Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Ahli Madya
Keperawatan (Amd.Kep)
Disusun oleh :
Gita Sania Apriliani
NIM : E1714401015
A. Latar Belakang
Kejang demam merupakan kedarutatan medis yang memerlukan pertolongan segera.
Diagnosa secara dini pengelolaan yang sangat tepat sangat diperlukan untuk menghindari
cacat yang parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang sering. Untuk itu para media
dituntun berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut.
Tahun 2012, WHO memperkirakan hampir 80% kejang demam diseluruh dunia berada
di negara-negara miskin. Pravelensi kejang demam di negara maju berkisar 3,5 – 10,7 per
1.000 penduduk (Theodore et al., 2006). Tinjauan terbaru prevelensi kejang demam diasia
mulai dari 1,5 – 14 per 1.000 penduduk, di Amerika Latin mulai 5,1 menjadi 57 per 1.000
penduduk dan di Afrika Sub-sahara mulai dari 5,2 hingga 74,4 per 1.000 penduduk (Mac
et al., 2007: preut, 2005).
Penelitian Gunawan, dkk (2012), menyebutkan hampir 1,5 juta kejadian kejang demam
terjadi tiap tahunnya di USA, dan sebagian besar terjadi dalam rentang usia 6 hingga 36
bulan dengan puncak pada usia 18 bulan. Angka kejadian kejang demam bervariasi
diberbagai negara. Daerah Eropa Barat dan Amerika tercatat 2 sampai 4% angka kejadian
kejang demam pertahunnya. Sedangkan di India sebesar 5 sampai 10 % dan di Jepang
8,8%. Hampir 80% kasus Kejang demam adalah kejang demam sederhana (kejang<15
menit, fokal atau klonik dan akan berhenti sendiri, tanpa gerakan fokal atau berulang pada
waktu 24 jam). Sedangkan 20% kasus merupakan kejang demam komplek.
Data epidemiologi penyakit kejang demam di Indonesia diperkirakan 900.000 –
1.800.000 penderita, sedangkan penanggulangannya belum menjadi prioritas dalam system
kesehatan nasional. Masih banyak nya penderita kejang demam di Indonesia menyebabkan
kejang demam tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat (Harsono, 2007).
Gejala kejang demam dari bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rectal diatas 38° C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial. Kejang demam
merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak terutama pada usia
6 bulan sampai 5 tahun. Hampir 3 % anak berusia 5 tahun pernah menderitanya. Kejang
demam harus dibedakan dengan epilepsi yang ditandai dengan berulang tanpa demam.
(Soetomenggono TS, 1999)
Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan sel - sel otak
terutama cacat baiksecara fisik, mental maupun sosial yang mengganggu pertumbuhan
anak.
Kejang demam pada anak merupakan suatu peristiwa yang menakutkan pada
kebanyakan orang tua karena kejadiannya yang mendadak dan kebanyakan orang tua tidak
tahu harus berbuat apa. Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal >38°C) yang disebabkan oleh suatu proses diluar otak. Tidak jarang
orang tua khawatir jika anaknya panas, apakah nanti akan kejang atau tidak. Dari
penelitian, kejadian kejang demam sendiri tidaklah terlalu besar yaitu sekitar 2-4 %, artinya
dari 100 anak dengan demam ada sekitar 2-4 yang mengalami kejang. Kejang demam
terjadi pada usia 6 bulan – 5 tahun dan terbanyak terjadi pada usia 17-23 bulan. Saat
menghadapi si kecil yang sedang kejang demam, sedapat mungkin cobalah bersikap
tenang. Sikap panik hanya akan membuat kita tidak tahu harus berbuat apa yang mungkin
saja akan membuat penderitaan anak tambah parah kesalahan orang tua adalah kurang tepat
dalam menangani kejang demam itu sendiri yang kemungkian terbesar adalah disebabkan
karena kurang pengetahuan orang tua dalam menangani. (Ike Mardiati Agustin, 2008
Berdasarkan hasil pengamatan penulis di RSUD Tasikmalaya angka kejadian penyakit
kejang demam yang dirawat dirumah sakit selama dua tahun terakhir adalah : Berdasarkan
data tersebut, penulis memilih kasus ini untuk dijadikan studi kasus dengan judul “Asuhan
keperawatan pada anak kejang demam dengan melakukan pendidikan kesehatan pada
orangtua untuk mencegah kejang demam berulang di ruang anak RSUD Tasikmalaya”
dengan penyakit kejang demam diruang Melati 5 RSUD Tasikmalaya.
Peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien anak kejang demam
adalah memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua untuk mencegah kejang demam
berulang di ruang anak RSUD Tasikmalaya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka penulis berupaya mengamsumsikan
ilmu keperawatan pada penderita yang mengalami gangguan persyarafan kejang demam.
Dengan adanya peningkatan penderita kejang demam dari tahun 2014 sampai 2015 maka
penulis tertarik untuk mengangkat kasus kejang demam dengan judul asuhan keperawatan
pada anak kejang demam dengan melakukan pendidikan kesehatan pada orangtua untuk
mencegah kejang demam berulang di ruang anak RSUD Tasikmalaya.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam penerapan asuhan keperawatan pada
anak kejang demam dengan melakukan pendidikan kesehatan pada orangtua untuk
mencegah kejang demam berulang di ruang anak RSUD Tasikmalaya.
D. Manfaat Penulisan
1. Akademik
Sebagai sumber informasi dan bahan bacaan institusi dalam meningkatkan mutu
pendidikan masa yang akan datang.
2. Instansi kesehatan
Sebagai masukan perawat pelaksana dirumah sakit dalam rangka mutu peningkatan
pelayanan kesehatan khususnya pada kasus kejang demam.
3. Klien / Keluarga
Dapat memperoleh informasi dan pengetahuan tentang cara perawatan dan pencegahan
penyakit kejang demam.
4. Penulis
Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi penulis menerapkan ilmu yang
telah didapat selama pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA