RETENTIO PLASENTA
PERCEPTOR:
dr. Ratna dewi, Sp.OG
Co-assistant:
Asy syadzali, S.Ked
Meiwa rizky abp, S.Ked
Nur azizah, S.Ked
Thare pratama petisa, S.Ked
Via jasinda, S.Ked
Perdarahan pasca partum atau sering dikenal HPP (Hemoragic Post Partum)
didefinisikan sebagai kehilangan 500 mL atau lebih darah setelah selesainya kala III
persalinan. Saat ini Hemoragic Post Partum dibagi menjadi dua yaitu:
Perdarahan pasca partum lanjut adalah perdarahan setelah 24 jam pertama disebut
sebagai perdarahan pasca partum lanjut atau primer.
Perdarahan pasca partum sekunder adalah terjadi antara 24 jam hingga 12 minggu
setelah persalinan.
Retentio Plasenta
keadaan plasenta masih belum bisa dilahirkan setelah 30 menit bayi lahir. Waktu
rata-rata dari kelahiran janin sampai ekspilsi plasenta adalah 809 menit, apabila
melebihi 10 menit maka resiko kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum
menjadi dua kali lipat. Hal ini disebabkan adhesi yang kuat antara plasenta dan
uterus
Ada beberapa perlekatan plasenta, yaitu plasenta akreta, plasenta
inkreta, dan plasenta perkreta.
Plasenta akreta adalah keadaan dimana implantasi plasenta hingga desidua basalis
(menempel pada permukaan myometrium).
Plasenta inkreta adalah keadaan dimana implantasi plasenta menembus myometrium
(masuk kedalam myometrium).
Plasenta perkreta adalah bila vili korialis sampai melewati myometrium hingga lapisan
perimetrium (menembus sampai serosa).
Factor resiko : plasenta previa, bekas section caesarea, riwayat kuret berulang,
multiparitas, dan kehamilan usia lanjut (usia ibu lebih dari 35 tahun
ETIOLOGI HPP
ETIOLOGI HPP : ETIOLOGI PRIMER : ETIOLOGI SEKUNDER :
Volum
e
darah
saat
hamil
Bervar
iasi
dari 30
hingga
60
persen
dari
hasil
perhit
ungan
volum
e saat
tidak
hamil
Berta
mbah
sepanj
ang
keham
ilan
dan
menda
tar
pada
usia
gestasi
34
mingg
u
Penam
bahan
rata-
rata
adalah
40
hingga
80
persen
pada
gestasi
multij
anin
Penam
bahan
rata-
rata
lebih
rendah
pada
preekl
amsia,
volum
e
berban
ding
terbali
k
denga
n
kepara
han.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan perdarahan postpartum dapat diawali dengan menilai
tanda-tanda vital pasien, seperti nadi, laju nafas, tekanan darah, suhu. Perlu diperhatikan
adanya takikardia, hiperpnea, dan hipotensi. Selain itu juga perlu diperhatikan ada tidaknya
tanda syok seperti pucat, akral dingin, nadi cepat, dan tekanan darah yang rendah.
Untuk pemeriksaan obstetric perlu diperhatikan kontraksi, letak, dan konsistensi uterus.
Perlu dilakukan pemeriksaan dalam umtuk menilai adanya perdarahan , melihat keutuhan
plasenta, tali pusat, dan robekan didaerah vagina.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin
USG
Dapat ditambahkan fungsi pembekuan (BT dan CT)
TATALAKSANA
Tatalaksana umum perdarahan postpartum :
Panggil bantuan
Nilai ABC
Bila ditemukan tanda syok tatalaksana
Beri oksigen
Pasang IV line dengan kanul ukuran besar (16 atau 18) dan mulai pemberian cairan kristaloid (NaCl 0.9%, RL atau
RA), lakukan juga pengambilan sampel darah (Hb, ABO, Rh, dan profil hemostasis) termasuk untuk persiapan tranfusi
Periksa tanda-tanda vital
Periksa : abdomen, jalan lahir, dan perineum, kelengkapan plasenta dan selaput ketuban
Pasang kateter Folley volume urin
Cek kadar Hb, golongan darah
Tentukan penyebab perdarahan, lanjutkan tatalaksana spesifik berdasarkan penyebabnya.
Tatalaksana awal perdarahan postpartum
Kepala : cek kesadaran, pastikan jalan napas bebas, cek pernafasan beri O2, lakukan
pencatatan urutan kejadian/kronologi.
Lengan : periksa nadi dan tekanan darah, pasang akses intravena, ambil darah untuk
pemeriksaan laboratorium (terutama darah rutin), lakukan resusitasi cairan, berikan obat-
obatan uterotoniks
Uterus : massase uterus, lahirkan plasenta dengan lengkap, koordinasi dengan penolong
lain pada posisi “kepala” dan “lengan”, kosongkan vesika urinaria, jika atonia uteri maka
lakukan kompresi bimanual, tentukan penyebab perdarahan, rujuk bila perdarahan
berlanjut.
Tatalaksana Retensio Plasenta
Pemberian cairan dan uterotonik (Beri 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0.9% atau caian RL
dengan kecepatan 60 tpm dan 10 unit IM)
Lakukan tarikan tali pusat terkendali
Bila tarikan tali pusat terkendali tidak berhasil, lakukan manual plasenta secara hati-hati. Jika ditemukan
plasenta imvasif (plasenta akreta, plasenta inkreta, dan plasenta perkreta) maka dilanjutkan dengan
histerektomi.
Berikan antibiotic profilaksis (ampisilin 2 g IV dan metronidazol 500 mg IV)
Segera atasi atau rujuk bila terjadi komplikasi perdarahan atau infeksi.
Pada keadaan dimana masih ada sisa plasenta yang tertinggal, dapat dilakukan:
Pemberian uterotonik
Lakukan eksplorasi digital bila serviks terbuka dan dikeluarkan bekuan darah dan jaringan. Bila serviks
hanya bisa dinilai oleh instrument maka lakukan evakuasi sisa plasenta dengan vakum manual atau dilatasi
dan kuretase
Beri antibiotic profilaksis.
REFERENSI
Coviello E, Grantz K, Huang C, et al. Risk factors for retained placenta.American Journal of
Obstetrics and Gynecology. 2015;213(6):864.e1-864.e11.
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, et al. Williams Obstetric, ed. 23. New York:
McGraw-Hill; 2010.
Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL. Obstetrics: Normal and Problem Pregnancies. 5 th ed:
Elsevier;2007.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan, edisi 1. Jakarta; 2013
Komite Medik RSUP dr. Sarjito. Perdarahan Post Partum daam Standar Pelayanan Medis di RSUP
dr. Sarjito Yogyakarta: Penerbit Medika Fakultas Kedokteran Universitas GadjahMada; 2000.
Lalonde A. Prevention and treatment of postpartum hemorrhage in low resource setting. Int J Gynaecol
Obstet. 2012.
Saifuddin AB, editor, Ilmu Kebidanan. 4th ed. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2014.
World Health Organization. Maternal Mortality in 2005: estimates developed by WHO, UNICEF, UNFPA
and the World Bank Geveva (Switzerland): WHO; 2007.