Anda di halaman 1dari 16

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK KEJANG DEMAM DENGAN MELAKUKAN


PENDIDIKAN KESEHATAN PADA ORANGTUA UNTUK MENCEGAH KEJANG
DEMAM BERULANG DI RUANG ANAK RSUD TASIKMALAYA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Ahli Madya
Keperawatan (Amd.Kep)

Disusun oleh :
Gita Sania Apriliani
NIM : E1714401015

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejang demam merupakan kedarutatan medis yang memerlukan pertolongan segera.
Diagnosa secara dini pengelolaan yang sangat tepat sangat diperlukan untuk menghindari
cacat yang parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang sering. Untuk itu para media
dituntun berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut.
Tahun 2012, WHO memperkirakan hampir 80% kejang demam diseluruh dunia berada
di negara-negara miskin. Pravelensi kejang demam di negara maju berkisar 3,5 – 10,7 per
1.000 penduduk (Theodore et al., 2006). Tinjauan terbaru prevelensi kejang demam diasia
mulai dari 1,5 – 14 per 1.000 penduduk, di Amerika Latin mulai 5,1 menjadi 57 per 1.000
penduduk dan di Afrika Sub-sahara mulai dari 5,2 hingga 74,4 per 1.000 penduduk (Mac
et al., 2007: preut, 2005).
Penelitian Gunawan, dkk (2012), menyebutkan hampir 1,5 juta kejadian kejang demam
terjadi tiap tahunnya di USA, dan sebagian besar terjadi dalam rentang usia 6 hingga 36
bulan dengan puncak pada usia 18 bulan. Angka kejadian kejang demam bervariasi
diberbagai negara. Daerah Eropa Barat dan Amerika tercatat 2 sampai 4% angka kejadian
kejang demam pertahunnya. Sedangkan di India sebesar 5 sampai 10 % dan di Jepang
8,8%. Hampir 80% kasus Kejang demam adalah kejang demam sederhana (kejang<15
menit, fokal atau klonik dan akan berhenti sendiri, tanpa gerakan fokal atau berulang pada
waktu 24 jam). Sedangkan 20% kasus merupakan kejang demam komplek.
Data epidemiologi penyakit kejang demam di Indonesia diperkirakan 900.000 –
1.800.000 penderita, sedangkan penanggulangannya belum menjadi prioritas dalam system
kesehatan nasional. Masih banyak nya penderita kejang demam di Indonesia menyebabkan
kejang demam tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat (Harsono, 2007).
Gejala kejang demam dari bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rectal diatas 38° C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial. Kejang demam
merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak terutama pada usia
6 bulan sampai 5 tahun. Hampir 3 % anak berusia 5 tahun pernah menderitanya. Kejang
demam harus dibedakan dengan epilepsi yang ditandai dengan berulang tanpa demam.
(Soetomenggono TS, 1999)
Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan sel - sel otak
terutama cacat baiksecara fisik, mental maupun sosial yang mengganggu pertumbuhan
anak.
Kejang demam pada anak merupakan suatu peristiwa yang menakutkan pada
kebanyakan orang tua karena kejadiannya yang mendadak dan kebanyakan orang tua tidak
tahu harus berbuat apa. Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal >38°C) yang disebabkan oleh suatu proses diluar otak. Tidak jarang
orang tua khawatir jika anaknya panas, apakah nanti akan kejang atau tidak. Dari
penelitian, kejadian kejang demam sendiri tidaklah terlalu besar yaitu sekitar 2-4 %, artinya
dari 100 anak dengan demam ada sekitar 2-4 yang mengalami kejang. Kejang demam
terjadi pada usia 6 bulan – 5 tahun dan terbanyak terjadi pada usia 17-23 bulan. Saat
menghadapi si kecil yang sedang kejang demam, sedapat mungkin cobalah bersikap
tenang. Sikap panik hanya akan membuat kita tidak tahu harus berbuat apa yang mungkin
saja akan membuat penderitaan anak tambah parah kesalahan orang tua adalah kurang tepat
dalam menangani kejang demam itu sendiri yang kemungkian terbesar adalah disebabkan
karena kurang pengetahuan orang tua dalam menangani. (Ike Mardiati Agustin, 2008
Berdasarkan hasil pengamatan penulis di RSUD Tasikmalaya angka kejadian penyakit
kejang demam yang dirawat dirumah sakit selama dua tahun terakhir adalah : Berdasarkan
data tersebut, penulis memilih kasus ini untuk dijadikan studi kasus dengan judul “Asuhan
keperawatan pada anak kejang demam dengan melakukan pendidikan kesehatan pada
orangtua untuk mencegah kejang demam berulang di ruang anak RSUD Tasikmalaya”
dengan penyakit kejang demam diruang Melati 5 RSUD Tasikmalaya.
Peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien anak kejang demam
adalah memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua untuk mencegah kejang demam
berulang di ruang anak RSUD Tasikmalaya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka penulis berupaya mengamsumsikan
ilmu keperawatan pada penderita yang mengalami gangguan persyarafan kejang demam.
Dengan adanya peningkatan penderita kejang demam dari tahun 2014 sampai 2015 maka
penulis tertarik untuk mengangkat kasus kejang demam dengan judul asuhan keperawatan
pada anak kejang demam dengan melakukan pendidikan kesehatan pada orangtua untuk
mencegah kejang demam berulang di ruang anak RSUD Tasikmalaya.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam penerapan asuhan keperawatan pada
anak kejang demam dengan melakukan pendidikan kesehatan pada orangtua untuk
mencegah kejang demam berulang di ruang anak RSUD Tasikmalaya.
D. Manfaat Penulisan
1. Akademik
Sebagai sumber informasi dan bahan bacaan institusi dalam meningkatkan mutu
pendidikan masa yang akan datang.
2. Instansi kesehatan
Sebagai masukan perawat pelaksana dirumah sakit dalam rangka mutu peningkatan
pelayanan kesehatan khususnya pada kasus kejang demam.
3. Klien / Keluarga
Dapat memperoleh informasi dan pengetahuan tentang cara perawatan dan pencegahan
penyakit kejang demam.
4. Penulis
Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi penulis menerapkan ilmu yang
telah didapat selama pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Keperawatan Pasien Anak Kejang Demam


1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Aktivitas atau Istirahat
Keletihan, kelemahan umum, keterbatasan dalam beraktivitas, bekerja, dan lain-
lain
2) Sirkulasi
Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sinosis
Posiktal : Tanda-tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan
pernafasan
3) Intergritas Ego
a) Stressor eksternal atau internal yang berhubungan dengan keadaan dan atau
penanganan
b) Peka rangsangan : pernafasan tidak ada harapan atau tidak berdaya Perubahan
dalam berhubungan
4) Eliminasi
a) Inkontinensia epirodik
b) Makanan atau cairan
c) Sensitivitas terhadap makanan, mual atau muntah yang berhubungan dengan
aktivitas kejang
5) Neurosensori
a) Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pinsan, pusing riwayat trauma
kepala, anoreksia, dan infeksi serebal
b) Adanya area (rasangan visual, auditoris, area halusinasi)
c) Posiktal : Kelamaan, nyeri otot, area paratise atau paralisis
6) Kenyamanan
a) Sakit kepala, nyeri otot, (punggung pada periode posiktal)
b) Nyeri abnormal proksimal selama fase iktal.
7) Pernafasan
a) Fase iktal : Gigi menyetup, sinosis, pernafasan menurun cepat peningkatan
sekresimulus
b) Fase posektal : Apneah
8) Keamanan
a) Riwayat terjatuh
b) Adanya alergii.
9) Interaksi Sosial
Masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga lingkungan sosialnya
b. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas
a) Perubahan tonus otot atau kekuatan otot
b) Gerakan involanter atau kontraksi otot atau sekelompok otot
2) Integritas Ego
Pelebaran rentang respon emosionalc.
3) Eleminasi
Iktal : penurunan tekanan kandung kemih dan tonus spinter
Posiktal : otot relaksasi yang mengakibatkan inkonmesiad
4) Makanan atau cairan
a) Kerusakan jaringan lunak (cedera selama kejang)
b) Hyperplasia ginginale.
5) Neurosensori (karakteristik kejang)
a) Fase prodomal : Adanya perubahan pada reaksi emosi atau respon efektifitas
yang tidak menentu yang mengarah pada fase area.
b) Kejang umum
Tonik – klonik : kekakuan dan postur menjejak, mengenag peningkatan
keadaan, pupil dilatasi, inkontineusia urine
c) Fosiktal : pasien tertidur selama 30 menit sampai beberapa jam, lemah kalau
mental dan anesia
d) Absen (patitmal) : periode gangguan kesadaran dan atau makanan
e) Kejang parsial
Jaksomia atau motorik fokal : sering didahului dengan aura, berakhir 15 menit
tidak ada penurunan kesadaran gerakan ersifat konvulsif
6) Kenyamanan
a) Sikap atau tingkah laku yang berhati-hati
b) Perubahan pada tonus otot
c) Tingkah laku distraksi atau gelisah
7) Keamanan
Trauma pada jaringan lunak Penurunan kekuatan atau tonus otot secara
menyeluruh
2. Diagnosa
1. Kurang pengetahuan keluarga tentang cara penanganan kejang berhubungan dengan
kurangnya informasi.
Batasan karakteristik :
a) Ketidakmampuan bertanggung jawab untuk memenuhi praktik kesehatan dasar
b) Kurang dukungan social
c) Kurang pengetahuan tentang praktik kesehatan dasar
d) Pola prilaku kurang mencari bantuan kesehatan
e) Tidak menunjukan minat pada perbaikan prilaku sehat
f) Tidak menunjukan prilaku adaptif terhadap perubahan lingkungan.
3. Perencanaan
Tabel intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
1. Kurang pengetahuan Setelah di lakukan tindakan 1. Informasi keluarga
keluarga tentang cara keperawatan selama 2x24 tentang kejadian kejang
penanganan kejang jam keluarga mengerti dan dampak masalah, serta
berhubungan dengan maksud dan tujuan beritahukan cara
kurangnya informasi. dilakukan tindakan perawatan dan pengobatan
perawatan selama kejang. yang benar.
kriteria hasil : 2. Informasikan juga
tentang bahaya yang dapat
a. Keluarga mengerti terjadi akibat pertolongan
cara penanganan yang salah.
kejang dengan 3. Ajarkan kepada
b. Keluarga tanggap keluarga untuk memantau
dan dapat perkembangan yang
melaksanakan terjadi akibat kejang.
peawatan kejang. 4. Kaji kemampuan
c. Keluarga mengerti keluarga terhadap
penyebab tanda penanganan kejang
yang dapat
menimbulkan
kejang.
C. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Orang Tua
1. Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan penambahan pengetahuan yang
diperutukkan bagi masyarakat melalui penyebaran pesan. Tujuan kegiatan penyuluhan
kesehatan yaitu untuk mencapai tujuan hidup sehat dengan cara mempengaruhi prilaku
masyarakat baik itu secara individu atau pun kelompok dengan menyampaian pesan.
Penyuluhan kesehatan merupakan gabungan dari berbagai kegiatan dan kesempatan
yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar sehingga harapannya dengan adanya
penyuluhan kesehatan dapat membuat masyarakat lebih sadar akan pentingnya pola
kehidupan yang sehat. Sasaran penyuluhan kesehatan yaitu mencakup individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada individu biasanya
dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas, posyandu, keluarga binaan dan
masyarakat binaan. Materi atau pesan yang disampaikan dalam penyuluhan kesehatan
biasanya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Sehingga materi atau pesan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Untuk
menyampaikan pesan atau materi penyuluhan kesehatan biasanya bahasa yang
digunakan ialah bahasa yang mudah dimengerti sehingga tidak terlalu sulit untuk
dimengerti oleh sasaran atau objek penyuluhan kesehatan. Media merupakan salah satu
sarana yang penting dalam penyuluhan kesehatan. Media yang biasanya digunakan
dalam penyuluhan kesehatan seperti media cetak, media elektronik, dan media luar
ruang.
2. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) KEJANG DEMAM PADA ANAK
Topik : Promosi Kesehatan Untuk Bayi/Balita
Pokok Bahasan : Kejang Demam
Sasaran : Orang Tua Pasien dengan kejang demam pada anak
Hari/tanggal : 9 Mei 2019
Waktu : 30 menit
Tempat :
1. Latar Belakang
Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai
penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh
karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih
lebih bila anaknya mengalami kejang demam.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering
dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul
infeksi saluran pencernaan. (Ngastiyah, 1997; 229)
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan
sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah
menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki
daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan
maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. (ME. Sumijati, 2000;72-
73)
Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan
kerusakan sel-sel otak kurang menyenangkan di kemudian hari, terutama adanya
cacat baik secara fisik, mental atau sosial yang mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak. (Iskandar Wahidiyah, 1985 : 858)
Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan
segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk
menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang
sering. Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif dalam
mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada
keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien sebagai
satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual. Prioritas asuhan
keperawatan pada kejang demam adalah : Mencegah/mengendalikan aktivitas
kejang, melindungi pasien dari trauma, mempertahankan jalan napas,
meningkatkan harga diri yang positif, memberikan informasi kepada keluarga
tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan penanganannya. (I Made
Kariasa, 1999; 262)
2. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum Setelah mengikuti penyuluhan tentang kejang
selama + 20 menit, keluarga bisa memahami dan mengerti tentang kejang.
2. Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti penyuluhan keluarga
diharapkan mampu :
a) Menjelaskan pengertian tentang kejang
b) Menjelaskan macam-macam kejang
c) Penyebab kejang
d) Tanda dan gejala kejang
e) Menjelaskan tindakan pertolongan kejang
3. Materi
1. Pengertian Kejang Demam
2. Penyebab Kejang Demam
3. Klasifikasi Kejang Demam
4. Tanda dan Gejala Kejang Demam
5. Prognosis Kejang Demam
6. Penatalaksanaan Kejang Demam (Terlampir)
4. Sasaran
Orang Tua Pasien dengan kejang demam pada anak
5. Metode
Ceramah dan tanya jawab.
Mahasiswa menjelaskan mengenai Kejang Demam, setelah itu keluarga bisa
mengajukan pertanyaan atau menjelaskan kembali tentang materi penyuluhan yang
baru disampaikan.
6. Media
Leaflet
7. Proses/Kegiatan Penyuluhan
Tahap Kegiatan Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Metode Waktu
Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab salam ceramah 3 menit
2. Memperkenalkan 2. Mendengarkan
diri 3. Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan 4. Mendengarkan
dari penyuluhan
4. Melakukan kontrak
waktu
Penyampaian Penyampaian materi 1. Mendengarkan & Ceramah 10 menit
1.Menjelaskan tentang memperhatikan dan Tanya
pengertian kejang 2. Mendengarkan & jawab
demam memperhatikan
2.Menyebutkan 3. Mendengarkan &
penyebab kejang memperhatikan
demam 4. Mendengarkan &
3.Menyebutkan memperhatikan
penyebab kejang. 5. Mendengarkan &
4.Tanda dan Gejala memperhatikan
kejang demam
5.Menjelaskan tindakan
yang dilakukan saat
kejang
Penutup 1.Mengevaluasi 1.Menjawab Tanya 7 menit
pengetahuan peserta pertanyaan jawab
dengan menanyakan 2.Mendengarkan dan
materi yang sudah memperhatikan
dijelaskan 3.Mendengarkan dan
2.Menarik kesimpulan meperhatikan
dari materi penyuluhan
3.Menutup penyuluhan
(salam)
8. Evaluasi Pembelajaran
1. Prosedur
a. Selama proses pembelajaran berlangsung
b. Selesai penyuluhan
2. Bentuk test
Lisan
3. Jenis test
Lisan
4. Alat-alat test
a. Tes awal
1. Apa pengertian kejang demam?
2. Apa penyebab dari kejang demam?
3. Apa saja tanda dan gejala kejang demam?
4. Menjelaskan tindakan yang dilakukan saat kejang
5. Mendengarkan & memperhatikan
6. Bagaimana pertolongan pertama pada kejang demam?
b. Tes Akhir
Pertanyaan sama dengan tes awal
9. Daftar Pustaka
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.
Arif Mansjoer. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Aesculapius
BAB III
METODOLOGI PENULISAN

A. Rancangan Studi Kasus


Penelitian studi kasus ini menggunakan metode deskriftif. Penelitian deskriftif adalah
pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriftif mempelajari masalah-
maslah dalam masyarakat serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi
tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-
pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari
suatu fenomena. Dalam metode deskriftif, peneliti bias saja membandingkan fenomena-
fenomena tertentu sehingga merupakan suatu studi komparatif. Adakalanya peneliti
mengadakan klasifikasi terhadap fenomena-fenomena dengan menetapkan suatu standar
atau suatu norma tertentu sehingga banyak ahli menamakan metode deskriftif ini dengan
nama survei normative (normative survey). Dengan metode deskriftif ini juga diselidiki
kedudukan (status) fenomena atau faktor dan melihat hubungan antara satu faktor dengan
faktor yang lain. Karenanya, metode deskriftif juga dinamakan studi status (status study).
(Whintney, 1960)
B. Subyek Studi Kasus
Subyek penelitian adalah sumber dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2006:
129). Pada penelitian ini, peneliti mengambil orang tua dengan anak kejang demam.
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target
yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2008: 92). Kriteria inklusinya adalah orang
tua dengan anak kejang demam yang berkunjung ke klinik anak RSUP Dr. Kariadi
Semarang, bersedia mengikuti penelitian, tingkat pendidikan SD-Perguruan tinggi.
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria
inklusi dari penelitian karena sebab-sebab tertentu (Nursalam, 2003: 97). Kriteria
eksklusinya adalah responden bekerja di Puskesmas/Rumah Sakit, bekerja sebagai tenaga
kesehatan, tidak kooperatif dan tidak komunikatif, dan tidak mengikuti penelitian sampai
selesai (drop out).
C. Fokus Studi Kasus
Fokus studi identik dengan variabel penelitian yaitu perilaku atau karakteristik yang
memberikan nilai beda terhadap sesuatu (Nursalam, 2011). Fokus studi kasus ini adalah
untuk menganalisis pengaruh tentang kejam demam anak terhadap pengetahuan orang tua.
D. Definisi Oprasional Fokus Studi Kasus
Kejang demam merupakan kejadian kejang yang berhubungan dengan demam diatas
380C rektal atau lebih 37,80C aksila.1 Kejang yang terjadi terkait dengan gejala demam
dan usia, serta tidak didapatkan infeksi intrakranial ataupun kelainan lain di otak.2,3
Pendapat para ahli terbanyak kejang demam terjadi pada waktu anak berusia antara 3 bulan
sampai dengan 5 tahun.2 Lebih dari 90% penderita kejang demam terjadi pada anak berusia
di bawah 5 tahun.6 Terbanyak bangkitan kejang demam terjadi pada anak berusia antara
usia 6 bulan sampai dengan 22 bulan.7 Insiden bangkitan kejang demam tertinggi terjadi
pada usia 18 bulan.
Kejang demam terjadi pada 2-5% anak usia 6 bulan sampai 5 tahun di negara
maju.4,5 Di Amerika Serikat dan Eropa prevalensi kejang demam berkisar 2- 5%.13,14,15
Dengan angka kejadian kejang demam sederhana sekitar 70-75%, kejang kompleks 20-
25% dan sekitar 5% kejang demam simptomatik. Di Asiaprevalensi kejang demam
meningkat dua kali lipat bila dibandingkan di Eropa dan di Amerika Serikat. Di Jepang
angka kejadian kejang demam berkisar 8,3- 9,9%.9,10 Bahkan di Guam insiden kejang
demam mencapai 14%.11,12 Data kejadian kejang demam di Indonesia masih terbatas.
Insiden dan faktor predileksi kejang demam di Indonesia sama dengan negara lain. Kira-
kira satu sampai tiga anak dengan kejang demam pernah mempunyai riwayat kejang
demam sebelumnya, dengan sekitar 75% terjadi pada tahun yang sama dengan kejang
demam pertama, dan sekitar 90% terjadi pada tahun berikutnya dengan kejang demam
pertama.12,13 Dengan demikian, secara kasar dapat diperkirakan bahwa prevalensi kejang
demam pada anak di Indonesia cukup banyak, mengingat banyak faktor predileksi yang
dapat menyebabkan kejang demam.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Dr M. Hanlon dan Dr E. Wassemer didapatkan
bahwa pengetahuan orang tua tentang kejang demam dan penatalaksanan kejang demam
masih rendah. Rendahnya pengetahuan tersebutdipengaruhi oleh faktor sosial dan faktor
lingkungan serta kurangnya pemberian informasi kesehatan.14 Rendahnya pengetahuan
dari orang tua mengakibatkan anak dengan risiko kejang demam tidak dilakukan
pencegahan sebelumnya dan kejadian kejang tidak dapat segera diatasi oleh orang tua
sendiri.
Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan penambahan pengetahuan yang
diperutukkan bagi masyarakat melalui penyebaran pesan. Tujuan kegiatan penyuluhan
kesehatan yaitu untuk mencapai tujuan hidup sehat dengan cara mempengaruhi prilaku
masyarakat baik itu secara individu atau pun kelompok dengan menyampaian pesan.
Penyuluhan kesehatan merupakan gabungan dari berbagai kegiatan dan kesempatan yang
berlandaskan prinsip-prinsip belajar sehingga harapannya dengan adanya penyuluhan
kesehatan dapat membuat masyarakat lebih sadar akan pentingnya pola kehidupan yang
sehat. Sasaran penyuluhan kesehatan yaitu mencakup individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat
E. Tempat dan Waktu
Studi kasus akan di lakukan pada tanggal 9 mei 2019 dan di lakukan di RSUD
dr.Soekardjo.
F. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan rancangan quasi eksperimental one grup pre-posttest
design.15 Penelitian dilaksanakan di klinik anak RSUP Dr. Kariadi Semarang pada bulan
Mei sampai Juni 2014. Pemilihan responden menggunakan cara consecutive sampling.15
Responden diperoleh dari semua orang tua dengan anak kejang demam yang berkunjung
ke klinik anak RSUP Dr. Kariadi Semarang. Metode penyuluhan yang digunakan adalah
metode penyuluhan individual dengan bantuan leaflet.16 Pengambilan data mengenai
pengetahuan akan dilaksanakan secara 2 tahap, yaitu pretest dan postest dengan metode
kuesioner.
Perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan : Semua orang tua yang
menjadi responden dalam penelitian ini mengaku sudah pernah mendengar tentang kejang
demam. Namun skor total pengetahuan responden mempunyai rata-rata 20,60±5,94. Skor
pengetahuan responden tentang kejang demam terbagi dalam kelompok pertanyaan tentang
etiologi (4,80±2,12), definisi (3,00±1,52), faktor resiko (1,60±1,14), pencegahan
(3,50±2,01), pengelolaan (5,95±1,50), dan komplikasi (1,75±0,85). Pada penelitian yang
dilakukan oleh Mei-Chih Huang, Ching-Chuan Liu dan Chao-Ching Huang menunjukkan
pengetahuan orang tua tentang kejang demam di negara sedang berkembang masih rendah
dengan rata-rata skor pretest sebelum penyuluhan 45,90.
G. Penyajian Data
Penyajian data merupakan salah satu kegiatan dalam pembuatan laporan hasil
penelitan yang telah dilakukan agar dapat dipahami dan dianalisis sesuai dengan tujuan
yang diinginkan. Data yang disajikan harus sederhana dan jelas agar muda dibaca.
Penyajian data ini menyesuaikan dengan desain kasus yang deskriptif yang di pilih. Data
di sajikan secara narasi dan dalam bentuk tabel. Penyajian data ini bertujuan memudahkan
pengolahan data dan pembaca memahami data.
H. Etika Studi Kasus
Dalam penelitian ini dilakukan pertimbangan etik yaitu :
1. Dengan memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan
prosedur pelaksanaan penelitian.
2. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden harus menandatangani
lembar persetujuan menjadi responden.
3. Jika calon responden bersedia diteliti tetapi tidak bersedia menandatangani lembar
persetujuan, maka persetujuan dilakukan secara lisan.
4. Jika calon responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa dan tetap
menghormati haknya.
5. Kerahasiaan catatan tentang data calon responden dijaga dengan tidak menuliskan
nama responden pada instrumen penelitian tetapi hanya menuliskan nomor responden
saja untuk menjaga kerahasiaan semua informasi yang diberikan.
6. Data-data yang telah diperoleh dari calon responden juga hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian (Nursalam, 2008).

Anda mungkin juga menyukai