Skenario 3
“Keluar Darah Merah Kehitaman”
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GUNUNG JATI
CIREBON
2021
SKENARIO 3
Keluar Darah Merah Kehitaman
Seorang perempuan berusia 32 tahun P3A0 diantar bidan Puskesmas ke
IGD RS karena keluar darah dari jalan lahir hingga harus mengganti pembalut
setiap 2 jam. Keluhan disertai keluar bekuan darah, lemas, pandangan berkunang-
kunang. Pasien baru melahirkan 2 hari yang lalu pervaginam. Pada pemeriksaan
tanda vital didapatkan TD 100/70, Nadi 98 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 37,6 C.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis, lochia tidak berbau, darah
merah kehitaman (+). Dokter melakukan penatalaksanaan untuk mengatasi
perdarahan.
MIND MAP
Komplikasi Post-
Partum
Penegakan
Etiologi Faktor Resiko Klasifikasi Tatalaksana Pencegahan
Diagnosis
Primer Sekunder
1. Perubahan yang terjadi pada masa nifas secara fisiologi (hormon, organ)
2. Komplikasi postpartum
a. Macam-macam komplikasi (Patofisiologi terjadinya komplikasi
postpartum dihubungkan dengan etiologi dan faktor resiko serta
Penatalaksanaan komplikasi postpartum)
REFLEKSI DIRI
Sistem Perubahan
Volume Tekanan
Gejala dan
Kehilangan Darah Derajat Syok
Tanda
Darah (Sistolik)
3) Endometritis
a) Patofisiologi terjadinya komplikasi postpartum dihubungkan
dengan etiologi dan faktor resiko
Uterus pada ibu dengan endometritis akan menunjukkan ukuran
yang agak membesar, serta nyeri pada perabaan dan lembek. Pada
hari ketiga setelah postpartum suhu akan meningkat, nadi cepat,
tetapi beberapa hari kemudian suhu akan menurun dan dalam
kurang lebih 1 minggu kemudian keadaan suhu normal kembali.
Gejala klinis yang biasanya ditemukan seperti demam, sakit perut
bagian bawah, lochia berbau busuk, perdarahan abnormal vagina,
dyspareunia, dysuria, dan malaise.
b) Penatalaksanaan komplikasi postpartum
Terapi pilihan untuk endometritis adalah diberikan antibiotik
seperti doksisiklin 100 mg per oral 2x sehari selama 10 hari.
Dapat pula dipertimbangkan cakupan yang lebih luas untuk
organisme anaerobik terutama kalau ada vaginosis bacterial
Jika terkait dengan PID (pelvic inflamantory disease) akut terapi
harus fokus pada organisme penyebab utama termasuk
N.gonorrhoeaedan dan C.trachomatis. Demikian pula cakupan
polimikrobial yang lebih luas.
4) Peritonitis
a) Patofisiologi terjadinya komplikasi postpartum dihubungkan
dengan etiologi dan faktor resiko
Peritonitis nifas biasanya terjadi karena adanya perluasan dari
endometritis, tetapi dapat juga ditemukan bersama dengan
salpongo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Hal ini dapat terjadi
karena abses pada sellulotis pelvika mengeluarkan nanahnya
kerongga peritoneum dan menyebabkan peritonitis umum, dan
terbatas pada daerah pelvik. Gejala yang dapat timbul tidak
seberapa beratnya seperti pada peritonitis umum, dimana
penderita akan mengeluhkan demam, perut bawah nyeri, tetapi
keadaan umumnya akan tetap baik.
7) Abses Payudara
a) Patofisiologi terjadinya komplikasi postpartum dihubungkan
dengan etiologi dan faktor resiko
Merupakan komplikasi yang dapat terjadi apabila mastitis tidak
ditangani dengan baik, sehingga memperberat terjadinya infeksi.
Abses payudara adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara.
Hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi pada payudara. Cedera
dan infeksi pada payudara dapat menghasilkan gejala yang sama
dengan di bagian tubuh lainnya, kecuali pada payudara, infeksi
cenderung memusat dan menghasilkan abses kecil. Hal ini dapat
menyerupai kista. Gejala yang terjadi, nyeri pada payudara,
kemerahan, pembengkakan dan sensasi rasa panas pada area yang
terkena, demam dan kedinginan, rasa sakit secara keseluruhan,
bengkak dengan getah bening di bawah ketiak.
b) Penatalaksanaan komplikasi postpartum
Penanganan yang dapat dilakukan yaitu :
Memperhatikan teknik menyusui yang benar, dan harus sering
menyusui bayinya walaupun dalam keadaan mastitis. Mulai
menyusui dari payudara yang sehat
Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara
bergantian
Menghentikan menyusui saat sudah mengalami abses, tetapi ASI
harus tetap dikeluarkan
Apabila bertambah parah sampai mengeluarkan nanah, diberikan
antibiotik, dan untuk mengurangi nyeri bisa diberikan analgesik
(seperti acetaminophen atau ibuprofen)
Rujuk apabila keadaan bertambah berat
2) Eklampsia
a) Patofisiologi terjadinya komplikasi postpartum dihubungkan
dengan etiologi dan faktor resiko
Merupakan kasus akut pada ibu dengan preeklampsia yang
disertai dengan kejang menyeluruh dan koma. Ekslampsia
postpartum pada umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam
pertama setelah persalinan
b) Penatalaksanaan komplikasi postpartum
Berikut adalah prinsip penatalaksanaan eklampsia berdasarkan
Konsensus Himpunan Kedokteran Fetomaternal Indonesia (2010),
yaitu:
(1) Terapi suportif untuk stabiisasi
(2) Airway, Breathing, Circulation (ABC)
(3) Mengatasi dan mencegah kejang
(4) Koreksi hipoksemia dan asedemia
(5) Mengatasi dan mencegah penyulit, khususnya krisis
hipertensi
DAFTAR PUSTAKA
1. Tortora G. J, Derrickson B. Dasar Anatomi & Fisiologi : Pemeliharaan &
Kontinuitas Tubuh Manusia. Edisi 13, Volume 2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC ; 2017
2. Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2014.
3. Anwar, M. Ilmu Kandungan. Edisi 3. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2017.
4. Cunningham, et.al. Obstetri Williams. Edisi 23 Vol.1. Jakarta: EGC; 2018.
5. Smith R. Netter’s Obstetrics & Gynecology. 2 nd edition. Philaadelphia :
Elsevier ; 2008
6. Setiati S. Alwi I. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edii 2. Jilid 2. Jakarta ;
EGC ; 2015
7. Sjamsuhidayat R. Buku Ajar Ilmu Bedah De Jong. Edisi 3. Jakarta : EGC ;
2011