DISUSUN OLEH
KELOMPOK I
MAHASISWA NERS
TA. 2023/2024
Di Persiapkan Dan Di Setujui Oleh Tim Penyusun Program Studi Ners
STASE
Mengetahui :
i
Ns. Elin Hidayat, S.Kep.,M.Kep Ns. Yulta Kadang, S.Kep.,M.Kep
NIK.20230901156 NIK.20220901145
LEMBAR PENGESAHAN
CI Lahan CI Institusi
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan seminar kasus yang berjudul ” DEMAM THYPOID
bimbingan dan arahan dari Pembimbing Institusi dan kepada Pembimbing lahan
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan seminar kasus ini. Tentunya juga berkat
Kami menyadari bahwa laporan seminar kasus ini masih ada kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kami mengharapkan saran dan masukan demi
penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan seminar kasus ini dapat digunakan sebagai
bahan pembelajaran secara khusus dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................i
KATA PENGANTAR………………………………………………………iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………iv...........................................i
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1. Latar Belakang.....................................................................................1
2. Identifikasi Masalah.............................................................................2
3. Tujuan Penulisan.................................................................................2
4. Manfaat Penulisan..............................................................................2
5. Metode Penulisan...............................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI……………………………………………….. 3
1. Konsep Medis…………………………………………………… 3
a. Definisi ………....………………………………………….. 3
b. Anatomi Fisiologi………………………………………….. 4
c. Etiologi……………………………………………………… 7
d. Patofisiologi………………………………………………… 9
e. Pathway…………………………………………………….. 11
f. Manifestasi Klinis…………………………………………. 11
g. Komplikasi…………………………………………………. 12
h. Pemeriksaan Diagnostik…………………………………… 12
i. Penatalaksanaan…………………………………………… 16
j. Pencegahan…………………………………………………. 20
A. Pengkajian...............................................................................................35
B. Pathway Keperawatan…………………………………………. 50............................
C. Diagnosa Keperawatan............................................................................51
D. Intervensi Keperawatan..........................................................................53
E. Implementasi Keperawatan.....................................................................54
F. Evaluasi....................................................................................................63
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................79
A. Hasil.........................................................................................................79
B. Pembahasan ...........................................................................................79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................................82
A. Kesimpulan ............................................................................................................82
B. Saran .....................................................................................................................82
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................83
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Demam tifoid merupakan suatu penyakit akut yang ditimbulkan oleh infeksi
bakteri salmonelle enterica serotype thypi. Penularan penyakit demam tifoid dapat
masuk dari mulut melalui minuman dan makanan yang sudah terkontaminasi.
sakit disebabkan demam tifoid dengan angka kematian sekitar 128.000 sampai denga
161.000 orang dalam setahun. Ancaman serius demam tifoid cenderung lebih rendah
pada komunitas yang tidak mempunyai akses air bersih dan hygine yang layak,tataran
masyarakat miskin serta kelompok usia dini lebih beresiko tinggi. Presentasi
morbiditas dan mortalitas penyakit demam tifoid di kawasan Asia mencapai lebih
dari 90%. Pertama kali selamam 16 tahun wabah tifoid di jepang dilaporkan sebanyak
3/7 pasien dari pengunjung restoran dan 4/7pasien adalah pekerja restoran. Resiko
penyakit demam tifoid paling tinggi terjadi di daerah dengan kebersihan yang cukup
rendah.
telah sampai pada tingkat prevalensi 358 hingga 810/100.000. kejadian kasus demam
tifoid di Jakarta tercatat sebanyak 182,5 kasus setiap harinya, dengan presntase 64%
infeksi demam tifoid dialami penderit berusia 3-19 tahun, di rawat inapmencapai 32%
lebih sering terjadi pada orang dewasa yang berusia ≥ 25 tahun, sedangkan kasus
kematian akibat infeksi demam tifoid sekitar 10,4% atau 5-19 kematian dalam sehari.
tahunnya rata-rata mencapai 900.000 dan tidak kurang dari 200.000 yang mengalami
kematian.
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas mka masalah dalam penulisan ini dapat di
rumuskan apa tinjauan teori dan tinjauan kasus dengan diagnose Demam Thypoid.
3. Tujuan Penulisan
4. Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini di harapkan dapat mermanfaat sebagai bahan masukan bagi
RSUD Torabelo Sigi Sulawesi Tengah, untuk dapat mengevaluasi penerapan Asuhan
5. Metode Penulisan
pengumpulan data yaitu dengan wawancara langsung tehadap pasien dengan tehnik
anamneses baik pada pasien, keluarga, serta teman sejawat. Observasi dengan
Thypoid.
