Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah I
Program Studi Profesi Ners
Disusun Oleh :
Dila Nurhamdilah (KHGD21099)
Ega Silvia (KHGD21045)
Farerine Fishshuri (KHGD21100)
Ilma Septianti (KHGD21037)
Indri Yuliani (KHGD21036)
Mega Apryanti (KHGD21059)
Moch Mugni Faisal (KHGD21027)
Kadinda Intan Septiara (KHGD21001)
Putri Krismayani (KHGD21076)
Sela Triana Rohmatika (KHGD21078)
Wilda Siti Nurjanah (KHGD21038)
Yuli Ratnasari (KHGD21073)
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mampu menggambarkan Asuhan Keperawatan pada Ny.D dengan Asma
Bronkial di Ruang Mawar no 15 RUMKIT TK.IV 03.07.04 Guntur Garut
1.2.2 Tujuan khusus
1) Mampu mengidentifikasi pengkajian pada Ny.D dengan Asma Bronkial
di Ruang Mawar no 15 Rumkit TK.IV 03.07.04 Guntur Garut
2) Mampu merumuskan diagnosa Keperawatan pada Ny.D dengan Asma
Bronkial di Ruang Mawar no 15 Rumkit TK.IV 03.07.04 Guntur Garut
3) Mampu menetapkan intervensi keperawatan pada Ny.D dengan Asma
Bronkial di Ruang Mawar no 15 Rumkit TK.IV 03.07.04 Guntur Garut
4) Mampu melaksanakan implementasi BNI pada Ny.D dengan Asma
Bronkial di Ruang Mawar no 15 Rumkit TK.IV 03.07.04 Guntur Garut
5) Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. Ddengan Asma
Bronkial di Ruang Mawar no 15 Rumkit TK.IV 03.07.04 Guntur Garut
Peningkatan
kerja otot
pernafasan
Pola nafas
tidak efektif
2.1.7 Manifestasi Klinis Asma
Asma bukan suatu penyakit spesifik tetapi merupakan sindrom
yang dihasilkan mekanisme multiple yang akhirnya menghasilkan
kompleks gejala klinis termasuk obstruksi jalan napas reversible. Ciri-ciri
yang sangat penting dari sindrom ini di antaranya dispnea, suara mengi,
obstruksi jalan napas reversible terhadap bronkodilator, bronkus yang
hiperesponsitif terhadap berbagai stimulasi baik yang spesifik maupun
yang nonspesifik, dan peradangan saluran pernapasan. Semua ciri-ciri tadi
tidak harus terdapat bersamaan. Serangan asma ditandai dengan batuk,
mengi, serta sesak napas. Gejala yang sering terlihat jelas adalah
penggunaan otot napas tambahan, dan timbulnya pulsus paradoksus
(Djojodibroto, 2016).
2.1.8 Manajemen Umum
Tujuan utama penatalaksanaan adalah meningkatkan dan
mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal
tanpa hambatan dalam melakukann aktivitas sehari-hari. Program
penatalaksanaan asma meliputi 7 komponen, yaitu:
1. Edukasi
Edukasi yang baik dapat menurunkan morbidity dan mortality
2. Menilai dan monitor berat asma secara berkala
Penilaian berkala antara 1-6 bulan dan monitoring asma.
3. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
4. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
Bertujuan untuk mengontrol penyakit
5. Menetapkan pengobatan pada serangan akut
6. Kontrol secara teratur
7. Pola hidup sehat
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
1. Spirometer: dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup
(nebulizer/inhaler) positif jika peningkatan VEP/KVP > 20%
2. Analisis Gas Darah, hanya dilakukan pada serangan asma berat karena
terdapat hipoksemia, hiperkapnea, dan asidosis respiratorik.
3. Sputum, pewarnaan gram penting utnuk melihat adanya bakteri, cara
tersebut kemudian diikuti dan uji resistensi terhadap antibiotik.
4. Sel Eosinofil, sel eosinofil pada klien dengan asmatikus mencapai 1000-
1500/mm3baik asma intrinsik ataupun ekstrinsik, sedangkan hitungan sel
eosinofil normal antara 100-200/mm3. Perbaikan fungsi paru disertai
penurunan hitung jenis sel eosinofil menunjukkan obat telah tepat.
5. Pemeriksaan Darah rutin dan kimia, jumlah sel leukosit lebih dari
15.000/mm3 terjadi karena infeksi. SGOT dan SGPT meningkat
disebabkan kerusakan hati akibat hipoksia atau hiperkapnea.
