Anda di halaman 1dari 7

Nama : Adelia Rizkia Savira

Kelas : 4-43

No. Absen : 02

NPM : 1302181089

Tugas Laporan Keuangan Pemerintah

1. a) Jelaskan permasalahan deficit yang dialami BPJS dalam penyediaan jasa


layanan kesehatan!
UU no 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Undang-Undang No.
24 tahun 2011 tentang BPJS mengamanatkan terselenggaranya Program Jaminan Sosial Nasional
bagi masyarakat. Program JKN-KIS adalah program pemerintah dalam menjamin kesejahteraan
masyarakat melalui perlindungan hak dasar dan kesehatan. Masalah yang dihadapi saat ini masih
berupa deficit finansial DJS Kesehatan yang berlangsung sejak tahun 2014 yang disebabkan
oleh ketidaksesuaian antara penerimaan iuran dan pembayaran klaim manfaat program
tersebut. Berikut adalah data deficit dari tahun ke tahun.

BPJS Kesehatan memaparkan bahwa rata-rata iuran orang perbulan adalah senilai Rp
34.095 sedangkan Biaya per Orang Per Bulan yaitu sebesar Rp 40.210. Pengeluaran manfaat ini
mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan meliputi seluruh penyakit
kronis. Ketidaksesuaian antara penerimaan dan pengeluaran ini menyebabkan deficit finansial
BPJS yang tidak kunjung selesai. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah telah
menyuntikkan dana pada tahun 2018 dengan total jumlah Rp 10.256 M namun tetap tidak
mampu menyelesaikan masalah deficit tersebut. Melihat persoalan ini, menteri keuangan
memerintahkan DJA selaku KPA DJKN meminta BPJS Kesehatan menyetor dana cadangan
yang belum disetor ke RKUN dan memerintahkan DJA berkoordinasi membuat skema kebijakan
menyelesaikan masalah deficit Dana Jaminan Sosial Kesehatan.
b) Seberapa amankah posisi utang pemerintah Indonesia?
Sesuai amanat Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara batas rasio
utang yang aman adalah kurang dari 60% dari PDB. Pada tahun 2018, PDB Indonesia sebesar
Rp13.798,91 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa rasio utang pemerintah sebesar 35,64% dari
PDB dan masih berada jauh di bawah batas tidak aman. Tidak hanya itu, kewajiban jangka
panjang ini terbagi menjadi dua, yaitu kewajiban jangka panjang dalam negeri dan kewajiban
jangka panjang luar negeri. Berdasarkan Neraca LKPP tahun 2018, kewajiban jangka panjang
luar negeri hanya berkisar 17% dari jumlah kewajiban jangka panjang. Artinya, utang jangka
panjang pemerintah sebagian besarnya didominasi oleh sekuritas, Surat Utang Pemerintah
kepada Bank Indonesia, SBSN, SBN, utang subsidi, dan utang dana pensiun, dengan kata lain,
kepada rakyat Indonesia itu sendiri. Dengan begitu, jelaslah bahwa Indonesia masih memiliki
rasio utang jangka panjang yang aman.

c) Dampak Pengelolaan APBN terhadap keuangan BUMN. Jelaskan 2 saja!


1. Dampak tidak diterapkannya tariff adjustment pada tahun 2017 dan 2018 menyebabkan
kekurangan penerimaan PT PLN tahun 2017 dan 2018.
Tariff adjustment adalah program pemerintah dalam meratakan pemberian subsidi
listrik kepada masyarakat yang lebih tepat sasaran. Terdapat 13 golongan tarif yang akan
dilakukan penyesuaian tariff tenaga listrik. Akibat kebijakan penerapan program ini, pada
tahun 2017 PT PLN menanggung beban tariff pelanggan dibawah BPP untuk golongan
tariff diluar subsidi sebesar Rp 7,4T. Dalam hal ini pemerintah setuju untuk melakukan
penggantian beban yang dimaksud dengan catatan memperhatikan kondisi keuangan
Negara dan hal ini pun sudah dicatat sebagai Utang Pada Pihak Ketiga di dalam LKBUN
dan LKPP tahun 2018. Namun hingga tahun 2018 pemerintah masih belum menetapkan
penyelesaian beban penggantian yang dimaksud padahal beban yang ditanggung oleh PT
PLN sudah mencapai Rp 23T dan atas beban tersebut PT PLN sudah mencatatnya
sebagai piutang kompensasi di dalam LK Konsolidasian PT PLN(Persero).

2. Kebijakan penetapan Harga Jual Eceran (HJE) Jenis BBM Tertentu (JBT) minyak solar
dan Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) tahun 2015-2018 yang berbeda dengan HJE
formula yang menyebabkan kekurangan dan kelebihan pendapatan Badan Usaha.
Terdapat kelebihan pendapatan Badan Usaha sebesar Rp 6T dna kekurangan
pendapatan badan usaha sebesar Rp 82T dan pemerintah telah berkomitmen untuk
mengganti kekurangan atas penyaluran JBT tahun 2017 dan 2018 kepada PT Pertamina
(Persero) dan PT AKR masing-masing sebesar Rp50T dan Rp 259T. hal ini juga sudah
dicatat sebagai Utang Pada Pihak Ketiga di dalam LKBUN dan LKPP tahun 2018.
Namun, penetapan kebijakan penyelesaian permasalahan ini baru dilaksanakan setelah
adanya pemeriksaan BPK, yaitu setelah tahun anggaran berjalan berakhir, sehingga
pengakuan dan pencatatan pada laporan keuaangan tidak sesuai dengan transaksi selisih
HJE tersebut. Tidak hanya itu, pemerintah dan badan usaha juga tidak mencantumkan
selisih HJE dalam Laporan Keuangannya sebelum pemeriksaan BPK.

d) Permasalahan Pengelolaan Dana Desa. Jelaskan!


 Terdapat beberapa permasalahan terkait pengelolaan dasa desa, diantaranya yaitu:
1) Permendagri No. 1 tahun 2017 Tentang Penataan Desa belum secara jelas mengatur
penataan desa, seperti persyaratan pembentukan desa, sumber data/instansi yang
berwenang mengeluarkan data tersebut, seperti Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah.
Karena ketidakandalan data sumber yang digunakan sebagai alokasi formula dana
desa Tahun 2018 seperti Jumlah Penduduk Miskin ( JPM) dan Luas Wilayah (LW),
bahkan ditemukan data JMP yang melebihi Jumlah Penduduk itu sendiri. Padahal,
dalam LKPP tahun 2018 dana desa yangb terserap yaitu sebesar 99,77%.
2) Proses verifikasi desa yang telah berdiri sebelum adanya UU no 6 tahun 2014 hanya
berupa verifikasi dokumen tanpa verifikasi substansi dalam dokumen
3) Verifikasi pembentukan desa tidak sesuai ketentuan sehingga terdapat 24 desa yang
tidak memenuhi syarat dan basis data tentang desa yang akurat belum ada
4) Pengukuran status desa belum berdasarkan suatu indeks desa yang elemen
pengukurannya disepakati K/L yang berkepentingan terhadap pembangunan desa
sesuai RPJMN
5) Data Potensi Desa 2014 belum mencakup keseluruhan elemen pengukuran status
klasifikasi desa sehingga pengukuran status desa belum jelas dan data pengukuran
desa tidak valid.
 Hal ini disebabkan oleh menteri keuangan sebagai alokator transfer ke daerah dan dana
desa masih belum menetapkan kebijakan analisis konsistensi dan anomaly data sumber
pengalokasian TKDD dan tidaklanjutnya serta belum menyelenggarakan rekonsiliasi data
sumber pengalokasian TKDD secara periodic antar K/L teknis, seperti Kemensos,
Kemendagri, BPS, dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Oleh karena
itu, menteri keuangan pun segera menindaklanjuti dengan penyusunan SOP yang
berkaitan untuk menyelesaikan masalah ini.

2. Jelaskan penyebab tidak tercapainya target pendapatan pajak!


 Terdapat beberapa factor yang menyebabkan target penerimaan pajak hanya terealisasi
sebesar 92% pada tahun 2018, yaitu diantaranya menurut LHP BPK
1) Pengendalian Surat Tagihan Pajak atas Potensi pokok dan Sanksi administrasi berupa
bunga dan denda masih belum memadai. Permasalahan ini menyebabkan piutang
perpajakan yang berasal dari pokok pajak dan sanksi administrasi yang masih harus
ditagih sampai 31 Desember 2018 tidak dapat tersaji dalam neraca. Guna
menyelesaikan permasalahan ini, Menteri keuangan menindaklanjuti dengan
a. DJP menyempurnakan informasi pemungut pajak dalam core billing dan akan
mengusulkannya kepada Ditjen Perbendaharaan selaku PIC atas aplikasi PMN
b. Akan menyinkronkan data PPN yang dipungut dengan data pembayaran PPN
c. DJP menyelesaikan sisa STP yang perlu diterbitkan dan menegaskan kembali
tentang penerbitan STP
d. Akan melakukan refinement IKU terkait penerbitan STP dengan memperhatikan
potensi penagihannya
2) SPI dalam penatausahaan piutang perpajakan masih memiliki kelemahan, yaitu
diantaranya
a. ketetapan pajak belum tercatat dalam LKPP tahun 2018
b. pembayaran piutang perpajakan MPN belum menjadi pengurang piutang pajak LP3
c. penyajian saldo akhir piutang perpajakan LP3 belum sesuai SI DJP
d. SPI penatausahan pengajuan, putusan keberatan, banding, dan peninjauan kembali
pada DJP
e. Penyajian Piutang Perpajakan belum sesuai dokumen sumber
f. pengelolaan piutang PBB belum memadai
g. Penatausahaan kertas kerja penyisihan belum memadai
3. Jelaskan Permasalahan penyerapan anggaran Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan tahun 2018!
 Sisa dana di RKUD atas penyaluran DAK non fisik bidang pendidikan TA 2017 tidak
diperhitungkan dalam TA 2018. Hal ini dikarenakan PMK Nomor 50 /PMK.07/2017
mengatur bahwa pengalokasian dana TP Guru PNSD, DTP guru PNSD, dan dana TKG
PNSD TA berjalan harus memperhtungkan dana kurang salur dan sisa dana ki RKUD TA
sebelumnya. Peraturan ini sudah direvisi, dan ditambahkan persyaratan bahwa terdapat
data hasil rekonsiliasi K/L terkait dengan kemenkeu dan pemda terkait. Namun,
pemerintah sudah menetapkan untuk tidak membuat APBN-P. sisa dana tersebut pun
sudah dianggap sebagai penyaluran DAK non fisik TA 2018. Anggaran yang ditetapkan
pun tidak dapat terealisasi sepenuhnya. Permasalahan ini timbul karena Menteri
Keuangan belum memperhitungkan sisa dana RKUD TA sebelumnya dalam perhitungan
dana TA berjalan.

4. Jelaskan penyebab KPK dan KPU mengalami penurunan opini dari WTP
menjadi WDP!
1) KPK mendapatkan opini WDP dari BPK disebabkan karena BPK tidak memperoleh
bukti pemeriksaan yang cukup untuk persediaan barang rampasan instansi ini. Dalam
persediaan yang dilaporkan dalam laporan keuangan instansi tersebut, masih terdapat
barang rampasan yang telah memiliki kekuatan hokum tetap menjadi hak Negara
terkait tindak pidana korupsi yang selanjutnya akan dinilai pada harga wajar untuk
dilelang atau dihibahkan. Namun, KPK masih belum memiliki mekanisme formal
dalam pengelolaan barang rampasan. Tidak hanya itu, BPK menemukan bahwa
25,15% dari persediaan yang dilaporkan tidak dapat diuji dan tidak dilengkapi dengan
dokumen sumber, 2,32% barang dihapus tanpa dilengkapi dokumen sumber, dan
masih terdapat 260 barang rampasan yang belum diketahui nilainya dan tidak tercatat
dalam laporan keuangan.
2) KPU mendapat opini WDP dari BPK disebabkan oleh adanya kelemahan
pengendalian mekanisme pengelolaan kas di Bendahara Pengeluaran yaitu
penggunaan uang oleh bendahara pengeluaran pada KPU Kabupaten Klaten senilai
Rp550,31 juta yang tidak dapat diyakini kewajarannya. Tidak ada pengawasan
pelaksanaan belanja dan pengendalian atas penyelesaian pertanggungjawaban belanja
SPM LS bendahara, bendahara juga tidak melakukan verifikasi bukti
pertanggungjawaban belanja barang SPM LS dan tidak memiliki rekapitulasi nilai
sisa uang belanja barang yang harus disetor ke kas Negara, seperti belanja perjadin
dll. Karena tidak dapat diketahui nilainya, maka tidak dapat diyakini kewajarannya.
5. Jelaskan mengapa Bakamla terus-menerus mendapat opini TMP sejak
2016-2018!
Penyebab Bakamla mendapatkan opini TMP pada tahun 2018 yaitu diantaranya:
a. Penyajian persediaan yang tidak berdasarkan inventarisasi fisik (stock opname) akhir
tahun
b. Penyajian saldo belanja dibayar dimuka dan KDP yang sebagian berasal dari realisasi tiga
pekerjaan pada Tahun 2016 dimana transaksi keuangan dan perjanjian kontraknya telah
dihentikan oleh KPK yaitu pengadaan satellite monitoring, long-range camera dan
backbone coastal surveillance system. Pada tahun 2017, hasil pengadaan satellite
monitoring tidak dapat dirinci sesuai jenis barang harganya. Oleh karena saldo belanja
dibayar dimuka yang tidak terealisasi dari 2016 sampai tahun 2018, ketidakpastian
dampak proses hokum oleh KPK dan Aparat Penegak Hukum lainnya yang masih
berlangsung serta KDP yang tidak dapat dirinci sesuai jenis barang dan harganya, BPK
tidak dapat memeriksa kewajaran nilai saldo Belanja Dibayar Dimuka dan KDP instansi
tersebut.
c. Dari total asset tetap yang disajikan dalam laporan keuangan, sebanyak 4,29% mesin dan
peralatannya berasal dari alih status asset Menkopolhukam dimana tidak jelas
keberadaannya serta tidak dilengkapi dengan dokumen yang memadai.
d. Adanya belanja barang yang tidak dilaksanakan sesuai ketentuan, seperti kegiatan operasi
bakamla, pengadaan pakaian dinas, pembayaran belanja barang pada lima kegiatan tahun
2018, pengadaan layanan Broadband dan informasi, dll.

6. Bagaimana Komnas HAM meningkatkan kualitas LK yang semula


memperoleh opini WDP menjadi WTP?
Komnas HAM berhasil mendapat opini WTP pada tahun 2018 setelah dilakukan
perombakan jajaran Komisioner dan Sekretaris Jenderal. Komnas HAM terus memperbaiki
kondisi internal pada tahun sebelumnya yang kurang harmonis dan kurang berkinerja dengan
terus bekerja keras bersama seluruh jajaran komisioner dan kesetjenan di Komnas HAM.
Berkat usahanya meningkatkan integritas dan profesionalitas, BPK pun memberikan
penilaian yang cukup memuaskan, yang mana laporan keuangan instansi tersebut sudah
disajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan tanggal 31 Desember
2018 beserta komponen laporan keuangan lainnya, sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan.

7. Jelaskan permasalahan pengelolaan piutang PNBP pada instansi


Kejaksaan Agung TA 2018!
Permasalahan PNBP yang terjadi pada Kementerian agama pada tahun 2018 yaitu terdapat
PNBP yang terlambat disetor ke rekening kas Negara sebesar RP15,482M yang berasal dari
pemanfaatan asset dan pelayanan pendidikan.
a. Upaya penyelesaian uang pengganti yang belum optimal
(1) piutang uang pengganti sudah lunas dibayar/terpidana telah selesai menjalani
hukuman subsider tapi piutang uang pengganti belum dihapus;
(2) perkara tipikor telah inkracht tapi belum dicatat sebagai piutang uang pengganti;
(3) Berkas perkara atas Piutang uang pengganti belum ditemukan;
(4) Upaya penagihan belum optimal
b. Permasalahan uang pengganti yang berulang di tahun 2018
c. 13 terpidana terutang uang pengganti belum dilakukan permohonan penelusuran asset
d. Terdapat permintaan penelusuran aset (asset tracing) atas delapan terpidana belum
diketahui hasilnya

Permasalahan ini mengakibatkan saldo piutang uang pengganti tidak tidak bernilai
sebenarnya dan adanya potensi kehilangan PNBP. Oleh karena itu, kejaksaan agung
menindaklanjuti dengan

a. Penatausahaan uang pengganti dengan penggunaan sistem informasi belum tersedia;

b. Nota kesepahaman (MoU) Jaksa Agung dengan Ketua MA terkait akses sistem informasi
penelusuran perkara untuk mengetahui status putusan belum dilakukan;

c. Nota kesepahaman (MoU) Jaksa Agung dengan Menteri Hukum dan HAM terkait akses
Sistem Database Pemasyarakatan (SDP) untuk mengetahui pelaksanaan hukuman pokok dan
subsidair dari terpidana yang harus membayar uang pengganti belum dilakukan; dan

d. Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor PER-020/A/JA/07/2014 tentang


Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Uang Pengganti yang Diputus Pengadilan berdasarkan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi belum
secara detail mengatur penyelesaian dan penghapusan piutang uang pengganti yang dapat
menuntaskan permasalahan terkait piutang uang pengganti.

Anda mungkin juga menyukai