Anda di halaman 1dari 3

Fenomena kualitas laporan keuangan di Kabupaten Bangkalan

1. Terdapat permasalahan yang sering terjadi di desa kabupaten bangkalan yaitu adanya
korupsi penyalahgunaan dana desa. Fenomena ini mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun hingga menimbulkan kerugian yang terbilang besar yang dilakukan oleh kepala
desa tersebut. Tidak hanya kepala desa saja, tetapi terdapat beberapa perangkat desa yang
terlibat dalam kasus ini diantara nya :
Kasus tindak pidana korupsi Dana Desa (DD) di Desa Karang Gayam, Kecamatan
Blega Kabupaten Bangkalan yang dilakukan oleh empat tersangka masing-masing
R (57) menjabat pejabat Kades, ZA (50) sebagai bendahara desa, US (57) sebagai
sekretaris desa, dan MH (50) sebagai kepala Badan Perwakilan Desa (BPD)
Nilainya mencapai Rp 587.000.000. kaitannya dengan kualitas laporan keuangan
ialah salah satu barang bukti yang disita yaitu laporan pertanggungjawaban DD
dan APBDes Desa Karang Gayam tahun 2016, dimana modus korupsi yang
dilakukan oleh para tersangka yakni tidak membelanjakan anggaran, kegiatan
fiktif, ada pekerjaan yang tidak sesuai spesifikasi, dan ada yang menyalahi
prosedur penggunaan uang. (Kompas)

Camat dan Kepala Desa (Kades) Tanjung Bumi, Kabupaten Bangkalan, Madura,
Jawa Timur telah ditetapkan sebagai tersangka atas dugaan kasus korupsi
penyelewengan Dana Desa (DD) tahun anggaran 2021. Pada 2021, Pemerintah
Desa Tanjung Bumi menganggarkan kegiatan fisik jalan aspal Rp 700 juta dan
dipecah menjadi 7 titik. Setiap titik memiliki anggaran berbeda, melihat volume
kegiatan. Namun, fakta di lapangan pengerjaannya tidak sesuai RAB. (Koran
Madura)

Kasus korupsi dana desa dan bantuan sosial program keluarga harapan (PKH) di
desa kelbung kecamatan galis kabupaten bangkalan yang dilakukan oleh lima
tersangka terdiri dari Camat, Kepala Desa (Kades), isteri mantan Kades, seorang
pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) dan coordinator PKH kecamatan
galis, modus yang dilakukan para tersangka adalah dengan mengambil kartu PKH
milik 300 warga. Kartu tersebut kemudian dicairkan dan digunakan untuk
kebutuhan pribadi mereka. Aksi penyalahgunaan itu telah berlangsung sejak tahun
2017 hingga tahun 2021. Mereka bersekongkol dan membagi hasil dari kartu
PKH milik warga. Kerugian sementara mencapai lebih dari dua miliar rupiah
yang mereka ambil dari 300 penerima PKH.

2. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Jawa Timur pada tanggal 21 Mei 2021 menyerahkan
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
Tahun Anggaran 2020 kepada pemerintah daerah kabupaten bangkalan berdasarkan LHP
yang diserahkan, pemerintah daerah kabupaten bangkalan berhasil mendapatkan Opini
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) namun Opini mengenai “kewajaran” bukan
merupakan “jaminan” bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh pemerintah sudah
terbebas dari adanya fraud atau tindakan kecurangan lainnya. Fakta nya dalam
pemeriksaan atas LKPD TA 2020 BPK masih menemukan beberapa permasalahan dalam
pengelolaan keuangan daerah, diantara nya :
Pengelolaan dan penatausahaan Aset Tetap belum tertib.
Terdapat pengelolaan Piutang Pajak dan Retribusi yang masih belum memadai.
Terdapat pemutakhiran dan penagihan Investasi Non Permanen – Dana Bergulir
yang masih belum memadai.
Terdapat proses pemotongan dana Perhitungan Pihak Ketiga yang tidak sesuai
ketentuan.

Masih banyaknya fenomena laporan keuangan pemerintah yang belum menyajikan data-data
yang sesuai dengan peraturan dan masih banyak penyimpangan-penyimpangan yang berhasil
ditemukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam pelaksanaan audit laporan keuangan
pemerintah. Hal itu juga yang telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk
menerapkan akuntabilitas publik. Mengingat dalam pengelolaan keuangan desa tersebut,
pemerintah desa dituntut membuat laporan keuangan yang berkualitas.

Standar Akuntansi Pemerintah menyebutkan karakteristik kualitatif laporan keuangan


pemerintah adalah memenuhi prasyarat normatif agar dapat mencapai tujuannya yakni relevan,
andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami. Dalam penelitian ini kualitas laporan keuangan
diukur melalui penilaian dari PP No. 71 tahun 2010 yakni:

a. Relevan (Relevance).
Laporan keuangan desa dapat dikatan relevan jika informasi yang termuat dalam laporan
tersebut dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan mengevaluasi masa lalu atau
masa kini dan memprediksi masa depan serta dapat mengoreksi hasil evaluasi di masa
lalu. Indikator ini mengukur apakah informasi yang ada pada laporan tersebut telah sesuai
dengan standar Akuntansi Pemerintahan, mengoreksi keputusan pengguna di masa lalu,
memprediksi kejadian di masa yang akan datang, serta pelaporannya tepat waktu dan
lengkap mencangkup semua informasi akuntansi yang dapat digunakan dalam mengambil
keputusan.
b. Andal (Reliable).
Artinya informasi yang ada dalam laporan keuangan desa bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur serta dapat
diverifikasi. Indikator ini dijelaskan dengan transaksi yang jujur, bebas dari pengertian
menyesatkan dan kesalahan yang bersifat material, teruji kebenarannya, serta memenuhi
kebutuhan para pengguna dan tidak berpihak pada kepentingan tertentu.
c. Dapat dibandingkan (Comparable).
Artinya informasi yang termuat dalam laporan keuangan desa akan lebih bermanfaat jika
dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan
entitas lain pada umumnya. Indikator ini diukur dengan penggunakan kebijakan
akuntansi yang sama dari tahun ke tahun serta berpedoman pada Standar Akuntansi
Pemerintah sehingga dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya.
d. Dapat dipahami (Understandable).
Artinya informasi yang disajikan dalam laporan keuangan desa dapat dipahami oleh
pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas
pemahaman pengguna sehingga mudah di mengerti.

Anda mungkin juga menyukai