Bismillah walhamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du.
. شهودا ومحبة: وعلى قلبه. ثناء واعترا فا: وكذلك حقيقته في العبودية وهو ظهور أثر نعمة هللا على لسان عبده
انقيادا وطاعة: وعلى جوارحه
“Dan hakikat syukur dalam bentuk ibadah adalah nampaknya nikmat Allah pada
lisan hamba-Nya dalam bentuk memuji-Nya dan mengakui (nikmat tersebut dari-
Nya), pada hatinya dalam bentuk menyaksikan dan mencintai-Nya, dan pada
anggota tubuhnya dalam bentuk tunduk dan taat kepada-Nya”.
وأن ال، وثناؤه عليه بها، واعترافه بنعمته، وحبه له، والشكر مبني على خمس قواعد خضوع الشاكر للمشكور
يستعملها فيما يكره
“Dan setiap orang yang berbicara khusus tentang syukur, maka pembicaraannya
kembali kepadanya (lima dasar syukur di atas) dan berkisar seputarnya” (Madarijus
Salikin 2/234).
Ketahuilah bahwa menyebutkan nikmat Allah yang didapatkan oleh seorang hamba
adalah perkara yang diperintahkan oleh Rabbuna ‘Azza wa Jalla. Allah Tabaraka
wa Ta’ala berfirman,
ْ َوأ َ َّما بِنِ ْع َم ِة َربِكَ فَ َحد
ِث
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu sebutkan”. (QS. Adh-
Dhuha: 11).
Faidah:
1. Bahwa nikmat itu ada dua, yaitu nikmat diniyyah dan dunyawiyyah. Jadi
sebenarnya, sesorang bisa beribadah dan beramal shalih adalah sebuah
nikmat dan anugerah dari Allah. Dan kita diperintahkan untuk menyebutkan
nikmat tersebut, sebagaimana kita diperintahkan pula menyebutkan nikmat
Allah berupa harta benda dan kenikmatan duniawi sesuai dengan syariat.
2. Menyebutkan nikmat juga ada dua bentuk, yaitu:
1. Menyebutkan nikmat secara khusus (nikmat tertentu).
2. Menyebutkan nikmat secara umum.
3. Menyebutkan nikmat Allah yang khusus adalah suatu perkara yang tertuntut,
jika memang ada maslahat dan tidak ada ancaman bahaya, seperti hasad.
4. Menyebutkan nikmat Allah adalah pendorong seorang hamba bisa
bersyukur kepada-Nya, bahkan hakikatnya ia merupakan bentuk mensyukuri
nikmat itu sendiri.
Hal ini dikarenakan menyebutkan nikmat Allah berarti seorang hamba mengingat
dan mengakui bahwa nikmat itu adalah karunia Allah dan ia benar-benar
menyandarkan nikmat itu kepada Allah. Diapun menyadari bahwa Dia adalah
Tuhan Yang Maha Pemurah. Sehingga ia pun bersyukur kepada Rabb-Nya. Dari
Abi Nadhrah rahimahullah menuturkan, “Kaum muslimin (baca ulama) memandang
bahwa termasuk bagian mensyukuri nikmat adalah ia menyebutkan nikmat
tersebut” (Tafsir Ath-Thabari, 24/484). Bahkan -sebagaimana telah dijelaskan
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah di atas- bahwa menyebutkan nikmat Allah
hakikatnya merupakan bagian dari bersyukur kepada Allah Ta’ala itu sendiri.
الكنود هو الذي يعد المصائب وينسى نعم هللا عليه: قال الحسن
“… وإال فالكتمان أولى، ”ما لم يترتب على التحدث بها ضرر كحسد