Anda di halaman 1dari 46

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK

INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA
BANDUNG II

MEKANISME PENCAIRAN DANA dan


PENYUSUNAN LAPORAN BOS
PADA KEMENTERIAN AGAMA
TAHUN 2015
BY : Susanto

INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN


KESEMPURNAAN

Latar Belakang

APA ITU
BELANJA
BANTUAN
SOSIAL?

BELANJA BANTUAN SOSIAL


Transfer uang atau barang yang
diberikan
kepada masyarakat guna
melindungi dari
kemungkinan
terjadinya risiko sosial. Bantuan
sosial
dapat
langsung
diberikan
kepada
anggota masyarakat
dan/atau lembaga
kemasyarakatan termasuk didalamnya
bantuan untuk lembaga non
pemerintah
bidang pendidikan

Bultek 10 SAP Akuntansi


Belanja Bantuan Sosial
Risiko sosial menurut Buletin Teknis 10
adalah
kejadian atau peristiwa yang
dapat
menimbulkan potensi
terjadinya kerentanan
sosial yang
ditanggung oleh individu, keluarga,
kelompok dan/atau masyarakat sebagai
dampak krisis sosial, krisis
ekonomi, krisis
politik, fenomena
alam dan bencana alam yang jika tidak
diberikan belanja bantuan sosial akan

Hal-hal yang perlu diperhatikan :


a. Belanja Bantuan Sosial secara prinsip dimaksudkan untuk
melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko
sosial.
b. Bantuan Sosial yang diberikan kepada masyarakat dapat
berupa uang atau barang.
c. Pengadaan barang atau bantuan peralatan yang akan
diberikan kepada masyarakat dalam rangka bansos walaupun
berupa barng fisik, pencatatannya tetap menggunakan akun
belanja bantuan sosial. (57xxxx)
d. bantuan sosial diberikan oleh instansi pemerintah dan
diberikan kepada institusi selain pemerintah atau masyarakat
serta harus memenuhi kriteria risiko sosial;

Kriteria Bantuan Sosial


menurut Bultek 10 SAP (1)
1. Tujuan penggunaan
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Rehabilitasi sosial
Perlindungan sosial
Pemberdayaan Sosial
Jaminan Sosial
Penanggulangan kemiskinan
Penanggulangan bencana

Kriteria Bantuan Sosial


menurut Bultek 10 SAP (2)
2. Pemberi Bantuan
a) Pemberi bantuan sosial adalah Pemerintah Pusat dan/
atau Pemerintah Daerah. Institusi pemerintah baik pusat
atau daerah yang dapat memberikan bantuan sosial
adalah institusi yang melaksanakan perlindungan sosial,
rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial,
penanggulangan kemiskinan dan pelayanan dasar serta
penanggulangan bencana.
b) Bantuan sosial yang diberikan oleh masyarakat,
lembaga sosial atau lembaga lain selain Pemerintah,
selama tidak dimasukkan dalam anggaran pemerintah,
adalah di luar ruang lingkup pengaturan buletin teknis ini

Kriteria Bantuan Sosial


menurut Bultek 10 SAP (3)
3. Persyaratan Penerima Bantuan
Sosial
. Pemberian bantuan sosial yang diberikan oleh pemerintah haruslah
selektif, yaitu hanya diberikan kepada calon
penerima yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam pengertian belanja
bantuan sosial yaitu "melindungi
dari kemungkinan risiko sosial".
Oleh karena itu diperlukan persyaratan/kondisi yang harus
dipenuhi oleh calon
penerima, yaitu adanya perlindungan atas
kemungkinan terjadinya "Risiko Sosial".
. Penerima belanja bantuan sosial adalah seseorang, keluarga,
kelompok, dan/atau masyarakat yang mengalami keadaan yang
tidak stabil sebagai akibat dari situasi krisis sosial, ekonomi,politik,
bencana, dan fenomena alam agar dapat memenuhi kebutuhan
hidup minimum, termasuk di dalamnya bantuan untuk lembaga non
pemerintah bidang
pendidikan, keagamaan dan bidang lain yang
berperan untuk melindungi individu,kelompok dan/atau masyarakat

Kriteria Bantuan Sosial


menurut Bultek 10 SAP (4)
4. Bersifat sementara atau
berkelanjutan
. Pemberian belanja bantuan sosial umumnya bersifat sementara
dan tidak terus menerus, namun terdapat kondisi dimana Belanja
Bantuan Sosial tersebut diberikan secara terus menerus atau
berkelanjutan. Yang dimaksud dengan Belanja Bantuan Sosial
berkelanjutan yaitu bantuan yang diberikan secara terus menerus
untuk mempertahankan taraf kesejahteraan sosial dan upaya
untuk mengembangkan kemandirian.
. Belanja bantuan sosial yang diberikan secara tidak terus
menerus/tidak mengikat diartikan bahwa pemberian bantuan
tersebut tidak wajib dan tidak harus diberikan setiap tahun anggaran,
belanja
bantuan sosial dihentikan pada saat pihak yang dibantu
telah
lepas dari masalah sosial tersebut. Bantuan sosial dapat
terus
menerus, misalnya untuk menjaga kinerja sosial yang telah
tercapai agar jangan menurun kembali.

APAKAH BANTUAN
OPERASIONAL SEKOLAH
(BOS) TERMASUK
BELANJA BANTUAN
SOSIAL ??

PENGERTIAN

BOS merupakan program pemerintah yang


pada dasarnya adalah untuk penyediaan
pendanaan biaya operasi nonpersonalia
bagi satuan pendidikan dasar sebagai
pelaksana program wajib belajar. Menurut
PP No. 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan
Pendidikan, biaya non personalia adalah
biaya
untuk
bahan
atau
peralatan
pendidikan habis pakai, dan biaya tak
langsung
berupa
daya,
air,
jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan
prasarana, uang lembur, transportasi,
konsumsi, pajak, dll.

TUJUAN UMUM
Secara umum tujuan program BOS adalah
meringankan beban masyarakat terhadap
pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib
belajar 9 tahun dan Pendidikan Menengah
Universal (PMU) yang bermutu, serta berperan
dalam
mempercepat
pencapaian
standar
pelayanan minimal di Madrasah.

TUJUAN KHUSUS
Secara khusus tujuan program BOS :
Membebaskan biaya operasional madrasah
bagi seluruh peserta didik di Madrasah Negeri.
Meringankan
beban
biaya
operasional
madrasah bagi peserta didik di madrasah
swasta/pps.
Membebaskan segala jenis biaya pendidikan
bagi seluruh siswa miskin di tingkat pendidikan
dasar dan menengah, baik di madrasah negeri
maupun madrasah swasta

PROGRAM PRIORITAS
Merupakan Program Direktif Dari
Presiden.
Merupakan Program Mandatory
Nasional.
Merupakan
Program
Prioritas
Nasional Dalam Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) sehingga harus
dijaga ketetapan volume dan

HASIL REVIU BELANJA BANTUAN SOSIAL OLEH BPKP


Tidak Tepat Sasaran :
Anggaran yang direncanakan untuk membiayai kegiatan
yang penerimanya tidak memenuhi kriteria sebagaimana
diatur dalam PMK 81/PMK.05/2012 tentang Belanja Bantuan
Sosial. Hal ini terjadi karena kegiatan-kegiatan tersebut
tidak dapat dimasukkan dalam Belanja Modal maupun
Belanja Barang sehingga oleh K/L dimasukkan dalam
Tumpang
Tindih: Sosial.
Belanja
Bantuan
Anggaran yang direncanakan untuk membiayai kegiatan
yang
memiliki
kesamaan
baik
substansi
maupun
penerimanya diantara Eselon I pada K/L (dalam satu K/L)
yang bersangkutan atau diantara K/L yang direviu (antar
K/L). Transparan dan Tidak Akuntabel:
Tidak
Anggaran yang direncanakan untuk membiayai kegiatan :
1.Rencana
pelaksanaannya
tidak
didukung
dengan
Pedoman Penyaluran yang jelas;
2.Program, Kegiatan dan Pedoman nya tidak dipublikasikan
secara luas;
3.Daftar penerima dan jumlahnya tidak ditetapkan secara

HASIL REVIU BELANJA BANTUAN SOSIAL OLEH BPKP

No

Kementerian/Lembaga

Tidak
Tepat
Sasaran

Tumpang
Tindih

Tidak
Transpara
n/
Akuntabel

(dalam Miliar
Rupiah)

Total

Kementerian Pertanian

Kementerian Pendidikan &


Kebud

Kementerian Kesehatan

Kementerian Agama

Kementerian Tenaga Kerja


& Trans

Kementerian Kelautan &


Perikanan

Kementerian Pekerjaan
Umum

25,80

25,80

Kementerian Pariwisata &


Ek

49,00

49,00

Kementerian Koperasi &


UKM

6,89

6,89

Kementerian Pemb Daerah


Tertinggal

4,60

10

7.274,96

57,50

7.332,46

5,00

5,00

973,11

1.487,18

2.460,29

16,76

11,50

28,26
-

10,00

14,60

PENCAIRAN BELANJA BANTUAN SOSIAL


(PMK No. 81/PMK.05/2012)
Bantuan uang

Pemberi
Bantuan
(KPA/
PPK)

KPPN

BO I

Rekening
Penerima
Bantuan
Bank/Pos
Penyalur

tunai

Penerima
Bantuan

Bantuan
barang/jasa
Pemberi
Bantuan
(KPA/PPK)

KPPN

BO I

Penyedia
Barang/
Jasa

Penerima
Bantuan

KOMITMEN PEMERINTAH ATAS DANA


BANSOS
Tindak Lanjut Kementerian
Keuangan Atas Reviu BPKP

a.Belanja Bansos yang tidak tepat sasaran dan tumpang


tindih
dibatalkan/direvisi/ditunda
bila
belum
dilaksanakan/dicairkan;
b.Belanja
Bansos
yang
sedang/sudah
dilaksanakan/dicairkan agar ditingkatkan governancenya dan dipersiapkan pertanggungjawaban serta
auditnya.
c. Belanja Bansos yang tidak transparan dan akuntabel,
K/L agar memperjelas dan mempublikasikan secara luas
program,
kegiatan,
pedoman
penyaluran,
serta
penerima dan jumlahnya.

HASIL PEMETAAN DANA BANSOS 2014


Alokasi Dana Pada Kemenag
untuk :
1. Bea Siswa Berprestasi
2. Tunjangan Guru
3. Dana
Operasional
Lembaga/Adminstrasi
(BOS/BOP)
4. Pengadaan Fisik

Tidak
memenuhi
kriteria
sebagai
Dana Bansos

526XX
526XX
X
X
Belanja
Belanja
Barang
Barang

Klasifikasi
ke Jenis
Belanja
yang
sesuai

Belanja
Belanja
Pegaw
Pegaw
ai
ai

Satker
Satker
Pusat
Pusat

Satker
Satker
Pusat
Pusat

521XX
521XX
X
X

Dengan
Dengan
SK
SK
Penetap
Penetap
an
an

Pengad
Pengad
aan
aan
Barang
Barang
&
& Jasa
Jasa
Mekanis
Mekanis
me
me UP
UP
Dengan
Dengan
SK
SK
Penetap
Penetap
an
an

PEMETAAN AKUN EKS BANTUAN SOSIAL PADA KEMENAG


(Surat Dirjen Perbendaharaan No. S-8245/PB/2014)
No. Kegiatan/output/komponen/uraian
I

II

Akun saat ini

Akun yg
seharusnya

Beasiswa/BSM
1. Beasiswa & Mahasiswa Berprestasi

573111 (Bansos 521219


dalam bentuk
uang)

2. Bantuan Siswa & Mahasiswa Miskin


untuk MI/MTs/PTA Negeri/Swasta

572111 Bansos
dalam bentuk
uang

574111

Tunjangan
1. Tunjangan Profesi Guru/Dosen Non
PNS

572111 (Bansos 511521


dalam bentuk
uang)

2. Tunjangan Penyuluh Agama Non PNS 572111 (Bansos 511522


dalam bentuk
uang)
III

Operasional Lembaga/Administrasi
1. BOS Madrasah/PTA Swasta

573111 (Bansos 521219 untuk


dalam bentuk
bantuan
uang)
operasional
dan/atau

PEMETAAN AKUN EKS BANTUAN SOSIAL PADA KEMENAG


(Surat Dirjen Perbendaharaan No. S-8245/PB/2014)
N
o.

Kegiatan/output/kompone
n/uraian

Akun saat ini

Akun yg
seharusnya

2. Layanan Penyelenggaraan
Pendidikan

573111 (Bansos
dalam bentuk
uang)

521219 untuk
bantuan
operasional
dan/atau 526xxx
untuk bantuan
dalam bentuk
barang

3. Operasional Lembaga
Keagamaan

573111 (Bansos
dalam bentuk
uang)

521219 untuk
bantuan
operasional
dan/atau 526xxx
untuk bantuan
dalam bentuk
barang

4. Operasional Sekber Kerukunan


Umat Beragama

573111 (Bansos
dalam bentuk
uang)

521219 untuk
bantuan
operasional
dan/atau 526xxx
untuk bantuan
dalam bentuk
barang

PEMETAAN AKUN EKS BANTUAN SOSIAL PADA KEMENAG


(Surat Dirjen Perbendaharaan No. S-8245/PB/2014)
No. Kegiatan/output/komponen/
uraian

Akun saat ini

Akun yg
seharusnya

6. Penelitian Siswa/Mahasiswa
Swasta

573111 (Bansos
dalam bentuk
uang)

521219 untuk
bantuan operasional
dan/atau 526xxx
untuk bantuan
dalam bentuk
barang

7. Sertifikasi Tanah Wakaf

573111 (Bansos
dalam bentuk
uang)

521219 untuk
bantuan operasional
dan/atau 526xxx
untuk bantuan
dalam bentuk
barang

8. Akreditasi Madrasah Swasta

573111 (Bansos
dalam bentuk
uang)

521219 untuk
bantuan operasional
dan/atau 526xxx
untuk bantuan
dalam bentuk
barang

9. Pendidikan Terpadu Anak


Terapan

573111 (Bansos
dalam bentuk

521219 untuk
bantuan operasional

PEMETAAN AKUN EKS BANTUAN SOSIAL PADA KEMENAG


(Surat Dirjen Perbendaharaan No. S-8245/PB/2014)
No. Kegiatan/output/komponen/ura Akun saat ini
ian
10. Event Keagamaan

IV.

Akun yg
seharusnya

573111 (Bansos
dalam bentuk uang)

521219 untuk
bantuan
operasional
dan/atau 526xxx
untuk bantuan
dalam bentuk
barang

1. Pembangunan/Rehab Ruang
Kelas MI/MTs/MA Swasta

573111 (Bansos
dalam bentuk uang)

526xxx sesuai
dengan
peruntukannya

2. Peralatan
Laboratorium/Perpustakaan/Me
ubelair

573111 (Bansos
dalam bentuk uang)

526xxx sesuai
dengan
peruntukannya

3. Pembangunan Sekber
Kerukunan Umat Beragama

573111 (Bansos
dalam bentuk uang)

526xxx sesuai
dengan
peruntukannya

4. Bantuan Sarana Prasarana


Sekolah/PT Keagamaan Swasta

573111 (Bansos
dalam bentuk uang)

526xxx sesuai
dengan
peruntukannya

5. Bantuan Rumah ibadah

573111 (Bansos

521219 untuk

Pengadaan Fisik

IMPLEMENTASI SURAT DIRJEN PERBENDAHARAAN


NOMOR S-8245/PB/2014
5
PA

KPA

Pedoman
Umum

Pedoman
Teknis

PPK
KHUSUS

BP

BPP
KHUSUS

4
a

2
a
4
3
b

Seleksi dan
Penentuan

SK
Penerima
Bantuan

PP SPM

SPM

3
a

Penyedia
B/J

a
5
b

Penerima
Bantuan

MEKANISME PENCAIRAN DANA NON-BANSOS


(PMK No. 190/PMK.05/2012)
LS

UP

Pejabat Perbendaharaan:
KPA, PPK, PPSPM

Pejabat Perbendaharaan:
KPA, PPK, BP/BPP, PPSPM

1. Pembuatan Komitmen antara


PPK dengan Pihak Ketiga :
(Perjanjian/Surat Keputusan)
2. Pengajuan tagihan disertai
kontrak/kuitansi/bukti
pengeluaran

1. Permintaan besaran UP untuk


BP/BPP
-. Dispensasi besaran UP
(Kanwil DJPB)
-. Dispensasi pembayaran
dengan UP melebihi Rp 50
juta (Dirjen PB)
2. BP/BPP membayarkan dana UP
berdasarkan SPBy yang
diterbitkan oleh PPK
berdasarkan bukti
pengeluaran/Surat Keputusan
3. Penggantian UP/Revolving
setelah UP dipergunakan
minimal 50% oleh BP/ masingmasing BPP

BESARAN UP
KPA mengajukan UP kepada KPPN sebesar kebutuhan
operasional Satker dalam 1 (satu) bulan yang
direncanakan dibayarkan melalui UP
Pemberian UP diberikan paling banyak:

a. Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) untuk pagu jenis belanja
yang bisa dibayarkan melalui UP sampai dengan Rp. 900.000.000
(sembilan ratus juta rupiah);
b. Rp.100.000.000 (seratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang
bisa dibayarkan melalui UP diatas Rp. 900.000.000 (sembilan ratus
juta rupiah) sampai dengan Rp. 2.400.000.000 (dua miliar empat
ratus juta rupiah);
c. Rp.200.000.000 (dua ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja
yang bisa dibayarkan melalui UP diatas Rp. 2.400.000.000 (dua
miliar empat ratus juta rupiah) sampai dengan Rp.6.000.000.000
(enam miliar rupiah); atau
d. Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja
yang bisa dibayarkan melalui UP diatas Rp. 6.000.000.000 (enam
miliar rupiah).

Persetujuan perubahan besaran UP dilaksanakan oleh


Kepala
Kantor
Wilayah
Direktorat
Jenderal
Perbendaharaan

TAMBAHAN UANG
PERSEDIAAN
(TUP)
dapat
mengajukan TUP
kepada

KPA
Kepala KPPN jika sisa UP pada BP tdk
cukup tersedia membiayai kegiatan yang
mendesak/ tidak dapat ditunda
o Syarat penggunaan TUP :
Digunakan
dan
dipertanggungjawabkan paling lama 1
(satu)
bulan
sejak
tgl
SP2D
diterbitkan
Tidak digunakan untuk membiayai
kegiatan
yg
harus
dilaksanakan
dengan pembayaran LS
o KPA mengajukan TUP kepada Kepala
KPPN (KBUN) disertai :

TAMBAHAN UANG
(TUP)
Ka. KPPN PERSEDIAAN
melakukan penilaian
terhadap :

Pengeluaran pada rincian rencana


penggunaan TUP bukan merupakan
pengeluaran
yg
harus
dengan
pembayaran LS
Ketersediaan dana dalam DIPA
TUP
sebelumnya
sdh
dipertanggungjawabkan seluruhnya
Sisa TUP telah disetor ke Kas Negara
o Dalam hal TUP sebelumnya belum
dipertanggungjawabkan
seluruhnya
dan/atau belum disetor, KPPN dapat
menyetujui
TUP
berikutnya
setelah
mendapat persetujuan Kakanwil Ditjen

TAMBAHAN UANG
PERSEDIAAN
(TUP)
hal
KPA mengajukan
TUP

o Dalam
utk
kebutuhan melebihi waktu 1 (satu) bulan,
Ka. KPPN dapat memberi persetujuan
dengan pertimbangan kegiatan yg akan
dilaksanakan memerlukan waktu lebih
dari 1 (satu) bulan
o Persetujuan Ka. KPPN atas TUP bisa
sebagian atau seluruhnya
o Ka. KPPN menolak permintaan TUP bila
tidak memenuhi ketentuan
o Persetujuan
atau
penolakan
TUP
disampaikan paling lambat 1 (satu) hari
kerja
o TUP harus dipertanggungjawabkan dalam

TAMBAHAN UANG
(TUP)
Dalam halPERSEDIAAN
1 (satu) bulan sejak
SP2D TUP

diterbitkan belum dilakukan pengesahan


dan pertanggungjawaban TUP,
Kepala
KPPN
menyampaikan
surat
teguran
kepada KPA
o Sisa TUP yang tidak habis digunakan
harus disetor ke Kas Negara paling
lambat 2 (dua) hari kerja setelah batas
waktu
o Permohonan persetujuan perpanjangan
pertanggungjawaban TUP melampaui 1
(satu) bulan dapat diajukan KPA kepada
Ka. KPPN
o Persetujuan
perpanjangan
diberikan
dengan pertimbangan :

1.

MEKANISME PEMBAYARAN OLEH


BP/BPP
Bendahara Pengeluaran/BPP
melakukan pembayaran atas UP

berdasarkan Surat Perintah Bayar (SPBy)


yang
dilampiri bukti2 pengeluaran yang disetujui dan
ditandatangani oleh PPK.
2. Dalam hal pembayaran yang dilakukan Bendahara
Pengeluaran merupakan uang muka kerja, SPBy dilampiri:
rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran;
rincian kebutuhan dana; dan
batas waktu pertanggungjawaban penggunaan uang muka
kerja;
3. Berdasarkan
SPBy
yang
diterimanya,
Bendahara
Pengeluaran/BPP melakukan:
. pengujian atas tagihan pada SPBy; dan
. pemungutan/pemotongan pajak/bukan pajak atas tagihan
dalam SPBy yang diajukan dan menyetorkan ke kas
negara.
4. Berdasarkan rencana pelaksanaan kegiatan/ pembayaran dan
rincian kebutuhan dana, Bendahara Pengeluaran/ BPP

5.

MEKANISME PEMBAYARAN OLEH


BP/BPP
Apabila SPBy telah memenuhi
persyaratan pembayaran, BP/

BPP melakukan pembayaran, bila tidak memenuhi


persyaratan maka BP/ BPP harus menolak SPBy.
7. Penerima uang muka kerja harus mempertanggungjawabkan
uang muka kerja sesuai batas waktu berupa kuitansi.bukti
pembelian yg disahkan PPK beserta faktur pajak dan SSP
serta nota/ bukti penerimaan barang/ jasa atau dokumen
pendukung lain yg disahkan PPK. Berdasarkan
pertanggungjawaban tsb, BP/ BPP melakukan pengujian bukti
pengeluaran.
8. Dalam hal sampai batas waktu, penerima uang muka kerja
belum menyampaikan bukti pengeluaran, BP/ BPP
menyampaikan permintaan tertulis agar penerima uang
muka kerja segera mempertanggungjawabkan uang muka
kerja ditembuskan kepada PPK
9. BPP menyampaikan SPBy beserta bukti pengeluaran kepada
BP
10. BP menyampaikan bukti pengeluaran kepada PPK untuk

UANG PERSEDIAAN

Perubahan Besaran UP dilaksanakan melalui Kepala Kanwil


Ditjen Perbendaharaan
Ketentuan lama : oleh Dirjen Perbendaharaan

Pada akhir hari kerja uang tunai di Bendahara yang berasal


dari UP tidak boleh melebihi Rp. 50 Juta.

Revolving UP sebesar 50%


Ketentuan lama : 75%

UP digunakan untuk jenis belanja barang (52), Belanja


Modal (53), dan Belanja Lain-lain (58) dengan nilai
sampai dengan Rp.50.000.000
1 (satu) penerima/penyedia barang/jasa, dan bukan
merupakan untuk pengadaan barang/jasa yang dipecah-pecah
Ketentuan lama : UP digunakan untuk jenis belanja barang,
belanja modal (pendukung) dan lain-lain, maksimal Rp.20 juta
untuk setiap kuitansi
33

TAMBAHAN UANG
PERSEDIAAN
Persetujuan TUP oleh Kepala KPPN
(berapapun nilainya), termasuk
persetujuan melewati waktu 1 bulan
Ketentuan lama : oleh Kepala Kanwil DJPB
untuk nilai di atas 500 Juta

Pertanggungjawaban TUP dapat diangsur


(harian/mingguan) selama batas waktu
pertanggungjawaban TUP. (Pasal 49 ayat
(1)) (tujuan agar pencatatan realisasi
belanja lebih cepat)
Ketentuan lama : Pertanggungjawaban
TUP harus dilaksanakan sekaligus.
34

Norma Waktu Penyelesaian Tagihan


Lima hari kerja setelah serah terima pekerjaan,
penyedia barang/jasa menyampaikan tagihan
kepada PPK
PPK menerbitkan SPP-LS dalam waktu 5 hari kerja
SPP-UP/TUP diselesaikan paling lambat 2 (dua) hari
kerja;
SPP-GUP diselesaikan paling lambat 4 (empat) hari
kerja
SPP-PTUP diselesaikan paling lambat 3 (tiga) hari
kerja; dan;
SPP-LS diselesaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja.

PPSPM menyampaikan SPM kepada KPPN


paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah
SPM diterbitkan.

L
A
P
O
R
A
N

Proses
Penyelesaia
n Pekerjaan
harus
dilaporkan
secara
berkala
kepada KPA

PEMBUATAN KOMITMEN
Pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran pada DIPA
yang mengakibatkan pengeluaran negara, dilakukan melalui
pembuatan komitmen.
Pembuatan komitmen dilakukan dalam bentuk:

Perjanjian/kontrak untuk pengadaan barang/jasa; dan/atau


Penetapan keputusan

Pembuatan komitmen melalui penetapan keputusan yang


mengakibatkan pengeluaran negara antara lain untuk:

pelaksanaan belanja pegawai


pelaksanaan perjalanan dinas yang dilaksanakan secara swakelola;
pelaksanaan kegiatan swakelola, termasuk pembayaran honorarium
kegiatan; atau
pelaksanaan belanja bantuan sosial dalam bentuk transfer uang kepada
penerima bantuan;

Pencatatan Komitmen oleh KPPN


Atas perjanjian/kontrak yang akan dibayar melalui SPM-LS, PPK mencatatkan
perjanjian/kontrak dan menyampaikan paling lambat 5 hari kerja setelah
ditandatangani perjanjian/kontrak tersebut ke KPPN secara langsung atau
melalui e-mail yang meliputi data:
nama dan kode Satker serta uraian fungsi/subfungsi, program, kegiatan, output,
dan akun yang digunakan
nomor Surat Pengesahan dan tanggal DIPA
nomor, tanggal, dan nilai perjanjian/kontrak yang telah dibuat oleh Satker
uraian pekerjaan yang diperjanjikan
data penyedia barang/jasa yang tercantum dalam perjanjian/kontrak antara lain
nama rekanan, alamat rekanan, NPWP, nama bank, nama, dan nomor rekening
penerima pembayaran
jangka waktu dan tanggal penyelesaian pekerjaan serta masa pemeliharaan
apabila dipersyaratkan;
ketentuan sanksi apabila terjadi wanprestasi
addendum perjanjian/kontrak apabila terdapat perubahan data pada
perjanjian/kontrak tersebut
cara pembayaran dan rencana pelaksanaan pembayaran:

sekaligus (nilai ............ rencana bulan ......); atau

secara bertahap (nilai ............ rencana bulan ......).


Alokasi dana yang sudah tercatat dan terikat dengan perjanjian/kontrak tidak dapat
digunakan lagi untuk kebutuhan lain.

IDENTIFIKASI PENGGUNAAN & PENYALURAN DANA BOS


No.

Komponen Pembiayaan

Item Pembiayaan

Identifikasi Pencairan

Pembelian buku/perabot Perpustakaan

Akses internet

Pengembangan database perpustakaan

Peningkatan kapasitas Pustakawan

Pembelian AC perpustakaan

Termasuk untuk konsumsi dan honor panitia dalam


rangka penerimaan peserta didik baru.

Pengadaan barang/jasa
dengan nilai s.d. Rp 50 juta
untuk setiap penerima
pembayaran dapat
dilaksanakan melalui UP
Pengadaan barang dengan
nilai s.d. Rp 50 juta untuk
setiap penerima pembayaran
dapat dilaksanakan melalui UP

1.

Pengembangan
Perpustakaan

2.

Kegiatan dalam rangka


penerimaan peserta didik
baru

3.

Kegiatan pembelajaran
dan ekstra kurikuler siswa

Termasuk untuk honor tambahan jam mengajar,


transportasi, pembelian peralatan

Penerbitan SK Honor
Pengadaan barang dengan
nilai s.d. Rp 50 juta untuk
setiap penerima
pembayaran dapat
dilaksanakan melalui UP

4.

Kegiatan Ulangan dan


Ujian

ATK
Honor pengawas dan koreksi hasil ujian
Transportasi

Penerbitan SK Honor
Pengadaan barang dengan
nilai s.d. Rp 50 juta untuk
setiap penerima
pembayaran dapat
dilaksanakan melalui UP

5.

Pembelian bahan-bahan
habis pakai

ATK
Suku cadang alat kantor
Alat kebersihan

Pengadaan barang dengan


nilai s.d. Rp 50 juta untuk
setiap penerima pembayaran
dapat dilaksanakan melalui UP

IDENTIFIKASI PENGGUNAAN & PENYALURAN DANA BOS


No.
6.

Komponen Pembiayaan
Langganan daya dan jasa

Item Pembiayaan
Listrik, Air, Telepon
Akses internet
Pembelian genset atau panel surya

7.

Perawatan madrasah

Rehab ringan tidak lebih dari Rp 10 juta

8.

Pembayaran honorarium
bulanan guru honorer dan tenaga
kependidikan
honorer.

Guru honorer
Pegawai administrasi (termasuk administrasi BOS
untuk MI)
Pegawai perpustakaan
Penjaga Madrasah
Satpam
Pegawai kebersihan

9.

Pengembangan profesi
guru dan tenaga
kependidikan

Biaya akomodasi seminar


Fotocopy
Transportasi

10

Membantu siswa miskin

Transportasi
Seragam sekolah

Identifikasi Pencairan
Pengadaan barang dengan
nilai s.d. Rp 50 juta untuk
setiap penerima
pembayaran dapat
dilaksanakan melalui UP
Pengadaan barang dengan
nilai s.d. Rp 50 juta untuk
setiap penerima
pembayaran dapat
dilaksanakan melalui UP
Penerbitan SK Honor

Pengadaan barang

dengan nilai s.d. Rp


50 juta untuk setiap
penerima
pembayaran dapat
dilaksanakan melalui
UP
Pengadaan barang dengan
nilai s.d. Rp 50 juta untuk
setiap penerima
pembayaran dapat
dilaksanakan melalui UP
Pengadaan barang dengan
nilai s.d. Rp 50 juta untuk
setiap penerima
pembayaran dapat
dilaksanakan melalui UP

IDENTIFIKASI PENGGUNAAN & PENYALURAN DANA BOS


No.

Komponen Pembiayaan

Item Pembiayaan

11.

Pembiayaan pengelolaan
BOS

ATK
Penggandaan
Transportasi

12.

Pembelian perangkat
komputer

Dekstop
Laptop
Proyektor

13.

Pembiayaan asrama dan


pembelian peralatan
ibadah

Pembelian kitab kuning


Peralatan sholat

14.

Biaya lainnya jika seluruh


komponen 1 s.d 13 telah
terpenuhi pendanaannya
dari BOS

Alat peraga pendidikan


UKS
Mebelair

Identifikasi Pencairan
Pengadaan barang dengan
nilai s.d. Rp 50 juta untuk
setiap penerima
pembayaran dapat
dilaksanakan melalui UP
Pengadaan barang dengan
nilai s.d. Rp 50 juta untuk
setiap penerima
pembayaran dapat
dilaksanakan melalui UP
Pengadaan barang dengan
nilai s.d. Rp 50 juta untuk
setiap penerima
pembayaran dapat
dilaksanakan melalui UP
Pengadaan barang dengan
nilai s.d. Rp 50 juta untuk
setiap penerima
pembayaran dapat
dilaksanakan melalui UP

SYARAT PENYALURAN DANA BOS

KPA dapat membuka rekening pengeluaran atas nama BPP dengan


persetujuan kuasa BUN.
PPK menandatangani Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB) dan
Rencana Kegiatan dan Anggaran Madrasah (RKAM) BOS yang diajukan
oleh setiap Madrasah.
BPP merekapitulasi RKAM setiap madrasah, kemudian PPK dan BPP
mengajukan rekapitulasi RKAM tersebut ke Bendahara Pengeluaran
(BP) sebagai pedoman kebutuhan Pembayaran Langsung (LS) belanja
barang/jasa, Uang Persediaan (UP) atau Tambahan Uang Persediaan
(TUP) khusus pencairan dana BOS.
PPK dapat mengklasifikasikan kategori belanja barang/jasa, belanja
kegiatan, belanja pegawai, belanja bansos dan perjalanan dinas dari
rekapitulasi RKAM setiap madrasah sebagai pedoman dalam
mekanisme pembayaran dana BOS.
Madrasah harus menyampaikan SPPB dan RKAM setiap pengajuan
pencairan dana BOS.

MEKANISME PENYALURAN DANA BOS MELALUI


PEMBAYARAN LANGSUNG (LS)

Pembayaran di atas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)


kepada satu penyedia barang/jasa menggunakan mekanisme
pembayaran langsung (LS) belanja barang/jasa oleh PPK, namun di
bawah Rp. 50.000.000,- juga dapat dilakukan mekanisme LS.
PPK membuat Surat Perjanjian/Kontrak terhadap pihak penyedia
barang/jasa.

PPK dapat menerbitkan Surat Permohonan Pembayaran Langsung


(SPP-LS) apabila persyaratan pembayaran tagihan sudah terpenuhi
dan sudah diuji secara materil.
KPA dapat mengeluarkan SPM-LS sebagai pengajuan pencairan
terhadap pihak penyedia barang/jasa kepada KPPN.
Pembayaran LS selain ditujukan kepada pihak penyedia barang/jasa
atas dasar perjanjian/kontrak, ditujukan pula ke Bendahara Pengeluaran
untuk keperluan pembayaran honorarium dan perjalanan dinas atas
dasar surat keputusan.

MEKANISME PENYALURAN DANA BOS MELALUI


PEMBAYARAN LANGSUNG (LS)
Pelaksanaan pembayaran tagihan kepada penyedia barang/jasa
harus disertai :
1). Bukti perjanjian/kontrak;
2). Referensi Bank yang menunjukkan nama dan nomor rekening
penyedia barang/jasa;
3). Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;
4). Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang;
5). Bukti penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai ketentuan;
6). Berita Acara Pembayaran;
7). Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia barang/jasa dan
PPK sesuai (format lampiran 4);
8). Faktur pajak beserta Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah
ditandatangani oleh Wajib Pajak/Bendahara Pengeluaran;
9). Jaminan yang dikeluarkan oleh Bank atau lembaga keuangan
lainnya sebagaimana dipersyaratkan dalam peraturan
perundang-undangan mengenai pengadaan barang/jasa

MEKANISME PENYALURAN DANA BOS MELALUI


PEMBAYARAN UP/TUP
Pembayaran sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah) kepada satu penyedia barang/jasa dapat menggunakan
mekanisme UP/TUP melalui PPK dan BPP.
KPA mengajukan permintaan UP/TUP kepada Kepala KPPN
setempat.
KPA dapat mengajukan persetujuan besaran UP melampaui
besaran yang ditetapkan sesuai pagu DIPA kepada Kepala Kanwil
DJPB berdasarkan pengajuan rekapitulasi RKAM dari BPP kepada
BP.
Pembayaran melebihi Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)
kepada satu penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan UP oleh
PPK setelah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal
Perbendaharaan atas permintaan KPA.
BP dapat mentransfer dana UP/TUP kepada BPP melalui rekening
sesuai kebutuhan mengacu pada RKAM.

MEKANISME PENYALURAN DANA BOS MELALUI


PEMBAYARAN UP/TUP

Setiap BPP dapat mengajukan penggantian UP melalui BP apabila


UP yang dikelolanya telah dipergunakan paling sedikit 50% (lima
puluh persen) sehingga BP dapat melakukan penggantian
(revolving) UP yang telah digunakan sepanjang dana yang dapat
dibayarkan dengan UP masih tersedia dalam DIPA.
Pengajuan pembayaran UP/TUP tahap berikutnya, BPP harus
menyiapkan bukti-bukti laporan pertanggungjawaban kepada BP
terhadap UP/TUP yang telah dibayarkan sebelumnya.
KPA dapat mengajukan TUP kepada Kepala KPPN jika sisa UP
pada BP tdk cukup tersedia membiayai kegiatan yang mendesak/
tidak dapat ditunda
Permohonan persetujuan perpanjangan pertanggungjawaban TUP
melampaui 1 (satu) bulan dapat diajukan KPA kepada Kepala
KPPN.

MEKANISME PENYALURAN DANA BOS MELALUI


PEMBAYARAN UP/TUP

Jika diperlukan dapat dilakukan mekanisme uang muka dengan


menyalurkan dana UP oleh BPP kepada pihak madrasah swasta
berdasarkan Surat Perintah Bayar (SPBy) yang ditandatangani oleh
BPP, Kepala Madrasah, dan PPK atas nama KPA dengan
memperhatikan batas waktu pertanggungjawaban.
Madrasah dapat membelanjakan sendiri atas uang muka tersebut
sesuai RKAM yang telah diajukan dengan memperhatikan
akuntabilitas laporan pertanggungjawaban.
Dalam hal pembayaran yang dilakukan Bendahara Pengeluaran
merupakan uang muka kerja, SPBy dilampiri:
a. Rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran;
b. Rincian kebutuhan dana; dan
c. Batas waktu pertanggungjawaban penggunaan uang muka kerja.

Anda mungkin juga menyukai