Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

D DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERNAPASAN: ASMA BRONKHIALE DI RUANG MAWAR 15
RUMAH SAKIT TK.IV 03.07.04 GUNTUR GARUT

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah I
Program Studi Profesi Ners

Disusun Oleh :
Dila Nurhamdilah (KHGD21099)
Ega Silvia (KHGD21045)
Farerine Fishshuri (KHGD21100)
Ilma Septianti (KHGD21037)
Indri Yuliani (KHGD21036)
Mega Apryanti (KHGD21059)
Moch Mugni Faisal (KHGD21027)
Kadinda Intan Septiara (KHGD21001)
Putri Krismayani (KHGD21076)
Sela Triana Rohmatika (KHGD21078)
Wilda Siti Nurjanah (KHGD21038)
Yuli Ratnasari (KHGD21073)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KARSA HUSADA GARUT 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asma bronchial merupakan penyakit pada saluran pernapasan yang
bersifat kronis. Kondisi ini disebabkan oleh peradangan saluran pernapasan
yang menyebabkan hipersensitivitas bronkus terhadap rangsang dan
obstruksi pada jalan napas. Gejala klinis dari penyakit asma yang biasanya
muncul berupa mengi (wheezing), sesak napas, nyeri dada dan batuk yang
bervariasi dari waktu ke waktu dengan keterbatasan aliran udara ekspirasi.
Gejala-gejala teersebut biasanya akan memburuk pada malam hari, terpapar
alergen (seperti debu, asap rokok) atau saat sedang mengalami sakit seperti
demam (Global Initiative of Asthma, 2018).
Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO), pada tahun
2016 dinyatakan bahwa perkiraan jumlah penderita asma bronchial seluruh
dunia adalah 325 juta orang dengan angka prevalensi yang terus meningkat
terutama pada anak-anak, tercatat pada tahun 2015 sebanyak 383.000 orang
meninggal karena asma bronchial. Asma bronchial merupakan masalah
kesehatan yang banyak ditemukan di masyarakat dan memiliki angka
kesakitan dan kematian yang tinggi. Saat ini diperkirakan sebanyak 235 juta
orang menderita asma bronchial di dunia (WHO, 2017).
Dampak serangan asma yang parah dapat menyebabkan gagal napas
(terjadi bila pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru
tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan terjadi pembentukan
karbondioksida dalam sel-sel tubuh). Saluran napas dapat tertutup
sepenuhnya dan pengobatan tidak lagi dapat berpengaruh. Kondisi ini dapat
menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani (Kurniawan Adi Utomo,
2015).
Saat ini penyakit asma masih menunjukkan prevalensi yang tinggi.
Berdasarkan data dari WHO (2002) dan GINA (2011), di seluruh dunia
diperkirakan terdapat 300 juta orang menderita asma dan tahun 2025
diperkirakan jumlah pasien asma mencapai 400 juta. Jumlah ini dapat saja
lebih besar mengingat asma merupakan penyakit yang underdiagnosed.
Buruknya kualitas udara dan berubahnya pola hidup masyarakat
diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya penderita asma. Data dari
berbagai negara menunjukkan bahwa prevalensi penyakit asma berkisar
antara 1-18% (Infodatin, 2017). Prevalensi asma di Indonesia menurut data
Survei Kesehatan Rumah Tangga sebesar 4%. Sedangkan berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2017, prevalensi asma untuk seluruh
kelompok usia sebesar 3,5% dengan prevalensi penderita asma pada anak
usia 1 - 4 tahun sebesar 2,4% dan usia 5 - 14 tahun sebesar 2,0%.(Infodatin,
2017).
Peran perawat untuk merawat pasien dengan Asma adalah melalui
pendekatan proses keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan
melalui pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan. Perawat juga perlu
memberikan dukungan dan motivasi kepada pasien dan keluarga untuk tetap
menjaga kesehatan, menyarankan kepada pasien dan keluarga agar tetap
tabah, sabar, dan berdoa agar diberikan kesembuhan, serta keluarga dapat
merawat pasien dirumah dengan mengikuti semua anjuran dokter dan
perawat.
Berdasarkan data di atas, penulis tertarik untuk menyusun sebuah tugas
kelompok dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. D dengan
gangguan pernapasan : Asma Bronkial di Ruangan Mawar no 15 di RS TNI
Guntur”.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mampu menggambarkan Asuhan Keperawatan pada Ny.D dengan Asma
Bronkial di Ruang Mawar no 15 RUMKIT TK.IV 03.07.04 Guntur Garut
1.2.2 Tujuan khusus
1) Mampu mengidentifikasi pengkajian pada Ny.D dengan Asma Bronkial
di Ruang Mawar no 15 Rumkit TK.IV 03.07.04 Guntur Garut
2) Mampu merumuskan diagnosa Keperawatan pada Ny.D dengan Asma
Bronkial di Ruang Mawar no 15 Rumkit TK.IV 03.07.04 Guntur Garut
3) Mampu menetapkan intervensi keperawatan pada Ny.D dengan Asma
Bronkial di Ruang Mawar no 15 Rumkit TK.IV 03.07.04 Guntur Garut
4) Mampu melaksanakan implementasi BNI pada Ny.D dengan Asma
Bronkial di Ruang Mawar no 15 Rumkit TK.IV 03.07.04 Guntur Garut
5) Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. Ddengan Asma
Bronkial di Ruang Mawar no 15 Rumkit TK.IV 03.07.04 Guntur Garut

1.3 Manfaat Studi Kasus


1.3.1 Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis khususnya
dibidang keperawatan dengan masalah Asma Bronkial
1.3.2 Bagi Institusi
Sebagai acuan dalam kegiatan proses belajar dan bahan pustaka tentang
asuhan keperawatan dengan masalah Asma Bronkial
1.3.3 Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan yang diperlukan dalam pelaksanaan praktik
pelayanan keperawatan khususnya keperawatan dengan masalah Asma
Bronkial
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori Asma


2.1.1 Definisi Asma
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran napas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
peradangan, penyempitan ini bersifat berulang namun reversible dan diantara
episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih
normal (Sylvia A. Price, 2015). Asma adalah suatu penyakit dengan ciri
meningkatnya respon trakhea dan bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan
manifestasi adanya penyempitan jalan napas yang luas dan derajatnya dapat
berubah-ubah secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Muttaqin, 2008).
2.1.2 Etiologi Asma
Menurut berbagai penelitian patologi dan etiologi asma belum diketahui
dengan pasti penyebabnya, akan tetapi hanya menunjukkan rasa gejala asma yaitu
inflamasi dan respon saluran napas yang berlebihan ditandai dengan adanya kalor
(panas karena vasodilatasi), tumor (eh sudah si plasma dan edema), dolor (rasa
sakit karena rangsangan sensorik) dan function laesa (fungsi yang terganggu) dan
radang harus disertai dengan infiltrasi sel-sel radang (Syudoyo Aru dkk)Beberapa
faktor penyebab asma, antara lain jenis kelamin, umur, status atopi, faktor
keturunan, serta faktor lingkungan.
Menurut (Wijaya & Putri, 2013) dalam bukunya dijelaskan klasifikasi
asma berdasarkan etiologi adalah sebagai berikut:
1. Asma Ekstrinsik/alergi
Asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui sudah terdapat
semenjak anak-anak seperti alergi terhadap protein, serbuk sari bulu halus,
binatang, dan debu.
2. Asma Instrinsik/idiopatik
Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya
faktor-faktor non spesifik seperti : flu, latihan ujifisik atau emosi sering
memicu serangan asma. Asma ini sering muncul/timbul sesudah usia 40
tahun setelah menderita infeksi sinus/ cabang trancheobronkial.
3. Asma Campuran
Asma yang terjadi/timbul karena adanya komponen ekstrinsik dan
intrinsik.
Menurut Soemantri (2009) sampai saat ini etiologi asma belum diketahui
dengan pasti, suatu hal yang menonjol pada semua penderita asma adalah
fenomena hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap
rangsangan imunologi ataupun non-imunologi. Oleh karena sifat inilah, maka
serangan asma mudah terjasi ketika rangsangan baik fisik, metabolik, kimia,
alergen, infeksi, dan sebagainya. Penderita asma perlu mengetahui dan sedapat
mungkin menghindari rangsangan atau pencetus yang dapat menimbulkan asma.
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Alergen utama, seperti debu rumah, spora jamur, dan tepung sari
rerumputan.
2. Iritan seperti asap, bau-bauan, dan polutan.
3. Infeksi saluran napas terutama yang disebabkan oleh virus
4. Perubahan cuaca yang ekstrem
5. Kegiatan jasmani yang berlebih
6. Lingkungan kerja
7. Obat-obatan
8. Lain-lain, seperti refluks gastroesofagus.
2.1.3 Faktor Predisposisi
Menuurut Muttaqin (2012) faktor yang dapat menimbulkan
serangan asma bronkial adalah sebagai berikut :
1. Alergen
Alergen adalah zat-zat tertentu yang bila diisap atau dimakan dapat
menimbulkan serangan asma misalnya debu rumah, tengau debu
rumah (Dhermatophagoides pteronissynus), spora jamur kucing, bulu
bianatang, beberapa makanan laut, dan sebagainnya.
2. Infeksi saluran pernapasan
Infeksi saluran pernapasan terutama disebabkan oleh virus. Virus
influenza merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering
menimbulkan asma bronkhial. Diperkirakan dua pertiga penderita
asma dewasa serangan asma ditimbulkan oleh infeksi saluran pernapasan.
3. Tekanan Jiwa
Tekanan jiwa bukan penyebab asma tetapi pencetus asma, karena banyak
orang yang mendapat tekanan jiwa tetapi tidak menjadi penderita asma
bronkhial. Faktor ini berperan mencetuskan serangan asma terutama pada
orang yang agak labil kepribadiannya. Hal ini telah menonjol pada
wanita dan anak-anak.
4. Olahraga
Sebagian penderita asma bronkhial akan mendapatkan serangan asma bila
melakukan olahraga atau aktivitas fisik yang berlebihan. Lari cepat
dan bersepeda adalah dua jenis kegiatan yang mudah menimbulkan
serangan asma serangan asma karena kegiatan jasmani (exercise induced
asma-EIA) terjadi setelah olahraga atau aktivitas fisik yang cukup
berat dan jarang serangan timbul beberapa jam setelah olahraga.
5. Obat-obatan
Beberapa klien dengan asma bronkial sensitif atau alergi terhadap obat
tertentu seperti penisilin, salisilat, beta blocker. Kodein, dan sebagainya.
6. Polusi Udara
Klien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik atau
kendaraan, asap rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran dan
oksida fotokemikal, serta bau yang tajam.
7. Lingkungan Kerja
lingkungan kerja diperkirakan merupakan faktor pencetus yang
menyumbang 2-15% klien dengan asma bronchial.
2.1.4 Klasifikasi Asma
Asma diklasifikasian menjadi dua jenis:
1. Asma bronkhial
Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan
dari luar seperti debu rumah bulu binatang asap dan bahan lain penyebab
alergi gejala kemunculannya sangat mendadak sehingga gangguan asma
bisa datang secara tiba-tiba jika tidak mendapatkan pertolongan
secepatnya risiko kematian bisa datang gangguan asma bronkial juga bisa
muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan penyempitan saluran
pernapasan bagian bawah penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos
saluran pernapasan pembengkakan selaput lendir dan pembentukan
timbunan lendir yang berlebihan.
2. Asma kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung gejala asma kardial
biasanya terjadi pada malam hari disertai sesak napas yang hebat kejadian
ini disebut nocturnal biasanya terjadi pada saat penderita sedang tidur
2.1.5 Komplikasi Asma
Komplikasi yang mungin terjadi pada penderita asma diantaranya:
1. Pneumonia
Adalah peradangan jaringan yang ada pada salah satu atau kedua paru-
paru yang biasanya disebabkan oleh infeksi
2. Atelectasis
Pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran
udara
3. Gagal napas
4. Bronchitis
Kondisi dimana lapisan bagian dakam dari saluran pernapasan di paru-
paru yang kecil mengalami bengkak
5. Fraktur iga
Patah tulang yang terjadi akibat penderita terlalu sering bernapas secara
berlebihan pada obstruksi jalan napas maupun gangguan ventilasi oksigen
2.1.6 Patofisiologi Asma

Faktor Pencetus Antigen yang Mengeluarkan


aler terikat IgE pd Edema mu
- Alergen mediator: Permeabilitas
cv permukaan sel sekresi pr
- Stress histamin, kapiler
mat atau konntriksi
- Cuaca platelet, meningkat
basophil polos men
- bradikinin, dll
-

Spasme otot Konsen


polos sekresi dalam d
kelenjar menuru
bronkus
meningkat
Hiperkapnea Gelisah/ansietas
Hipoksem
Penyempitan
/obstruksi
priksimal dari Suplai O2 ke Koma
bronkus pd otak menurun
tahap ekspirasi
dan inspirasi

Gangguan Asidosis Suplai da


Tekanan partial
Pertukaran metabolik O2 kejan
Mucus berlebih oksigen
gas berkurang
Batuk dialveoli
Wheezing menurun
Sesak nafas
Suplai O2 ke Penuru
Perfusi jaringa
jaringan output
perifer
menurun
Bersihan jalan
nafas tidak
efektif
Penyempitan Penurunan Tek
jalan nafas curah jantung men
berk

Peningkatan
kerja otot
pernafasan

Pola nafas
tidak efektif
2.1.7 Manifestasi Klinis Asma
Asma bukan suatu penyakit spesifik tetapi merupakan sindrom
yang dihasilkan mekanisme multiple yang akhirnya menghasilkan
kompleks gejala klinis termasuk obstruksi jalan napas reversible. Ciri-ciri
yang sangat penting dari sindrom ini di antaranya dispnea, suara mengi,
obstruksi jalan napas reversible terhadap bronkodilator, bronkus yang
hiperesponsitif terhadap berbagai stimulasi baik yang spesifik maupun
yang nonspesifik, dan peradangan saluran pernapasan. Semua ciri-ciri tadi
tidak harus terdapat bersamaan. Serangan asma ditandai dengan batuk,
mengi, serta sesak napas. Gejala yang sering terlihat jelas adalah
penggunaan otot napas tambahan, dan timbulnya pulsus paradoksus
(Djojodibroto, 2016).
2.1.8 Manajemen Umum
Tujuan utama penatalaksanaan adalah meningkatkan dan
mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal
tanpa hambatan dalam melakukann aktivitas sehari-hari. Program
penatalaksanaan asma meliputi 7 komponen, yaitu:
1. Edukasi
Edukasi yang baik dapat menurunkan morbidity dan mortality
2. Menilai dan monitor berat asma secara berkala
Penilaian berkala antara 1-6 bulan dan monitoring asma.
3. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
4. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
Bertujuan untuk mengontrol penyakit
5. Menetapkan pengobatan pada serangan akut
6. Kontrol secara teratur
7. Pola hidup sehat
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
1. Spirometer: dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup
(nebulizer/inhaler) positif jika peningkatan VEP/KVP > 20%
2. Analisis Gas Darah, hanya dilakukan pada serangan asma berat karena
terdapat hipoksemia, hiperkapnea, dan asidosis respiratorik.
3. Sputum, pewarnaan gram penting utnuk melihat adanya bakteri, cara
tersebut kemudian diikuti dan uji resistensi terhadap antibiotik.
4. Sel Eosinofil, sel eosinofil pada klien dengan asmatikus mencapai 1000-
1500/mm3baik asma intrinsik ataupun ekstrinsik, sedangkan hitungan sel
eosinofil normal antara 100-200/mm3. Perbaikan fungsi paru disertai
penurunan hitung jenis sel eosinofil menunjukkan obat telah tepat.
5. Pemeriksaan Darah rutin dan kimia, jumlah sel leukosit lebih dari
15.000/mm3 terjadi karena infeksi. SGOT dan SGPT meningkat
disebabkan kerusakan hati akibat hipoksia atau hiperkapnea.
6. Pemeriksaan Radiologi, hasil pemeriksaan radiologi pada pasien asma
biasanya normal, tetapi terapi ini harus tetap dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya proses patologi di paru atau
komplikasi asma seperti pneumotoraks, pneumomediastinum, atelektasis,
dan lain-lain.
7. Foto dada AP dan lateral. Hiperinflasi paru, diameter anteroposterior
membesar pada foto lateral, dapat terlihat bercak konsolidasi yang
tersebar.

2.2 Rencana Asuhan Keperawatan


2.2.1 Fokus Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan, pengaturan, validasi, dan
dokumentasi data (informasi) yang sistematis dan bersinambungan.
Sebenarnya, pengkajian adalah proses bersinambungan yang dilakukan
pada semua fase proses keperawatan. Misalnya, pada fase evaluasi,
pengkajian dilakukan untuk melakukan hasil strategi keperawatan dan
mengevaluasi pencapaian tujuan. Semua fase proses keperawatan
bergantung pada pengumpulan data yang akurat dan lengkap (Kozier,
Berman, & Snyder, 2011).
1. Identitas Klien dan keluarga
a. Nama/inisial
b. Usia: asma bronkial dapat menyerang segala usia tetapi lebih
sering dijumpai pada usia dini. Separuh kasus timbul sebelum usia
10 tahun dan sepertiga kasus lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun.
c. Jenis kelamin: laki-laki dan perempuan di usia dini sebesar 2:1
yang kemudian sama pada usia 30 tahun.
d. Tempat tinggal dan jenis pekerjaan: lingkungan kerja
diperkirakan merupakan faktor pencetus yang menyumbang 2-
15% klien dengan asma bronkial (Muttaqin, 2012). Kondisi
rumah, pajanan alergen hewan di dalam rumah, pajanan asap
rokok tembakau, kelembapan, dan pemanasan (Francis, 2011).
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma adalah sesak
napas
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang yang biasa timbul pada pasien asma yaitu
pasien mengalami sesak napas, batuk berdahak, pasien yang sudah
menderita penyakit asma, bahkan keluarga yang sudah menderita
penyakit asma/faktor genetik (Ghofur A, 2008).
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Terdapat data yang menyertakan adanya faktor predisposisi timbulnya
penyakit ini, di antaranya adalah riwayat alergi dan riwayat penyakit
saluran napas bagian bawah (Soemantri, 2009).
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien dengan asma bronkial sering kali didapatkan adanya
riwayat penyait keturunan, tetapi pada beberapa klien lainnya
tidak ditemukan penyakit yang sama pada anggota keluarganya
(Soemantri, 2009).
e. Riwayat Psikososial dan spiritual
f. Riwayat ADL
3. Pemeriksaan Fisik
a. System Integumen
Inspeksi:
Palpasi:
b. System Musculoskeletal
Inspeksi:
c. System Kardiovaskuler
Inspeksi:
Palpasi:
d. System Perkemihan
Inspeksi:
Palpasi
e. System Endokrin
Inspeksi
Palpasi
f. System Pencernaan
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
g. System Respirasi
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan Lainnya
5. Terapi
Omeprazole
Levoploxacine
2.2.2 Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Klien mengatakan Faktor pencetus (allergen, Bersihan jalan
sesak napas dan batuk stress, cuaca) napas tidak
berdahak efektif
DO: Antigen yang terikat IgE pd
permukaan sel mat atau
- Bunyi napas
basophil
wheezing &
ronchi
Mengeluarkan mediator:
- Klien terpasang histamin, platelet, bradikinin,
dll
O2 via nasal
kanul
Permeabilitas kapiler meningkat
- Pasien terlihat
sesak nafas dan
Edema mukosa, sekresi
batuk produktif, konntriksi otot polos
meningkat
- Hasil TTV
TD:140/90mmH
Spasme otot polos sekresi
g
kelenjar bronkus meningkat
RR:33x/m
Nadi: 87x/m
Penyempitan/obstruksi
priksimal dari bronkus pd tahap
ekspirasi dan inspirasi

Mucus berlebih
Batuk
Wheezing
Sesak nafas

Bersihan jalan Nafas Tidak


Efektif

2 DS: Faktor pencetus (allergen, Pola napas


- Klien mengeluh stress, cuaca) tidak efektif
merasa sangat
berat di dada saat Antigen yang terikat IgE pd
permukaan sel mat atau
bernapas
basophil
- Klien mengatakan
merasa sulit
Mengeluarkan mediator:
bernapas dan tidak histamin, platelet, bradikinin,
dll
mampu bernapas
normal
Permeabilitas kapiler meningkat
DO:
- Dyspnea
Edema mukosa, sekresi
- Frekuensi napas produktif, konntriksi otot polos
meningkat
33x/m
- Terdapat suara
Spasme otot polos sekresi
wheezing dan
kelenjar bronkus meningkat
ronchi
- Batuk tidak efektif
Penyempitan/obstruksi
priksimal dari bronkus pd tahap
ekspirasi dan inspirasi

Mucus berlebih
Batuk
Wheezing
Sesak nafas

Tekanan partial oksigen di


alveoli menurun

penyempitan jalan pernafasan

peningkatan kerja otot


pernafasan
Pola Nafas Tidak Efektif

3 DS: Klien mengeluh Faktor pencetus (allergen, Gangguan


sesak napas dan terasa stress, cuaca) pertukaran gas
berat saat bernapas
DO: Antigen yang terikat IgE pd
permukaan sel mat atau
- PaO2= 55mmHg
basophil
- PaCo2= 48 mmHg
- saO2= 88%
Mengeluarkan mediator:
- Dyspnea histamin, platelet, bradikinin,
dll
- Terdengar batuk
berdahak
Permeabilitas kapiler meningkat
- RR: 33x/m

Edema mukosa, sekresi


produktif, konntriksi otot polos
meningkat

Konsentrasi O2 dalam darah


menurun

Hipoksemia

Gangguan Pertukaran Gas

2.2.3 Diagnosa Keperawtaan


1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d mucus dalam jumlah berlebihan,
peningkatan produksi mucus, eksudat dalam alveoli dan bronkospasme
2. Pola napas tidak efektif b/d keletihan otot pernapasan dan deformitas
dinding dada
3. Gangguan pertukaran gas b/d retensi karbon dioksida
4. Penurunan curah jantung b/d tekanan partial oksigen dialveoli menurun
2.2.4 Perencanaan
No Diagnosa SLKI SIKI Rasional
1 Bersihan jalan Luaran utama : Intervensi - Untuk melatih
napas tidak Bersihan jalan Utama : batuk yang
efektif b/d napas - Latihan efektif
mucus dalam Luaran batuk efektif - Untuk
jumlah Tambahan : - Manajemen mebebaskan
berlebihan, - Kontrol gejala jalan napas jalan napas
peningkatan - Pertukaran gas - Pemantauan - Untuk
produksi - Respons alergi respirasi memantau
mucus, eksudat lokal respirasi
dalam alveoli - Respon alergi
dan sistemik
bronkospasme. - Respon
ventilasi
mekanik
- Tingkat
infeksi
2 Pola napas Luaran Utama : Intervensi - Untuk
tidak efektif Pola napas Utama : membebaskan
b/d keletihan Luaran - Manajemen jalan napas
otot Tambahan : jalan napas - Untuk
pernapasan dan - Berat badan - Pemantauan memantau
deformitas - Keseimbangan respirasi respirasi
dinding dada asam basa
- Konservasi
energi
- Status
neurologis
- Tingkat
ansietas
- Tingkat
keletihan
- Tingkat nyeri
3 Gangguan Luaran Utama : Intervensi - Untuk
pertukaran gas Pertukaran gas Utama : memantau
b/d retensi Luaran - Pemantauan respirasi
karbon Tambahan : respirasi - Untuk
dioksida - Keseimbangan - Terapi membantu
asam basa oksigen bernapas dan
- Konservasi mendapatkan
energi oksigen yang
- Perfusi paru cukup
- Respon
ventilasi
mekanik
- Tingkat
delirium
4. Penurunan Luaran Utama : Intervensi - Untuk
curah jantung Curah jantung Utama : memantau
b/d tekanan Luaran - Perawatan jantung merawat
partial oksigen Tambahan : jantung dan membatasi
dialveoli - Perfusi - Perawatan kompikasi
menurun miokard jantung akut akibat
- Perfusi renal ketidakseimban
- Perfusi perifer gan antara
- Perfusi suplai dan
serebral konsumsi oksien
- Status cairan miokard
- Status - Untuk
neurologis mengetahui
- Status ketidakseimban
sirkulasi gan antara
- Tingkat ketidakseimban
keletihan gan ketersediaan
dan kebutuhan
oksigen miokard

2.2.5 Implementasi Keperawatan


Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah di susun pada tahap perencanaan. Ukuran
intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan
dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan
untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan
yang muncul dikemudian hari.
2.2.6 Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan akhir proses keperawatan yang terdiri dari
evaluasi proses (formatif) dan evaluasi hasil (sumatif). Evaluasi formatif
adalah evaluasi yang dilakukan setelah perawat melakukan tindakan
keperawatan yang dilakukan terus menerus hingga mencapai tujuan.
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setiap hari setelah semua
tindakan sesuai diagnosa keperawatan dilakukan evaluasi sumatif terdiri
dari SOAP (Subjek, Objek, Analisis, Planning).
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
1. BIODATA
a. Identitas Klien
Nama : Ny. D
Umur : 63 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Sunda
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Cisurupan
Diagnosa Medis : Asma
Tanggal Pengkajian : 7 Januari 2022 (12.00)
b. Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny. T
Umur : 39 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Sunda
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Cisurupan
Hubungan dengan klien : Anak
2. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT
Klien mengatakan batuk disertai sesak 2 hari sebelum masuk Rs Guntur, sesak tidak berkurang walau sudah di beri o2. Nafsu

makan hilang, lemah. Kien tidak berobat sebelum dibawa ke Rs guntur dan tidak minum obat apapun, kemudian klien dibawa

IGD Rs guntur .

3. KELUHAN UTAMA

Sesak
4. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Klien mengeluh sesak karena batuk, sesak seperti di timpa beban berat di dada dan sesak berkurang ketika berbaring dan
sesak bertambah jika bergerak.
5. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Klien mengatakan baru pertama kali mengalami hal ini, klien juga memiliki riwayat alergi obat paracetamol dan neurobion.
6. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Klien mengatakan dikeluarganya belum ada penyakit seperti Ny. D rasakan. Klien mengatakan keluarganya tidak memiliki
penyalit turunan seperti DM, hipertensi, jantung dan penyakit menular lainnya.

7. DATA BIOLOGIS
a. Aktivitas kehidupan sehari-hari / Activity Daily Living (ADL)

No ADL Saat di Kaji

1 Nutrisi
Makan
- Jenis Menu - Bubur, Mpasi, kue mari
- Frekuensi - Tiga kali/hari
- Porsi - 1 Porsi
- Pantangan - Tidak ada
- Keluhan - Tidak ada
Minuman
- Jenis Minum - Air Putih
- Frekuensi - ±8 gelas/hari
- Pantangan - Tidak ada
- Keluhan - Tidak ada

2 Istirahat dan tidur


Malam
- Berapa Jam - ± 7 jam/hari
- Dari jam_s.d Jam_ - 22.00 s.d Jam 05.00 WIB
- Kesukaran Tidur - Jika sudah terbangun
No ADL Saat di Kaji

susah untuk tidur lagi


Siang
- Berapa Jam - 1-2 jam
3 Eliminasi
BAK
- Frekuensi - ±5-6 kali/hari
- Jumlah - ±1,5 liter
- Warna - Khas
- Kesulitan - Tidak ada
BAB
- Frekuensi - ±1 kali/hari
- Warna - Coklat
- Konsistensi - Padat
- Kesulitan - Tidak ada

4 Personal Hygiene
Mandi
- Frekuensi - ±2 kali/hari
- Menggunakan sabun - ±2 kali/hari
- Frekuensi gosok gigi - ±2 kali/hari
- Gangguan - Tidak ada
Berpakaian
- Frekuensi ganti - ±1 kali/hari
pakaian
5 Mobilitas dan aktivitas
- Aktifitas yang - ADL sebagian dibantu
dilakukan orang lain (Lemas)
No ADL Saat di Kaji

- Kesulitan - Tidak ada

b. Pemeriksaan Fisik

Penampilan umum : Baik


Kondisi umum : Compos mentis
TTV : TD : 150/80 mmHg Nadi : 89 x/menit,
RR : 29x/menit Suhu : 36,7˚C
BB : 55 kg
TB : 150 cm
1) Kepala dan rambut
Rambut bersih, bentuk kepala bulat (brakhiocephalus), simetris, nyeri tekan (-), dan pembesaran di area kepala (-)
2) Mata
Simetris, kelopak mata oedema (-), peradangan (-), luka (-), konjungtiva dan sclera merah muda, pupil isokor, lapang
pandang normal, penglihatan baik.
3) Telinga
Simetris, nyeri tekan (-), lesi (-), peradangan (-), penumpukan serumen (-), pendengaran kurang baik.
4) Hidung
Bersih, simetris, pembesaran / polip (-), bentuk tulang hidung normal, penciuman baik.
5) Mulut dan faring
Warna bibir merah muda, kelainan kongenital bibir (-), caries gigi (-), gigi palsu (-), bau mulut (-).
6) Wajah
Kelumpuhan otot-otot fasialis (-), bentuk wajah normal, luka /lesi (-).
7) Leher
Simetris, pembersaran kelenjar tiroid (-), vena jugularis (-).
8) Payudara
Simetris, pembengkakan (-), bentuk melingkar, nyeri tekan (-), benjolan massa (-).
9) Torak dan Paru
Simetris, normal, respirasi 29 x/menit, pernapasan cuping hidung (+), taktil/vocal fremitus getaran antara kanan dan kiri
sama, suara paru sonor, suara napas tambahan (+).
10) Jantung
Bunyi jantung 1 “lub”, bunyi jantung 2 “dub”, suara murmur (+), pembengakan dada (-), gallop (-).
11) Abdomen
Terdapat stretc mark
12) Genetalia
Penyebaran rambut pubis merata, pembengkakan/benjolan (-), nyeri tekan (-), perdarahan (+) kater urin (+).
13) Ekstermitas / musculoskeletal
Tonus otot aktif, kekuatan otot 5 5
1 5
8. PENGOBATAN
Infus Asering 20 tpm (makro)
Omeprazole 1x40
Methylprednisolone 2x62,5
Levofloxacin 1x750
Inhalasi velutin 3x1

3.2 ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1 DS: Klien mengatakan Faktor pencetus (allergen, Bersihan jalan
napas tidak efektif
sesak napas dan batuk stress, cuaca)
berdahak
DO: Antigen yang terikat IgE pd
permukaan sel mat atau
- Bunyi napas
basophil
wheezing &
ronchi
Mengeluarkan mediator:
- Klien terpasang histamin, platelet, bradikinin,
dll
No Data Etiologi Masalah
O2
- Pasien terlihat
Permeabilitas kapiler
sesak nafas dan meningkat
batuk
Edema mukosa, sekresi
- Hasil TTV
produktif, konntriksi otot
TD:150/80mmHg polos meningkat
RR:29x/m
Nadi: 89x/m Spasme otot polos sekresi
kelenjar bronkus meningkat
-

Penyempitan/obstruksi
priksimal dari bronkus pd
tahap ekspirasi dan inspirasi

Mucus berlebih
Batuk
Wheezing
Sesak nafas

Bersihan jalan Nafas Tidak


Efektif
No Data Etiologi Masalah

2 DS: Faktor pencetus (allergen, Pola napas tidak


efektif
- Klien mengeluh stress, cuaca)
merasa sangat
berat di dada saat Antigen yang terikat IgE pd
permukaan sel mat atau
bernapas
basophil
- Klien mengatakan
merasa sulit
Mengeluarkan mediator:
bernapas dan tidak histamin, platelet, bradikinin,
dll
mampu bernapas
normal
Permeabilitas kapiler
DO:
meningkat
- Frekuensi napas
29x/m Edema mukosa, sekresi
produktif, konntriksi otot
- Terdapat suara
polos meningkat
wheezing dan
ronchi
Spasme otot polos sekresi
- Terpasang oksigen kelenjar bronkus meningkat
No Data Etiologi Masalah

Penyempitan/obstruksi
priksimal dari bronkus pd
tahap ekspirasi dan inspirasi

Mucus berlebih
Batuk
Wheezing
Sesak nafas

Tekanan partial oksigen di


alveoli menurun

penyempitan jalan pernafasan

peningkatan kerja otot


pernafasan

Pola Nafas Tidak Efektif


3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d mucus dalam jumlah berlebihan, peningkatan produksi mucus, eksudat dalam alveoli
dan bronkospasme
2. Pola napas tidak efektif b/d keletihan otot pernapasan dan deformitas dinding dada

2.1 INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No SDKI SLKI SIKI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI


1 Bersihan Setelah dilakukan Observasi - Untuk mengidentifikasi - Mengidentifikasi S:
jalan napas tindakan - Identifikasi kemampuan batuk kemampuan Klien mengatakan
tidak efektif keperawatan, kemampuan batuk - Untuk mngetahui adanya batuk klien batuk sedikit
diharapkan - Monitor adanya retensi sputum - Memonitor Klien mengatakan
masalah retensi sputum - Untuk mengetahui adanya sputum sesaknya
keperawatan - Monitor tanda dan adanya tanda dan gejala - Memonitor tanda bekurang
teratasi dengan gejala infeksi saluran infeksi saluran napas dan gejala infeksi Klien mengatakan
kriteria hasil: napas - Untuk mengetahui input saluran nafas lega setelah di
- Produksi - Monitor input dan dan output cairan - Memonitur input beikan nebulizer
sputum output cairan ( mis. - Untuk mempertahankan dan output
menurun jumlah dan jalan napas klien cairaan O:
- Mengi menurun karakteristik) - Mengatur posisi Klen tampak
- Ronkhi Terapeutik semi fowler rileks dan sesak
menurun - Atur posisi semi- - Menjelaskan berkurang
- Wheezing Fowler atau Fowler tujuan dan S : 36, 2C
menurun - Pasang perlak dan prosedur batuk N : 82 x/m
bengkok di pangkuan efektif RR : 21 x/m
pasien - Ajarkan tarik SPO2 : 97%
- Buang sekret pada napas dalam
tempat sputum A:
Edukasi Masalah teratasi
- Jelaskan tujuan dan sebagian
prosedur batuk efektif
- Anjurkan tarik napas P:
dalam melalui hidung Lanjutkan
selama 4 detik, intervensi
ditahan selama 2
detik, kemudian
keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8
detik
- Anjurkan mengulangi
tarik napas dalam
hingga 3 kali
- Anjurkan batuk
dengan kuat langsung
setelah tarik napas
dalam yang ke-3
-
2 Pola napas Setelah dilakukan Observasi - Untuk mengetahui - Memonitor pola S:
tidak efektif tindakan - Monitor pola nafas frekuensi kedalaman napas ( RR : Klien
keperawatan, (frekuensi, napas dan usaha napas 22x/menit, mengatakan
diharapkan kedalaman, usaha - Untuk mengetahui adanya retraksi sesak napas
masalah nafas) adanya bunyi tambahan dinding dada) berkurang
keperawatan - Monitor bunyi nafas seperti wheezing, - Memonitor bunyi
teratasi dengan tambahan ronkhi, atau mengi napas (adanya O:
kriteria hasil: - Monitor sputum - Untuk mengetahui bau wheezing dan Retraksi dinding
- Penggunaan atau warna sputum ronki) dada klien sedikit
otot bantu napas Terapeutik - Untuk mengurangi rasa - Memonitor berkurang
menurun - Pertahankan sesak yang dialami oleh sputum Klien terpasang
- Pemanjangan kepatenan jalan nafas klien - Mempertahankan O2 3L
fase ekspirasi dengan head-tlit dan - Pasien merasa tenang jalan napas S : 36, 2C
menurun chin-lift dan nyaman - Mempoisikan N : 82 x/m
- Pernapasan - Posisikan semi fowler - Untuk memperlancar klien semi fowler RR : 21 x/m
cuping hidung atau fowler keluarnya sputum - Memberikan SPO2 : 97%
menurun - Berikan minum - Untuk membantu napas minuman hangat
hangat klien - Memberikan A:
- Lakukan fisioterapi - Untuk mengurangi oksigen (3L) Masalah teratasi
dada, jika perlu terjadinya batuk - Menganjurkan sebagian
- berikan oksigen - Untuk mengurangi klien banyak
minum P:
Edukasi - Mengajakan klien Lanjutkan
- anjurkan asupan batuk efektif intervensi
cairan 2000 ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi
- ajarkan Teknik batuk
efektif
2.2 CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal Dx Catatan Perkembangan Paraf


