Oleh :
1. Anisa Fitri Hanita (G2A020070)
2. Reni Agustin (G2A020073)
3. Riska Ervania Pramudya (G2A020078)
4. Vika Arni Puspita (G2A020079)
5. Siska Aprilia (G2A020083)
6. Lathifah Nariswari (G2A020084)
7. Silvi Dwi Yuniastuti (G2A020095)
8. Dian Estika (G2A020111)
9. Henandiar Rizky Syaharini (G2A020112)
10. Dian Nofita (G2A020116)
11. Tofan Baskoro Jati (G2A02119)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Retinoblastoma ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah Keperawatan Anak. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Retinoblastoma bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Anak yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Semarang, 6 Oktober 2022
Penulis
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................5
B. Tujuan Penulisan.............................................................................................5
C. Metode Penulisan.............................................................................................6
D. Sistematika Penulisan......................................................................................6
BAB II...............................................................................................................................7
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN......................................................7
A. Konsep Penyakit..........................................................................................7
□ Definisi.....................................................................................................7
□ Etiologi.....................................................................................................7
□ Patofisiologi.............................................................................................8
□ Manifestasi Klinis....................................................................................8
□ Penatalaksanaan.....................................................................................11
□ Pemeriksaan Penunjang.........................................................................13
□ Komplikasi.............................................................................................13
□ Pathways................................................................................................13
B. Konsep Asuhan Keperawatan................................................................14
□ Pengkajian..............................................................................................14
□ Diagnosa................................................................................................16
□ Intervensi................................................................................................17
BAB III...........................................................................................................................24
PENUTUP......................................................................................................................24
A. Kesimpulan dan Saran......................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................25
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Retinoblastoma merupakan tumor ganas primer intraokular yang
paling umum pada anak dan merupakan keganasan primer intraokular
tersering kedua (setelah melanoma mata) di semua kelompok umur.
Massa tumor di retina dapat tumbuh ke dalam vitreus (endofitik) dan
tumbuh menembus keluar (eksofitik).
Retinoblastoma adalah tumor intraokuler maligna primer masa anak
yang paling lazim. Retinoblastoma terjadi pada kira-kira 1 dalam 18.000
bayi. 250-300 kasus baru terdiagnosis setiap tahun di Amerika Serikat.
Terdapat pola transmisi herediter dan non-herediter, tidak ada prediksi
jenis kelamin atau ras. Tumor terjadi bilateral pada 25-35 % kasus.
Umur rata-rata saat diagnosis untuk tumor bilateral adalah 12 bulan,
kasus unilateral didiagnosis pada rata-rata umur 21 bulan. Kadang-
kadang, tumor ditemukan saat lahir, saat remaja, atau bahkan pada masa
dewasa.
Retinoblastoma dapat bersifat herediter atau sporadis. Pada hampir
semua kasus, retinoblastoma disebabkan oleh mutasi pada gen penekan
tumor RB1 yang terletak di lengan panjang kromosom 13 di lokus 14
(13q14). Kedua salinan gen RB1 harus mengalami mutasi untuk
membentuk tumor. Kasus herediter biasanya didiagnosis pada usia yang
lebih muda, multifokal dan bilateral, sedangkan kasus sporadis biasanya
didiagnosis pada anak yang lebih tua, yang cenderung memiliki
keterlibatan unilateral dan unifokal. Bentuk herediter dikaitkan dengan
hilangnya fungsi gen retinoblastoma (RB1) melalui mutasi atau delesi
gen.
Gejala klinis awal yang paling umum dari retinoblastoma adalah
leukokoria (refleks pupil putih), yang biasanya terjadi pertama kali
diperhatikan oleh keluarga dan dideskripsikan sebagai gambaran mata
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui secara umum mengenai penyakit Retinoblastoma
serta asuhan keperawatan yang tepat.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui Anatomi dan Fisiologi Retina
b. Untuk Mengetahui Pengertian dari Retinoblastoma
c. Untuk Mengetahui Etiologi/Predisposisi dari Retinoblastoma
d. Untuk Mengetahui Patofisiologi dari Retinoblastoma
e. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinik dari Retinoblastoma.
f. Untuk Mengetahui Klasifikasi Retinoblastoma
g. Untuk Mengetahui Diagnosis Banding Retinoblastoma
h. Untuk Mengetahui Prognosis Retinoblastoma
i. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan dari Retinoblastoma.
j. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang dari Retinoblastoma.
k. Untuk Mengetahui Komplikasi dari Retinoblastoma.
l. Untuk Mengetahui Pathway Keperawatan dari Retinoblastoma.
m. Untuk Mengetahui Pengkajian Fokus dari Retinoblastoma.
n. Untuk Mengetahui Diagnosa Keperawatan dari Retinoblastoma.
o. Untuk Mengetahui Fokus Intervensi dan Rasional dari
Retinoblastoma.
C. Metode Penulisan
Data yang dikemukakan dalam karya tulis ini diperoleh melalui
metode kualitatif, yaitu dengan cara memahami referensi yang berkaitan
dengan Retinoblastoma.
D. Sistematika
Karya tulis disusun dengan urutan sebagai berikut :
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
B. Definsi
Retinoblastoma merupakan tumor endo-okular pada anak yang
mengenai syaraf embrionik retina. Secara histologis retinoblastoma
muncul dari sel-sel retina imatur yang dapat meluas ke struktur lain
dalam bola mata hingga ekstraokular. Retina tidak memiliki sistem
limfatik, sehingga penyebaran tumor retina baik secara langsung ke
organ sekitar (vitreus, uvea, sklera, nervus optikus, bilik mata depan,
orbita, parenkim otak) maupun metastasis jauh melalui rute hematogen.
(Permono, Sutaryo, Ugrasena, Windiastuti, & Abdulsalam, 2006).
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id
C. Etiologi
Retinoblastoma disebabkan oleh mutasi gen RB1, yang terletak pada
lengan panjang kromosom 13 pada locus 14 (13q14) dan kode protein
pRB, yang berfungsi sebagai supresor pembentukan tumor. pRB adalah
nukleoprotein yang terikat pada DNA (Deoxiribo Nucleid Acid) dan
mengontrol siklus sel pada transisi dari fase G1 sampai fase S. Jadi
mengakibatkan perubahan keganasan dari sel retina primitif sebelum
diferensiasi berakhir. Retinoblastoma normal yang terdapat pada semua
orang adalah suatu gen supresor atau anti-onkogen. Individu dengan
penyakit yang herediter memiliki satu alel yang terganggu di setiap sel
tubuhnya, apabila alel pasangannya di sel retina yang sedang tumbuh
mengalami mutasi spontan, terbentuklah tumor. Pada bentuk penyakit
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id
D. Patofisiologi
Teori tentang histogenesis dari Retinoblastoma yang paling banyak
dipakai umumnya berasal dari sel prekursor multipotensial (mutasi pada
lengan panjang kromosom pita 13, yaitu 13q14 yang dapat berkembang
pada beberapa sel retina dalam atau luar. Pada intraokular, tumor
tersebut dapat memperlihatkan berbagai pola pertumbuhan yang akan
dipaparkan di bawah ini.
Pola pertumbuhan
Retinoblastoma Intraokular dapat menampakkan sejumlah pola
pertumbuhan, pada pola pertumbuhan endofitik, ini tampak sebagai
gambaran massa putih sampai coklat muda yang menembus membran
limitan interna. Retinoblastoma Endofitik kadang berhubungan dengan
vitreus seeding. Sel-sel dari Retinoblastoma yang masih dapat hidup
terlepas dalam vitreous dan ruang sub retina dan biasanya dapat
menimbulkan perluasan tumor melalui mata. Vitreous seeding sebagian
kecil meluas memberikan gambaran klinis mirip endopthalmitis,vitreous
seeding mungkin juga memasuki bilik mata depan, yang dapat
berkumpul di iris membentuk nodule atau menempati bagian inferior
membentuk Pseudohypopyon
Tumor Eksofitik biasanya kuning keputihan dan terjadi pada ruang
subretinal, yang mengenai pembuluh darah retina dan sering kali terjadi
peningkatan diameter pembuluh darah dengan warna lebih pekat.
Retinoblastoma eksofitik, berasal dari lapisan luar retina dan meluas ke
koroid menyebabkan solid RD, dapat meluas hingga ke sklera.
Retinoblastoma eksofitik ini dapat pula menyebabkan retinal
detachment.
Invasi saraf optikus;
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id
E. Pathways
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id
F. Manifestasi Klinis
a) Leukokoria merupakan keluhan dan gejala yang paling sering
ditemukan.
b) Tanda dini retinoblastoma adalah mata juling, mata merah atau
terdapatnya warna iris yang tidak normal.
c) Tumor dengan ukuran sedang akan memberikan gejala hipopion, di
dalam bilik mata depan, uveitis, endoftalmitis, ataupun suatu
panoftalmitis.
d) Bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas di dalam
bola mata.
e) Bila terjadi nekrosis, tumos akan terjadi gejala pandangan berat.
f) Tajam penglihatan sangat menurun.
g) Nyeri.
h) Pada tumor yang besar, maka mengisi seluruh rongga badan kaca
sehingga badan kaca terlihat benjolan berwarna putih kekuning-
kuningan dengan pembuluh darah di atasnya.
Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata. Bila
letak tumor dimakula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa
tumor yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria,
tanda-tanda peradangan di vitreus (Vitreous seeding) yang menyerupai
endoftalmitis.
Bila sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata ,
akan menyebabkan glaucoma atau tanda-tanda peradangan berupa
hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan
metastasis dengan invasi tumor melalui nervus optikus ke otak, melalui
sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke
sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak
kuning mengkilat, dapat menonjol kebadan kaca. Di permukaan terdapat
neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran
secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikular dan submandibula dan,
hematogen, ke sumsum tulang dan visera, terutama hati.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id
G. Penatalaksanaan Klinis
Tujuan pengobatan dari retinoblastoma telah berubah secara
dramatis sejak beberapatahun belakangan sehubungan dengan evolusi
dari kemajuan teknik operasi. Tujuan dari terapi adalah diutamakan
untuk menyelamatkan hidup pasien dan juga mata pasien.
Tumor intraocular
A. Dini : besar tumor < 4 disc diameter dan tebal < 2,5 mm
tergantung lokasi tumor dapat dilakukan tindakan fotoagulasi dan
atau krioterapi.
B. Untuk tumor lanjut intraokular yang belum terjadi vitreous seeding,
bola mata dipertahankan tanpa dilakukan enukleasi dengan cara
kemoreduksi pemberian kemoterapi kombinasi Carboplatin
etoposide dan vitreuos sebanyak 2 siklus untuk mengecilkan
massa tumor dilanjutkan fokal terapi dengan fotokoagulasi atau
terapikrio.
Lanjut : stadium 4 dan 5 intraokular dan tajam penglihatan nol
dilakukan tindakan bedah pengangkatan bola mata (enukleasi).
Pengobatan selanjutnya tergantung dari pemeriksaan patologi
anatomi. Bila hasil pemeriksaan patologi anatomi pada RB unilateral
menunjukkan tumor telah menembus sklera atau infiltrasi difus
kekoroid atau korpus; pengobatan dilanjutkan dengan kemoterapi.
Khusus untuk kasus dengan infiltrasi N.optikus post laminar
pengobatan dilanjutkan dengan radioterapi dan kemoterapi. Harus
diingat bahwa pemberian radioterapi pada anak < 2 tahun tidak
dianjurkan.Untuk tumor bilateral tindakan pengobatan sesuai dengan
masing-masing stadium tumor. Bila hasil PA menunjukkan
perluasan ekstratraokular pengobatan dilanjutkan dengan kemoterapi
dengan atau tanpa radioterapi.
Tumor ekstraokular
Klinis dengan protopsis :
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id
H. Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk
pasien dengan metastasis ke luar, misalnya dengan gejala proptosis bola
mata.
I. Klasifikasi
1. Golongan I
Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter papil.
Terdapat pada atau di belakang ekuator
Prognosis sangat baik
2. Golongan II
Satu atau beberapa tumor berukuran 4-10 diameter papil
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id
Prognosis baik
3. Golongan III
Tumor ada di depan ekuator atau tumor soliter berukuran>10
diameter papil
Prognosis meragukan
4. Golongan IV
Tumor multiple sampai ora setara
Prognosis tidak baik
5. Golongan V
Setengah retina terkena benih di badan kaca
Prognosis buruk
J. Prognosis
Tumor mempunyai prognosis baik bila ditemukan dini dan
intraokuler. Prognosis sangat buruk bila sudah tersebar ekstra ocular
pada saat pemeriksaan pertama. Tumor dapat masuk ke dalam otak
melalui saraf optik yang terkena infiltrasi sel tumor.
K. Komplikasi
Komplikasi Retinoblastoma yaitu:
1. Tumor non okuler sekunder dapat muncul pada penderita
retinoblastoma.Contohnya Osteosarkoma, berbagai jenis sarkoma
jaringan lunak yang lain,melanoma malignan, berbagai jenis
karsinoma, leukemia dan limfoma danberbagai jenis tumor otak.
2. Komplikasi vaskular : kerusakan pembuluh darah retina dan
perdarahan dapatterlihat.
3. Efek pada tulang, gigi dan jaringan lunak setelah radiasi. Terjadi
hipoplasia padatulang dan struktur jaringan lunak setelah terapi
dengan dosis radiasi.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id
L. Diagnosis Banding
Fibroplasia retrolental, displasia retina , endoftalmitis nematoda,
katarak, dan ablasi retina.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
B. Pengelompokkan Data
1. Data Subjektif
Mengeluh nyeri pada mata
Sulit melihat dengan jelas
Mengeluh sakit kepala
Merasa takut
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id
2. Data Objektif
Mata juling (strabismus)
Mata merahBola mata besar
Aktivitas kurang
Tekanan bola mata meningkat
Gelisah
Refleks pupil berwarna putih (leukokoria)
Tajam penglihatan menurun
Sering menangis
Keluarga sering bertanya
Ekspresi meringis
Tak akurat mengikuti instruksi
Keluarga nampak murung
Keluarga nampak gelisah
Pertanyaan/pernyataan keluarga salah konsepsi.
interaksi. Bila
dapat diterima
pada pasien dan
mempertahanka
n kontak mata.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id
BAB IV
PENUTUP
Dengan mengucap puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Tugas Makalah ini dapat berjalan dengan baik
tanpa halangan suatu apapun dan dapat mencapai sasaran yang diinginkan.
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari Asuhan Keperawatan ini adalah :
Retinoblastoma adalah penyakit kanker mata (retina) pada anak usia
kurang dari 5 tahun. Retinoblastoma disebabkan oleh mutasi gen RB1,
yang terletak pada lengan panjang kromosom 13 pada locus 14 (13q14)
dan kode protein pRB, yang berfungsi sebagai supresor pembentukan
tumor. Tanda dini retinoblastoma adalah mata juling, mata merah atau
terdapatnya warna iris yang tidak normal. Ultrasonografi dan tomografi
komputer dilakukan terutama untuk pasien dengan metastasis ke luar,
misalnya dengan gejala proptosis bola mata.
B. Saran
Berdasarkan hasil dari makalah Asuhan Keperawatan
Retinoblastoma, penulis ingin memberikan saran :
1. Bagi penulis
Dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan dan lebih cermat
dalam mencari literatur dalam pembuatan tugas makalah Asuhan
Keperawatan.
2. Bagi Perawat
Pasien dengan retinoblastoma harus diberikan perawatan secara
intensif dan perlunya pengetahuan dari pihak keluarga agar penyakit
tersebut tidak mengalami komplikasi. Dan kita sebagai perawat
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id
DAFTAR PUSTAKA