dasar: Retensio
Plasenta. Bab 4-10.
39. Sarwono 2006
40. KA. Rana, P.S. Patel. Complete uterine inversion. American Institute of
Ultrasound in Medicine .J Ultrasound Med 2009; 28:1719–1722
41. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et all. Obstetrical Hemorrhage.
Dalam: Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et all. Williams Obstetrics.
Edisi ke-23. New York. McGraw Hill,2010; 757 – 801
42. MK Karkata. Pendarahan Pasca Persalinan. Dalam: Prawihardjo S. Ilmu
Kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta. PT Bima Pustaka,2010; 522 – 29
43. JP O’Grady, ME Rivlin. Uterine Inversion, Malposition of the Uterus.
Dalam :Obstetric Syndromes and Conditions. New York, NY: Parthenon;
2006
44. RS Gibbi, BY Karlan, AF Harney et all. Post Partum Hemorrhage. Dalam :
RS Gibbi, BY Karlan, AF Harney et all. Danforth's Obstetrics and
Gynecology. Edisi ke-10. New York. Lippincott Williams & Wilkins, 2008
45. Hanretty, ed. Obstetrics illustrated. London: Churchill; 2003.
46. ITP.Available from: URL: http://www.forbetterhealth.wordpress.com
47. John R. Sindrom HELLP. Cermin dunia kedokteran. [online]. 2006. [cited
2012 Februari 20]: Volume 151. Hal. 24. Available from: URL: http://www.
google com
48. DIC.Available from: URL: http://www.medicastore.com