Anda di halaman 1dari 13

DAMPAK PENYALURAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT)

TERHADAP MASYARAKAT DI DESA SILAU MANIK KECAMATAN


SIANTAR KABUPATEN SIMALUNGUN

DISUSUN OLEH :
NAMA : SARAH NADIA PUTRI
NIM : 20405534
PRODI : AKUNTANSI / PAGI A
MATA KULIAH : SOSIOLOGI POLITIK
DOSEN : Ir. ROBERT TUA SIREGAR, M.Si, Ph. D

STIE SULTAN AGUNG PEMATANGSIANTAR


Tahun Ajaran 2020 / 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada kita semua untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Dampak Penyaluran Bantuan Langsung
Tunai (BLT) Terhadap Masyarakat Di Desa Silau Manik Kecamatan Siantar
Kabupaten Simalungun” tepat waktu.

Makalah “Dampak Penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) Terhadap


Masyarakat Di Desa Silau Manik Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun”ini
disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliahSosiologi Politik di STIE Sultan Agung
Pematangsiantar. Selain itu, saya juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan
bagi pembaca tentang wawasan nusantara khususnya dalam kehidupan sosial budaya..

Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Ir. Robert Tua
Siregar M.Si, P.Hd,selaku dosen mata kuliahSosiologi Politik. Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni. Saya juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.

Saya juga menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya terima demi kesempurnaan makalah ini.

Pematangsiantar, 11 November 2020

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................1
DAFTAR ISI.....................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Bantuan Langsung Tunai.......................................................................5
2.2 Tujuan Bantuan Langsung Tunai.............................................................................6

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Dampak Penyaluran Bantuan Langsung Tunai Terhadap Masyarakat

Desa Silau Manik..............................................................................................................7

3.2 Cara yang Dapat Dilakukan Pemerintah untuk Pemerataan Penyaluran

Bantuan Langsung Tunai ...............................................................................................8

BAB IV REKOMENDASI DAN TANGGAPAN.........................................................10

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan.................................................................................................................11

5.2 Saran...........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan, melainkan juga pada
kondisi sosial dan ekonomi. Dalam jangka pendek, dampaknya pada kesehatan ditunjukkan
dengan angka kematian korban di Indonesia yang mencapai 8,9 persen. Pada ekonomi,
pandemi ini menyebabkan anjloknya aktivitas perekonomian domestik, yang tidak menutup
kemungkinan akan menurunkan kesejahteraan masyarakat. Dalam jangka menengah,
pertumbuhan ekonomi diproyeksikan hanya pada kisaran -0,4 persen hingga 2,3 persen
menurun signifikan jika dibandingkan dengan angka pertumbuhan tahun sebelumnya yang
mencapai level 5 persen. Wabah memukul banyak sektor usaha, menyebabkan terjadinya
pemutusan hubungan kerja, dan menurunkan penyerapan tenaga kerja. Jika kondisi ini tidak
diantisipasi dengan baik, diperkirakan bisa terjadi ketidakstabilan sosial. Dalam jangka
panjang, kesenjangan antarkelompok pendapatan akan melebar, disparitas antarwilayah dan
kota-desa akan meningkat, serta berdampak pada terjadinya kemiskinan antargenerasi.
Pandemi Covid-19 menekan perekonomian dari berbagai sudut, tidak terkecuali terhadap
perekonomian desa. Dengan sumber daya ekonomi dan sosial yang dimilikinya, terutama
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) dan dana desa, desa dapat berkontribusi
dalam penanganan Covid-19. Untuk memperbaiki keterpurukan ekonomi, pemerintah pun
akhirnya mengeluarkan dana Bantuan Langsung Tunai yang akan disalurkan ke masyarakat.

Namun, terkadang pemerintah tidak membaginya secara merata. Bantuan Langsung


Tunai ini memang di khususkan hanya untuk masyarakat miskin saja tetapi pada
kenyataannya orang kaya atau orang yang masih di anggap mampu ternyata juga
mendapatkan Bantuan Langsung Tunai ini sedangkan masih banyak masyarakat miskin yang
belum mendapatkannya.

Terkadang ada juga masyarakat yang pada kenyataannya merupakan orang kaya,
namun masih mengaku miskin. Sehingga menuntut ke perangkat desa ataupun kepala desa
agar diberikan bantuan. Padahal dana yang dikeluarkan juga terbatas sehingga tidak
memungkinkan untuk dibagikan ke semua masyarakat tanpa melihat status sosialnya.

3
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Bantuan Langsung Tunai ?


2. Bagaimana dampak penyaluran Bantuan Langsung Tunai terhadap masyarakat desa
silau manik ?
3. Bagaimana cara mengatasi ketidakmerataan penyaluran dana bantuan langsung tunai
tersebut ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui dampak dari penyaluran Bantuan Langsung Tunai terhadap


masyarakat desa silau manik.
2. Untuk mengetahui cara mengatasi ketidakmerataan penyaluran dana bantuan langsung
tersebut.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PengertianBantuan Langsung Tunai

Bantuan Langsung Tunai adalah bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada
masyarakat miskin dalam bentuk uang tunai untuk membantu merekamenghadapi kesulitan
ekonomi ditengah maraknya pandemi. Bantuan Langsung Tunai adalah merupakan salah satu
dari beberapa model skema perlindungan sosialyang berbasis bantuan sosial.

Edi Suharto dalam bukunyayangberjudul“Kemiskinan danPerlindungan Sosial


diIndonesia”menjelaskanbahwaBantuan Langsung Tunaimerupakan skema pengaman sosial
yang diberikan kepada kelompok-kelompok yang rentan menyusul adanya dampak-dampak
negatif jangka pendek akibat diterapkannya suatu kebijakan.Dalam merespon kerantanan
akibat kebijakan yang diambil, Indonesia memiliki beragam bentuk perlindungan sosial.
Perlindungan sosial yang dimaksudkan disini adalah segala bentuk kebijakan dan intervensi
publik yang dilakukan untuk merespon beragam resiko, kerentanan dan kesengsaraan, baik
yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial, terutama yang dialami oleh mereka yang hidup
dalam kemiskinan.Dalam merespon kerentanan itu pemerintah menyelenggarakan program
Bantuan Langsung Tunai.Jadi Bantuan Langsung Tunai diberikan oleh pemerintah agar dapat
membantu masyarakat miskin sehingga mereka dapat menjaga kelangsungan hidupnya.

Pemerintah memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk menjaga daya beli
masyarakat miskin di perdesaan yang terdampak situasi Covid-19. Syarat penerimanya
adalah keluarga miskin yang bukan termasuk penerima Program Keluarga Harapan (PKH),
tidak memperoleh Kartu Sembako dan Kartu Prakerja. Pendataan calon penerima BLT Desa
mempertimbangkan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dari Kementerian Sosial.
Ketentuan mengenai mekanisme pendataan, penetapan data penerima manfaat, dan
pelaksanaan pemberian BLT Desa dilakukan sesuai ketentuan Menteri Desa PDTT. Besaran
BLT adalah Rp600.000/bulan/ Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang diberikan selama 3
bulan, yaitu April hingga Juni 2020. BLT dianggarkan dalam APBDesa maksimal sebesar
35% dari Dana Desa atau lebih dengan persetujuan pemerintah kabupaten/kotamadya.
Penyaluran Dana Desa juga dipermudah melalui penyederhanaan dokumen dan penyaluran

5
yang diupayakan agar lebih cepat. Kepala Desa merupakan pihak yang bertanggung jawab
atas penggunaan, penyaluran hingga pertanggungjawaban BLT Desa. BLT Dana Desa
merupakan program prioritas yang harus dianggarkan oleh Pemerintah Desa. Jika Pemerintah
Desa tidak menganggarkan BLT Dana Desa, Pemerintah Desa akan dikenakan sanksi mulai
dari pemotongan sebesar 50% untuk penyaluran Dana Desa tahap berikutnya hingga
penghentian penyaluran Dana Desa Tahap III. Pendampingan dan pengawasan terhadap
pemanfaatan BLT Dana Desa dapat dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah.

2.2 Tujuan Bantuan Langsung Tunai


BantuanLangsungTunaimerupakan bagian dari perlindungan sosial,maka tujuan
penyaluran BantuanLangsungTunaipun tidak lain adalah untukmenjaga atau
melindungiwarga miskin dari kerentanan agar mampu bertahanhidup. Selama masa pandemi
Covid 19, BantuanLangsungTunaidicairkan setiap bulan. Besarnya adalahRp.600.000 per
bulan per rumah tangga sasaran. Bentuk uang tunai diberikanuntuk mencegah turunnya daya
beli masyarakat miskin yang disebabkan menurunnya kondisi masyarakat dikarenakan
pandemic Covid 19. Di samping itu, PT.Pos melakukan penyesuaian sehubungandengan
adanyaRumah Tangga Sasaran(RTS)yang berpindah alamat, meninggaldunia atau tidak
mengambil uang tunai pada program BantuanLangsungTunai.

6
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Dampak Penyaluran Bantuan Langsung Tunai Terhadap Masyarakat Desa Silau
Manik

Pemerintah telah menyalurkan berbagai insentif jaring pengaman sosial (social safety
net) kepada masyarakat yang terdampak tekanan pandemi  Covid-19. Salah satunya, di desa
Silau Manik, kecamatan Siantar, kabupaten Simalungun. Penyaluran tidak hanya pada
program rutin, seperti Program Keluarga Harapan (PKH), namun juga baru. Program tersebut
berbentuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari Kementerian Sosial dan Kementerian Desa
PDTT.Penyaluran tersebut dilakukan karena maraknya pandemic Covid 19, yang
mengakibatkan banyak masyarakat yang terdampak seperti di PHK, pemberhentian kerja
sementara, hinggga naiknya bahan pokok di masyarakat. Tapi masalahnya, penyaluran BLT 
belakangan ini sejatinya masih banyak masalah. Terutama, basis data masyarakat yang
berhak menerima.Masalah tersebut berpotensi membuat bantuan yang disalurkan salah
sasaran.BLT dari pemerintah rawan tidak tepat sasaran karena basis data tidak seperti PKH
yang sudah bertahun-tahun dijalankan. PKH dijalankan menggunakan Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang dikelola oleh Kemensos.Sementara program BLT yang
baru justru hanya disalurkan dengan syarat; penerima merupakan masyarakat terdampak dan
tidak menerima bansos dari program yang sudah ada seperti PKH. Hal inilah terkadang yang
membuat kebisingan di masyarakat. Pembagian yang terkadang tidak merata menimbulkan
sikap iri di masyarakat. Namun, hal tersebut tentu saja bukan karena disengaja oleh perangkat
desa. Data masyarakat yang mendapat BLT tersebut telah ditentukan oleh pemerintah pusat.
Sehingga begitu bantuan tersebut dapat dicairkan, perangkat desa dan kepala desa hanya
menginformasikan terhadap masyarakatnya.

Kriteria tersebut memang benar. Tapi, soal definisi masyarakat terdampak, itu yang
masih rancu. Ketiadaan definisi yang jelas itu berpotensi membuat masyarakat yang
seharusnya berhak menerima tapi malah terlupakan, begitu juga sebaliknya. Masalah lain
yang dikhawatirkan adalah akan muncul masyarakat yang menjadi penerima ganda.
Misalnya, mungkin tidak menerima PKH, tapi mendapat BLT Kemensos, Kemendes, dan
bahkan Kartu Prakerja yang kriteria penerimanya berdasarkan sistem acak.

7
Ini yang terkadang menimbulkan kebisingan di masyarakat. Masyarakat menyalahkan
pemerintah mengatakan pemerintah tidak dapat sesuai menentukan sasaran yang tepat.
Padahal di sisi lain, dilemanya, tidak mungkin pula membiarkan pemerintah
mengintergrasikan data dengan sistem pendataan baru. Sebab, kondisinya sudah 'mepet',
masyarakat sudah tertekan dan perlu segera diberi bantalan agar tidak semakin terperosok ke
jurang kemiskinan.

3.2 Cara yang Dapat Dilakukan Pemerintah untuk Pemerataan Penyaluran Bantuan
Langsung Tunai

Banyak masalah yang terjadi saat pembagian BLT kepada masyarakat. Masalah itu
mulai dari banyaknya warga yang mengaku miskin namun tidak terdaftar sebagai penerima,
domisili dan ketidaksesuaian nama atau alamat, bahkan sebagai penerima ganda.

Masalah pertama adalah banyaknya warga yang merasa yang tergolong kategori
miskin. Padahal pemerintah telah menetapkan sekitar 25 persen rumah tangga dengan status
sosial-ekonomi terendah. Solusinya adalah melakukan musyawarah desa yang diharapkan
memberi persetujuan final nama, alamat RT yang berhaki mendapatkan BLT.

Lain lagi dengan adanya warga tanpa status domilisi yang merasa tergolong miskin.
Untuk mengatasi masalah itu, pemerintah mengusulkan jika memang dirasakan berhak
menerima oleh masyarakat setempat, maka dapat dimasukkan sebagai RT pengganti
berdasarkan hasil keputusan musyawarah desa.

Lakukan pula evaluasi dan pengintegrasian data secara pararel, meski di tengah
pandemi covid 19 ini. Serta pendataan yang dilakukan juga harus lebih sesuai dengan melihat
data bantuan sebelumnya supaya tidak tertimpa tindih. Sehingga mengurangi terjadinya
kesalahan data. Para perangkat desa dan pemerintah setempat juga harus mendata mana
masyarakat yang layak mendapat dan mana yang tidak.

Data antara perangkat desa dengan data pemerintah pusat juga terkadang tidak sama,
sehingga menimbulkan perbedaan data yang mengakibatkan ketidaksesuain penerima. Oleh
karena itu, perlu dilakukan penyesuain dengan melakukan musyawarah ataupun menyerahkan
ke salah satu pihak saja untuk meneliti ke lapangan langsung sehingga data yang ada bisa
sama dan tidak menimbulkan keributan karena perbedaan data.

8
Mekanisme yang dilakukan untuk pendataan juga harus sesuai dengan peraturan
pemerintah. Berikut mekanisme pendataan yang dilakukan pemerintah setempat.

1. Mekanisme pendataan BLT Dana Desa yang pertama akan dilakukan oleh Relawan
Dessan Lawan Covid-19. Setelah data terkumpul, selanjutnya pendataan akan fokus
pada lingkup RT, RW, dan Desa.
2. Kemudian, hasil pendataan sasaran keluarga miskin akan dilakukan musyawarah Desa
Khusus, atau musyawarah insidentil. Dalam musyawarah ini akan membahas agenda
tunggal, yaitu validasi dan finalisasi data.
3. Setelah dilakukan validasi dan finalisasi, mekanisme pendataan BLT Dana Desa
selanjutnya akan dilakukan penandatanganan dokumen hasil pendataan oleh Kepala
Desa.
4. Hasil verifikasi dokumen tersebut, selanjutnya akan dilaporkan kepada tingkat yang
lebih tinggi yaitu Bupati atau Walikota melalui Camat.
5. Terakhir, program BLT Dana Desa bisa segera dilaksanakan dalam waktu selambat-
lambatnya 5 hari kerja per tanggal diterima di Kecamatan.

Selain untuk pendataan, penyaluran ke masyarakat juga harus sesuai dengan peraturan
yang telah di tetapkan. Berikut mekanisme penyaluran BLT ke masyarakat ynag telah
ditetapkan oleh pemerintah.

1. Pertama, untuk desa yang menerima Dana Desa sebesar Rp 800 juta, alokasi BLT
maksimal sebesar 25 persen dari jumlah Dana Desa.
2. Selanjutnya, mekanisme penyaluran BLT Dana Desa yang mendapatkan besaran Rp
800 juta hingga Rp 1,2 miliar, bisa mengalokasikan BLT maksimal 30 persen.
3. Ketiga, bagi desa yang menerima Dana Desa Rp 1,2 miliar atau lebih akan
mengalokasikan BLT maksimal sebesar 35 persen.
4. Sedangkan, desa yang memiliki jumlah keluarga miskin lebih besar dari anggaran
yang diterima, bisa mengajukan penambahan dana setelah disetujui oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota.
5. Setiap keluarga penerima manfaat BLT Dana Desa akan mendapatkan uang sebesar
Rp 600 ribu per bulan.

9
BAB IV

REKOMENDASI DAN TANGGAPAN

Menurut saya, pemerintah harus lebih teliti dalam melakukan pendataan sehingga data
yang dihasilkan tidak rancuh dan tepat sasaran. Pemerintah juga harus melakukan
penyesuaian data sehingga tidak terjadi perbedaan data antara pemerintah pusat dengan
perangkat setempat. Sosialisasi terhadap masyarakat juga harus dilakukan agar masyarakat
dapat mengetahui siapa saja yang pantas mendapatkan bantuan. Supaya masyarakat mengerti
dan tidak selalu menuntut ke pemerintah dan masyarakata harus lebih mengaca diri pantas
atau tidaknya ia mendapat bantuan. Karena banyak sekali masyarakat yang kiranya masih
berkecukupan, namun mengaku miskin agar mendapat bantuan tersebut. Hal tersebut sangat
tidak pantas. Karena, masih banyak diluar sana orang yang belum mendapat kan bantuan
sama sekali.

Sebagai warga masyarakat yang baik, terutama mahasiswa. kita juga harus membantu
pemerintah. Caranya bisa dengan ikut melakukan sosialisasi ke masyarakata langsung. Bisa
juga kita ikut menyalurkan bantuan materi apabila mampu. Dengan begitu masyarakat yang
membutuhkan tidak selalu menunggu bergantung bantuan pemerintah. Ketimpangan sosial
dan kesenjangan juga akan berkurang.

Sebagai masyarakat yang baik, kita juga tidak boleh selalu menyalahkan pemerintah.
Karena dalam waktu yang singkat tentu saja pemerintah sangat kewalahan terutama di tengah
pandemic seperti ini tentu saja pemerintah sulit untuk melakukan observasi karena
terbatasnya ruang lingkup kerja.

Oleh karena itu, baik pemerintah maupun masyarakat, kita diharapkan untuk tetap
saling mengerti dan memahami. Masyarakat harus lebih sabar dan tidak selalu menyalahkan
pemerintah. Pemerintah pun juga harus lebih teliti dan lebih meningkatkan mekanisme kerja
dalam pendataan dan penyaluran dana Bantuan Langsung Tunai tersebut.

10
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Bantuan Langsung Tunai adalah bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada
masyarakat miskin dalam bentuk uang tunai untuk membantu merekamenghadapi kesulitan
ekonomi ditengah maraknya pandemi.. Pembagian yang terkadang tidak merata
menimbulkan sikap iri di masyarakat. Namun, hal tersebut tentu saja bukan karena disengaja
oleh perangkat desa. . Masyarakat menyalahkan pemerintah mengatakan pemerintah tidak
dapat sesuai menentukan sasaran yang tepat. Padahal di sisi lain, dilemanya, tidak mungkin
pula membiarkan pemerintah mengintergrasikan data dengan sistem pendataan baru. Sebab,
kondisinya sudah 'mepet'. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyesuain dengan melakukan
musyawarah ataupun menyerahkan ke salah satu pihak saja untuk meneliti ke lapangan
langsung sehingga data yang ada bisa sama dan tidak menimbulkan keributan karena
perbedaan data.

5.2 Saran

Demikianlah makalah ini saya susun, semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca. Dalam penulisan ini saya sadari masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun sangat saya harapkan untuk menyempurnakan makalah saya ke
depannya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Subarsono, AG, 2005, Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori dan Aplikasi, Penerbit
Pustaka Pelajar, Jogjakarta.

Widianto, Bambang, 2008, Perkembangan Perkonomian, Subsidi BBM, dan Evaluasi


Program BLT, Surabaya.

Winarno, Budi, 2002, Teori dan Proses Kebijakan Publik, Penerbit Media Pressindo,
Yogyakarta.

https://beritadiy.pikiran-rakyat.com/ekonomi/pr-70945597/bsu-blt-subsidi-gaji-bpjs-ketenagakerjaan-
cair-ke-21-juta-pekerja-cek-nama-penerima-di-link-ini

https://www.google.com/-bagaimana-mekanisme-dan-tahapan-penyaluran-blt-kepada-pekerja

12

Anda mungkin juga menyukai