6. Pemeriksaan Radiologi, hasil pemeriksaan radiologi pada pasien asma
biasanya normal, tetapi terapi ini harus tetap dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya proses patologi di paru atau
komplikasi asma seperti pneumotoraks, pneumomediastinum, atelektasis,
dan lain-lain.
7. Foto dada AP dan lateral. Hiperinflasi paru, diameter anteroposterior
membesar pada foto lateral, dapat terlihat bercak konsolidasi yang
tersebar.
Mucus berlebih
Batuk
Wheezing
Sesak nafas
Mucus berlebih
Batuk
Wheezing
Sesak nafas
Hipoksemia
makan hilang, lemah. Kien tidak berobat sebelum dibawa ke Rs guntur dan tidak minum obat apapun, kemudian klien dibawa
IGD Rs guntur .
3. KELUHAN UTAMA
Sesak
4. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Klien mengeluh sesak karena batuk, sesak seperti di timpa beban berat di dada dan sesak berkurang ketika berbaring dan
sesak bertambah jika bergerak.
5. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Klien mengatakan baru pertama kali mengalami hal ini, klien juga memiliki riwayat alergi obat paracetamol dan neurobion.
6. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Klien mengatakan dikeluarganya belum ada penyakit seperti Ny. D rasakan. Klien mengatakan keluarganya tidak memiliki
penyalit turunan seperti DM, hipertensi, jantung dan penyakit menular lainnya.
7. DATA BIOLOGIS
a. Aktivitas kehidupan sehari-hari / Activity Daily Living (ADL)
1 Nutrisi
Makan
- Jenis Menu - Bubur, Mpasi, kue mari
- Frekuensi - Tiga kali/hari
- Porsi - 1 Porsi
- Pantangan - Tidak ada
- Keluhan - Tidak ada
Minuman
- Jenis Minum - Air Putih
- Frekuensi - ±8 gelas/hari
- Pantangan - Tidak ada
- Keluhan - Tidak ada
4 Personal Hygiene
Mandi
- Frekuensi - ±2 kali/hari
- Menggunakan sabun - ±2 kali/hari
- Frekuensi gosok gigi - ±2 kali/hari
- Gangguan - Tidak ada
Berpakaian
- Frekuensi ganti - ±1 kali/hari
pakaian
5 Mobilitas dan aktivitas
- Aktifitas yang - ADL sebagian dibantu
dilakukan orang lain (Lemas)
No ADL Saat di Kaji
b. Pemeriksaan Fisik
Penyempitan/obstruksi
priksimal dari bronkus pd
tahap ekspirasi dan inspirasi
Mucus berlebih
Batuk
Wheezing
Sesak nafas
Penyempitan/obstruksi
priksimal dari bronkus pd
tahap ekspirasi dan inspirasi
Mucus berlebih
Batuk
Wheezing
Sesak nafas
19.00 WIB
S:
- Klien mengeluh masih batuk
- Klien mengatakan sesak berkurang
O:
- Retraksi dinding dada berkurang
- Klien terpasang oksigen
- Sesak napas berkurang
- Suara tambahan wheezing dan ronki
- RR : 27x/m
- S : 36,7C
- N : 89x/m
- TD : 120/80mmHg
- SPO2 : 94%
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
05.00 WIB
S:
- Klien mengeluh batuk sedikit
- Klien mengatakan masih sedikit sesak
O:
- Otot bantu napas berkurang
- Klien terpasang oksigen
- RR : 24x/m
- S : 36,4C
- N : 87x/m
- TD : 120/80mmHg
- SPO2 : 95%
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjurkan intervensi
I:
- Monitor TTV
- Monitor pola napas
- Monitor bunyi tambahan
- Montor intake dan output cairan
- Pemberian terapi obat dan nebu
- Posisikan semi fowler
10/01/2022 08.00 WIB Kelompok
S: 8
- Klien mengatakan sesaknya berkurang
O:
- Kesadaran umum baik
- Klien terpasang oksigen
- Suara tambahan wheezing dan ronkhi
- S : 36,6C
- RR : 24x/m
- N : 89
- TD : 120/73 mmHg
- SPO2 : 96%
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
17.00 WIB
S:
- Klien mengatakan sesak sedikit
- Klien mengatakan sakit kepala
O:
- Klien terpasang oksigen
- Suara tambahan wheezing dan ronkhi
- RR : 24x/m
- S : 36,5C
- N : 90x/m
- TD : 140/80mmHg
- SPO2 : 97%
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
21.00 WIB
S:
- Klien mengatakan sedikit sesak
O:
- Terpasang oksigen
- RR : 23x/m
- S : 36,5C
- N : 86x/m
- TD : 140/80mmHg
- SPO2 : 96%
A : Masalah terataasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I:
- Monitor TTV
- Monitor pola napas
- Monitor bunyi tambahan
- Montor intake dan output cairan
- Pemberian terapi obat dan nebu
11/01/2022 10.00 WIB Kelompok
S: 8
- Klien mengatakan sesaknys sedikit lagi
O:
- Klien terpang oksigen
- Suara tambahan wheezing dan ronkhi
- RR : 23x/m
- S : 36,5C
- N : 88x/m
- TD : 120/80mmHg
- SPO2 : 96%
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
15.00 WIB
S:
- Klien mengatakan sesaknya sudah
membaik
O:
- Klien tampak rileks
- Kesadaran umum baik
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
I : Persiapan pulang
E : Up infus
BAB IV
PEMBAHASAN
1.1 Pembahasan
Dalam pembahasan ini penulisakan membahas tentang hal-hal yang
mendukung dan menghambat serta kesenjangan antara teori dan kenyataan
yang penulis dapatkan selama melakukan Asuhan Aeperawatan Pada Ny. D
dengan gangguan pernapasan : asma bronkhiale di ruang mawar 15 RS TNI
Guntur Garut yang dilakukan mulai tanggal 7 Januari 2022 sampai 11
Januari 2022. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan penulis
menggunakan pendekatan proses Keperawatan yang terbagi dalam lima
tahapan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
1.1.1 Tahap Pengkajian
Dalam pengumpulan data penulisan menggunakan teknik wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik, studi literatur dan studi dokumentasi (Ridwan
Setiawan, 2016) Dalam tahap pengkajian ini, penulis mampu
mengumpulkan data, menganalisa data, merumuskan masalah,
memprioritaskan masalah, dan menegakan diagnosa Keperawat Ny. D
dalam melakukan pengkajian pada Ny. D, penulis tidak menemukan
hambatan karena Ny. D merespon dengan baik, bersikap kooperatif dan Ny.
D mengungkapkan masalah kesehatan yang terjadi sehingga dapat
membantu kelancaran pada tahap pengkajian. Maka dari itu penulis dapat
mengumpulkan data yang berupa data umum dan data khusus. Pada tahap
pengkajian ditemukan kesenjangan antara data teoritis dengan hasil
pengkajian padan Ny. D yaitu secara teoritis tanda dan gejala yang muncul
pada klien Asma Bronkhial manifestasi klinis Asma bukan suatu penyakit
spesifik tetapi merupakan sindrom yang dihasilkan mekanisme multiple
yang akhirnya menghasilkan kompleks gejala klinis termasuk obstruksi
jalan napas reversible. Ciri-ciri yang sangat penting dari sindrom ini di
antaranya dispnea, suara mengi, obstruksi jalan napas reversible terhadap
bronkodilator, bronkus yang hiperesponsitif terhadap berbagai stimulasi
baik yang spesifik maupun yang nonspesifik, dan peradangan saluran
pernapasan. Semua ciri-ciri tadi tidak harus terdapat bersamaan. Serangan
asma ditandai dengan batuk, mengi, serta sesak napas. Gejala yang sering
terlihat jelas adalah penggunaan otot napas tambahan, dan timbulnya pulsus
paradoksus (Djojodibroto, 2016).
Namun pada kenyataan yang ditemukan pada Ny. D hanya tanda
tanda gejala sebagai berikut :
1) Sesak napas
2) Batuk
3) Suara tambahan wheezing dan ronkhi
1.1.2 Tahap Diagnosa Keperawatan
Penulis juga dapat menganalisa masalah dan merumuskan masalah serta
memprioritaskan masalah kesehatan dan yang selanjutnya membuat
diagnosa keperawatan. diagnosa keperawatan pada klien dengan Asma
adalah :
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d mucus dalam jumlah berlebihan,
peningkatan produksi mucus, eksudat dalam alveoli dan bronkospasme
2. Pola napas tidak efektif b/d keletihan otot pernapasan dan deformitas
dinding dada
3. Gangguan pertukaran gas b/d retensi karbon dioksida
4. Penurunan curah jantung b/d tekanan partial oksigen dialveoli menurun
Tetapi setelah dilakukan tahap pengkajian kepada Ny. D berdasarkan analisa
data yang diperoleh terdapat beberapa masalah keperawatan yaitu:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d mucus dalam jumlah berlebihan,
peningkatan produksi mucus, eksudat dalam alveoli dan bronkospasme
2. Pola napas tidak efektif b/d keletihan otot pernapasan dan deformitas
dinding dada
1.1.3 Tahap Perencanaan
Perencanaan tindakan keperawatan merupakan salah satu tahap dari
proses keperawatan dimulai dari penentuan tujuan (umum/khusus),
penetapan standar dan kriteria serta menentukan perencanaan untuk
mengatasi masalah keluarga. Rencana tindakan ini diarahkan untuk
membantu keluarga mengubah pengetahuan menjadi lebih baik, mengubah
sikap yang mendukung prilaku sehat, dan mengubah prilaku kearah yang
lebih baik (Dion, 2013). Dalam tahap perencanaan tindakan yang akan
dilakukan sesuai dengan masalah yang terjadi pada Ny. D penulis
menyesuaikan perencanaan dengan sumber daya dan faktor penunjang
lainnya untuk tercapainya tujuan dari asuhan keperawatan tersebut.
Perencanan dalam askep ini yaitu :
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Observasi
- Identifikasi kemampuan batuk
- Monitor adanya retensi sputum
- Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
- Monitor input dan output cairan ( mis. jumlah dan karakteristik)
Terapeutik
- Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
- Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
- Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
- Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik
- Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
- Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke-
3
Pola Napas Tidak Efektif
Observasi
- Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
- Monitor bunyi nafas tambahan
- Monitor sputum
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tlit dan chin-lift
- Posisikan semi fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- berikan oksigen
Edukasi
- anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
- ajarkan Teknik batuk efektif
1.1.4 Tahap Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari tindakan keperawatan yang
sudah di tentukan sebelumnya (Dion, 2013). Adapun implementasi yang
dilakukan terhadap masalah keperawatan pada Ny. D yakni:
- Mengidentifikasi kemampuan baatu klien
- Memonitor adanya sputum
- Memonitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
- Memonitur input dan output cairaan
- Mengatur posisi semi fowler
- Menjelakan tujuan dan prosedur batuk efektif
- Ajarkan tarik napas dalam
- Memonitor pola napas ( RR : 22x/menit, adanya retraksi dinding dada)
- Memonitor bunyi napas (adanya wheezing dan ronki)
- Memonitor sputum
- Mempertahankan jalan napas
- Mempoisikan klien semi fowler
- Memberikan mnuman hangat
- Memberikan oksigen (3L)
- Menganjurkan klien banyak minum
- Mengajakan efektif
- Memberikan terapi obat
Infus Asering 20 tpm (makro)
Omeprazole 1x40
Methylprednisolone 2x62,5
Levofloxacin 1x750
Inhalasi velutin 3x1
1.1.5 Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahapan untuk menilai sejauh mana hasil
yang telah dicapai selama melakukan asuhan keperawatan keluarga (Dion,
2013). Hasil evaluasi yang didapatkan setelah dilakukan implementasi
yaitu : Klien mengatakan nyeri berkurang, makan sedikit tapi sering
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan Asuhan Keperawatan pada Ny. D maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa pengkajian merupakan tahap yang penting untuk menggali
dan mengetahui masalah yang timbul. Melalui data data yang ditemukan penulis
bisa menentukan masalah dan diagnosa yang muncul pada Ny. D penulis juga bisa
memberikan intervensi, implementasi dan evaluasi akhir yang sangat diinginkan.
5.2 Saran
Hasil Asuhan Keperawatan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengalaman bagi pembaca dalam pembuatan asuhan keperawatan dasar dalam
penyakit Asma Bronkhial. Petugas kesehatan diharapkan dapat meningkatkan
peran sertanya di masyarakat dalam memberikan informasi tentang penyakit,
sehingga masyarahat dapat memahami jelas tentang penyakit yang dideritanya.
DAFTAR PUSTAKA
Kowalak, J., P., Welsh, W., & Mayer, B. (2012). Buku ajar patofisiologis
(professional guide to pathophysiology). Jakarta : EGC.
Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI