LANDASAN TEORI
A. SYUKUR
1. Pengertian Syukur
yang artinya berterima kasih. Syukur dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
diartikan sebagai rasa terima kasih kepada Allah Swt. dan untunglah (pernyataan
lega, senang, dan sebagainya). Kata syukur biasa diartikan dengan kegembiraan
hati atas datangnya nikmat dengan mengerahkan anggota badan untuk taat kepada
pemberi nikmat, dan mengakui nikmat tersebut dengan penuh ketundukan. 1Di
dalam tasawuf, istilah ini mengacu kepada kesadaran akan ihwal keluasan rahmat
Allah atas hamba-Nya. Suatu kesadaran bahwa nikmat dan rahmat Allah tidak
Secara bahasa, syukur adalah pujian kepada yang telah berbuat baik atas
apa yang dilakukan kepadanya. Syukur adalah kebalikan dari kufur. 2 Hakikat
tempat dan sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemberinya, juga menyebut-
1
Azyumardi Azra, Ensiklopedi Tasawuf, (Bandung: Angkasa, 2008), h. 1239.
2
Amir An-Najar, Psikoterapi Sufistik dalam Kehidupan Modern, Terj. Ija Suntana,
(Bandung: PT. Mizan Publika, 2004), h. 90.
3
Muhammad Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas pelbagai
Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, 1996), h. 216.
Sedangkan menurut istilah syara‟, syukur adalah pengakuan terhadap
atau kehendak hati untuk membalas kebaikan. Syukur dikenal dengan istilah
gratitude. Kata gratitude berasal dari bahasa latin “gratia”, yang berarti kebaikan
Allah Swt., dan tidak ada satu pun nikmat yang berasal dari penduduk
b. Ibn Qayyim Al-Jawziyah, rasa syukur didirikan atas tiga asas, yaitu
c. Ja‟far Al-Sadiq, syukur adalah salah satu dari tujuh prinsip akar tingkah
4
Komarudin Hidayat, Dahsyatnya Syukur, (Jakarta: Qultum Media, 2009), h. 2.
5
Hidayatul Qoyyimah, Perbedaan Tingkat Syukur Ditinjau dari Kepribadian pada
Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah Al-Fatimiyah Joyosuko, (Malang: UIN Maulana Malik
Ibrahim, 2013), h. 31.
menghadapi cobaan-cobaan-Nya, memuliakan kesucian-Nya, dan
merindukan-Nya.
pemberi nikmat Allah. Karena itu, dapat dikatakan bahwa syukur yang
mengakui dengan hati akan nikmat yang telah diberikan Allah, dan
f. Ibn Qudamah, bersyukur itu dapat terjadi dengan hati, lisan dan perbuatan.
Bersyukur dengan hati yakni keinginan hati untuk selalu berbuat baik.
Bersyukur dengan lisan yaitu mewujudkan rasa terima kasih kepada Allah
nikmat.8
membalas suatu nikmat. Atau dengan kata lain syukur itu bisa dinyatakan
sebagai suatu sifat terpuji yang dilahirkan melalui lisan, janan (hati), dan
tersebut.10
Artinya: “karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)-Ku.”11
Pada ayat ini mengandung perintah untuk mengingat Allah Swt. melalui
kekuasaan dan keesaan Allah Swt. Menjauhi larangan Allah Swt. yang sudah
9
Sa‟id bin Musafir Al-Qahthani, Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, (Jakarta: PT.
Darul Falah, 2003), h. 502-503.
10
Othman Napiah, Ahwal dan Maqamat dalam Ilmu Tasawuf, (Malaysia: University
Teknologi Malaysia, 2001), h. 93.
11
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT. Sygma
Examedia Arkanleema, 2009), h. 23.
12
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maraghi, Terj. Anshori Umar Sitanggal. Hery
Noer Aly. Bahrun Abu Bakar, (Semarang: CV. Toha Putra, Cet. II, 1993), h. 30.
Ayat ini juga mengandung perintah untuk bersyukur kepada Allah Swt.
memanjatkan pujian kepada Allah Swt. dengan lisan dan hati, serta tidak
Swt. dengan tidak menggunakan akal dan indera untuk merenungkan dan
Artinya: “dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".15
mengambil salah satu dari asma-Nya, karena Allah adalah Asy-Syukur, yang
13
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maraghi, h. 31.
14
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maraghi, h. 32.
15
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 256.
sementara orang-orang yang bersyukur diantara hamba-hamba-Nya sangatlah
sedikit.
para salikin (orang-orang yang sedang menempuh jalan Allah). Syukur itu terdiri
dari ilmu, hal (keadaan), dan amal. Ilmu adalah pokok yang membuahkan
Yang dimaksud dengan ilmu disini adalah mengenali nikmat dari yang
tersebut. Dan amal yaitu melaksanakan sesuatu yang menjadi tujuan Sang
dalam hati disebabkan oleh rasa syukur disebut keadaan syukur, yaitu perasaan
bersyukur serta kerendahan dan ketundukan hati orang yang diberi nikmat atau
rezeki.
Swt. merupakan salah satu kewajiban makhluk. Semua orang harus berusaha
menunaikan kewajiban itu semampunya meskipun tidak ada makhluk yang dapat
secara tuntas kewajiban bersyukurnya kepada Allah Swt. Tujuan akhir bersyukur
16
Al-Ghazali, Terapi Sabar dan Syukur, h. 84
memenuhi tuntutan-tuntutannya. Karena itu, Rasulullah Saw mengakui
karena tak seorangpun sanggup mengetahui Allah secara sempurna, tak ada pula
awal dan akhir penyingkapan ilahi, mengetahui kaitan satu karunia dengan
lainnya. Jika nikmat itu bersifat pengetahuan dan makrifah, syukurnya mesti
dengan satu cara, dan jika nikmat itu berupa tajalli Nama-Nama Allah, syukurnya
juga dengan cara lain. Karena semua kategori dan tingkatan nikmat itu dinikmati
pada semua tingkatannya hanya bisa dilakukan oleh segelintir kecil orang.
tidaklah sopan bila ditujukan kepada Allah (karena tidak mungkin ada yang bisa
Derajat ketiga syukur terletak di tempat sang hamba tidak melihat apapun
Keadaan ini terdiri atas tiga kedudukan. Pertama, dia mematuhi-Nya seperti
budak hina melihat tuannya. Dalam keadaan ini, ia menyadari bahwa dirinya
bernilai. Apabila dalam kerendahan hati ini, jika dia dianugerahi nikmat, dia
sangat menghargainya, dan menganggap dirinya tidak berarti dan tidak patut
kekasihnya. Dalam keadaan seperti ini, dia tenggelam dalam keindahan Sang
Kekasih, dan apapun yang diterima dari-Nya, dia hargai, sekalipun hal itu adalah
Dalam keadaan seperti ini, dia akan melupakan dirinya sendiri dan orang lain, dan
hanya melihat Zat Allah, sambil tidak menyadari mana yang nikmat dan mana
Ada dua sebab mengapa bersyukur kepada Allah tidak sama dengan
bersyukur kepada manusia. Sebab pertama adalah Allah sama sekali tidak
pelayanan, rukuk dan sujud manusia. Sebab kedua adalah manusia memiliki
17
Imam Khomeini, 40 Hadis Telaah atas Hadis-Hadis Mistis dan Akhlak, (Bandung:
Mizan, 2009), h. 417-421.
kebebasan berkehendak yang dengannya ia dapat melakukan apapun dan bahwa
Manusia tidak bersyukur kepada Allah karena ia tidak tahu dan tidak
sadar akan besarnya nikmat Allah karena kebodohannya. Manusia mengira bahwa
terhadap suatu nikmat adalah harus sesuai dengan perintah Allah, dan jika ia
tidak menganggap nikmat-nikmat itu sebagai karunia dari Allah Swt. Ini karena
manusia menikmati nikmat-nikmat itu begitu saja, seperti udara, air dan api, tidak
pernah memikirkan penciptanya. Coba kita perhatikan, bagaimana kalau tidak ada
udara sesaat saja, kita semua akan mati, binasa dan hancur. Kita mempunyai mata
tetapi seringkali tidak bersyukur karena dengan mata kita dapat melihat. Ketika
kepadanya hanya sedikit. Orang yang tidak mengetahui hakikat nikmat, tidak akan
bisa mensyukurinya.
Sebab ketiga manusia tidak bersyukur adalah melihat kepada orang yang
lebih darinya. Jika seseorang selalu melihat kepada orang yang dilebihkan
darinya, ia akan meremehkan pemberian Allah sehingga rasa syukurnya
berkurang. Sebab, ia melihat bahwa apa yang diberikan Allah itu hanya sedikit.
hidup dalam penuh ketakutan dan kecemasan, baik dalam masalah harta,
tidak mau membandingkan antara masa lalunya dengan sekarang. Padahal hal itu
dapat menegaskan kepadanya bahwa Allah telah memberi karunia kepadanya dan
dilakukan dengan tiga hal, yakni syukur dengan hati, syukur dengan ucapan dan
semua nikmat itu datangnya dari Allah, sebagai kebaikan dan karunia Sang
Pemberi nikmat kepada hamba-Nya. Manusia tidak mempunyai daya dan upaya
membutuhkan nikmat itu merasa cukup dengan nikmat yang telah diberikan, dan
tidak puas dengan syukur yang telah ia lakukan. Allah Swt. berfirman dalam Q.S
Artinya: “dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari Allah-lah
(datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, Maka hanya kepada-
Nya-lah kamu meminta pertolongan.”18
Seorang hamba tidak bisa terlepas dari nikmat, karunia dan kebaikan Allah
walaupun sekejap mata, baik di dunia maupun di akhirat. Sebab, Allah lah yang
Semua makhluk di dunia ini hanya bisa memberikan sesuatu dengan batas-
batas tertentu, mereka tidak bisa memberikan kesembuhan kepada yang sakit,
nikmat-nikmat itu pada dirinya, sehingga ia tidak akan lupa kepada Allah Sang
hingga ia mengakui bahwa semua nikmat lahir dan batin yang diberikan
kepadanya dan kepada makhluk lainnya, semua itu berasal dari Allah, kemudian
Syukur dengan ucapan yaitu menyanjung dan memuji Allah atas nikmat-
pamer atau sombong. Dengan cara demikian, hati dan anggota tubuh menjadi
18
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 272.
19
Abdullah bin Shalih Al-Fauzan, Indahnya Bersyukur Bagaimana Meraihnya?,
(Bandung: Marja, 2012), h. 39-44.
Syukur dengan ucapan yang berhubungan dengan nikmat itu ada dua
macam, yaitu:
yang sempurna.
Allah, sebagaimana firman Allah taala dalam Q.S Al-Dhuha [93]: 11:
Para ahli tafsir menerangkan bahwa maksud ayat di atas adalah menyebut-
nyebut nikmat Tuhan apabila disertai dengan rasa puas sambil menjauhkan rasa
riya dan bangga merupakan salah satu bentuk pengejawantahan dari kesyukuran
20
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 596.
21
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2007), h. 398.
Sebagian ulama salaf mengatakan, “Orang yang menyembunyikan nikmat
mengatakan, “Syukur itu adalah tunduk dan taat kepada aturan Allah dan
maupun batin.”
tubuh memiliki kewajiban beribadah. Hal itu tidak akan sempurna kecuali dengan
4. Keutamaan Syukur
aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu
Ayat tersebut menerangkan kepada kita agar kita selalu ingat kepada
Allah Swt. Salah satu cara mengingat Allah yakni dengan bersyukur kepada-Nya.
22
Abdullah bin Shalih Al-Fauzan, Indahnya Bersyukur Bagaimana Meraihnya?, h. 44-46.
23
Abdullah bin Shalih Al-fauzan, Indahnya Bersyukur Bagaimana Meraihnya?, h. 48.
24
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 23.
Jika ingat Allah, maka Allah Swt. juga akan ingat kepada kita, maksudnya Allah
Swt. akan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita, dan salah satu
bentuk rahmat dan karunia-Nya adalah mengeluarkan kita dari kesulitan dan
tubuh dan potensi yang telah dikaruniakan Allah untuk berjuang mengatasi
masalah yang dihadapi dan mewujudkan kehidupan menjadi lebih baik. Allah
Swt. berfirman: “Bekerjalah Hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah).
dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.” (Q.S. Saba‟: 13) 25
sudah ada dengan ikatan yang kuat, sehingga tidak mudah hilang. Allah Swt.
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
(Q.S. Ibrahim: 7) 26
Hidayat, mengatakan “siapa yang tidak mensyukuri nikmat Allah, sama saja
25
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 429.
26
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 256.
dengan berusaha menghilangkan nikmat tersebut. Sedangkan orang yang
bersyukur, artinya dia telah mengikat nikmat tersebut dengan ikatan yang kuat.” 27
nikmat Allah, sekalipun dalam kondisi sakit, maka Allah akan memberikan dua
ganjaran yang luar biasa. Ganjaran yang pertama, Allah akan menyembuhkan
penyakitnya, dan ganjaran yang kedua adalah Allah akan memberikan nikmat
Salah satu ciri orang yang bersyukur adalah selalu merasa cukup
dengan apa yang telah Allah berikan kepadanya. Baginya nikmat dan rezeki
adalah urusan Allah yang Maha Mengatur. Allah menjanjikan balasan yang luar
biasa bagi siapa saja yang pandai mensyukuri pemberian Allah yang telah
dimiliki. Allah berfirman: “dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang
Orang yang bersyukur selalu merasa puas atas nikmat yang telah
dikaruniakan Allah kepadanya, dan tidak iri hati terhadap apa yang telah dimiliki
oleh orang lain, insya Allah dimudahkan Allah jalan menuju surga.
merupakan hal sangat penting. Hanya orang yang bersyukur yang dapat
27
Komarudin Hidayat, Dahsyatnya Syukur, h. 49.
28
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 68.
melakukan upaya memperbaiki dan memperlancar hubungan sosial karena tidak
bahwa orang yang bersyukur mengalami perubahan kualitas hidup lebih baik.
Sikap-sikap positif seperti semangat hidup, perhatian, kasih sayang, dan daya
juang berkembang dengan baik pada mereka yang terbiasa mengungkapkan rasa
B. PERILAKU ALTRUISTIK
memerhatikan diri sendiri. Perilaku ini merupakan kebajikan yang ada dalam
banyak budaya dan dianggap penting oleh beberapa agama. Gagasan ini sering
Altruisme memusatkan perhatian pada motivasi untuk membantu orang lain dan
seperti Tuhan, raja, organisasi khusus, seperti pemerintah, atau konsep abstrak,
29
Aura Husna (Neti Suriana), Kaya dengan Bersyukur: Menemukan Makna Sejati
Bahagia dan Sejahtera dengan Mensyukuri Nikmat Allah, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2013), h. 162.
30
Bambang Syamsul Arifin. Psikologi Sosial, h. 277.
seperti patriotisme, dan sebagainya. Beberapa orang dapat merasakan altruisme
kepentingan orang lain, cinta yang tidak terbatas terhadap sesama manusia. Sikap
manusia yang mungkin naluri berupa dorongan untuk berbuat jasa kepada orang
lain.31
sebagai kewajiban yang ditujukan pada kebaikan orang lain. Suatu tindakan
altruistik adalah tindakan kasih sayang yang dalam bahasa Yunani disebut Agape.
dengan tujuan kebaikan orang itu dan tanpa dirasuki oleh kepentingan orang yang
mengasihi.32
altruistik tidak berhenti pada perbuatan itu sendiri, tetapi keberlanjutan tindakan
31
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1990), h. 24.
32
Robert Borrong, Etika Bumi Baru, (Jakarta: Gunung Mulia, 2006), h. 211.
33
Nicholas Abercrombie, dkk., Kamus Sosiologi, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010), h.
23.
hati atau belas kasihan, tetapi diresapi dan dijiwai oleh kesukaan memajukan
sesama tanpa pamrih. Berdasarkan hal tersebut, seseorang yang altruis dituntut
Dalam buku Sears dkk, altruis adalah tindakan sukarela yang dilakukan
oleh seseorang atau sekelompok orang untuk menolong orang lain tanpa
kebaikan).34
sebagai orang pertama yang menggunakan istilah altruisme, yang berasal dari kata
alter artinya orang lain, membedakan perilaku menolong yang altruis dengan
pertolongan mempunyai dua dorongan (motif), yaitu altruis dan egois. Kedua
menolong yang egois bertujuan memberi manfaat untuk dirinya sendiri atau dia
tidak berkutat diri, tetapi jikalau kita lihat lebih dalam, kita dapat mengetahui
bahwa sesuatu yang lain yang terjadi. Biasanya tidak terlalu sukar untuk
34
David O. Sears, dkk., Psikologi Sosial, (Jakarta: Erlangga, 1985), jilid 2, h. 47.
menemukan bahwa perilaku “tak berkutat diri” terkait dengan suatu keuntungan
Raoul mengalami depresi dan tidak bahagia bahwa hidupnya tampak tidak begitu
bermakna luar biasa berhasil. Ibu Theresa, suster yang membaktikan hidupnya
bekerja diantara orang miskin di Calcuta, sering dikutip sebagai contoh sempurna
orang yang tak berkutat diri, tetapi tentu saja, Ibu Theresa yakin bahwa dirinya
akan memperoleh ganjarannya yang indah di surga (ternyata dia tidak perlu
menunggu terlalu lama untuk hadiah itu, dia memperoleh Hadiah Nobel
seperti ini, hasrat untuk hidup yang lebih bermakna, hasrat untuk dikenal umum,
perasaan kepuasan pribadi, dan harapan akan ganjaran surgawi. Untuk setiap
bahkan kelangsungan hidup orang lain daripada diri sendiri, bersikap demikian
35
James Rachels, Filsafat Moral,(Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2013), h. 125
36
James Rachels, Filsafat Moral, h. 126.
untuk meningkatkan rasa aman, terpuasnya kepentingan atau kebahagiaan orang
pamrih kepada orang lain. Perilaku ini menurut As-Suhrawardi didorong oleh rasa
kasih sayang yang begitu besar dalam hati mereka pada makhluk (manusia) serta
Dalam hal ini mereka bertata krama sesuai dengan tata krama dalam
Alquran yang memuji kaum anshar karena sikap altruisme mereka kepada
buah dari kezuhudan yang benar, atau indikator kebenaran sikap zuhud. Dzunnun
al-Mishri mengatakan: “ada tiga tanda orang zuhud yang dilapangkan dadanya:
hubungan pertemanan dan lain-lain. Akan tetapi, mereka bersikap sama rata
dengan memberikan apa yang dibutuhkan orang lain sesuai kemampuan mereka.
Salah seorang tokoh sufi mengatakan: “Perilaku mengutamakan orang lain tidak
berangkat dari sikap pilih-pilih, akan tetapi altruisme berarti mendahulukan hak-
37
David O. Sears, dkk., Psikologi Sosial, h. 47.
38
Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam dan Akhlak, (Jakarta: Amizah, 2011), h. 334.
hak makhluk seluruhnya atas hakmu tanpa membedakan antara saudara, teman,
dan kenalan.”
kesucian nafsu diri dan bukti perlawanan terhadap kecenderungan kikir atau
mengatakan: “Orang sufi terdorong untuk bersikap altruis karena kesucian nafsu
dirinya dan kemuliaan nalurinya, dan Allah tidak menjadikannya orang sufi
kecuali setelah ia meluhurkan nalurinya untuk hal tersebut. Maka, setiap orang
yang memiliki naluri dermawan, ia nyaris bisa disebut sufi. Allah Swt. berfirman:
“Dan siapa yang telah dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulan orang-
diri seseorang. Seseorang yang paling altruis merasa diri mereka paling
mengontrol diri, dan termotivasi untuk membuat kesan yang baik. Seseorang yang
altruis dapat merasakan perasaan yang sama sesuai dengan situasi yang terjadi.
altruis yakin akan adanya keadilan yang ada di dunia, yaitu keyakinan bahwa
dalam jangka panjang yang salah akan dihukum dan yang baik akan menerima
hadiah. Orang yang keyakinannya kuat terhadap keadilan dunia akan termotivasi
39
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 546.
dengan mudah menunjukkan perilaku menolong. Menurut teori Melvin Lerner,
orang yang keyakinanya kuat terhadap keadilan dunia akan termotivasi untuk
mencoba memperbaiki keadaan ketika mereka melihat orang yang tidak bersalah
bertanggung jawab terhadap apapun yang dilakukan orang lain, sehingga ketika
secara internal. Hal-hal yang dilakukan dimotivasi oleh kontrol dalam dirinya
a. Empati
merupakan tanggapan manusia yang universal yang dapat diperkuat dan ditekan
40
Wortman, dkk., Psychology, (New York: Alfred A, 1992), h. 421.
mengesampingkan motif pribadi dalam membantu dan meringankan penderitaan
orang lain.41
inilah yang menurut Batson akan mendorong orang untuk melakukan pertolongan
altruistis.
Secara umum, para wanita memperlihatkan perasaan empati yang lebih besar
dibandingkan para pria, dan mereka memiliki kecenderungan yang lebih kecil
untuk mendukung perang dan bentuk agresi yang lain. (c). Meningkatkan kerja
bahwa orang-orang yang berada dalam potensi konflik lebih dapat memberikan
Personalisasi kelompok luar dengan cara berusaha mengenal lebih jauh mereka
anda merasakan apa yang mereka rasakan, dan anda akan menjadi lebih suportif
membahayakan hidup mereka atas orang lain terkadang kehilangan hal tersebut.
Orang yang berusaha untuk melakukan hal baik juga dapat melakukan hal buruk,
perasaan. Merasakan sakit yang dirasakan oleh orang lain adalah menyakitkan
favoritisme, ketidakadilan dan sikap masa bodoh terhadap kebaikan umum yang
lebih besar.42
lebih suka menolong orang yang disukainya, memiliki kesamaan dengan dirinya
42
David G. Myer, Psikologi Sosial, (Jakarta: Salemba Humaika, 2012), h. 208.
reward pada perilaku sebelumnya dan pengamatan langsung tentang derajat
yang pernah ada menunjukkan bahwa dalam memberikan pertolongan, tidak ada
bedanya antara perilaku kriminal dan yang bukan. Oleh karena itu, faktor
orang lain.
pertolongan.
balik.43
e. Suasana Hati
mereka berada dalam keadaan baik.44 Jika suasana hati sedang senang, orang juga
akan terdorong untuk memberikan pertolongan lebih banyak. Hal itu merupakan
alasan bahwa pada Idul Fitri atau menjelang Natal, orang cenderung memberikan
derma lebih banyak. Merasakan suasana yang senang itu, orang cenderung ingin
43
David G. Myer, Psikologi Sosial, h. 196.
44
David O. Sears, dkk., Psikologi Sosial, h. 66.
memperpanjangnya dengan perilaku yang positif. Riset menunjukkan bahwa
bersifat universal adalah norma timbal balik: bagi mereka yang telah menolong
kita, maka kita harus membalasnya dengan pertolongan lagi, bukan dengan
kejahatan.45
Dalam kondisi zaman yang sudah tidak bersahabat ini nampaknya egoisme
menguntungkan atau bahkan lebih mementingkan orang lain dari pada dirinya
kebaikan. Manusia diberi akal pikiran untuk dapat memikirkan mana yang baik
dan mana yang buruk. Itulah sebabnya manusia berbeda dari makhluk lainnya
seperti hewan dan tumbuhan. Manusia juga tidak bisa hidup sendiri, antara yang
satu dengan yang lain saling melengkapi itulah kenapa setiap manusia diajarkan
untuk saling tolong menolong atau perilaku altruistik. Altruistik sendiri adalah
45
David G. Myer, Psikologi Sosial, h. 195.
perilaku menolong tanpa mengharapkan imbalan dan keuntungan pada diri yang
ditolong.46
dengan kemajuan zaman, perilaku altruisme mulai jarang ditemui dan bahkan
mungkin sekali untuk dilupakan. Nilai-nilai dasar masyarakat seperti sifat dan
cenderung berfikir tentang apa yang didapatkan atas interaksinya dengan orang
lain. Seseorang yang menolong tanpa pamrih untuk orang lain tanpa memikirkan
imbalan sangatlah jarang. Dalam kondisi seperti ini sangatlah sulit diperoleh sifat
altruisme dalam diri seseorang, apabila tidak disertai sifat syukur karena dalam
dan ketulusan hati yang menciptakan rasa kepedulian terhadap sesama menjadi
besar.
yang sungguh-sungguh akan menghasilkan motivasi yang kuat dalam diri manusia
untuk berbuat baik, adanya perasaan berdosa mengambil hak-hak orang lain,
patuh terhadap perintah Allah serta rasa syukur terhadap nikmatnya merupakan
unsur keimanan yang tinggi yang harus diwujudkan dalam perbuatan baik (amal
salih).47
46
Faturochman, Pengantar Psikologi Sosial, (Yogyakarta: Pustaka, 2006), h. 73.
47
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), h. 120.
Syukur sendiri adalah menyadari bahwa tidak ada yang memberi
kenikmatan kecuali Allah. Syukur itu berkaitan dengan hati, lisan dan anggota
badan. Bersyukur dengan hati, yaitu mengakui di dalam hati bahwa kenikmatan
yang diperoleh merupakan karunia dari Allah, bukan karena kehebatan diri
sendiri. Bersyukur dengan lisan, yaitu memuji Allah Swt. atas karunia yang
anggota badan yaitu memanfaatkan apa yang sudah diperoleh untuk mengabdi
banyak berupa uang, selain untuk kepentingan diri dan keluarganya, dana itu juga
hidup.48
Syukur yang dilandasi dengan hati, lisan, dan anggota badan ini yang akan
melahirkan sifat ikhlas dan jiwa sosial yang tinggi semua itu didasarkan karena
rida-Nya. Mereka menolong karena didasari atas rasa kebersamaan bukan karena
untung atau rugi. Orang yang memiliki sikap syukur terbebas dari sifat memiliki.
Mereka beranggapan bahwa yang dimiliki saat ini merupakan anugerah dari Allah
yang harus digunakan untuk membantu orang lain sebagai sarana mendekatkan
48
Ahmad Yani, Be Excellent (Menjadi Pribadi yang Terpuji), (Jakarta: Al-Qalam, 2007),
h. 248-249.
Disebutkan dalam hadis yang menceritakan contoh aplikasi dari sikap
Abdurrahman bin Samurah bercerita, ”suatu hari Utsman bin Affan menghadap
Rasulullah Saw sambil membawa uang seribu dinar untuk perlengkapan dan
persediaan pasukan muslim saat itu. Rasulullah menerima uang itu dan bersabda,
”apa yang dilakukan Utsman hari ini tidak akan pernah disia-siakan Allah”.
seseorang tidak takut dengan hilangnya sesuatu yang dimilikinya. Seseorang yang
mempunyai sikap syukur merasa bahwa segala nikmat yang diperolehnya hanya
merupakan titipan, dan baginya semua yang dimiliki hanyalah sebuah jalan untuk
mendekatan diri kepada-Nya. Allah-lah pemilik sejati dari semua nikmat tersebut.
Orang yang memiliki rasa syukur akan tercipta rasa ikhlas dan ketulusan hati.
Rasa ketulusan hati ini yang akan mendorong seseorang untuk berbuat baik
terhadap sesama. Salah satu perbuatan baik yang dimunculkan seseorang yang
hati dan jiwa seseorang akan merasakan ketenangan dan rasa tulus terhadap semua
yang dikerjakan.
49
Komarudin Hidayat, Dahsyatnya Syukur, h. 96.