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. Konsep Medis
A. Defenisi
Demam typhoid dan demam paratifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus.
Demam paratifoid biasanya lebih ringan dan menunjukkan manifestasi klinis yang
sama atau menyebabkan enteritis akut. Sinonim demam tifoid dan demam paratifoid
adalah typhoid dan paratyphoid fever, enteric fever, thyphus dan paratyphus
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus. Sinonim dari demam tifoid
adalah typhoid fever, enteric fever. Tifoid berasal dari bahasa Yunani yang berarti
Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah,
cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi
pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Sumber penularan penyakit
demam tifoid adalah penderita yang aktif, penderita dalam fase konvalesen, dan
kronik karier. Demam Tifoid juga dikenali dengan nama lain yaitu Typhus
Abdominalis. Demam tifoid adalah penyakit sistemik yang akut yang mempunyai
kurang 3 minggu yang juga disertai gejala-gejala perut pembesaran limpa dan erupsi
kulit. Demam tifoid (termasuk paratifoid) disebabkan oleh kuman salmonella typhi,
1. Fungsi Pencernaan
adalah memindahkan zat nutrien (zat yang sudah dicerna), air dan garam berasal
dari zat makanan untuk didistribusikan ke sel-sel melalui sistem sirkulasi. Zat
makanan merupakan sumber energi bagi tubuh seperti ATP yang dibutuhkan sel-
sel untuk melaksanakan tugasnya. Agar makanan dapat dicerna secara optimal
air, elektrolit dan zat makanan yang terus menerus. Untuk ini dibutuhkan:
diabsorbsi.
dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses
cair yang terbentang mulai dari mulut (oris) sampai anus. Susunan saluran
a. Oris (mulut)
1) Mulut atau oris adalah pemulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2
bagian yaitu :
Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang antara gusi, gigi, bibir,
dan pipi.
2) Bagian rongga mulut bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi
yang mengeluarkan lendir. Selaput ini kaya akan pembuluh darah dan juga
b. Di sebelah luar mulur ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam ditutupi oleh
selaput lendir (mukosa). Otot orbikularis oris menutupi bibir, levator anguli
oris mengangkat dan depresor anguli oris menekan ujung mulut. b. Palatum
1) Palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dan
sebelah depan tulang maksilaris dan lebih kebelakang terdiri dari 2 tulang
palatum.
lendir.
otot yang terdapat pada pipi adalah otot buksinator. Didalam rongga mulut
1) Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan, lengkap pada
umur 2½ tahun jumlahnya adalah 20 buah tersebut juga gigi susu, terdiri
dari: 8 buah gigi seri (dens insivusi), 4 buah gigi taring (dens karinus) dan
buah terdiri dari: 8 buah gigi seri (dens insisivus) 4 buah gigi taring (dens
peremolare). Fungsi gigi terdiri dari: gigi seri untuk memotong makanan,
gigi taring gunanya untuk memutuskan makanan yang keras dan liat, dan
potong.
d. Lidah
Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja
otot ini dapat digerakkan ke seluruh arah. Lidah dibagi atas tiga bagian, radiks
lingua (pangkal lidah), dorsum lingua (punggung lidah), dan apeks lingua
(ujung lidah). Pada pangkal lidah yang belakang tedapat terdapat epiglotis,
yang berfungsi untuk menutup jalan nafas pada waktu kita menelan makanan,
kelenjar yang mempunyai duktus yang bernama duktus wartoni dan duktus
f. Esofagus (kerongkongan)
panjangnya 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di bawah
lambung. Lapisan dari dalam ke luar: lapisan selaput lendir (mukosa), lapisan
g. Ventrikulus (lambung)
dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium
5) Kurvatura mayor, lebih panjang dari kurvatura minor, terbentang dari sisi
lambung.
h. Usus Halus
Usus halus atau intestinum minor adalah bagian dari sistem pencernaan
makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada pada sekum
dan absorbsi hasil pencernaan yang terdiri dari lapisan usus halus (lapisan
mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M. Sirkuler), lapisan otot
memanjang (M. Longitudinal), lapisan serosa (sebelah luar) dan usus halus
1. Duodenum
Pada bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lendir, yang berbukit
disebut papila vateri. Pada bagian papila vateri ini bermuara saluran
bagian atas adalah (jejenum) dengan panjang ±23 meter dan ilium panjang
adalah 5-6 cm, lapisan-lapisan usus besar dari dalam ke luar: selaput lendir,
lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, jaringan ikat. Fungsi usus
besar adalah menyerap air dari makanan, tempat tinggal bakteri koli, tempat
dan dapat diraba melalui dinding abdomen pada orang yang masih hidup.
kanan terdapat fleksura hepatika dan sebelah kiri terdapat fleksura lienalis.
kiri membujur dari atas ke bawah dan fleksura lenalis sampai ke depan
j. Rektum
k. Anus
rektum dengan dunia luar (udara luar). Terletak di dasar pelvis, dindingnya
C. Etiologi
Etiologi demam tifoid dan demam paratifoid adalah salmonella typhi, salmonella
paratyphi A, salmonella paratyphi B dan salmonella paratyphi C.
D. Patofisiologi
makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung.
Sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque Peyeri di
ileum terminalis yang mengalami hipertropi. Ditempat ini komplikasi perdarahan dan
lamina propina, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe messenterial yang
pada patogenesis demam tifoid, karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal
pada jaringan setempat Salmonella typhi berkembang biak. Demam pada tifoid
pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang (Admin, 2018).
E. Pathway
Penurunan /peningkatan
Peristaltik usus
MK: Konstipasi/Diare
F. Manifestasi Klinis
Masa tunas demam tifoid berlangsung 10-14 hari. Gejala-gejala yang timbul
sangat bervariasi. Perbedaan ini tidak saja antara berbagai bagian dunia, tetapi juga di
daerah yang sama dari waktu ke waktu. Selain itu gambaran penyakit bervariasi dari
penyakit ringan yang tidak terdiagnosis, sampai gambaran penyakit yang khas dengan
komplikasi dan kematian. Hal ini menyebabkan bahwa seorang ahli yang sudah
Dalam minggu pertama penyakit, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit
akut pada umumnya. Yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual,
muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut, batuk dan epistaksis. Pada
pemeriksaan fisik hanya dijumpai suhu badan meningkat. Dalam minggu kedua
gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardi relatif, lidah yang khas
(kotor ditengah, tepi dan ujung merah dan tremor), hepatomegali, splenomegali,
G. Komplikasi
1. Komplikasi intestinal :
a) Perdarahan usus
b) Perforasi usus
c) Ileus paralitik
2. Komplikasi ekstra-intestinal :
a) Komplikasi kardiovaskular :
Kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis dan
tromboflebitis.
b) Komplikasi darah :
terjadi pada keadaan toksemia berat dan kelemahan umum terutama bila
H. Pemeriksaan Diagnostik
Didapatkan adanya anemi oleh karena intake makanan yang terbatas, terjadi
penghancuran sel darah merah dalam peredaran darah. Leukopenia dengan jumlah
lekosit antara 3000 – 4000 /mm3 ditemukan pada fase demam. Hal ini diakibatkan
eosinofil dari darah tepi. Trombositopenia terjadi pada stadium panas yaitu pada
dalam urine.
3. Pemeriksaan tinja
Didapatkan adanya lendir dan darah, dicurigai akan bahaya perdarahan usus dan
perforasi.
4. Pemeriksaan bakteriologis
Diagnosa pasti ditegakkan apabila ditemukan kuman salmonella typhi dan biakan
5. Pemeriksaan serologis
Yaitu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin ). Adapun antibodi
yang dihasilkan tubuh akibat infeksi kuman salmonella adalah antobodi O dan H.
Apabila titer antibodi O adalah 1 : 20 atau lebih pada minggu pertama atau terjadi
peningkatan titer antibodi yang progresif (lebih dari 4 kali). Pada pemeriksaan
salmonella typhi.
6. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada kelainan atau komplikasi akibat
demam tifoid.
I. Penatalaksanaan
Pengobatan demam tifoid terdiri atas tiga bagian yaitu perawatan, diet dan obat-
obatan.
1. Perawatan
Pasien dengan demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi
dan pengobatan. Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas
demam atau kurang lebih selama 14 hari. Mobilisasi pasien harus dilakukan secara
Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah-ubah pada
2. Diet
Dimasa lampau, pasien dengan demam tifoid diberi bubur saring, kemudian bubur
kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Karena usus
perlu diistirahatkan.
3. Obat
a) Kloramfenikol
b) Thiamfenikol
c) Ko-trimoksazol
f) Fluorokinolon.
Obat-obat simptomatik:
1. Pengumpulan Data
a. Wawancara
1) Identitas klien
status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa
medik.
2) Keluhan utama
Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak turun-
turun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta
penurunan kesadaran.
tubuh.
Gangguan dalam beribadat karena klien tirah baring total dan lemah.
7) Pola-pola fungsi kesehatan
muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan
lemak subkutan/massa otot, kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk.
b) Pola eliminasi
warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan demam tifoid terjadi
peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan merasa
Aktivitas klien terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak
umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham pad
klien.
Gangguan pola ini terjadi pada klien yang sudah menikah karena
mengalami gangguan.
sakitnya.
tidak boleh melakukan aktivitas karena penyakit yang dideritanya saat ini.
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
kemerahan.
2) Tingkat kesadaran
3) Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran
seperti bronchitis.
4) Sistem kardiovaskuler
postural.
5) Sistem integumen
Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam.
Kulit dan membran mukosa seperti turgor buruk, kering, lidah pecah-pecah
(dehidrasi/malnutrisi).
6) Sistem muskuloskeletal
7) Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual,
muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak,
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak
serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta
c. Pemeriksaan penunjang
Didapatkan adanya anemi oleh karena intake makanan yang terbatas, terjadi
jumlah lekosit antara 3000-4000 /mm3 ditemukan pada fase demam. Hal ini
2) Pemeriksaan urine
3) Pemeriksaan tinja
Didapatkan adanya lendir dan darah, dicurigai akan bahaya perdarahan usus
dan perforasi.
4) Pemeriksaan bakteriologis
minggu pertama atau terjadi peningkatan titer antibodi yang progresif (lebih
6) Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada kelainan atau komplikasi akibat
demam tifoid.
B. Diagnose Keperawatan
1. Hypertermi bernubungan dengan infeksi kuman salmonella thypi
2. Resiko hipovolemia
3. Perubahan pola eliminasi BAB; Diare berhubungan dengan inflamasi iritasi dan
dan elektrolit
kulit, pengisian
kapiler lambat
5. Cairan oral yang cukup dapat
Trapeutik:
mencegah dehidrasi
memperbanyak menurun
asupan cairan oral
7. Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi:
8. Kolaborasi pemberian
cairan IV Isotonis
( Nacl, RL)
9. Kolaborasi
pemeberian cairan IV
hipotonis misalnya
0,4%
antimotilitas
5. Nutrisi kurang dari Setelah di lakukan Manajemen nutrisi 1. Untuk mengetahui kebutuhan
menurun
9. kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Kolaborasi:
jika perlu
inflamasi) menurun dengan ansietas berubah ekspresi wajah dan tingkah laku
1. Perilaku
Trapeutik: nyaman dapat mengurangi
menurun penyakitnya
menimbulkan kepercayaan
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan Utama
Klien masuk dengan keluhan Demam
2) Riwayat Keluhan Utama
Klien masuk rumah sakit hari selasa tanggal 16 mei 2023 dengan keluhan
demam naik turun kurang lebih 1 minggu dan sempat kejang, BAB Cair 5x
sebelum dibawa ke RS
3) Riwayat Saat Pengkajian
Pada saat dilakukan pengakajian tanggal 16 mei 2023 ibu mengatakan
anaknya demam naik turun, klien nampak lemas, turgor kulit klien kering,
kulit nampak kemerahan, kulit klien teraba hangat, bibir klien nampak
kering.
b. Riwayat Kesehatan Lalu
1) Prenatal care
a) Keluhan selama hamil yang dirasakan oleh ibu klien mengatakan
selama hamil merasakan mual dan muntah
b) Imuniasai TT : ibu mengatakan Lupa
2) Natal
a) Jenis persalinan : Sectio Caesar ( Sc )
b) Penolong persalinan : Dokter
c) Komplikasi yang dialami pada saat melahirkan dan setelah
melahirkan : Ibu mengatakan tidak ada
3) Post natal
a) Kondisi bayi : Sehat
b) Anak pada saat lahir mengalami penyakit : Tidak ada
c) Riwayat kecelakaan : Tidak ada
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
A B
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan
C : Ayah Klien
D : Ibu Klien
5. RIWAYAT NUTRISI
a. Pemberian ASI
Bayi mendapatkan ASI selama 6 Bulan
6. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
a. Anak tinggal bersama orangtuanya
b. Lingkungan berada ditempat yang aman
c. Rumah dekat dengan tetangga
d. Kamar klian bersama orangtua
e. Hubungan antara anggota keluarga baik
f. Pengasuh anak tidak ada
7. RIWAYAT SPIRITUAL
a. Suport sistem dalam keluarga
Ibu klien dan saudara klien sangat sayang pada klien dan selalu menemani
klien saat dirawart
b. Kegiataan keagamaan
Belum dijalankan karena klien masih bayi
8. AKTIVITAS SEHARI-HARI
a. Nutrisi
Thypus abdominalis
Usus halus
Taksomia
Salmonella bersarang di jaringan limfoid
Salmonella thypi
berkembang biak di hati
Mukosa membrane payeri cedera atau luka
Pembesaran Limfa
Tukak pada mukosa payeri
Splenomegali
Perdarahan perforasi intestinal
Peningkatan metabolisme usus
Proses Infeksi
Resiko Hipovolemia
PENUMPULAN DATA
hangat.
- Lidah klien nampak Usus halus
kotor
Salmonella bersarang di jaringan
- Widal 1/200
limfoid
- Tanda-tanda vital
Nadi : 110x/m
Mukosa membrane payeri
RR : 30x/m
cedera atau luka
Suhu : 38,5 0c
Proses Infeksi
Pembesaran limfa
Splenomegali
Taksomia
Duktus thoraciucedera atau luka
Masuk ke hati
Pembesaran limfa
Splenomegali
Peningkatan mobilitas usus
Diare
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubngan dengan infeksi kuman salmonella thypi
2. Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal
3. Resiko hypovolemia berhubungan dengan diare
F. INTERVENSI DAN RASIONAL
G. IMPLEMENTASI
H. EVALUASI
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penerapan asuhan keperawatan anak pada An. D dengan kasus
DEMAM THYPOID diruangan Pinus RSUD Torabelo Sigi .
Kelompok dapat mengambil kesimpulan :
a. Pengkajian
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 16 mei 2023 pada An. D dengan keluhan
demam naik turun, klien Nampak lemas, turgor kulit klien kering, kulit Nampak
kemerahan, kulit klien teraba hangat, dan bibir klien Nampak kering.
b. Diagnosis Keperawatan
Pada kasus An. D dengan diagnosa Demam Thypoid kelompok menemukan 3
diagnosa keperawatan yang dapat muncul yaitu Hipertermi berhubungan dengan
infeksi kuman salmonella thypi, Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal
dan Gangguan pola tidur
c. Perencanaan
Kelompok menyususn rencana asuhan keperawatan menggunakan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SDKI) dari Tim Pokja SIKI DPP PPNI.
d. Pelaksanaan
Kelompok melakukan tindakan asuhan keperawatan pada pasien yang telah dilakukan
penyusunan rencana asuhan keperawatan. Kelompok melakukan tindakan sesuai
dengan intervensi yang telah dibuat.
e. Evaluasi
Kelompok melakukan evaluasi pada pasien sesuai dengan kriteria hasil yang telah
dibuat oleh peneliti untuk target yang akan dicapai pada pasien.
B. SARAN
a. Untuk pasien/keluarga
1. Diharapkan pasien/kluarga pasien dapat memeriksakan keadaan pasien secara
berkala panca perawatan di RS.
2. Diharapkan kluarga dapat mengambil keputusan atau tindakan untuk mengatasi
masalah serta dapat melanjutkan perawatan terhadap pasien.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil asuhan keperawatan diharapkan dapat menjadi bahan referensi mengajar
serta pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan topik
asuhan keperawatan pada klien dengan Demam Thypoid bagi dosen dan
mahasiswa dilingkungan Universitas Widya Nusantara Palu.
c. Bagi Rumah Sakit Torabelo
Bagi pihak Rumah Sakit hendaknya penanganan pasien dengan Demam Thypoid
bisa ditingkatkan lagi sehingga kriteria hasil yang di inginkan dalam hal ini
“Asuhan Keperawatan dapat tercapai dengan maksimal”.
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, N. R., & Pawenang, E. T. (2019). Higeia Journal Of Public Health. 3(2), 263–
273. 3(2), 263–273.
Cita, Y. P. (2017). Bakteri salmonella typhi dan demam tifoid. Vi, 42–46.
Hasyul, S. F. P., Puspitan, T., Nuari, D. A., Muntaqin, E. P., Wartini, E., & Eka,
M. Y. (2019). Evaluasi Penggunaan Obat Antibiotik Pada Pasien Demam
Tifoid Di Kabupaten Garut Pada Januari-Desember 2017., 10(2), 160.
https://doi.org/10.52434/jfb.v10i2.657
SDKI, Tim. Pokja. DPP. PPPNI. (2016). Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.
SLKI, Tim. Pokja. DPP. PPPNI. (2016). Standart Luaran Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia
SIKI, Tim. Pokja. DPP. PPPNI. (2016). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.