Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

D DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERNAPASAN: ASMA BRONKHIALE DI RUANG MAWAR 15
RUMAH SAKIT TK.IV 03.07.04 GUNTUR GARUT

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah I
Program Studi Profesi Ners

Disusun Oleh :
Dila Nurhamdilah (KHGD21099)
Ega Silvia (KHGD21045)
Farerine Fishshuri (KHGD21100)
Ilma Septianti (KHGD21037)
Indri Yuliani (KHGD21036)
Mega Apryanti (KHGD21059)
Moch Mugni Faisal (KHGD21027)
Kadinda Intan Septiara (KHGD21001)
Putri Krismayani (KHGD21076)
Sela Triana Rohmatika (KHGD21078)
Wilda Siti Nurjanah (KHGD21038)
Yuli Ratnasari (KHGD21073)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KARSA HUSADA GARUT 2021/2022
KATA PENGATAR

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat Rahmat Karunia serta izin-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas stase
Keperawatan Medikal Bedah I yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. D
Dengan Gangguan Pernapasan : Asma Bronkhial Di Ruang Mawar 15 RS TK.IV
03.07.04 Guntur Garut”.
Peneliti menyadari dalam penulisan tugas ini masih banyak kekurangan,
namun terlepas dari segala kekurangan yang ada, semoga dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak yang membacanya. Akhir kata semoga amal kebaikan
yang telah diberikan oleh semua pihak kepada peneliti mendapatkan balasan dari
Allah Subhanahuwata`ala yang berlipat ganda dan semoga laporan ini dapat
bermanfaat untuk saya pribadi pada khususnya dan pembaca lain pada umumnya,
Aamiin.

Garut, Januari 2022

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................1
1.2. Tujuan.................................................................................................2
1.3. Manfaat Studi Kasus...........................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................4
2.1 Konsep Asma Bronkhial.....................................................................4
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan...........................................................10
BAB III TINJAUAN KASUS............................................................................19
3.1 Pengkajian.........................................................................................19
3.2 Analisa Data......................................................................................24
3.3 Diagnosa Keperawatan.....................................................................26
3.4 Proses Keperawatan (Intervensi, Implementasi, Evaluasi)...............27
3.5 Catatan Perkembangan......................................................................30
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................34
4.1 Pembahasan.......................................................................................34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................39
5.1 Kesimpulan.......................................................................................39
5.2 Saran .................................................................................................39
EVIDENCE BASED PRACTICE........................................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asma bronchial merupakan penyakit pada saluran pernapasan yang
bersifat kronis. Kondisi ini disebabkan oleh peradangan saluran pernapasan yang
menyebabkan hipersensitivitas bronkus terhadap rangsang dan obstruksi pada
jalan napas. Gejala klinis dari penyakit asma yang biasanya muncul berupa mengi
(wheezing), sesak napas, nyeri dada dan batuk yang bervariasi dari waktu ke
waktu dengan keterbatasan aliran udara ekspirasi. Gejala-gejala teersebut biasanya
akan memburuk pada malam hari, terpapar alergen (seperti debu, asap rokok) atau
saat sedang mengalami sakit seperti demam (Global Initiative of Asthma, 2018).
Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO), pada tahun 2016
dinyatakan bahwa perkiraan jumlah penderita asma bronchial seluruh dunia
adalah 325 juta orang dengan angka prevalensi yang terus meningkat terutama
pada anak-anak, tercatat pada tahun 2015 sebanyak 383.000 orang meninggal
karena asma bronchial. Asma bronchial merupakan masalah kesehatan yang
banyak ditemukan di masyarakat dan memiliki angka kesakitan dan kematian
yang tinggi. Saat ini diperkirakan sebanyak 235 juta orang menderita asma
bronchial di dunia (WHO, 2017).
Dampak serangan asma yang parah dapat menyebabkan gagal napas
(terjadi bila pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak
dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan terjadi pembentukan karbondioksida
dalam sel-sel tubuh). Saluran napas dapat tertutup sepenuhnya dan pengobatan
tidak lagi dapat berpengaruh. Kondisi ini dapat menyebabkan kematian jika tidak
segera ditangani (Kurniawan Adi Utomo, 2015).
Saat ini penyakit asma masih menunjukkan prevalensi yang tinggi.
Berdasarkan data dari WHO (2002) dan GINA (2011), di seluruh dunia
diperkirakan terdapat 300 juta orang menderita asma dan tahun 2025 diperkirakan
jumlah pasien asma mencapai 400 juta. Jumlah ini dapat saja lebih besar
mengingat asma merupakan penyakit yang underdiagnosed. Buruknya kualitas
udara dan berubahnya pola hidup masyarakat diperkirakan menjadi penyebab
2

meningkatnya penderita asma. Data dari berbagai negara menunjukkan bahwa


prevalensi penyakit asma berkisar antara 1-18% (Infodatin, 2017). Prevalensi
asma di Indonesia menurut data Survei Kesehatan Rumah Tangga sebesar 4%.
Sedangkan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2017, prevalensi
asma untuk seluruh kelompok usia sebesar 3,5% dengan prevalensi penderita
asma pada anak usia 1 - 4 tahun sebesar 2,4% dan usia 5 - 14 tahun sebesar 2,0%.
(Infodatin, 2017).
Peran perawat untuk merawat pasien dengan Asma adalah melalui
pendekatan proses keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan melalui
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan dan evaluasi keperawatan. Perawat juga perlu memberikan dukungan
dan motivasi kepada pasien dan keluarga untuk tetap menjaga kesehatan,
menyarankan kepada pasien dan keluarga agar tetap tabah, sabar, dan berdoa agar
diberikan kesembuhan, serta keluarga dapat merawat pasien dirumah dengan
mengikuti semua anjuran dokter dan perawat.
Berdasarkan data di atas, penulis tertarik untuk menyusun sebuah tugas
kelompok dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. D dengan gangguan
pernapasan : Asma Bronkhial di Ruangan Mawar no 15 di RS TNI Guntur”.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mampu menggambarkan Asuhan Keperawatan pada Ny.D dengan Asma
Bronkhial di Ruang Mawar no 15 RUMKIT TK.IV 03.07.04 Guntur Garut
1.2.2 Tujuan khusus
1) Mampu mengidentifikasi pengkajian pada Ny.D dengan Asma
Bronkhial di Ruang Mawar no 15 Rumkit TK.IV 03.07.04 Guntur Garut
2) Mampu merumuskan diagnosa Keperawatan pada Ny.D dengan Asma
Bronkhial di Ruang Mawar no 15 Rumkit TK.IV 03.07.04 Guntur Garut
3) Mampu menetapkan intervensi keperawatan pada Ny.D dengan Asma
Bronkhial di Ruang Mawar no 15 Rumkit TK.IV 03.07.04 Guntur Garut
4) Mampu melaksanakan implementasi pada Ny.D dengan Asma
3

Bronkhial di Ruang Mawar no 15 Rumkit TK.IV 03.07.04 Guntur Garut


5) Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. Ddengan Asma
Bronkhial di Ruang Mawar no 15 Rumkit TK.IV 03.07.04 Guntur Garut

1.3 Manfaat Studi Kasus


1.3.1 Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis khususnya
dibidang keperawatan dengan masalah Asma Bronkhial
1.3.2 Bagi Institusi
Sebagai acuan dalam kegiatan proses belajar dan bahan pustaka tentang
asuhan keperawatan dengan masalah Asma Bronkhial
1.3.3 Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan yang diperlukan dalam pelaksanaan praktik
pelayanan keperawatan khususnya keperawatan dengan masalah Asma
Bronkhial
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori Asma


2.1.1 Definisi Asma
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran napas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
peradangan, penyempitan ini bersifat berulang namun reversible dan diantara
episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih
normal (Sylvia A. Price, 2015). Asma adalah suatu penyakit dengan ciri
meningkatnya respon trakhea dan bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan
manifestasi adanya penyempitan jalan napas yang luas dan derajatnya dapat
berubah-ubah secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Muttaqin, 2008).
2.1.2 Etiologi Asma
Menurut berbagai penelitian patologi dan etiologi asma belum diketahui
dengan pasti penyebabnya, akan tetapi hanya menunjukkan rasa gejala asma yaitu
inflamasi dan respon saluran napas yang berlebihan ditandai dengan adanya kalor
(panas karena vasodilatasi), tumor (plasma dan edema), dolor (rasa sakit karena
rangsangan sensorik) dan function laesa (fungsi yang terganggu) dan radang harus
disertai dengan infiltrasi sel-sel radang (Sudoyo, 2009). Beberapa faktor penyebab
asma, antara lain jenis kelamin, umur, status atropi, faktor keturunan, serta faktor
lingkungan.
Menurut (Wijaya & Putri, 2013) dalam bukunya dijelaskan klasifikasi
asma berdasarkan etiologi adalah sebagai berikut:
1. Asma Ekstrinsik/alergi
Asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui sudah terdapat
semenjak anak-anak seperti alergi terhadap protein, serbuk sari bulu halus,
binatang, dan debu.
2. Asma Instrinsik/idiopatik
Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya
faktor-faktor non spesifik seperti : flu, latihan ujifisik atau emosi sering

4
5

memicu serangan asma. Asma ini sering muncul/timbul sesudah usia 40


tahun setelah menderita infeksi sinus/ cabang trancheoBronkhial.
3. Asma Campuran
Asma yang terjadi/timbul karena adanya komponen ekstrinsik dan
intrinsik.
Menurut Soemantri (2009) sampai saat ini etiologi asma belum diketahui
dengan pasti, suatu hal yang menonjol pada semua penderita asma adalah
fenomena hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap
rangsangan imunologi ataupun non-imunologi. Oleh karena sifat inilah, maka
serangan asma mudah terjasi ketika rangsangan baik fisik, metabolik, kimia,
alergen, infeksi, dan sebagainya. Penderita asma perlu mengetahui dan sedapat
mungkin menghindari rangsangan atau pencetus yang dapat menimbulkan asma.
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Alergen utama, seperti debu rumah, spora jamur, dan tepung sari
rerumputan.
2. Iritan seperti asap, bau-bauan, dan polutan.
3. Infeksi saluran napas terutama yang disebabkan oleh virus
4. Perubahan cuaca yang ekstrem
5. Kegiatan jasmani yang berlebih
6. Lingkungan kerja
7. Obat-obatan
8. Lain-lain, seperti refluks gastroesofagus.
2.1.3 Faktor Predisposisi
Menuurut Muttaqin (2012) faktor yang dapat menimbulkan
serangan asma Bronkhial adalah sebagai berikut :
1. Alergen
Alergen adalah zat-zat tertentu yang bila diisap atau dimakan dapat
menimbulkan serangan asma misalnya debu rumah, tengau debu
rumah (Dhermatophagoides pteronissynus), spora jamur kucing, bulu
bianatang, beberapa makanan laut, dan sebagainnya.
2. Infeksi saluran pernapasan
6

Infeksi saluran pernapasan terutama disebabkan oleh virus. Virus


influenza merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering
menimbulkan asma bronkhial. Diperkirakan dua pertiga penderita
asma dewasa serangan asma ditimbulkan oleh infeksi saluran pernapasan.
3. Tekanan Jiwa
Tekanan jiwa bukan penyebab asma tetapi pencetus asma, karena banyak
orang yang mendapat tekanan jiwa tetapi tidak menjadi penderita asma
bronkhial. Faktor ini berperan mencetuskan serangan asma terutama pada
orang yang agak labil kepribadiannya. Hal ini telah menonjol pada
wanita dan anak-anak.
4. Olahraga
Sebagian penderita asma bronkhial akan mendapatkan serangan asma bila
melakukan olahraga atau aktivitas fisik yang berlebihan. Lari cepat
dan bersepeda adalah dua jenis kegiatan yang mudah menimbulkan
serangan asma serangan asma karena kegiatan jasmani (exercise induced
asma-EIA) terjadi setelah olahraga atau aktivitas fisik yang cukup
berat dan jarang serangan timbul beberapa jam setelah olahraga.
5. Obat-obatan
Beberapa klien dengan asma Bronkhial sensitif atau alergi terhadap obat
tertentu seperti penisilin, salisilat, beta blocker. Kodein, dan sebagainya.
6. Polusi Udara
Klien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik atau
kendaraan, asap rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran dan
oksida fotokemikal, serta bau yang tajam.
7. Lingkungan Kerja
lingkungan kerja diperkirakan merupakan faktor pencetus yang
menyumbang 2-15% klien dengan asma bronchial.
7

2.1.4 Klasifikasi Asma


Asma diklasifikasikan menjadi dua jenis:
1. Asma bronkhial
Penderita asma Bronkhial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap
rangsangan dari luar seperti debu rumah bulu binatang asap dan bahan lain
penyebab alergi gejala kemunculannya sangat mendadak sehingga
gangguan asma bisa datang secara tiba-tiba jika tidak mendapatkan
pertolongan secepatnya risiko kematian bisa datang gangguan asma
Bronkhial juga bisa muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan
penyempitan saluran pernapasan bagian bawah penyempitan ini akibat
berkerutnya otot polos saluran pernapasan pembengkakan selaput lendir
dan pembentukan timbunan lendir yang berlebihan.
2. Asma kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung gejala asma kardial
biasanya terjadi pada malam hari disertai sesak napas yang hebat kejadian
ini disebut nocturnal biasanya terjadi pada saat penderita sedang tidur.
8

2.1.5 Patofisiologi Asma

Faktor Pencetus Antigen yang Mengeluarkan


aler terikat IgE pd Edema mu
- Alergen mediator: Permeabilitas
cv permukaan sel sekresi pr
- Stress histamin, kapiler
mat atau konntriksi
- Cuaca platelet, meningkat
basophil polos men
- bradikinin, dll
-

Konsen
Spasme otot polos
dalam d
sekresi kelenjar
menuru
bronkus meningkat

Hiperkapnea Gelisah/ansietas
Hipoksem

Penyempitan
/obstruksi priksimal dari Suplai O2 ke Koma
bronkus pd tahap otak menurun
ekspirasi dan inspirasi

Tekanan partial Gangguan Asidosis Suplai da


oksigen Pertukaran metabolik O2 kejan
Mucus berlebih gas berkurang
Batuk dialveoli
Wheezing menurun
Sesak nafas
Suplai O2 ke Penuru
Perfusi jaringa
jaringan output
perifer
menurun
Bersihan jalan
nafas tidak
efektif
Penyempitan Penurunan Tek
jalan nafas curah jantung men
berk

Peningkatan
kerja otot
pernafasan

Pola nafas
tidak efektif
9

2.1.6 Manifestasi Klinis Asma


Asma bukan suatu penyakit spesifik tetapi merupakan sindrom
yang dihasilkan mekanisme multiple yang akhirnya menghasilkan
kompleks gejala klinis termasuk obstruksi jalan napas reversible. Ciri-ciri
yang sangat penting dari sindrom ini di antaranya dispnea, suara mengi,
obstruksi jalan napas reversible terhadap bronkodilator, bronkus yang
hiperesponsitif terhadap berbagai stimulasi baik yang spesifik maupun
yang nonspesifik, dan peradangan saluran pernapasan. Semua ciri-ciri tadi
tidak harus terdapat bersamaan. Serangan asma ditandai dengan batuk,
mengi, serta sesak napas. Gejala yang sering terlihat jelas adalah
penggunaan otot napas tambahan, dan timbulnya pulsus paradoksus
(Djojodibroto, 2016).
2.1.7 Manajemen Umum
Tujuan utama penatalaksanaan adalah meningkatkan dan
mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal
tanpa hambatan dalam melakukann aktivitas sehari-hari. Program
penatalaksanaan asma meliputi 7 komponen, yaitu:
1. Edukasi
Edukasi yang baik dapat menurunkan morbidity dan mortality
2. Menilai dan monitor berat asma secara berkala
Penilaian berkala antara 1-6 bulan dan monitoring asma.
3. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
4. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
Bertujuan untuk mengontrol penyakit
5. Menetapkan pengobatan pada serangan akut
6. Kontrol secara teratur
7. Pola hidup sehat
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi menurut Wijaya & Putri (2014) yaitu :
1. Pneumothorak
2. Pneumomediastium dan emfisema sub kutis
10

3. Atelektasis
4. Aspirasi
5. Kegagalan jantung/ gangguan irama jantung
6. Sumbatan saluran nafas yang meluas / gagal nafas
7. Asidosis
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
1. Spirometer dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup
(nebulizer/inhaler) positif jika peningkatan VEP/KVP > 20%
2. Analisis Gas Darah, hanya dilakukan pada serangan asma berat karena
terdapat hipoksemia, hiperkapnea, dan asidosis respiratorik.
3. Sputum, pewarnaan gram penting utnuk melihat adanya bakteri, cara
tersebut kemudian diikuti dan uji resistensi terhadap antibiotik.
4. Sel Eosinofil, sel eosinofil pada klien dengan asmatikus mencapai 1000-
1500/mm3baik asma intrinsik ataupun ekstrinsik, sedangkan hitungan sel
eosinofil normal antara 100-200/mm3. Perbaikan fungsi paru disertai
penurunan hitung jenis sel eosinofil menunjukkan obat telah tepat.
5. Pemeriksaan Darah rutin dan kimia, jumlah sel leukosit lebih dari
15.000/mm3 terjadi karena infeksi. SGOT dan SGPT meningkat
disebabkan kerusakan hati akibat hipoksia atau hiperkapnea.
6. Pemeriksaan Radiologi, hasil pemeriksaan radiologi pada pasien asma
biasanya normal, tetapi terapi ini harus tetap dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya proses patologi di paru atau
komplikasi asma seperti pneumotoraks, pneumomediastinum, atelektasis,
dan lain-lain.
7. Foto dada AP dan lateral. Hiperinflasi paru, diameter anteroposterior
membesar pada foto lateral, dapat terlihat bercak konsolidasi yang
tersebar.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.1 Fokus Pengkajian
11

Menurut Wijaya dan Putri (2014) pengkajian yang digunakan pada


pasien dengan asma yaitu :
1. Identitas klien : Meliputi nama, Usia, Jenis Kelamin, ras, dll
2. Informasi dan diagnosa medik penting
3. Data riwayat kesehatan Pernah menderita penyakit asma sebelumnya,
menderita kelelahan yang amat sangat dengan sianosis pada ujung jari.
4. Riwayat kesehatan sekarang
a. Biasanya klien sesak nafas, batuk-batuk, lesu tidak bergairah, pucat tidak
ada nafsu makan, sakit pada dada dan pada jalan nafas.
b. Sesak setelah melakukan aktivitas
c. Sesak nafas karena perubahan udara dan debu
d. Batuk dan susah tidur karena nyeri dada.
5. Riwayat kesehatan keluarga
a. Riwayat keluarga yang memiliki asma
b. Riwayat keluarga yang menderita penyakit alergi seperti rinitis alergi,
sinustis, dermatitis, dan lain-lain.
6. Ativitas / istirahat
a. Keletihan, kelelahan, malaise
b. Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit
bernafas.
c. Ketidakmampuan untuk tidur perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.
d. Dispnea pada saat istirahat, aktivitas dan hiburan.
7. Makanan dan cairan : mual/muntah, nafsu makan menurun, ketidakmampuan
untuk makan
8. Sirkulasi
a. Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah
b. Tanda : Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi paru, distensi
vena leher, warna kulit-membran mukosa : normal-abu-abusianosis,
pucat dapat menunjukkan anemia.
9. Integritas ego
a. Gejala : Mual, muntah, perubahan pola tidur.
12

b. Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsangan.


10. Makanan cairan
a. Gejala : Mual, muntah, nafsu makan buruk anoreksia, ketidakmampuan
untuk makan karena disstres pernafasan.
b. Tanda : Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat, penurunan
berat badan
11. Hygiene
a. Gejala : Penurunan kemampuan, penurunan kebutuhan bantuan
melakukan aktivitas
b. Tanda : Kebersihan tubuh kurang, bau badan
12. Pernafasan
a. Gejala : Nafas pendek, dispnea usus saat beraktivitas, rasa dada tertekan
ketidakmampuan untuk bernafas, batuk menetap dengan produksi sputum
setiap hari selama 3 bulan berturut-turut, episode batuk hilang timbul,
iritan pernafasan dalam jangka panjang, misalnya : merokok, debu, asap,
bulu-bulu, serbuk gergaji.
b. Tanda : Pernafasan biasa cepat dan lambat, penggunaan otot bantu
pernafasan, kesulitan berbicara, pucat, sianosis pada bibir dan dasar
kuku.
13. Keamanan
a. Gejala : Riwayat reaksi alergi atau sensitif teerhadap zat faktor
lingkungan adanya berulangnya infeksi.
b. Tanda : Keringat, kemerahan.
14. Seksualitas
a. Gejala : Penurunan libido
15. Intervensi sosial
a. Gejala : Ketergantungan, gagal dukungan dari perorangan yang terdekat
penyakit.
b. Tanda : Ketidakmampuan membuat suara atau mempertahankan suara
karena disstres pernafasan, keterbatasan mobilitas fisik,
kelainanhubungan dengan anggota keluarga yang lain.
13

16. Keamanan : riwayat reaksi alergi / sensitif terhadap zat h. Harapan keluarga
Perlu dikaji harapan keluarga terhadap perawat (petugas kesehatan) untuk
membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi.
17. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan Lainnya
18. Terapi
Omeprazole
Levoploxacine

2.2.2 Analisa Data


No Data Etiologi Masalah
1 DS: Klien Faktor pencetus (allergen, stress, Bersihan jalan
mengatakan sesak cuaca) napas tidak
napas dan batuk efektif
berdahak Antigen yang terikat IgE pd
permukaan sel mat atau basophil
DO:
- Bunyi napas
Mengeluarkan mediator: histamin,
wheezing &
platelet, bradikinin, dll
ronchi
- Klien
Permeabilitas kapiler meningkat
terpasang O2
via nasal kanul Edema mukosa, sekresi produktif,
konntriksi otot polos meningkat
- Pasien terlihat
sesak nafas
Spasme otot polos sekresi
dan batuk
kelenjar bronkus meningkat
- Hasil TTV

Penyempitan/obstruksi priksimal
dari bronkus pd tahap ekspirasi
dan inspirasi
14

Mucus berleih Batuk, Wheezing,


Sesak nafas

Bersihan jalan Nafas Tidak


Efektif

2 DS: Faktor pencetus (allergen, stress, Pola napas tidak


- Klien cuaca) efektif
mengeluh
merasa sangat Antigen yang terikat IgE pd
permukaan sel mat atau basophil
berat di dada
saat bernapas
Mengeluarkan mediator: histamin,
- Klien
platelet, bradikinin, dll
mengatakan
merasa sulit
Permeabilitas kapiler meningkat
bernapas dan
tidak mampu Edema mukosa, sekresi produktif,
konntriksi otot polos meningkat
bernapas
normal
Spasme otot polos sekresi
DO:
kelenjar bronkus meningkat
- Dyspnea
- Frekuensi
Penyempitan/obstruksi priksimal
napas 33x/m dari bronkus pd tahap ekspirasi
dan inspirasi
- Terdapat suara
wheezing dan
Mucus berlebih Batuk, Wheezing,
ronchi
Sesak nafas
- Batuk tidak
efektif
Tekanan partial oksigen di alveoli
menurun

penyempitan jalan pernafasan


15

peningkatan kerja otot pernafasan

Pola Nafas Tidak Efektif

3 DS: Klien Faktor pencetus (allergen, stress, Gangguan


mengeluh sesak cuaca) pertukaran gas
napas dan terasa
berat saat Antigen yang terikat IgE pd
permukaan sel mat atau basophil
bernapas
DO:
Mengeluarkan mediator: histamin,
- SPO2= 88%
platelet, bradikinin, dll
- Dyspnea
- Terdengar
Permeabilitas kapiler meningkat
batuk
berdahak Edema mukosa, sekresi produktif,
konntriksi otot polos meningkat
- RR: 33x/m

Konsentrasi O2 dalam darah


menurun

Hipoksemia

Gangguan Pertukaran Gas

2.2.3 Diagnosa Keperawtaan


1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d mucus dalam jumlah berlebihan,
peningkatan produksi mucus, eksudat dalam alveoli dan bronkospasme
2. Pola napas tidak efektif b/d keletihan otot pernapasan dan deformitas
dinding dada
3. Gangguan pertukaran gas b/d retensi karbon dioksida
4. Penurunan curah jantung b/d tekanan partial oksigen dialveoli menurun
16

2.2.4 Perencanaan
No Diagnosa SLKI SIKI Rasional
1 Bersihan Luaran utama : Intervensi Utama : - Untuk melatih
jalan Bersihan jalan - Latihan batuk batuk yang
napas napas efektif efektif
tidak Luaran Tambahan - Manajemen jalan - Untuk
efektif b/d : napas mebebaskan
mucus - Kontrol gejala - Pemantauan jalan napas
dalam - Pertukaran gas respirasi - Untuk
jumlah - Respons alergi memantau
berlebihan lokal respirasi
, - Respon alergi
peningkata sistemik
n produksi - Respon
mucus, ventilasi
eksudat mekanik
dalam - Tingkat infeksi
alveoli dan
bronkospa
sme.

2 Pola napas Luaran Utama : Intervensi Utama : - Untuk


tidak Pola napas - Manajemen jalan membebaskan
efektif b/d Luaran Tambahan napas jalan napas
keletihan : - Pemantauan - Untuk
otot - Berat badan respirasi memantau
pernapasa - Keseimbangan respirasi
n dan asam basa
deformitas - Konservasi
dinding energi
dada - Status
17

neurologis
- Tingkat ansietas
- Tingkat
keletihan
- Tingkat nyeri
3 Gangguan Luaran Utama : Intervensi Utama : - Untuk
pertukaran Pertukaran gas - Pemantauan memantau
gas b/d Luaran Tambahan respirasi respirasi
retensi : - Terapi oksigen - Untuk
karbon - Keseimbangan membantu
dioksida asam basa bernapas dan
- Konservasi mendapatkan
energi oksigen yang
- Perfusi paru cukup
- Respon
ventilasi
mekanik
- Tingkat
delirium
4. Penurunan Luaran Utama : Intervensi Utama : - Untuk
curah Curah jantung - Perawatan memantau
jantung Luaran Tambahan jantung jantung
b/d : - Perawatan merawat dan
tekanan - Perfusi miokard jantung akut membatasi
partial - Perfusi renal kompikasi
oksigen - Perfusi perifer akibat
dialveoli - Perfusi serebral ketidakseimba
menurun - Status cairan ngan antara
- Status suplai dan
neurologis konsumsi
- Status sirkulasi oksien
18

- Tingkat miokard
keletihan - Untuk
mengetahui
ketidakseimba
ngan antara
ketidakseimba
ngan
ketersediaan
dan kebutuhan
oksigen
miokard

2.2.5 Implementasi Keperawatan


Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah di susun pada tahap perencanaan. Ukuran
intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan
dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan
untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan
yang muncul dikemudian hari.
2.2.6 Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan akhir proses keperawatan yang terdiri dari
evaluasi proses (formatif) dan evaluasi hasil (sumatif). Evaluasi formatif
adalah evaluasi yang dilakukan setelah perawat melakukan tindakan
keperawatan yang dilakukan terus menerus hingga mencapai tujuan.
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setiap hari setelah semua
tindakan sesuai diagnosa keperawatan dilakukan evaluasi sumatif terdiri
dari SOAP (Subjek, Objek, Analisis, Planning).
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
1. BIODATA
a. Identitas Klien
Nama : Ny. D
Umur : 63 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Sunda
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Cisurupan
Diagnosa Medis : Asma
Tanggal Pengkajian : 7 Januari 2022 (12.00)
b. Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny. T
Umur : 39 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Sunda
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Cisurupan
Hubungan dengan klien : Anak
2. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT
Klien mengatakan batuk disertai sesak 2 hari sebelum masuk Rs Guntur,

sesak tidak berkurang walau sudah di beri O2. Nafsu makan hilang, lemah.

Klien terbiasa memakan obat dan sering membawa inhaler, tetapi sesak

19
20

Ny. D tidak kunjung menurun kemudian dibawa klien dibawa IGD Rs

guntur .

3. KELUHAN UTAMA

Sesak

4. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Klien mengeluh sesak karena batuk, sesak seperti di timpa beban berat di
dada dan sesak berkurang ketika berbaring dan sesak bertambah jika
bergerak.
5. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Klien mengatakan sudah mempunyai riwayat asma selama 20 tahun, asma
kambuh jika klien sakit flu batuk, kedingnan, polusi udara yang berlebih
dan debu. Klien juga memiliki riwayat penyakit CHF, alergi obat
paracetamol dan neurobion.
6. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Klien mengatakan dikeluarganya belum ada penyakit seperti Ny. D
rasakan. Klien mengatakan keluarganya tidak memiliki penyakit turunan
seperti DM, hipertensi, jantung dan penyakit menular lainnya.
7. DATA BIOLOGIS
a. Aktivitas kehidupan sehari-hari / Activity Daily Living (ADL)
No ADL Saat di Kaji
1 Nutrisi
Makan
- Jenis Menu - Bubur, Mpasi, kue mari
- Frekuensi - Tiga kali/hari
- Porsi - 1 Porsi
- Pantangan - Tidak ada
- Keluhan - Tidak ada
Minuman
- Jenis Minum - Air Putih
- Frekuensi - ±8 gelas/hari
- Pantangan - Tidak ada
- Keluhan - Tidak ada

2 Istirahat dan tidur


Malam
21

No ADL Saat di Kaji


- Berapa Jam - ± 7 jam/hari
- Dari jam_s.d Jam_ - 22.00 s.d Jam 05.00 WIB
- Kesukaran Tidur - Jika sudah terbangun
susah untuk tidur lagi
Siang
- Berapa Jam - 1-2 jam
3 Eliminasi
BAK
- Frekuensi - ±5-6 kali/hari
- Jumlah - ±1,5 liter
- Warna - Khas
- Kesulitan - Tidak ada
BAB
- Frekuensi - ±1 kali/hari
- Warna - Coklat
- Konsistensi - Padat
- Kesulitan - Tidak ada

4 Personal Hygiene
Mandi
- Frekuensi - ±2 kali/hari
- Menggunakan sabun - ±2 kali/hari
- Frekuensi gosok gigi - ±2 kali/hari
- Gangguan - Tidak ada
Berpakaian
- Frekuensi ganti - ±1 kali/hari
pakaian
5 Mobilitas dan aktivitas
- Aktifitas yang - ADL sebagian dibantu
dilakukan orang lain (Lemas)
- Kesulitan - Tidak ada

b. Pemeriksaan Fisik
Penampilan umum : Baik
Kondisi umum : Compos mentis
TTV : TD : 150/80 mmHg Nadi : 89 x/menit,
RR : 29x/menit Suhu : 36,7˚C
BB : 55 kg
TB : 150 cm

1) Kepala dan rambut


22

Rambut bersih, bentuk kepala bulat (brakhiocephalus), simetris, nyeri


tekan (-), dan pembesaran di area kepala (-)
2) Mata
Simetris, kelopak mata oedema (-), peradangan (-), luka (-), konjungtiva
dan sclera merah muda, pupil isokor, lapang pandang normal,
penglihatan baik.
3) Telinga
Simetris, nyeri tekan (-), lesi (-), peradangan (-), penumpukan serumen
(-), pendengaran kurang baik.
4) Hidung
Bersih, simetris, pembesaran / polip (-), bentuk tulang hidung normal,
penciuman baik.
5) Mulut dan faring
Warna bibir merah muda, kelainan kongenital bibir (-), caries gigi (-),
gigi palsu (-), bau mulut (-).
6) Wajah
Kelumpuhan otot-otot fasialis (-), bentuk wajah normal, luka /lesi (-).
7) Leher
Simetris, pembersaran kelenjar tiroid (-), vena jugularis (-).
8) Payudara
Simetris, pembengkakan (-), bentuk melingkar, nyeri tekan (-), benjolan
massa (-).
9) Torak dan Paru
Simetris, normal, respirasi 29x/menit, pernapasan cuping hidung (+),
taktil/vocal fremitus getaran antara kanan dan kiri sama, suara paru
sonor, suara napas tambahan (+).
10) Jantung
Bunyi jantung 1 “lub”, bunyi jantung 2 “dub”, suara murmur (+),
pembengakan dada (-), gallop (-).

11) Abdomen
23

Terdapat stretc mark


12) Genetalia
Penyebaran rambut pubis merata, pembengkakan/benjolan (-), nyeri
tekan (-), perdarahan (+) kater urin (+).
13) Ekstermitas / musculoskeletal
Tonus otot aktif, kekuatan otot 5 5
1 5
8. DATA PENUNJANG
No. Rekam Medis : 175738
Tanggal Pemeriksaan : 10 Januari 2022
Nama Pasien : Ny. D
Umur : 63 Tahun
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Ket
HEMATOLOGI
Pria = 14 - 18
Hemogobin 16,4 gr/dl
Wanita = 12 – 16
Leukosit 12.600 4.000 – 10.000 per mm3
< 10 mm/1
LED
< 20 jam
Trombosit 377.000 150.000 – 450.000 per mm3
Hematokrit 51,5 35 - 45
Eritrosit 5,74 4,5 – 6,0
0-1/1-4/3-5/40-
Hitung Jenis Leukosit 0/2/3/79/13/3
70/20-40/2-10
Sumber : Rekam medis RS TK.IV 03.07.04 Guntur Garut

9. TERAPI OBAT

Golongan Cara
Jenis Obat Dosis Waktu Pemberian
Obat Pemberan
Infus Asering Kristaloid IV 20 tts
1x40
Omeprazole PPIS IV 07.00
mg
2x62,
Methylprednisolone Kortikosteroid IV 07.00 19.00
5mg
1x750
Levofloxacin Antibiotik Drip IV 07.00
ml
Inhalasi velutin 3x1 Dihirup 07.00 15.00 23.00
24

per
8jam
Sumber : Rekam medis RS TK.IV 03.07.04 Guntur Garut

3.2 ANALISA DATA


No Data Etiologi Masalah
1 DS: Klien mengatakan Faktor pencetus (allergen, Bersihan jalan
napas tidak efektif
sesak napas dan batuk stress, cuaca)
DO:
- Bunyi napas Antigen yang terikat IgE pd
permukaan sel mat atau
wheezing & ronchi
basophil
- Klien terpasang O2
3L
Mengeluarkan mediator:
- Pasien terlihat histamin, platelet, bradikinin,
dll
sesak nafas dan
batuk
Permeabilitas kapiler
- Hasil TTV
meningkat
TD:150/80mmHg
RR:29x/m Edema mukosa, sekresi
produktif, konntriksi otot
Nadi: 89x/m
polos meningkat

Spasme otot polos sekresi


kelenjar bronkus meningkat

Penyempitan/obstruksi
priksimal dari bronkus pd
tahap ekspirasi dan inspirasi

Mucus berlebih, Batuk,


Wheezing, Sesak nafas

Bersihan jalan Nafas Tidak


Efektif
25

No Data Etiologi Masalah


2 DS: Faktor pencetus (allergen, Pola napas tidak
efektif
- Klien mengeluh stress, cuaca)
merasa sangat
berat di dada saat Antigen yang terikat IgE pd
permukaan sel mat atau
bernapas
basophil
- Klien mengatakan
merasa sulit
Mengeluarkan mediator:
bernapas dan tidak histamin, platelet, bradikinin,
dll
mampu bernapas
normal
Permeabilitas kapiler
DO:
meningkat
- Frekuensi napas
29x/m Edema mukosa, sekresi
produktif, konntriksi otot
- Terdapat suara
polos meningkat
wheezing dan
ronchi
Spasme otot polos sekresi
- Terpasang oksigen kelenjar bronkus meningkat
3L
- Terdapat retraksi Penyempitan/obstruksi
priksimal dari bronkus pd
dinding dada
tahap ekspirasi dan inspirasi

Mucus berlebih
Batuk
Wheezing
Sesak nafas

Tekanan partial oksigen di


alveoli menurun

penyempitan jalan pernafasan


26

No Data Etiologi Masalah


peningkatan kerja otot
pernafasan

Pola Nafas Tidak Efektif

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d mucus dalam jumlah berlebihan,
peningkatan produksi mucus, eksudat dalam alveoli dan bronkospasme
2. Pola napas tidak efektif b/d keletihan otot pernapasan dan deformitas
dinding dada
27

3.4 INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No SDKI SLKI SIKI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI


1 Bersihan Setelah dilakukan Observasi - Untuk mengidentifikasi - Mengidentifikasi S:
jalan napas tindakan - Identifikasi kemampuan batuk kemampuan Klien mengatakan
tidak efektif keperawatan, kemampuan batuk - Untuk mngetahui adanya batuk klien batuk sedikit
diharapkan - Monitor adanya retensi sputum - Memonitor Klien mengatakan
masalah retensi sputum - Untuk mengetahui adanya sputum sesaknya
keperawatan - Monitor tanda dan adanya tanda dan gejala - Memonitor tanda bekurang
teratasi dengan gejala infeksi saluran infeksi saluran napas dan gejala infeksi Klien mengatakan
kriteria hasil: napas - Untuk mengetahui input saluran nafas lega setelah di
- Produksi - Monitor input dan dan output cairan - Memonitur input beikan nebulizer
sputum output cairan ( mis. - Untuk mempertahankan dan output
menurun jumlah dan jalan napas klien cairaan O:
- Mengi menurun karakteristik) - Mengatur posisi Klen tampak
- Ronkhi Terapeutik semi fowler rileks dan sesak
menurun - Atur posisi semi- - Menjelaskan berkurang
- Wheezing Fowler atau Fowler tujuan dan Klien terpasang
menurun - Pasang perlak dan prosedur batuk oksigen 3L
bengkok di pangkuan efektif S : 36, 2C
pasien - Ajarkan tarik N : 82 x/m
- Buang sekret pada napas dalam RR : 21 x/m
tempat sputum SPO2 : 97%
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan A:
prosedur batuk efektif Masalah teratasi
- Anjurkan tarik napas sebagian
dalam melalui hidung

27
28

selama 4 detik, P:
ditahan selama 2 Lanjutkan
detik, kemudian intervensi
keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8
detik
- Anjurkan mengulangi
tarik napas dalam
hingga 3 kali
- Anjurkan batuk
dengan kuat langsung
setelah tarik napas
dalam yang ke-3
-
2 Pola napas Setelah dilakukan Observasi - Untuk mengetahui - Memonitor pola S:
tidak efektif tindakan - Monitor pola nafas frekuensi kedalaman napas ( RR : Klien
keperawatan, (frekuensi, napas dan usaha napas 22x/menit, mengatakan
diharapkan kedalaman, usaha - Untuk mengetahui adanya retraksi sesak napas
masalah nafas) adanya bunyi tambahan dinding dada) berkurang
keperawatan - Monitor bunyi nafas seperti wheezing, - Memonitor bunyi
teratasi dengan tambahan ronkhi, atau mengi napas (adanya O:
kriteria hasil: - Monitor sputum - Untuk mengetahui bau wheezing dan Retraksi dinding
- Penggunaan atau warna sputum ronki) dada klien sedikit
otot bantu napas Terapeutik - Untuk mengurangi rasa - Memonitor berkurang
menurun - Pertahankan sesak yang dialami oleh sputum Klien terpasang
- Pemanjangan kepatenan jalan nafas klien - Mempertahankan O2 3L
fase ekspirasi dengan head-tlit dan - Pasien merasa tenang jalan napas S : 36, 2C
29

menurun chin-lift dan nyaman - Mempoisikan N : 82 x/m


- Pernapasan - Posisikan semi fowler - Untuk memperlancar klien semi fowler RR : 21 x/m
cuping hidung atau fowler keluarnya sputum - Memberikan SPO2 : 97%
menurun - Berikan minum - Untuk membantu napas minuman hangat
hangat klien - Memberikan A:
- Lakukan fisioterapi - Untuk mengurangi oksigen (3L) Masalah teratasi
dada, jika perlu terjadinya batuk - Menganjurkan sebagian
- berikan oksigen - Untuk mengurangi klien banyak
minum P:
Edukasi - Mengajakan klien Lanjutkan
- anjurkan asupan batuk efektif intervensi
cairan 2000 ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi
- ajarkan Teknik batuk
efektif
30

3.5 CATATAN PERKEMBANGAN


Tanggal Dx Catatan Perkembangan Paraf
08/01/ 2022 09.00 WIB Kelompok
S: 8
- Klien mengatakan batuk berkurang
- Klien mengatakan sesak napas
berkurang
O:
- Batuk (+)
- Sesak napas berkurang
- Wheezing (+), Ronki (+)
- RR : 27x/m
- S : 36,5C
- N : 88x/m
- TD : 130/80mmHg
- SPO2 : 95%
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I:
- Monitor TTV
- Monitor pola napas
- Monitor bunyi tambahan
- Montor intake dan output cairan
- Pemasangan oksigen 3L
- Posisikan semi fowler

19.00 WIB
S:
- Klien mengeluh masih batuk
- Klien mengatakan sesak berkurang
O:
- Retraksi dinding dada berkurang
- Klien terpasang oksigen 3L
- Sesak napas berkurang
- Suara tambahan wheezing dan ronki
- RR : 27x/m
- S : 36,7C
- N : 89x/m
- TD : 120/80mmHg
- SPO2 : 94%
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
31

05.00 WIB
S:
- Klien mengeluh batuk sedikit
- Klien mengatakan masih sedikit sesak
O:
- Otot bantu napas berkurang
- Klien terpasang oksigen 3L
- RR : 24x/m
- S : 36,4C
- N : 87x/m
- TD : 120/80mmHg
- SPO2 : 95%
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjurkan intervensi
I:
- Monitor TTV
- Monitor pola napas
- Monitor bunyi tambahan
- Montor intake dan output cairan
- Pemberian terapi obat dan nebu
- Posisikan semi fowler
10/01/2022 08.00 WIB Kelompok
S: 8
- Klien mengatakan sesaknya berkurang
O:
- Kesadaran umum baik
- Klien terpasang oksigen 3L
- Suara tambahan wheezing dan ronkhi
- S : 36,6C
- RR : 24x/m
- N : 89
- TD : 120/73 mmHg
- SPO2 : 96%
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

17.00 WIB
S:
- Klien mengatakan sesak sedikit
- Klien mengatakan sakit kepala
O:
- Klien terpasang oksigen 3L
- Suara tambahan wheezing dan ronkhi
- RR : 24x/m
- S : 36,5C
32

- N : 90x/m
- TD : 140/80mmHg
- SPO2 : 97%
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
21.00 WIB
S:
- Klien mengatakan sedikit sesak
O:
- Terpasang oksigen 3L
- RR : 23x/m
- S : 36,5C
- N : 86x/m
- TD : 140/80mmHg
- SPO2 : 96%
A : Masalah terataasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I:
- Monitor TTV
- Monitor pola napas
- Monitor bunyi tambahan
- Montor intake dan output cairan
- Pemberian terapi obat dan nebu
11/01/2022 10.00 WIB Kelompok
S: 8
- Klien mengatakan sesaknys sedikit lagi
O:
- Klien terpang oksigen 3L
- Suara tambahan wheezing dan ronkhi
- RR : 23x/m
- S : 36,5C
- N : 88x/m
- TD : 120/80mmHg
- SPO2 : 96%
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

15.00 WIB
S:
- Klien mengatakan sesaknya sudah
membaik
O:
- Klien tampak rileks
33

- Kesadaran umum baik


A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
I : Persiapan pulang
E : Up infus
Up Oksigen
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Dalam pembahasan ini penulisakan membahas tentang hal-hal yang
mendukung dan menghambat serta kesenjangan antara teori dan kenyataan
yang penulis dapatkan selama melakukan Asuhan Aeperawatan Pada Ny. D
dengan gangguan pernapasan : asma bronkhiale di ruang mawar 15 RS TNI
Guntur Garut yang dilakukan mulai tanggal 7 Januari 2022 sampai 11
Januari 2022. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan penulis
menggunakan pendekatan proses Keperawatan yang terbagi dalam lima
tahapan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
4.1.1 Tahap Pengkajian
Dalam pengumpulan data penulisan menggunakan teknik wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik, studi literatur dan studi dokumentasi (Ridwan
Setiawan, 2016) Dalam tahap pengkajian ini, penulis mampu
mengumpulkan data, menganalisa data, merumuskan masalah,
memprioritaskan masalah, dan menegakan diagnosa Keperawat Ny. D
dalam melakukan pengkajian pada Ny. D, penulis tidak menemukan
hambatan karena Ny. D merespon dengan baik, bersikap kooperatif dan Ny.
D mengungkapkan masalah kesehatan yang terjadi sehingga dapat
membantu kelancaran pada tahap pengkajian. Maka dari itu penulis dapat
mengumpulkan data yang berupa data umum dan data khusus. Pada tahap
pengkajian ditemukan kesenjangan antara data teoritis dengan hasil
pengkajian padan Ny. D yaitu secara teoritis tanda dan gejala yang muncul
pada klien Asma Bronkhial manifestasi klinis Asma bukan suatu penyakit
spesifik tetapi merupakan sindrom yang dihasilkan mekanisme multiple
yang akhirnya menghasilkan kompleks gejala klinis termasuk obstruksi
jalan napas reversible. Ciri-ciri yang sangat penting dari sindrom ini di
antaranya dispnea, suara mengi, obstruksi jalan napas reversible terhadap
bronkodilator, bronkus yang hiperesponsitif terhadap berbagai stimulasi

