Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN RETINOBLASTOMA

Oleh :
1. Anisa Fitri Hanita (G2A020070)
2. Reni Agustin (G2A020073)
3. Riska Ervania Pramudya (G2A020078)
4. Vika Arni Puspita (G2A020079)
5. Siska Aprilia (G2A020083)
6. Lathifah Nariswari (G2A020084)
7. Silvi Dwi Yuniastuti (G2A020095)
8. Dian Estika (G2A020111)
9. Henandiar Rizky Syaharini (G2A020112)
10. Dian Nofita (G2A020116)
11. Tofan Baskoro Jati (G2A02119)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2022
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Retinoblastoma ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah Keperawatan Anak. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Retinoblastoma bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Anak yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Semarang, 6 Oktober 2022

Penulis
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................5
B. Tujuan Penulisan.............................................................................................5
C. Metode Penulisan.............................................................................................6
D. Sistematika Penulisan......................................................................................6
BAB II...............................................................................................................................7
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN......................................................7
A. Konsep Penyakit..........................................................................................7
□ Definisi.....................................................................................................7
□ Etiologi.....................................................................................................7
□ Patofisiologi.............................................................................................8
□ Manifestasi Klinis....................................................................................8
□ Penatalaksanaan.....................................................................................11
□ Pemeriksaan Penunjang.........................................................................13
□ Komplikasi.............................................................................................13
□ Pathways................................................................................................13
B. Konsep Asuhan Keperawatan................................................................14
□ Pengkajian..............................................................................................14
□ Diagnosa................................................................................................16
□ Intervensi................................................................................................17
BAB III...........................................................................................................................24
PENUTUP......................................................................................................................24
A. Kesimpulan dan Saran......................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................25
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Retinoblastoma merupakan tumor ganas primer intraokular yang
paling umum pada anak dan merupakan keganasan primer intraokular
tersering kedua (setelah melanoma mata) di semua kelompok umur.
Massa tumor di retina dapat tumbuh ke dalam vitreus (endofitik) dan
tumbuh menembus keluar (eksofitik).
Retinoblastoma adalah tumor intraokuler maligna primer masa anak
yang paling lazim. Retinoblastoma terjadi pada kira-kira 1 dalam 18.000
bayi. 250-300 kasus baru terdiagnosis setiap tahun di Amerika Serikat.
Terdapat pola transmisi herediter dan non-herediter, tidak ada prediksi
jenis kelamin atau ras. Tumor terjadi bilateral pada 25-35 % kasus.
Umur rata-rata saat diagnosis untuk tumor bilateral adalah 12 bulan,
kasus unilateral didiagnosis pada rata-rata umur 21 bulan. Kadang-
kadang, tumor ditemukan saat lahir, saat remaja, atau bahkan pada masa
dewasa.
Retinoblastoma dapat bersifat herediter atau sporadis. Pada hampir
semua kasus, retinoblastoma disebabkan oleh mutasi pada gen penekan
tumor RB1 yang terletak di lengan panjang kromosom 13 di lokus 14
(13q14). Kedua salinan gen RB1 harus mengalami mutasi untuk
membentuk tumor. Kasus herediter biasanya didiagnosis pada usia yang
lebih muda, multifokal dan bilateral, sedangkan kasus sporadis biasanya
didiagnosis pada anak yang lebih tua, yang cenderung memiliki
keterlibatan unilateral dan unifokal. Bentuk herediter dikaitkan dengan
hilangnya fungsi gen retinoblastoma (RB1) melalui mutasi atau delesi
gen.
Gejala klinis awal yang paling umum dari retinoblastoma adalah
leukokoria (refleks pupil putih), yang biasanya terjadi pertama kali
diperhatikan oleh keluarga dan dideskripsikan sebagai gambaran mata
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id

berkilau atau mata kucing (cat’s-eye appearance). Sekitar 25% dari


kasus memiliki gambaran strabismus (esotropia atau eksotropia).
Gambaran yang kurang umum terlihat adalah perdarahan vitreous,
hyphema, peradangan mata atau periokular, glaukoma, proptosis, dan
pseudohypopyon. Secara keseluruhan, 66-75% anak dengan
retinoblastoma memiliki tumor unilateral, dengan sisanya mengalami
retinoblastoma bilateral.
Pemeriksaan penunjang untuk diagnosis retinoblastoma adalah
Ultrasonografi dan Tomografi computer yang dilakukan terutama untuk
pasien dengan metastasis ke luar, misalnya dengan gejala proptosis bola
mata. Diagnosis pasti retinoblastoma dapat dilakukan dengan
pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan histopatologi dilakukan pada
sediaan bola mata yang telah di enukleasi. Pemeriksaan biopsi jarum
halus (fine-needle aspiration biopsy) merupakan kontra indikasi pada
retinoblastoma, karena tindakan ini akan menyebabkan sel tumor
menyebar ke vitreous dan lapisan bola mata.
Enukleasi adalah pengangkatan bola mata, untuk mangatasi
kerusakan berat pada bola mata, kebutaan mata yang nyeri, dan lain-lain
(Broker, 2009). Enukleasi pada retinoblastoma terindikasi jika satu mata
demikian berat terlihat sehingga tidak ada penglihatan tersisa yang
bermanfaat atau jika nyeri glaucoma telah berkembang sebagai
komplikasi (Nelson, 2000). Tindakan ini akan mengakibatkan cacat
pada anak, maka pertimbangan yang sangat matang perlu dilakukan,
pada saat meminta persetujuan keluarga. Perencanaan tentang bagian
mata yang akan di-exsisi harus dilakukan dengan seksama (Pearce,
2008).
Penatalaksanaan terkini retinoblastoma intraokular menggabungkan
kombinasi modalitas pengobatan yang berbeda, seperti enukleasi,
kemoterapi local dan sistemik, terapi laser, krioterapi, terapi radiasi sinar
eksternal, dan plaque brakiterapi . Metastasis ditata laksana dengan
kemoterapi intensif, radiasi, dan transplantasi sumsum tulang.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui secara umum mengenai penyakit Retinoblastoma
serta asuhan keperawatan yang tepat.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui Anatomi dan Fisiologi Retina
b. Untuk Mengetahui Pengertian dari Retinoblastoma
c. Untuk Mengetahui Etiologi/Predisposisi dari Retinoblastoma
d. Untuk Mengetahui Patofisiologi dari Retinoblastoma
e. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinik dari Retinoblastoma.
f. Untuk Mengetahui Klasifikasi Retinoblastoma
g. Untuk Mengetahui Diagnosis Banding Retinoblastoma
h. Untuk Mengetahui Prognosis Retinoblastoma
i. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan dari Retinoblastoma.
j. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang dari Retinoblastoma.
k. Untuk Mengetahui Komplikasi dari Retinoblastoma.
l. Untuk Mengetahui Pathway Keperawatan dari Retinoblastoma.
m. Untuk Mengetahui Pengkajian Fokus dari Retinoblastoma.
n. Untuk Mengetahui Diagnosa Keperawatan dari Retinoblastoma.
o. Untuk Mengetahui Fokus Intervensi dan Rasional dari
Retinoblastoma.

C. Metode Penulisan
Data yang dikemukakan dalam karya tulis ini diperoleh melalui
metode kualitatif, yaitu dengan cara memahami referensi yang berkaitan
dengan Retinoblastoma.

D. Sistematika
Karya tulis disusun dengan urutan sebagai berikut :
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id

Bab I Pendahuluan, menjelaskan latar belakang, tujuan, metode


pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
Bab II Pembahasan, Mengemukakan pembahasan masalah bersumber
pada data yang diperoleh dibandingkan dengan teori yang terdapat pada
berbagai sumber.
Bab III Asuhan Keperawatan, menjelaskan pengkajian,
pengelompokkan data, diagnosa dan intervensi keperawatan
Bab IV Penutup, memuat simpulan dan saran.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id

BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Anatomi dan Fisiologi Retina


1. Anatomi Retina
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan
dan multilapis yang melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding
bola mata. Retina membentang kedepan hamper sama jauhnya
dengan corpus sillier, dan berakhir di tepi ora serrata. Retina
mempunyai tebal 0,1 mm pada kutub posterior. Di tengah-tengah
retina posterior.
2. Fisiologi Retina
Retina adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk melihat,
mata harus berfungsi sebagai suatu alat optis, sebagai suatu reseptor
kompleks, dan sebagai suatu trasdunces yang efektif. Sel-sel batang
dan kerucut dilapisan fotoreseptor mampu mengubah rangsangan
cahaya memjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan,
serta saraf retina melalui saraf optikus dan akhirnya ke korteks
penglihatan.

B. Definsi
Retinoblastoma merupakan tumor endo-okular pada anak yang
mengenai syaraf embrionik retina. Secara histologis retinoblastoma
muncul dari sel-sel retina imatur yang dapat meluas ke struktur lain
dalam bola mata hingga ekstraokular. Retina tidak memiliki sistem
limfatik, sehingga penyebaran tumor retina baik secara langsung ke
organ sekitar (vitreus, uvea, sklera, nervus optikus, bilik mata depan,
orbita, parenkim otak) maupun metastasis jauh melalui rute hematogen.
(Permono, Sutaryo, Ugrasena, Windiastuti, & Abdulsalam, 2006).
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id

Retinoblastoma merupakan tumor ganas intraokular yang ditemukan


pada anak- anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal
dari jaringan retino embrional (Mansjoer, 2005).
Jadi dari beberapa pengertian diatas disimpulakan bahwa
retinoblastoma adalah penyakit kanker mata (retina) pada anak usia
kurang dari 5 tahun.
Merupakan tumor ganas intraokuler yang ditemukan pada anak-
anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari
jaringan retina embrional. Dapat terjadi unilateral (70%) dan bilateral
(30%). Sebagian besar kasus bilateral bersifat herediter yang diwariskan
melalui kromosom.
Massa tumor diretina dapat tumbuh kedalam vitreus (endofitik) dan
tumbuh menembus keluar (eksofitik). Pada beberapa kasus terjadi
penyembuhan secara spontan. Sering terjadi perubahan degeneratif,
diikuti nekrosis dan kalsifikasi. Pasien yang selamat memiliki
kemungkinan 50% menurunkan anak dengan retinoblastoma. Pewarisan
ke saudara sebesar 4-7%.

C. Etiologi
Retinoblastoma disebabkan oleh mutasi gen RB1, yang terletak pada
lengan panjang kromosom 13 pada locus 14 (13q14) dan kode protein
pRB, yang berfungsi sebagai supresor pembentukan tumor. pRB adalah
nukleoprotein yang terikat pada DNA (Deoxiribo Nucleid Acid) dan
mengontrol siklus sel pada transisi dari fase G1 sampai fase S. Jadi
mengakibatkan perubahan keganasan dari sel retina primitif sebelum
diferensiasi berakhir. Retinoblastoma normal yang terdapat pada semua
orang adalah suatu gen supresor atau anti-onkogen. Individu dengan
penyakit yang herediter memiliki satu alel yang terganggu di setiap sel
tubuhnya, apabila alel pasangannya di sel retina yang sedang tumbuh
mengalami mutasi spontan, terbentuklah tumor. Pada bentuk penyakit
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id

yang nonherediter, kedua alel gen Retinoblastoma normal di sel retina


yang sedang tumbuh diinaktifkan oleh mutasi spontan.

D. Patofisiologi
Teori tentang histogenesis dari Retinoblastoma yang paling banyak
dipakai umumnya berasal dari sel prekursor multipotensial (mutasi pada
lengan panjang kromosom pita 13, yaitu 13q14 yang dapat berkembang
pada beberapa sel retina dalam atau luar. Pada intraokular, tumor
tersebut dapat memperlihatkan berbagai pola pertumbuhan yang akan
dipaparkan di bawah ini.
Pola pertumbuhan
Retinoblastoma Intraokular dapat menampakkan sejumlah pola
pertumbuhan, pada pola pertumbuhan endofitik, ini tampak sebagai
gambaran massa putih sampai coklat muda yang menembus membran
limitan interna. Retinoblastoma Endofitik kadang berhubungan dengan
vitreus seeding. Sel-sel dari Retinoblastoma yang masih dapat hidup
terlepas dalam vitreous dan ruang sub retina dan biasanya dapat
menimbulkan perluasan tumor melalui mata. Vitreous seeding sebagian
kecil meluas memberikan gambaran klinis mirip endopthalmitis,vitreous
seeding mungkin juga memasuki bilik mata depan, yang dapat
berkumpul di iris membentuk nodule atau menempati bagian inferior
membentuk Pseudohypopyon
Tumor Eksofitik biasanya kuning keputihan dan terjadi pada ruang
subretinal, yang mengenai pembuluh darah retina dan sering kali terjadi
peningkatan diameter pembuluh darah dengan warna lebih pekat.
Retinoblastoma eksofitik, berasal dari lapisan luar retina dan meluas ke
koroid menyebabkan solid RD, dapat meluas hingga ke sklera.
Retinoblastoma eksofitik ini dapat pula menyebabkan retinal
detachment.
Invasi saraf optikus;
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id

Dengan penyebaran tumor sepanjang ruang sub arachnoid ke otak.


Sel Retinoblastoma paling sering keluar dari mata dengan menginvasi
saraf optikus dan meluas kedalam ruang sub arachnoid.
Diffuse infiltration retina
Pola yang ketiga adalah Retinoblastoma yang tumbuh menginfiltrasi
luas yang biasanya unilateral, nonherediter, dan ditemukan pada anak
yang berumur lebih dari 5 tahun. Pada tumor dijumpai adanya injeksi
conjunctiva, anterior chamber seeding, pseudohypopyon, gumpalan
besar sel vitreous dan tumor yang menginfiltrasi retina, karena masa
tumor yang dijumpai tidak jelas, diagnosis sering dikacaukan dengan
keadaan inflamasi seperti pada uveitis intermediate yang tidak diketahui
etiologinya. Glaukoma sekunder dan Rubeosis Iridis terjadi pada sekitar
50% kasus.
Penyebaran metastasis ke kelenjar limfe regional, paru, otak dan
tulang.
Sel tumor mungkin juga melewati kanal atau melalui slera untuk
masuk ke orbita. Perluasan ekstraokular dapat mengakibatkan proptosis
sebagaimana tumor tumbuh dalam orbita. Pada bilik mata depan, sel
tumor menginvasi trabecular messwork, memberi jalan masuk ke
limphatik conjunctiva. Kemudian timbul kelenjar limfe preauricular dan
cervical yang dapat teraba.
Di Amerika Serikat, pada saat diagnosis pasien, jarang dijumpai
dengan metastasis sistemik dan perluasan intrakranial. Tempat metastasis
Retinoblastoma yang paling sering pada anak mengenai tulang kepala,
tulang distal, otak, vertebra, kelenjar limphe dan viscera abdomen.
Tumor mata ini, terbagi atas IV stadium, masing-masing:
1. Stadium I: menunjukkan tumor masih terbatas pada retina (stadium
tenang)
2. Stadium II: tumor terbatas pada bola mata.
3. Stadium III: terdapat perluasan ekstra okuler regional, baik yang
melampaui ujung nervus optikus yang dipotong saat enuklasi.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id

4. Stadium IV: ditemukan metastase jauh ke dalam otak.


Pada beberapa kasus terjadi penyembuhan secara spontan, sering
terjadi perubahan degeneratif, diikuti nekrosis dan klasifikasi. Pasien yang
selamat memiliki kemungkinan 50 % menurunkan anak dengan
retinoblastoma.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id

E. Pathways
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id

F. Manifestasi Klinis
a) Leukokoria merupakan keluhan dan gejala yang paling sering
ditemukan.
b) Tanda dini retinoblastoma adalah mata juling, mata merah atau
terdapatnya warna iris yang tidak normal.
c) Tumor dengan ukuran sedang akan memberikan gejala hipopion, di
dalam bilik mata depan, uveitis, endoftalmitis, ataupun suatu
panoftalmitis.
d) Bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas di dalam
bola mata.
e) Bila terjadi nekrosis, tumos akan terjadi gejala pandangan berat.
f) Tajam penglihatan sangat menurun.
g) Nyeri.
h) Pada tumor yang besar, maka mengisi seluruh rongga badan kaca
sehingga badan kaca terlihat benjolan berwarna putih kekuning-
kuningan dengan pembuluh darah di atasnya.
Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata. Bila
letak tumor dimakula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa
tumor yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria,
tanda-tanda peradangan di vitreus (Vitreous seeding) yang menyerupai
endoftalmitis.
Bila sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata ,
akan menyebabkan glaucoma atau tanda-tanda peradangan berupa
hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan
metastasis dengan invasi tumor melalui nervus optikus ke otak, melalui
sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke
sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak
kuning mengkilat, dapat menonjol kebadan kaca. Di permukaan terdapat
neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran
secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikular dan submandibula dan,
hematogen, ke sumsum tulang dan visera, terutama hati.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id

G. Penatalaksanaan Klinis
Tujuan pengobatan dari retinoblastoma telah berubah secara
dramatis sejak beberapatahun belakangan sehubungan dengan evolusi
dari kemajuan teknik operasi. Tujuan dari terapi adalah diutamakan
untuk menyelamatkan hidup pasien dan juga mata pasien.
Tumor intraocular
A. Dini : besar tumor < 4 disc diameter dan tebal < 2,5 mm
tergantung lokasi tumor dapat dilakukan tindakan fotoagulasi dan
atau krioterapi.
B. Untuk tumor lanjut intraokular yang belum terjadi vitreous seeding,
bola mata dipertahankan tanpa dilakukan enukleasi dengan cara
kemoreduksi pemberian kemoterapi kombinasi Carboplatin
etoposide dan vitreuos sebanyak 2 siklus untuk mengecilkan
massa tumor dilanjutkan fokal terapi dengan fotokoagulasi atau
terapikrio.
Lanjut : stadium 4 dan 5 intraokular dan tajam penglihatan nol
dilakukan tindakan bedah pengangkatan bola mata (enukleasi).
Pengobatan selanjutnya tergantung dari pemeriksaan patologi
anatomi. Bila hasil pemeriksaan patologi anatomi pada RB unilateral
menunjukkan tumor telah menembus sklera atau infiltrasi difus
kekoroid atau korpus; pengobatan dilanjutkan dengan kemoterapi.
Khusus untuk kasus dengan infiltrasi N.optikus post laminar
pengobatan dilanjutkan dengan radioterapi dan kemoterapi. Harus
diingat bahwa pemberian radioterapi pada anak < 2 tahun tidak
dianjurkan.Untuk tumor bilateral tindakan pengobatan sesuai dengan
masing-masing stadium tumor. Bila hasil PA menunjukkan
perluasan ekstratraokular pengobatan dilanjutkan dengan kemoterapi
dengan atau tanpa radioterapi.
Tumor ekstraokular
Klinis dengan protopsis :
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id

a. Bila secara radiologi pada RB unilateral tidak ditemukan


destruksi tulang orbita,perluasan intrakranial dalam (-),
metastasis jauh ( BMP / LP ) ( -) ; dilakukan tindakan bedah
mengangkat seluruh isi rongga mata (eksenterasi orbita),
dilanjutkan dengan radioterapi ( usia > 2 tahun ) dan kemoterapi.
b. Bila secara radiologis pada RB unilateral ditemukan destruksi
dinding orbita, at au metastase intrakranial dengan atau tanpa
metastase jauh, tidak perlu dilakukan tindakan bedah dan
diberikan : radioterapi ( usia > 2 tahun ) dan kemoterapic. Tumor
disertai pembesaran kelenjar regional, penderita diberikan
pengobatan: radiasi ( >2 tahun ) pada orbita dan kelenjar limfe
yang membesar dilanjutkan dengan kemoterapid. Tumor dengan
metastasis jauh pada stadium lanjut ini gambaran kliniknya dapat
sangat bervariasi pada masing-masing penderita, oleh karenanya
pengobatan berdasarkan penilaian secara tersendiri kasus demi
kasus ialah kemoterapi dan radioterapi dapat dipertimbangkan
kemudian.

H. Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk
pasien dengan metastasis ke luar, misalnya dengan gejala proptosis bola
mata.

I. Klasifikasi
1. Golongan I
 Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter papil.
 Terdapat pada atau di belakang ekuator
 Prognosis sangat baik
2. Golongan II
 Satu atau beberapa tumor berukuran 4-10 diameter papil
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id

 Prognosis baik
3. Golongan III
 Tumor ada di depan ekuator atau tumor soliter berukuran>10
diameter papil
 Prognosis meragukan
4. Golongan IV
 Tumor multiple sampai ora setara
 Prognosis tidak baik
5. Golongan V
 Setengah retina terkena benih di badan kaca
 Prognosis buruk

J. Prognosis
Tumor mempunyai prognosis baik bila ditemukan dini dan
intraokuler. Prognosis sangat buruk bila sudah tersebar ekstra ocular
pada saat pemeriksaan pertama. Tumor dapat masuk ke dalam otak
melalui saraf optik yang terkena infiltrasi sel tumor.

K. Komplikasi
Komplikasi Retinoblastoma yaitu:
1. Tumor non okuler sekunder dapat muncul pada penderita
retinoblastoma.Contohnya Osteosarkoma, berbagai jenis sarkoma
jaringan lunak yang lain,melanoma malignan, berbagai jenis
karsinoma, leukemia dan limfoma danberbagai jenis tumor otak.
2. Komplikasi vaskular : kerusakan pembuluh darah retina dan
perdarahan dapatterlihat.
3. Efek pada tulang, gigi dan jaringan lunak setelah radiasi. Terjadi
hipoplasia padatulang dan struktur jaringan lunak setelah terapi
dengan dosis radiasi.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id

L. Diagnosis Banding
Fibroplasia retrolental, displasia retina , endoftalmitis nematoda,
katarak, dan ablasi retina.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Secara Teori


1. Pengkajian :
a. Biodata : Berisi identitas pasien , nomer rekam medik,
penanggung jawab, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa
medis.
b. Keluhan Utama : Yang dikeluhkan pasien pada saat dilakukan
pengkajian.
c. Riwayat Penyakit Sekarang : Penyakit yang diderita pasien saat
ini.
d. Riwayat Penyakit Dahulu : Penyakit yang pernah diderita pasien
sebelumnnya yang ada kaitannya dengan penyakit saat ini.
e. Riwayat Penyakit Keluarga : Penyakit yang pernah diderita salah
satu anggota keluarga dan menurun, seperti DM, Hepatitis dan
penyakit menurun lainnya.
f. Pengkajian yang penting untuk retinoblastoma
Sejak kapan sakit mata dirasakan. Penting untuk mengetahui
perkembangan penyakitnya, dan sejauhmana perhatian klien dan
keluarganya terhadap masalah yang dialami. Retinoblastoma
mempunyai prognosis baik bila ditemukan dini.
g. Riwayat trauma sebelum atau sesudah ada keluhan
Trauma dapat memberikan kerusakan pada seluruh lapis
kelopak ataupun bola mata. Trauma sebelumnya dapat juga
memberikan kelainan pada mata tersebut sebelum meminta
pertolongan.
h. Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama
sebelumnya.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id

Retinoblastoma bersifat herediter yang diwariskan melalui


kromosom, protein yang selamat memiliki kemungkinan 50 %
menurunkan anak dengan retinoblastoma.
i. Apakah pasien merasakan adanya perubahan dalam matanya.
Retinoblastoma dapat menyebabkan bola mata menjadi
besar.
j. Apakah ada keluhan lain yang menyertai
Keluhan sakit kepala merupakan keluhan paling sering
diberikan oleh penderita. Adanya keluhan pada organ lain juga
bisa diakibatkan oleh tumor yang bermetastase.
k. Penyakit mata sebelumnya
Kadang-kadang dengan mengetahui riwayat penyakit mata
sebelumnya akan dapat menerangkan tambahan gejala-gejala
penyakit yang dikeluhkan penderita.
l. Penyakit lain yang sedang diderita
Bila sedang menderita penyakit lain dengan keadaan yang
buruk, dapat pula memperburuk keadaan klien.
m. Usia penderita
Dikenal beberapa jenis penyakit yang terjadi pada usia
tertentu. Retinoblastoma umumnya ditemukan pada anak-anak,
terutama pada usia di bawah 5 tahun.
n. Riwayat Psikologi
Reaksi pasien dana keluarganya terhadap gangguan
penglihatan yang dialami pasien: cemas, takut, gelisah, sering
menangis, sering bertanya.
o. Mekanisme koping
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan tajam penglihatan
Pada retinoblastoma, tumor dapat menyebar luas di dalam bola
mata sehingga dapat merusak semua organ di mata yang
menyebabkan tajam penglihatan sangat menurun.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id

b. Pemeriksaan gerakan bola mata


Pembesaran tumor dalam rongga mata akan menekan saraf dan
bahkan dapat merusak saraf tersebut dan apabila mengenai saraf
III, IV, dan VI maka akan menyebabkan mata juling.
c. Pemeriksaan susunan mata luar dan lakrimal
Pemeriksaan dimulai dari kelopak mata, sistem lakrimal,
konjungtiva, kornea, bilik mata depan, iris, lensa dan pupil.
Pada retinoblastoma didapatkan:
 Leukokoria, Yaitu reflek pupil yang berwarna putih.
 Hipopion, Yaitu terdapatnya nanah di bilik mata depan.
 Hifema, Yaitu terdapatnya darah di bilik mata depan
 Uveitis, Yaitu terdapatnya darah di bilik mata depan
d. Pemeriksaan Pupil
Leukokoria (refleks pupil yang berwarna putih) merupakan
keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan pada
penderita dengan retinoblastoma.
e. Pemeriksaan Funduskopi
Menggunakan oftalmoskopi untuk pemeriksaan media, papil
saraf optik, dan retina. Refleksi tak ada (atau gelap) akibat
perdarahan yang banyak dalam badan kaca.
f. Pemeriksaan Tekanan Bola Mata
Pertumbuhan tumor ke dalam bola mata menyebabkan tekanan
bola mata meningkat.

B. Pengelompokkan Data
1. Data Subjektif
 Mengeluh nyeri pada mata
 Sulit melihat dengan jelas
 Mengeluh sakit kepala
 Merasa takut
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id

2. Data Objektif
 Mata juling (strabismus)
 Mata merahBola mata besar
 Aktivitas kurang
 Tekanan bola mata meningkat
 Gelisah
 Refleks pupil berwarna putih (leukokoria)
 Tajam penglihatan menurun
 Sering menangis
 Keluarga sering bertanya
 Ekspresi meringis
 Tak akurat mengikuti instruksi
 Keluarga nampak murung
 Keluarga nampak gelisah
 Pertanyaan/pernyataan keluarga salah konsepsi.

C. Diagnosa Keperawatan Secara Teori


1. Nyeri b/d proses penyakit, inflamasi
2. Gangguan persepsi sensori : visual b/d gangguan penerimaan sensori
3. Resiko cedera b/d keterbatasan lapang pandang
4. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d status
hipermetabolik
5. Ansietas b/d perubahan status kesehatan
6. Gangguan harga diri b/d kecacatan bedah

D. Intervensi Secara Teori


No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri b/d Melaporkan  Tentukan  Informasi memberikan
proses kehilangan nyeri. Riwayat nyeri data dasar untuk
penyakit, mis : lokasi mengevaluasi
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id

inflamasi nyeri, frekuensi, kebutuhan keefektivan


durasi dan intervensi.
intensitas (skala  Ketidaknyamanan
0-10) rentang luas adalah
 Evaluasi/sadari umum (mis : nyeri
terapi tertentu insisi)
mis :  Meningkatkan relaksasi
pembedahan, dan membantu
radiasi, memfokuskan kembali
kemoterapi. perhatian
 Berikan  Memungkinkan pasien
tindakan untuk berpartisipasi
kenyamanan secara aktif dan
dasar dan meningkatkan rasa
aktivitas control
hiburan.  Nyeri adalah komplikasi
 Dorong sering dari kanker,
penggunaan meskipun respon
keterampilan individual berbeda.
manajemen
nyeri (mis :
tentik relaksasi,
visualisasi)
tertawa, music,
sentuhan
terapeutik.
 Kolaborasi :
berikan
analgesic sesuai
indikasi.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id

2. Gangguan  Mengenal  Pastikan  Memperbaiki harapan


persepsi gangguan derajat/tipe masa depan pasien dan
sensori : visual sensori dan kehilangan pilihan intervensi
b/d gangguan berkompensas penglihatan  Sementara intervensi
penerimaan i terhadap  Dorong dini mencegah
sensori perubahan mengekspresika kebutaan, pasien
 Mengidentifik n perasaan menghadapi
asi/ tentang kemungkinan
memperbaiki kehilangan mengalami kehilangan
potensial /kemungkinan penglihatan
bahaya dalam kehilangan  Mengontrol TIO
lingkungan. penglihatan mencegah kehilangan
 Tunjukan penglihatan lanjut
pemberian tetes  Menurunkan bahaya
mata, contoh keamanan sehubungan
menghitung dengan perubahan
tetesan, lapang
mengikuti pandang/kehilangan
jadwal dan penglihatan dan
tidak salah akomodasi pupir
dosis terhadap sinar
 Lakukan lingkungan
tindakan untuk  Pengangkatan bola
membantu mata, dilakukan apabila
pasien tumor sudah mencapai
menangani seluruh vitreous dan
keterbatasan visus nol, dilakukan
penglihatan, untuk mencegah tumor
contoh kurangi bermetastasis lebih jauh
kekacauan,  Dilakukan apabila
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id

perbaiki sinar tumor masih


suram dan intraokuler, untuk
masalah mencegah pertumbuhan
penglihatan tumor akam
malam mempertahankan visus.
 Kolaborasi :
siapkan
intervensi
bedah sesuai
indikasi :
enuklasi
 Pelaksanaan
krioterapi,
fotokoagulasi
laser atau
kombinasi
sitostatik.
3. Resiko cedera  Menyatakan  Batasi aktivitas  Menurunkan stress pada
b/d pemahaman seperti area operasi atau
keterbatasan faktor yang menggerakkan menurunkan tekanan
lapang terlibat dalam kepala tiba-tiba, intraokuler
pandang kemungkinan menggaruk  Menurunkan resiko
cedera mata, memecahkan mainan
 Mengubah membungkuk dan jatuh dari tempat
lingkungan  Anjurkan tidur
sesuai indikasi keluarga  Memfokuskan lapang
untuk memberikan pandang dan mencegah
meningkatkan mainan yang cedera pada saat
keamanan. aman (tidak berusaha untuk
pecah), dan menjangkau mainan
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id

pertahankan  Digunakan untuk


pagar tempat mengatasi
tidur ketidaknyamanan,
 Arahkan semua meningkatkan
alat mainan istirahat/mencegah
yang gelisah.
dibutuhkan
klien pada
tempat
 Pemberian
analgesic
misalnya
acetaminophen
(tyenol),
empirin dengan
kodein.
4. Perubahan  Mendemostra  Pantau masukan  Mengidentifikasi
status nutrisi sikan berat makanan setiap kekuatan/defisiensi
kurang dari badan stabil hari nutrisi
kebutuhan  Bebas tanda  Ukur tinggi,  Membantu dalam
tubuh b/d malnutrisi. berat badan dan identifikasi malnutrisi
status ketebalan protein-kalori
hipermetabolik lipatan kulit khususnya bila berat
trisep badan dan pengukuran
 Dorong pasien antropometrik
untuk makan  Kebutuhan jaringan
diet tinggi metabolic ditingkatkan
kalori kaya begitu juga cairan
nutrient, dengan  Mual muntal psikogenik
masukan cairan terjadi sebelum
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id

adekuat kemoterapi mulai secara


 Identifikasi umum tidak berespon
pasien yang terhadap obat antiemetic
mengalami  Sering sebagai sumber
mual/muntah distress emosi,
yang khususnya untuk orang
diantisipasi terdekat yang
 Dorong menginginkan untuk
komunikasi memberi makan pasien
terbuka dengan sering. Bila
mengenai pasien menolak, orang
masalah terdekat dapat
anoreksia. merasakan
ditolak/frustasi.
5. Ansietas b/d  Ansietas  Kaji tingkat  Mempengaruhi persepsi
perubahan menurun ansietas, derajat pasien terhadap
status sampai pada pengalaman ancaman diri, dapat
kesehatan tingkat yang nyeri dan mempengaruhi upaya
dapat diatasi pengetahuan medik untuk
 Menggunakan kondisi saat ini mengontrol TIO
sumber secara  Dorong pasien  Memberikan
efektif. untuk mengakui kesempatan pasien
masalah dan untuk menerima situasi
mengekspresika nyata
n perasaan  Menurunkan ansietas
 Berikan sehubungan dengan
informasi yang ketidaktahuan/harapan
akurat dan yang akan datang.
jujur.
6. Gangguan Mengungkapkan  Diskusikan  Membantu memastikan
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id

harga diri b/d pemahaman dengan masalah untuk memulai


kecacatan mekanisme pasien/orang proses pemecahan
bedah koping untuk terdekat/orang masalah
menghadapi tua bagaimana  Membantu
masalah secara diagnosis dan merencanakan
efektif. pengobatan perawatan saat di
yang Rumah Sakit serta
mempengaruhi setelah pulang
kehidupan  Meskipun beberapa
pribadi pasien beradaptasi diri
pasien/rumah dengan efek kanker atau
dan aktivitas efek samping terapi;
bermain banyak memerlukan
 Evaluasi dukungan tambahan
struktur yang selama periode ini
ada dan  Pastikan individualitas
digunakan oleh dan penerimaan penting
pasien/orang dalam menurunkan
terdekat perasaan pasien tentang
 berikan ketidakamanan dan
dukungan keraguan diri.
emosi untuk
pasien/orang
terdekat selama
tes diagnostic
dan fase
pengobatan
 gunakan
sentuhan
selama
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id

interaksi. Bila
dapat diterima
pada pasien dan
mempertahanka
n kontak mata.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id

BAB IV
PENUTUP

Dengan mengucap puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Tugas Makalah ini dapat berjalan dengan baik
tanpa halangan suatu apapun dan dapat mencapai sasaran yang diinginkan.

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari Asuhan Keperawatan ini adalah :
Retinoblastoma adalah penyakit kanker mata (retina) pada anak usia
kurang dari 5 tahun. Retinoblastoma disebabkan oleh mutasi gen RB1,
yang terletak pada lengan panjang kromosom 13 pada locus 14 (13q14)
dan kode protein pRB, yang berfungsi sebagai supresor pembentukan
tumor. Tanda dini retinoblastoma adalah mata juling, mata merah atau
terdapatnya warna iris yang tidak normal. Ultrasonografi dan tomografi
komputer dilakukan terutama untuk pasien dengan metastasis ke luar,
misalnya dengan gejala proptosis bola mata.

B. Saran
Berdasarkan hasil dari makalah Asuhan Keperawatan
Retinoblastoma, penulis ingin memberikan saran :
1. Bagi penulis
Dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan dan lebih cermat
dalam mencari literatur dalam pembuatan tugas makalah Asuhan
Keperawatan.
2. Bagi Perawat
Pasien dengan retinoblastoma harus diberikan perawatan secara
intensif dan perlunya pengetahuan dari pihak keluarga agar penyakit
tersebut tidak mengalami komplikasi. Dan kita sebagai perawat
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id

harus mampu memberikan edukasi tentang gejala dini


retinoblastoma agar dapat segera diobati
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
(UNIMUS)
Jl. Kedungmundu Raya 18A Semarang, Telp. (024)
76740296,76740297 Ext.1206
Fax. (024) 76740291 webmail : unimus.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn, E., et. al., 1999, Rencana Asuhan Keperawatan :


Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien,
Edisi 3, EGC, Jakarta.
Ganong, William, F., 1998, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi
17, EGC, Jakarta.
Mansjoer, A., et. al. 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi
III, Cetakan IV, Media Aekulapius. FK-UI, Jakarta.
Oswari hanifah, dkk. 123 Penyakit dengan Gangguan Pada Anak.
2009. BIP : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai