Anda di halaman 1dari 11

Bantuan sosial

Teori secara umum

Kriteria Belanja Bansos

1. Belanja bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau
lembaga kemasyarakatan termasuk di dalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah
bidang pendidikan dan keagamaan.

2. Belanja bantuan sosial bersifat sementara atau berkelanjutan.

3. Belanja bantuan sosial ditujukan untuk mendanai kegiatan rehabilitasi sosial,


perlindungan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, penanggulangan kemiskinan
dan penanggulangan bencana.

4. Belanja bantuan sosial bertujuan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas,


kelangsungan hidup, dan memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian
sehingga terlepas dari risiko sosial.

5. Belanja bantuan sosial diberikan dalam bentuk:

a. bantuan langsung;

b. penyediaan aksesibilitas; dan/atau

c. penguatan kelembagaan.

Tujuan Penggunaan Belanja Bansos

Pengeluaran belanja bantuan sosial hanya dapat dilakukan untuk kegiatan yang ditujukan
untuk:

1. Rehabilitasi sosial dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan


seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya
secara wajar.

2. Perlindungan sosial dimaksudkan untuk mencegah dan menangani risiko dari


guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat
agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal.

3. Pemberdayaan Sosial adalah semua upaya yang diarahkan untuk menjadikan warga
negara yang mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi
kebutuhan dasarnya.
4. Jaminan Sosial adalah skema yang melembaga untuk menjamin seluruh rakyat agar
dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

5. Penanggulangan kemiskinan merupakan kebijakan, program, dan kegiatan yang


dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang tidak mempunyai
atau mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak dapat memenuhi kebutuhan yang
layak bagi kemanusiaan.

6. Penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan


kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana,
tanggap darurat dan rehabilitasi.

Persyaratan Penerima Bantuan Sosial


Penerima belanja bantuan sosial adalah seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau
masyarakat yang mengalami keadaan yang tidak stabil sebagai akibat dari situasi krisis sosial,
ekonomi, politik, bencana, dan fenomena alam agar dapat memenuhi kebutuhan hidup
minimum, termasuk di dalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah bidang pendidikan,
keagamaan dan bidang lain yang berperan untuk melindungi individu, kelompok dan/atau
masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial.

Penyaluran Dana Bantuan Sosial


Dana Belanja Bantuan Sosial yang disalurkan dalam bentuk uang disalurkan langsung
kepada penerima bantuan dalam bentuk transfer uang. Pencairan dana Belanja Bantuan Sosial
yang disalurkan dalam bentuk uang dilakukan melalui pembayaran langsung (LS) dari Kas
Negara ke rekening penerima bantuan social dari Kas Negara ke rekening lembaga
nonpemerintah, atau dari Kas Negara ke rekening Bank/Pos Penyalur. Dalam rangka
pelaksanaan penyaluran dana Belanja Bantuan Sosial dari Kas Negara ke rekening Bank/Pos
Penyalur, PPK melakukan pemilihan Bank/Pos Penyalur sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah.
Belanja Bantuan Sosial yang disalurkan dalam bentuk barang dan/ atau jasa dilaksanakan
melalui penyaluran barang dan/ atau jasa kepada penerima bantuan sosial. Penyaluran
Bantuan Sosial ini dapat dilakukan dengan cara:

1. PPK menandatangani kontrak pengadaan barang dan/ atau jasa dengan penyedia
barang dan/ atau jasa untuk bantuan sosial yang akan disalurkan dalam bentuk barang
dan/ atau jasa.
2. Pengadaan barang dan/ atau jasa yang akan disalurkan kepada penerima bantuan
sosial dapat juga termasuk pelaksanaan penyaluran barang dan/ atau Jasa sampai
dengan diterima oleh penerima bantuan sosial.
3. Pencairan dana Belanja Bantuan Sosial dalam rangka pengadaan barang dan/ atau jasa
yang akan disalurkan untuk penerima bantuan sosial dilakukan dengan cara
pembayaran langsung (LS) dari Kas Negara ke rekening penyedia barang dan/ a tau
jasa.
4. Penyaluran barang dan/ atau jasa yang pengadaannya menggunakan dana Belanja
Bantuan Sosial kepada penerima bantuan sosial dilakukan oleh:
a. PPK; atau
b. penyedia barang dan/ atau jasa sesuai kontrak
Program bansos di masa pandemi
1. Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (Program Non-reguler)
o Sumber dana: Program Dana Desa
o Wilayah program: Indonesia
o Dasar Peraturan: Peraturan Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi (Permendes PDTT) Nomor 6 Tahun 2020 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 11 Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa
Tahun 2020
o Syarat:
1) Terdaftar sebagai warga miskin melalui pendataan RT/RW di wilayah desa;
2) Tidak terdaftar sebagai peserta dalam program Bansos berikut: Program Keluarga
Harapan Kementerian Sosial, Bantuan Pangan Non Tunai, Kartu Prakerja;
3) Tidak memiliki anggota keluarga yang rentan sakit menahun/kronis;
4) Kehilangan mata pencaharian sebagai dampak Covid-19;
5) Jika tidak terdaftar sebagai penerima Bansos dari pemerintah pusat maupun
daerah, namun juga tidak terdata dalam pendataan RT/RW, maka dapat
mengkomunikasikannya dengan aparat/perangkat desa;
6) Jika calon penerima bantuan memenuhi syarat, namun tidak memiliki NIK/KTP,
maka tetap dapat menerima bantuan tanpa harus membuat KTP terlebih dahulu
dan alamat domisili di desa tersebut akan dicatat sebagai pengganti.
o Bentuk bantuan: Tunai
o Besaran bantuan: Rp 600.000,-/KK
o Durasi waktu bantuan:  3 bulan (April – Juni 2020)
o Kuota: 5.8 juta kepala keluarga
o Cara penyaluran: (1) Transfer bank, melalui bank pemerintah/swasta seperti BRI,
BNI, BTN, dan Mandiri; dan (2) Door to door, diberikan secara langsung ke
rumah-rumah, jika tidak memiliki rekening di bank.
2. Bansos Sembako untuk Jabodetabek (Program Non-reguler)
o Sumber dana: APBN
o Wilayah program: Jabodetabek
o Dasar Peraturan: –
o Syarat:
1) Warga yang tercatat di dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS)
yang berada di wilayah Jabodetabek;
o Bentuk bantuan: Sembako
o Besaran bantuan: senilai Rp 600.000,-/KK
o Durasi waktu bantuan:  3 bulan (April – Juni 2020)
o Kuota: –
o Cara penyaluran: (1) Transfer bank, melalui bank pemerintah/swasta seperti BRI,
BNI, BTN, dan Mandiri; dan (2) Door to door, diberikan secara langsung ke
rumah-rumah, jika tidak memiliki rekening di bank.

3. Bantuan Sosial Tunai (Program Non-reguler)


o Sumber dana: APBN melalui Kemensos
o Wilayah program: Indonesia (di luar Jabodetabek)
o Dasar Peraturan: Keputusan Mensos No. 54/HUK/2020 tentang
Pelaksanaan Bantuan Sosial Sembako dan Bantuan Sosial Tunai Dalam
Penanganan Dampak COVID-19
o Syarat:
1) Pendaftaran penerima bantuan dilakukan oleh pemerintah daerah yang
berwenang dalam pendataan calon peserta dan akan dilaporkan kepada
Kementerian Sosial;
o Bentuk bantuan: Tunai
o Besaran bantuan: Rp 600.000,-/KK
o Durasi waktu bantuan:  3 bulan (April – Juni 2020)
o Kuota: 9 juta kepala keluarga
o Cara penyaluran: (1) Transfer bank, melalui bank pemerintah/swasta seperti BRI,
BNI, BTN, dan Mandiri; dan (2) Dikirim ke alamat penerima melalui PT. Pos
Indonesia, bagi yang tidak memiliki rekening di bank

4. Pembebasan Biaya Listrik (Program Non-reguler)


o Sumber dana: –
o Wilayah program: Indonesia
o Dasar Peraturan: Perppu Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan
Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona.
o Syarat:
1) Warga yang memiliki kapasitas listrik 450 kV;
2) Warga pengguna listrik berkapasitas 900 VA.
o Bentuk bantuan: Pembebasan biaya dan potongan 50%
o Besaran bantuan: –
o Durasi waktu bantuan:  3 bulan (April – Juni 2020)
o Kuota: 24 juta pengguna
o Cara penyaluran:
1) Menurut Perusahaan Listrik Negara PLN, pengguna kapasitas 450 kV pascabayar
dapat menikmati pembebasan biaya secara langsung. Sedangkan, pengguna
prabayar, atau para pengguna token, dapat memperoleh keringanan dengan
mengirimkan nomor ID pelanggan ke nomor WhatsApp 08122123123;
2) Akses website PLN, http://www.pln.co.id menggunakan ID pelanggan. Setelah
registrasi dilakukan, pengguna listrik dapat menikmati pembebasan biaya
langsung selama tiga bulan;
3) Untuk mendapatkan keringanan, pelanggan kapasitas 900 VA pascabayar hanya
perlu membayar 50 persen dari biaya tagihan biasa;
4) Pengguna token cukup mengakses melalui http://www.pln.co.id atau nomor
WhatsApp 08122123123. Potongan diberikan terhitung dari pemakaian bulanan
tertinggi dalam tiga bulan terakhir.
5. Kartu Prakerja (Program Reguler)
o Sumber dana: APBN
o Wilayah program: Indonesia
o Dasar Peraturan: Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2020 tentang
Pengembangan Kompetensi Kerja Melalui Program Kartu Prakerja
o Syarat:
1) WNI berusia di atas 18 tahun dan tidak sedang menempuh program
pendidikan
2) Pekerja yang terdampak Covid-19, korban PHK (prioritas)
o Bentuk bantuan: Pelatihan dan insentif
o Besaran bantuan: Rp 1.000.000,-/pelatihan, Insentif Rp 600.000,-/bulan +
insentif survei kebekerjaan Rp 150.000,-
o Durasi waktu bantuan:  Insentif selama 4 bulan, setelah selesai pelatihan
o Kuota: 5,6 juta orang
o Cara pendaftaran:
1) Proses pendaftaran dapat diakses melalui situs prakerja.go.id.
2) Jika berhasil mendaftarkan diri, pelamar akan mendapatkan kode yang terdiri
atas 16 digit angka. Angka itu yang menjadi identitas akun peserta.
3) Peserta juga akan mendapat saldo sebesar Rp 1 juta yang tersedia di dashboard
akun.
4) Saldo tersebut dapat digunakan peserta untuk mengikuti pelatihan kerja yang
disediakan delapan platform yang telah ditunjuk pemerintah.
o Cara penyaluran:
1) Setelah mengikuti pelatihan kerja, para peserta berhak mendapatkan dana insentif
sebesar Rp 600 ribu.
2) Dana itu akan cair setelah lima hari peserta menghabiskan masa pelatihan. Dana
ditransfer langsung ke rekening perta selama empat bulan.
3) Insentif tambahan bernama survei keberkerjaan sebesar Rp 150 ribu juga akan
diberikan kepada peserta.
6. Penambahan Peserta Program Keluarga Harapan (Program Reguler)
o Sumber dana: APBN melalui Kemensos
o Wilayah program: Indonesia
o Dasar Peraturan: Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional.
o Syarat:
1) Keluarga miskin dan rentan yang terdaftar dalam Data Terpadu Program
Penanganan Fakir Miskin yang memiliki komponen kesehatan, pendidikan, dan
kesejahteraan sosial.
o Bentuk bantuan: Tunai
o Besaran bantuan:
1) Rp 250.000,-/bulan bagi ibu hamil dan anak usia 0-6 tahun,
2) Rp 75.000,- /bulan bagi siswa-siswi SD,
3) Rp 125.000,-/bulan bagi siswa-siswi SMP,
4) Rp 125.000,-/bulan bagi siswa-siswi SMA.
5) Bagi Penyandang Disabilitas berat dan peserta program berusia 70 tahun ke
atas mendapat Rp 200.000,-/bulan.
o Durasi waktu bantuan:  April – Desember 2020
o Kuota: 10 juta keluarga penerima manfaat
o Cara penyaluran:
1) Bantuan akan ditransfer kepada bank-bank Himbara seperti BRI, BNI, BTN, dan
Mandiri. Para peserta akan dibantu para pendamping PKH untuk mencairkan uang
tersebut.

7. Kartu Sembako (Program Reguler)


o Sumber dana: APBN
o Wilayah program: Indonesia
o Dasar Peraturan: Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2017 tentang Penyaluran
Bantuan Sosial Secara Non Tunai. Namun, sejak Februari 2020 ini program
tersebut berganti nama menjadi Kartu Sembako Murah..
o Syarat:
1) lapor kepada RT/RW atau aparatur kelurahan.
2) Calon penerima manfaat akan mendapat nomor registrasi.
3) Setelah itu, penerima manfaat akan didaftarkan untuk mendapat
rekening bank Himbara.
o Bentuk bantuan: Tunai
o Besaran bantuan: Rp 200.000,-/bulan
o Durasi waktu bantuan:  April – September 2020
o Kuota: 20 juta keluarga penerima manfaat
o Cara penyaluran:
1) Setelah proses verifikasi data dan registrasi di bank himbara, peserta akan mendapat
kartu berisi saldo.
2) Mendapat saldo awal Rp 150 ribu per bulan menjadi Rp 200 ribu per bulan.
3) Tambahan nilai saldo ini berlaku mulai April sampai September 2020.
4) Penerima manfaat bisa membelanjakan uang bantuan tersebut di e-Warong yang
telah bekerja sama dengan pihak bank penyalur.

Permasalahan bansos secara umum

Berdasarkan kajian KPK, dalam penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat masih
ditemui beberapa permasalahan, antara lain:

1. Tidak tepat sasaran


Terlambatnya pembaruan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) di tingkat
Kabupaten/Kota menyebabkan data penerima bantuan sosial tidak akurat sehingga
penyaluran bansos sering tidak tepat sasaran. Selain itu, menurut Kementerian
Sosial, bantuan sosial yang diberikan terutama saat pandemi Covid 19 saat ini
bersifat mendesak untuk segera disalurkan sehingga data yang dikirimkan daerah
tidak memungkinkan diverifikasi dan validasi ulang di lapangan.
2. Tidak optimalnya koordinasi dan regulasi antar institusi pengelola bantuan
Pemerasan oleh pelaksana kepada warga penerima sehingga warga tidak
menerima bansos, potensi gratifikasi dan penyuapan dalam pemilihan penyedia
bansos, serta penggelapan bantuan akibat tidak optimalnya koordinasi dan regulasi
antar institusi pengelola bantuan. Bahkan masih ada masyarakat yang tidak tahu
bahwa ia menerima bantuan sosial karena kurangnya koordinasi dan sosialisasi
kepada masyarakat.

3. Keterlambatan dan penyalahgunaan penyaluran bantuan

Perencanaan yang mendadak membuat penyaluran bansos menjadi terlambat,


seperti yang terjadi pada penyaluran bansos tahap pertama di DKI Jakarta yang
rencananya dilaksanakan 9 April 2020, sedangkan instruksi untuk menyiapkan
bansos baru diberitahukan satu hari sebelumnya. Hal tersebut menyebabkan
penyaluran bansos ke masyarakat menjadi terlambat. Kemudian untuk penyaluran
bansos pada kondisi bencana, sulitnya akses menuju lokasi juga menghambat
penyaluran bansos.

Selain itu masih sering ditemukan penyalahgunaan penyaluran bantuan sosial


untuk kepentingan politik, seperti adanya stiker pejabat tertentu pada bansos yang
diberikan untuk menarik simpati masyarakat dalam Pilkada/Pemilu.

4. Masih minimnya pertanggungjawaban dan pendampingan


Minimnya transparansi dan akuntabilitas dalam pertanggungjawaban bantuan
sosial masih sering ditemukan sehingga menimbulkan potensi korupsi anggaran
bantuan sosial, seperti harga barang/jasa yang di mark up oleh oknum tertentu untuk
keuntungan pribadi.
Solusi
Permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan penyaluran bantuan sosial ke
masyarakat memang sering menemui kendala dan penyalahgunaan maka dari itu ada
beberapa solusi yang bisa dilakukan pemerintah agar penyaluran bantuan sosial dapat
berjalan dengan lancar dan tepat sasaran. Solusi tersebut antara lain berupa:

1. Diberikan syarat-syarat tertentu sehingga tidak terdapat moral hazard dalam


penerimaan bansos di masyarakat.
2. Melakukan pendataan yang mengarah pada DTKS lalu dilakukan verifikasi data
sehingga penyarahan bansos bisa lebih tepat sasaran.
3. Adanya koordinasi dengan pihak-pihak yang terlibat, misal data NIK dengan data
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil guna memastikan kevalidan data-data
yang diterima.
4. Melaporkan ke Dinas Sosial atau pusat data apabila ada penerima bantuan yang
terdaftar di DTKS namun faktanya tidak sesuai dengan yang ada di lapangan,
sehingga bisa dilakukan perbaikan data pada DTKS.
5. Kementerian atau lembaga dan pemda menjamin keterbukaan akses data tentang
penerima bantuan, realisasi bantuan, dan anggaran yang tersedia kepada
masyarakat sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas.
6. Meningkatkan kemampuan pendampingan dalam perencanaan hingga penyaluran
bantuan sosial untuk menghindari korupsi/penyalahgunaan anggaran bantuan sosial
oleh oknum yang tidak bertanggungjawab.
7. Pembentukan layanan pengaduan masyarakat sehingga apabila terdapat hal-hal
terkait penyalahgunaan bansos, masyarakat dapat melaporkan hal terkait untuk
ditindaklanjuti oleh pemerintah.

Dari solusi diatas dapat dikatakan bahwa penyaluran bansos dapat dilakukan tepat sasaran
apabila terdapat koordinasi yang baik antara Pemerintah Daerah, Dinas Sosial, Kepala Desa,
dan RT/RW sehingga masing-masing pihak dapat melakukan tugasnya masing-masing dan
penyaluran bansos dapat berjalan dengan baik dan tidak terdapat penyalahgunaan.

Anda mungkin juga menyukai