08/01/ 2022 09.00 WIB Kelompok
S: 8
- Klien mengatakan batuk berkurang
- Klien mengatakan sesak napas
berkurang
O:
- Batuk (+)
- Sesak napas berkurang
- Wheezing (+), Ronki (+)
- RR : 27x/m
- S : 36,5C
- N : 88x/m
- TD : 130/80mmHg
- SPO2 : 95%
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I:
- Monitor TTV
- Monitor pola napas
- Monitor bunyi tambahan
- Montor intake dan output cairan
- Pemasangan oksigen
- Posisikan semi fowler

19.00 WIB
S:
- Klien mengeluh masih batuk
- Klien mengatakan sesak berkurang
O:
- Retraksi dinding dada berkurang
- Klien terpasang oksigen
- Sesak napas berkurang
- Suara tambahan wheezing dan ronki
- RR : 27x/m
- S : 36,7C
- N : 89x/m
- TD : 120/80mmHg
- SPO2 : 94%
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
05.00 WIB
S:
- Klien mengeluh batuk sedikit
- Klien mengatakan masih sedikit sesak
O:
- Otot bantu napas berkurang
- Klien terpasang oksigen
- RR : 24x/m
- S : 36,4C
- N : 87x/m
- TD : 120/80mmHg
- SPO2 : 95%
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjurkan intervensi
I:
- Monitor TTV
- Monitor pola napas
- Monitor bunyi tambahan
- Montor intake dan output cairan
- Pemberian terapi obat dan nebu
- Posisikan semi fowler
10/01/2022 08.00 WIB Kelompok
S: 8
- Klien mengatakan sesaknya berkurang
O:
- Kesadaran umum baik
- Klien terpasang oksigen
- Suara tambahan wheezing dan ronkhi
- S : 36,6C
- RR : 24x/m
- N : 89
- TD : 120/73 mmHg
- SPO2 : 96%
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

17.00 WIB
S:
- Klien mengatakan sesak sedikit
- Klien mengatakan sakit kepala
O:
- Klien terpasang oksigen
- Suara tambahan wheezing dan ronkhi
- RR : 24x/m
- S : 36,5C
- N : 90x/m
- TD : 140/80mmHg
- SPO2 : 97%
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
21.00 WIB
S:
- Klien mengatakan sedikit sesak
O:
- Terpasang oksigen
- RR : 23x/m
- S : 36,5C
- N : 86x/m
- TD : 140/80mmHg
- SPO2 : 96%
A : Masalah terataasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I:
- Monitor TTV
- Monitor pola napas
- Monitor bunyi tambahan
- Montor intake dan output cairan
- Pemberian terapi obat dan nebu
11/01/2022 10.00 WIB Kelompok
S: 8
- Klien mengatakan sesaknys sedikit lagi
O:
- Klien terpang oksigen
- Suara tambahan wheezing dan ronkhi
- RR : 23x/m
- S : 36,5C
- N : 88x/m
- TD : 120/80mmHg
- SPO2 : 96%
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

15.00 WIB
S:
- Klien mengatakan sesaknya sudah
membaik
O:
- Klien tampak rileks
- Kesadaran umum baik
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
I : Persiapan pulang
E : Up infus
BAB IV
PEMBAHASAN
1.1 Pembahasan
Dalam pembahasan ini penulisakan membahas tentang hal-hal yang
mendukung dan menghambat serta kesenjangan antara teori dan kenyataan
yang penulis dapatkan selama melakukan Asuhan Aeperawatan Pada Ny. D
dengan gangguan pernapasan : asma bronkhiale di ruang mawar 15 RS TNI
Guntur Garut yang dilakukan mulai tanggal 7 Januari 2022 sampai 11
Januari 2022. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan penulis
menggunakan pendekatan proses Keperawatan yang terbagi dalam lima
tahapan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
1.1.1 Tahap Pengkajian
Dalam pengumpulan data penulisan menggunakan teknik wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik, studi literatur dan studi dokumentasi (Ridwan
Setiawan, 2016) Dalam tahap pengkajian ini, penulis mampu
mengumpulkan data, menganalisa data, merumuskan masalah,
memprioritaskan masalah, dan menegakan diagnosa Keperawat Ny. D
dalam melakukan pengkajian pada Ny. D, penulis tidak menemukan
hambatan karena Ny. D merespon dengan baik, bersikap kooperatif dan Ny.
D mengungkapkan masalah kesehatan yang terjadi sehingga dapat
membantu kelancaran pada tahap pengkajian. Maka dari itu penulis dapat
mengumpulkan data yang berupa data umum dan data khusus. Pada tahap
pengkajian ditemukan kesenjangan antara data teoritis dengan hasil
pengkajian padan Ny. D yaitu secara teoritis tanda dan gejala yang muncul
pada klien Asma Bronkhial manifestasi klinis Asma bukan suatu penyakit
spesifik tetapi merupakan sindrom yang dihasilkan mekanisme multiple
yang akhirnya menghasilkan kompleks gejala klinis termasuk obstruksi
jalan napas reversible. Ciri-ciri yang sangat penting dari sindrom ini di
antaranya dispnea, suara mengi, obstruksi jalan napas reversible terhadap
bronkodilator, bronkus yang hiperesponsitif terhadap berbagai stimulasi
baik yang spesifik maupun yang nonspesifik, dan peradangan saluran
pernapasan. Semua ciri-ciri tadi tidak harus terdapat bersamaan. Serangan
asma ditandai dengan batuk, mengi, serta sesak napas. Gejala yang sering
terlihat jelas adalah penggunaan otot napas tambahan, dan timbulnya pulsus
paradoksus (Djojodibroto, 2016).
Namun pada kenyataan yang ditemukan pada Ny. D hanya tanda
tanda gejala sebagai berikut :
1) Sesak napas
2) Batuk
3) Suara tambahan wheezing dan ronkhi
1.1.2 Tahap Diagnosa Keperawatan
Penulis juga dapat menganalisa masalah dan merumuskan masalah serta
memprioritaskan masalah kesehatan dan yang selanjutnya membuat
diagnosa keperawatan. diagnosa keperawatan pada klien dengan Asma
adalah :
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d mucus dalam jumlah berlebihan,
peningkatan produksi mucus, eksudat dalam alveoli dan bronkospasme
2. Pola napas tidak efektif b/d keletihan otot pernapasan dan deformitas
dinding dada
3. Gangguan pertukaran gas b/d retensi karbon dioksida
4. Penurunan curah jantung b/d tekanan partial oksigen dialveoli menurun
Tetapi setelah dilakukan tahap pengkajian kepada Ny. D berdasarkan analisa
data yang diperoleh terdapat beberapa masalah keperawatan yaitu:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d mucus dalam jumlah berlebihan,
peningkatan produksi mucus, eksudat dalam alveoli dan bronkospasme
2. Pola napas tidak efektif b/d keletihan otot pernapasan dan deformitas
dinding dada
1.1.3 Tahap Perencanaan
Perencanaan tindakan keperawatan merupakan salah satu tahap dari
proses keperawatan dimulai dari penentuan tujuan (umum/khusus),
penetapan standar dan kriteria serta menentukan perencanaan untuk
mengatasi masalah keluarga. Rencana tindakan ini diarahkan untuk
membantu keluarga mengubah pengetahuan menjadi lebih baik, mengubah
sikap yang mendukung prilaku sehat, dan mengubah prilaku kearah yang
lebih baik (Dion, 2013). Dalam tahap perencanaan tindakan yang akan
dilakukan sesuai dengan masalah yang terjadi pada Ny. D penulis
menyesuaikan perencanaan dengan sumber daya dan faktor penunjang
lainnya untuk tercapainya tujuan dari asuhan keperawatan tersebut.
Perencanan dalam askep ini yaitu :
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Observasi
- Identifikasi kemampuan batuk
- Monitor adanya retensi sputum
- Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
- Monitor input dan output cairan ( mis. jumlah dan karakteristik)
Terapeutik
- Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
- Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
- Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
- Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik
- Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
- Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke-
3
Pola Napas Tidak Efektif
Observasi
- Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
- Monitor bunyi nafas tambahan
- Monitor sputum
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tlit dan chin-lift
- Posisikan semi fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- berikan oksigen
Edukasi
- anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
- ajarkan Teknik batuk efektif
1.1.4 Tahap Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari tindakan keperawatan yang
sudah di tentukan sebelumnya (Dion, 2013). Adapun implementasi yang
dilakukan terhadap masalah keperawatan pada Ny. D yakni:
- Mengidentifikasi kemampuan baatu klien
- Memonitor adanya sputum
- Memonitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
- Memonitur input dan output cairaan
- Mengatur posisi semi fowler
- Menjelakan tujuan dan prosedur batuk efektif
- Ajarkan tarik napas dalam
- Memonitor pola napas ( RR : 22x/menit, adanya retraksi dinding dada)
- Memonitor bunyi napas (adanya wheezing dan ronki)
- Memonitor sputum
- Mempertahankan jalan napas
- Mempoisikan klien semi fowler
- Memberikan mnuman hangat
- Memberikan oksigen (3L)
- Menganjurkan klien banyak minum
- Mengajakan efektif
- Memberikan terapi obat
 Infus Asering 20 tpm (makro)
 Omeprazole 1x40
 Methylprednisolone 2x62,5
 Levofloxacin 1x750
 Inhalasi velutin 3x1
1.1.5 Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahapan untuk menilai sejauh mana hasil
yang telah dicapai selama melakukan asuhan keperawatan keluarga (Dion,
2013). Hasil evaluasi yang didapatkan setelah dilakukan implementasi
yaitu : Klien mengatakan nyeri berkurang, makan sedikit tapi sering
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan Asuhan Keperawatan pada Ny. D maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa pengkajian merupakan tahap yang penting untuk menggali
dan mengetahui masalah yang timbul. Melalui data data yang ditemukan penulis
bisa menentukan masalah dan diagnosa yang muncul pada Ny. D penulis juga bisa
memberikan intervensi, implementasi dan evaluasi akhir yang sangat diinginkan.
5.2 Saran
Hasil Asuhan Keperawatan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengalaman bagi pembaca dalam pembuatan asuhan keperawatan dasar dalam
penyakit Asma Bronkhial. Petugas kesehatan diharapkan dapat meningkatkan
peran sertanya di masyarakat dalam memberikan informasi tentang penyakit,
sehingga masyarahat dapat memahami jelas tentang penyakit yang dideritanya.
DAFTAR PUSTAKA

Djojodibroto, D. (2016). Respirologi (Respiratory Medecine). (J. Suyono & E.


Melinda, Eds.) (2nd ed.). Jakarta: EGC.

Kowalak, J., P., Welsh, W., & Mayer, B. (2012). Buku ajar patofisiologis
(professional guide to pathophysiology). Jakarta : EGC.

Muttaqin, A. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan.


Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan. Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.

Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan dan Aplikasinya. Penerbit Salemba.


Medika, Jakarta.

Nursalam. (2011). Proses dan dokumentasi keperawatan, konsep dan praktek.


Jakarta : Salemba Medika.

Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.


Jakarta: DPP PPNI

Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.


Jakarta: DPP PPNI

Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI

Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan


Sistem Pernapasan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan.


Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai