Anda di halaman 1dari 5

Nama : Yulia Ulfa Kusuma Astuti

NIM : 30902200319
Keperawatan Maternitas

Perdarahan Pasca Persalinan


Perdarahan pasca persalinan atau dikenal dengan Hemoragi Post Partum (HPP) adalah
perdarahan yang lebih dari 500 ml yang terjadi setalah bayi lahir (POGI,2021).
Klasifikasi HPP
1. Perdarahan post partum dini (early postpartum haemorhage) yaitu perdarahan yang
terjadi dalam 24 jam pertama sesudah bayi lahir ( disebut juga perdarahan primer).
2. Perdarahan pasca persalinan lanjut ( late postpartum haemorhage) yaitu perdarahan yang
terjadi pada masa nifas (puerperium), terjadi setelah 24 jam PP disebut juga dengan
perdarahan postpartum sekunder.
Etiologi
Penyebab umum perdarahan postpartum antara lain :

 Atonia uteri
 Retensio plasenta
 Sisa plasenta dan selaput ketuban
 Trauma atau perlukaan jalan lahir misalnya episiotomi yang lebar, laserasi perineum,
vagina, serviks dan uterus
 Rupture uteri
 Penyakit kelainan darah seperti hipo atau afibrinogenemia

Faktor predisposisi :

 Adanya riwayat perdarahan pada kehamilan terdahulu


 Grande multipara
 Jarak kehamilan yang terlalu dekat ( kurang dari 2 tahun)
 Bekas SC
 Ada riwayat abortus
 Inversio uteri
 Uterus lembek

Gejala klinis
Kehilangan darah dalam jumlah banyak lebih dari 500cc, Nadi lemah, pucat, Ekstremitas dingin,
Lokhea warna merah, Haus, Pusing, Gelisah, Mual tekanan darah rendah, Syock hipovolemi.

Diagnosis
Prinsip utama yang perlu diperhatikan
1. Bila ibu bersalin mengalami perdarahan setelah bayi lahir apakah perdarahan berasal dari
retensio plasenta atau plasenta yang lahir tidak lengkap
2. Bila plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi baik dapat dipastikan perdarahan berasal
dari perlukaan jalan lahir.

A. Atonia Uteri
Atonia uteri merupakan perdarahan pasca persalinan yang dapat terjadi karena terlepasnya
Sebagian plasenta dari uterus atau belum sempurna lepasnya plasenta dari uterus.
Faktor resiko

 Polihidramnion
 Kehamilan kembar
 Persalinan lama
 Persalinan terlalu cepat
 Grande multipar
 Persalinan dengan induksi
 Usaha mengeluarkan plasenta dengan memijat
 Mendorong uterus kebawah sementara plasenta belum terlepas dari uterus
Tanda dan gejala
Perdarahan pervaginam : perdarahan banyak tidak merembes, darah keluar dapat disertai
gumpalan, Konsistensi rahim luna, Fundus uteri naik, Terdapat tanda syok seperti nadi cepat dan
lemah,TD rendah,pucat, kulit terasa dingin dan lembab,pernafasan cepat, gelisah, bingung atau
kehilangan kesadaran, urine sedikit.
Langkah penatalaksanaan
Masase fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta ( maksimal 15 detik) , Bersihkan
bekuan darah dan atau selaput ketuban dari vagina dan lubang serviks, Pastikan bahwa kandung
kemih kosong, jika penuh lakukan kateterisasi menggunakan tehnik aseptic, Lakukan kompresi
bimanual internal dan eksternal untuk merangsang kontraksi, Oksitosin 5 IU dengan cara
pemberian bolus IV perlahan, Berikan ergometrin 0,5 mg Iv perlahan atau IM, Pasang infus
menggunakan jarum 16 atau 18 dan berikan RL + 20 iu oksitosin. 125ml/jam, Lanjutkan
pemberian infus RL + 20 IU oksitosin, Berikan minum untuk rehidrasi, Bila tindakan
farmakologis gagal mengontrol perdarahan segera intervensi operatif.
B. Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga melebihi waktu 30
menit setelah bayi lahir.
Jenis retensio plasenta adalah :

 Plasenta adhesive : Plasenta yang melekat pada desidua endometrium lebih dalam
 Plasenta inkreta : Vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua sampai
myometrium
 Plasenta akreta menembus lebih dalam ke dalam miometrium tetapi belum menembus
serosa
 Plasenta perkreta yang menembus sampai serosa dinding Rahim

Etiologi
Perlengketan plasenta yang abnormal terjadi apabila pembentukan desidua terganggu. Keadaan
tersebut mencakup implantasi di segmen bawah rahim, diatas jaringan parut SC atau insisi uterus
lainnya atau setelah kuretase.
Penanganan Retensi Plasenta

 Mengeluarkan plasenta dengan tangan


 Tindakan kuret
 Memanfaatkan obat-obatan (ergometrin dan oksitosin).

C. Perlukaan Jalan Lahir


Perdarahan pasca persalinan dengan kontraksi uterus yang baik umumnya disebabkan oleh
robekan jalan lahir ( ruptrur dinding vagina dan robekan serviks).
Laserasi jalan lahir diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan yaitu :
- Derajat satu : Robekan sampai mengenai mukosa vagina dan kulit perenium
- Derajat dua : Robekan mengenai sampai mukosa vagina, kulit pereneum dan otot perinium
- Derajat tiga : Robekan sampai mengenai mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum dan
otot spingter ani eksternal
- Derajat empat : Robekan sampai mengenai mukosa vagina Kulit perenium, otot perineum, otot
spingter ani eksternal dan mukosa rectum
Robekan serviks sering terjadi pada satu bagian atau lebih. Apabila terjadi perdarahan yang tidak
berhenti meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus sudah berkontraksi dengan baik,
maka perlu dipikirkan adanya perlukaan jalan lahir, khususnya robekan serviks uteri.

Penanganan
1. Jepitkan klem pada kedua sisi porsio yang robek sehingga perdarahan dapat segera
dihentikan.
2. Jika setelah dieksplorasi lanjutan tidak dijumpai robekan lain lakukan penjahitan
3. Jahit mulai dari ujung atas robekan kemudian ke arah luar sehingga robekan dapat semua
dijahit
4. Setelah tindakan penjahitan periksa TTV, kontraksi uterus, TFU dan perdarahan pasca
tindakan
5. Lakukan restorasi cairan dan bila HB kurang dari 8 gr/dl berikan transfuse

Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
 Riwayat persalinan : paritas tinggi pernah mengalami perdarahan pasca partum
sebelumnya, adanya trauma persalinan, persalianan yang lama, subinvolusi, uterus
teraba lembek, atoni uteri, manual plasenta, persalinan dengan
induksi,penggunaan forsep, plasenta menunjukkan hilangnya fragmen pada
plasenta.
 Sirkulasi : Adanya kehilangan darah cukup banyak 400 - 500 ml pada kelahiran
pervagina - 600-800 ml kelahiran sesar, Tekanan darah normal atau menurun,
nadi normal atau naik, Tangan kaki atau ekstremitas dingin, dan lembab kulit
pucat, oligouria, Penurunan kesadaran, letargi.
 Integritas ego: Adanya kecemasan, ketakutan, khawatir, Eleminasi (Normal
sampai oligouria), Nyeri atau ketidaknyamanan
 Aktivitas dan istirahat : Melaporkan adanya kelelahan berlebihan
 Keamanan : Adanya rabas,bau busuk, infeksi, laserasi jalan lahir, hematoma
 Pemeriksaan diagnostik : Golongan darah, Darah lengkap, Kultur uterus dan
vaginal, Profil kooagulasi.

2. Prioritas Keperawatan
 Mempertahankan atau memperbaiki volume sirkulasi
 Mencegah komplikasi
 Memberikan informasi dan dukungan yang tepat pada klien dan pasangan
3. Diagnosa Keperawatan
A. Kekurangan volume cairan
B. Perubahan perfusi jaringan
C. Ansietas
D. Resiko tinggi infeksi
E. Nyeri akut
F. Kurang pengetahuan
G. Resiko tinggi perubahan menjadi orang tua
4. Tujuan Atau Hasil Yang Diharapkan
A. Perbaikan dalam keseimbangan cairan yang dibuktikan dengan TTv
stabil,pengisian capiler cepat,haluaran urin edekuat
B. ASI lancar adekuat
C. Mengungkapkan kesadaran terhadap perasaan dan penyebab kecemasan
D. Tampak rileks dan istirahat
E. Lochea tidak berbau, leukosit dalam batas normal
F. Klien merasa nyaman
5. Intervensi Keperawatan
A. Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan yang lalu dan saat ini
B. Kaji dan perhatikan faktor penyebab atau pemberat pada perdarahan seperti
adanya laserasi,fragmen plasenta tertahan,sepsis,abrasio plasenta
C. Kaji dan catat jumlah,tipe perdaraha
D. Kaji lokasi dan derajat kontraksi uteru
E. Kaji TTV
F. Pantau balance cairan
G. Kolaborasi pemberian cairan intravena
H. Kolaborasi pemberian obat obatan sesuai indikasi
I. Observasi tingkat kesadaran dan adanya perubahan perilaku
J. Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
K. Evaluasi respon psikologis serta persepsi klien terhadap kejadian hemoragi
L. Berikan penguatan,empati dan dukungan

Anda mungkin juga menyukai