34
35

baik yang spesifik maupun yang nonspesifik, dan peradangan saluran


pernapasan. Semua ciri-ciri tadi tidak harus terdapat bersamaan. Serangan
asma ditandai dengan batuk, mengi, serta sesak napas. Gejala yang sering
terlihat jelas adalah penggunaan otot napas tambahan, dan timbulnya pulsus
paradoksus (Djojodibroto, 2016).
Namun pada kenyataan yang ditemukan pada Ny. D hanya tanda
tanda gejala sebagai berikut :
1) Sesak napas
2) Batuk
3) Suara tambahan wheezing dan ronkhi
4.1.2 Tahap Diagnosa Keperawatan

Penulis juga dapat menganalisa masalah dan merumuskan masalah serta


memprioritaskan masalah kesehatan dan yang selanjutnya membuat
diagnosa keperawatan. diagnosa keperawatan pada klien dengan Asma
adalah :
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d mucus dalam jumlah berlebihan,
peningkatan produksi mucus, eksudat dalam alveoli dan bronkospasme
2. Pola napas tidak efektif b/d keletihan otot pernapasan dan deformitas
dinding dada
3. Gangguan pertukaran gas b/d retensi karbon dioksida
4. Penurunan curah jantung b/d tekanan partial oksigen dialveoli menurun
Tetapi setelah dilakukan tahap pengkajian kepada Ny. D berdasarkan analisa
data yang diperoleh terdapat beberapa masalah keperawatan yaitu:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d mucus dalam jumlah berlebihan,
peningkatan produksi mucus, eksudat dalam alveoli dan bronkospasme
2. Pola napas tidak efektif b/d keletihan otot pernapasan dan deformitas
dinding dada
4.1.3 Tahap Perencanaan

Perencanaan tindakan keperawatan merupakan salah satu tahap dari


proses keperawatan dimulai dari penentuan tujuan (umum/khusus),
36

penetapan standar dan kriteria serta menentukan perencanaan untuk


mengatasi masalah keluarga. Rencana tindakan ini diarahkan untuk
membantu keluarga mengubah pengetahuan menjadi lebih baik, mengubah
sikap yang mendukung prilaku sehat, dan mengubah prilaku kearah yang
lebih baik (Dion, 2013). Dalam tahap perencanaan tindakan yang akan
dilakukan sesuai dengan masalah yang terjadi pada Ny. D penulis
menyesuaikan perencanaan dengan sumber daya dan faktor penunjang
lainnya untuk tercapainya tujuan dari asuhan keperawatan tersebut.
Perencanan dalam askep ini yaitu :
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Observasi
- Identifikasi kemampuan batuk
- Monitor adanya retensi sputum
- Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
- Monitor input dan output cairan ( mis. jumlah dan karakteristik)
Terapeutik
- Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
- Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
- Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
- Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik
- Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
- Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke-
3
Pola Napas Tidak Efektif
Observasi
- Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
- Monitor bunyi nafas tambahan
37

- Monitor sputum
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tlit dan chin-lift
- Posisikan semi fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- berikan oksigen
Edukasi
- anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
- ajarkan Teknik batuk efektif
4.1.4 Tahap Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan dari tindakan keperawatan yang


sudah di tentukan sebelumnya (Dion, 2013). Adapun implementasi yang
dilakukan terhadap masalah keperawatan pada Ny. D yakni:
- Mengidentifikasi kemampuan baatu klien
- Memonitor adanya sputum
- Memonitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
- Memonitur input dan output cairaan
- Mengatur posisi semi fowler
- Menjelakan tujuan dan prosedur batuk efektif
- Ajarkan tarik napas dalam
- Memonitor pola napas ( RR : 22x/menit, adanya retraksi dinding dada)
- Memonitor bunyi napas (adanya wheezing dan ronki)
- Memonitor sputum
- Mempertahankan jalan napas
- Mempoisikan klien semi fowler
- Memberikan mnuman hangat
- Memberikan oksigen (3L)
- Menganjurkan klien banyak minum
- Mengajakan efektif
38

- Memberikan terapi obat


 Infus Asering 20 tpm (makro)
 Omeprazole 1x40
 Methylprednisolone 2x62,5
 Levofloxacin 1x750
 Inhalasi velutin 3x1
4.1.5 Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahapan untuk menilai sejauh mana hasil
yang telah dicapai selama melakukan asuhan keperawatan keluarga (Dion,
2013). Hasil evaluasi yang didapatkan setelah dilakukan implementasi
yaitu : Klien mengatakan nyeri berkurang, makan sedikit tapi sering
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan Asuhan Keperawatan pada Ny. D maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa pengkajian merupakan tahap yang penting untuk menggali
dan mengetahui masalah yang timbul. Melalui data data yang ditemukan penulis
bisa menentukan masalah dan diagnosa yang muncul pada Ny. D penulis juga bisa
memberikan intervensi, implementasi dan evaluasi akhir yang sangat diinginkan.
5.2 Saran
Hasil Asuhan Keperawatan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengalaman bagi pembaca dalam pembuatan asuhan keperawatan dasar dalam
penyakit Asma Bronkhial. Petugas kesehatan diharapkan dapat meningkatkan
peran sertanya di masyarakat dalam memberikan informasi tentang penyakit,
sehingga masyarahat dapat memahami jelas tentang penyakit yang dideritanya.

39
DAFTAR PUSTAKA

Djojodibroto, D. (2016). Respirologi (Respiratory Medecine). (J. Suyono & E.


Melinda, Eds.) (2nd ed.). Jakarta: EGC.

Kowalak, J., P., Welsh, W., & Mayer, B. (2012). Buku ajar patofisiologis
(professional guide to pathophysiology). Jakarta : EGC.

Muttaqin, A. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan.


Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan. Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.

Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan dan Aplikasinya. Penerbit Salemba.


Medika, Jakarta.

Nursalam. (2011). Proses dan dokumentasi keperawatan, konsep dan praktek.


Jakarta : Salemba Medika.

Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.


Jakarta: DPP PPNI

Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI

Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI

Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan


Sistem Pernapasan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan.


Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.

Wijaya AS, Putri YM. 2014. KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan.


Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai