Anda di halaman 1dari 50

Kode: SMK

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN


SMK

MATERI PLPG

OLEH :
B. INDAH NUGRAHENI

SERTIFIKASI GURU RAYON 38


UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009

1
Akuntansi Keuangan Lanjutan SMK
Oleh: B.Indah Nugraheni
FKIP-USD

I. KOMPETENSI
Kompetensi yang ingin dicapai melalui kegiatan Pendidikan dan Latihan
Profesi Guru (PLPG) untuk bidang studi Akuntansi Keuangan Lanjutan
adalah:
1. Guru memahami akuntansi ekuitas pada badan usaha persekutuan dan
perseroan.
2. Guru memahami akuntansi penjualan konsinyasi
3. Guru memahami akuntansi penjualan angsuran
4. Guru memahami akuntansi pada perusahaan bercabang.

Kompetensi tersebut dijabarkan ke dalam beberapa indikator pencapaian,


sebagai berikut:
1. Menjelaskan pengertian dan karakteristik persekutuan firma
2. Mencatat modal persekutuan firma pada saat pembentukan firma
3. Mencatat pengambilan pribadi sekutu firma
4. Mencatat keluarnya sekutu dari firma
5. Mencatat masuknya sekutu baru ke dalam firma
6. Menghitung dan mencatat pembagian laba rugi firma
7. Mencatat pembubaran firma (likuidasi firma)
8. Menjelaskan karakteristik Badan Usaha Perseroan Terbatas
9. Menjelaskan jenis-jenis modal saham
10. Mencatat modal saham pada saat penerbitan, penempatan, dan penarikan
modal saham
11. Mencatat laba ditahan
12. Menjelaskan pengertian penjualan konsinyasi
13. Menjelaskan hak dan kewajiban Komisioner
14. Mencatat transaksi penjualan konsinyasi pada pembukuan Komisioner
secara terpisah maupun tidak terpisah

2
15. Mencatat transaksi penjualan konsinyasi pada pembukuan Pengamanat
secara terpisah maupun tidak terpisah
16. Menjelaskan pengertian penjualan angsuran
17. Melakukan pencatatan penjualan angsuran barang tak bergerak dan barang
dagangan dimana laba kotor diakui pada periode penjualan
18. Melakukan pencatatan penjualan angsuran barang tak bergerak dan barang
dagangan dimana laba kotor diakui secara proporsional dengan angsuran
yang diterima
19. Menyusun laporan keuangan dalam penjualan angsuran
20. Menjelaskan masalah pertukaran dalam penjualan angsuran
21. Menjelaskan masalah pembatalan kontrak dalam penjualan angsuran
22. Menjelaskan masalah bunga dalam penjualan angsuran
23. Menjelaskan hubungan kantor pusat dan kantor cabang
24. Menjelaskan prosedur pencatatan transaksi-transaksi antara kantor pusat
dan cabang
25. Menyusun laporan keuangan gabungan
26. Melakukan penyesuaian rekening-rekening timbal balik

II. MATERI

BAB I
AKUNTANSI EKUITAS PADA BADAN USAHA
PERSEKUTUAN DAN PERSEROAN

A. AKUNTANSI EKUITAS PADA PERSEKUTUAN FIRMA


1. Pengertian dan karakteristik Persekutuan Firma
Firma adalah suatu persekutuan antara dua orang atau lebih untuk secara
bersama-sama memiliki sebuah perusahaan untuk memperoleh laba. Firma
didirikan dengan suatu perjanjian yang disebut “Persetujuan Persekutuan
Firma”, biasanya memuat mengenai besarnya penyertaan masing-masing
sekutu, ketentuan pembagian laba atau rugi serta hak dan kewajiban sekutu
firma. Suatu persetujuan persekutuan firma batal apabila salah seorang sekutu

3
meninggal dunia, mengundurkan diri, atau karena masuknya sekutu baru
sehingga persetujuan persekutuan firma harus diubah. Meskipun demikian tidak
berarti kegiatan usaha perusahaan harus berhenti, sepanjang sekutu lainnya
menghendaki kegiatan usaha perusahaan dilanjutkan.
Penyertaan masing-masing sekutu dalam firma menjadi kekayaan semua
sekutu secara bersama-sama. Tanggung jawab setiap sekutu tidak terbatas pada
jumlah penyertaannya, jadi jika kewajiban firma lebih besar dari aktiva firma
atau dalam keadaan insolvable, kekurangannya wajib ditutup dengan kekayaan
pribadi masing-masing sekutu.

2. Pencatatan Modal Sekutu Firma


Ekuitas adalah hak residual (sisa) atas aktiva perusahaan setelah
dikurangi semua kewajibannya. Oleh karena itu, komponen ekuitas terdiri atas
setoran pemilik yang disebut “modal” dan laba rugi bersih yang diperoleh
perusahaan. Akuntansi ekuitas pada dasarnya menyangkut perlakuan akuntansi
terhadap setoran modal pemilik dan perlakuan akuntansi terhadap laba atau rugi
bersih yang diperoleh perusahaan.
Modal (penyertaan) sekutu firma bisa disetorkan dalam bentuk uang
tunai (kas), benda-benda non kas, atau dalam bentuk kekayaan bersih apabila
sekutu firma yang bersangkutan sebelumnya telah menjalankan usaha, dalam hal
setoran modal dalam bentuk benda-benda non kas atau dalam bentuk kekayaan
bersih perusahaan yang sudah berjalan, nilai setoran harus mendapat persetujuan
lebih dulu dari sekutu firma yang lain. Sebagai ilustrasi, berikut ini beberapa
contoh pencatatan transaksi penerimaan setoran modal sekutu firma.
Contoh 1:
Pada tanggal 1 Mei 2009 Anton, Neni, dan Rika membentuk persekutuan firma
dengan nama Firma ANEKA. Sebagai penyertaannya, Anton menyerahkan
tanah senilai Rp 70.000.000,00 dan gedung senilai Rp 40.000.000,00. Neni
menyerahkan kas senilai Rp 80.000.000,00, dan Rika menyerahkan kendaraan
senilai Rp 60.000.000,00.
Jurnal yang dibuat untuk mencatat setoran modal sekutu firma, adalah sebagai
berikut:

4
1 Mei Kas Rp 80.000.000,00
Tanah Rp 70.000.000,00
Gedung Rp 40.000.000,00
Kendaraan Rp 60.000.000,00
Modal Anton Rp 110.000.000,00
Modal Neni Rp 80.000.000,00
Modal Rika Rp 60.000.000,00

Contoh 2:
Adi pemilik toko MAJU dan Sita pemilik toko LANCAR pada tanggal 1 April
2009 menggabungkan perusahaannya dalam bentuk persekutuan firma dengan
nama Firma SUKSES. Sebagai penyertaan, masing-masing menyerahkan aktiva
dan kewajiban perusahaannya. Neraca Toko MAJU dan Toko LANCAR per 31
Maret 2009 adalah sebagai berikut:
Toko MAJU
NERACA
Per 31 Maret 2009
AKTIVA KEWAJIBAN & EKUITAS
Kas 10.000.000 Hutang Bank 7.000.000
Persediaan 6.000.000 Modal Adi 15.000.000
Peralatan Toko 8.000.000
Akumulasi Penyusutan (2.000.000)
Total Aktiva 22.000.000 Total Kewajiban & Ekuitas 22.000.000

Toko LANCAR
NERACA
Per 31 Maret 2009
AKTIVA KEWAJIBAN & EKUITAS
Kas 6.000.000 Hutang Dagang 12.000.000
Piutang Dagang 2.000.000 Modal Sita 26.000.000
Persediaan 14.000.000
Kendaraan 20.000.000
Akumulasi Penyusutan (4.000.000)
Total Aktiva 38.000.000 Total Kewajiban & Ekuitas 38.000.000

Hasil penilaian atas aktiva dan kewajiban masing-masing sekutu firma, adalah
sebagai berikut:
a. Aktiva dan kewajiban Toko MAJU
1) Persediaan barang disetujui dengan harga Rp 5.000.000,00
2) Peralatan toko disetujui dengan nilai Rp 7.500.000,00
b. Aktiva dan Kewajiban Toko LANCAR

5
1) Piutang ditaksir tidak dapat ditagih sebesar Rp 500.000,00
2) Persediaan barang dinilai seharga Rp 15.000.000,00
3) Kendaraan dinilai seharga Rp 17.500.000,00

Jurnal yang diperlukan Firma SUKSES untuk mencatat penerimaan


setoran modal sekutu firma tergantung dari apakah firma menggunakan buku-
buku baru (baik buku-buku Toko MAJU maupun buku-buku Toko LANCAR
tidak digunakan sebagai buku-buku firma), atau menggunakan buku-buku salah
satu sekutu firma.
Apabila firma menggunakan buku-buku baru, jurnal untuk mencatat aktiva dan
kewajiban baik yang diterima dari sekutu Adi maupun dari sekutu Sita, adalah
sebagai berikut:
1 Mei Kas Rp 16.000.000,00
Piutang Dagang Rp 2.000.000,00
Persediaan Rp 20.000.000,00
Peralatan Toko Rp 7.500.000,00
Kendaraan Rp 17.500.000,00
Cadangan Kerugian Piutang Rp 500.000,00
Hutang Dagang Rp 12.000.000,00
Hutang Bank Rp 7.000.000,00
Modal Adi Rp 15.500.000,00
Modal Sita Rp 28.000.000,00

Neraca sesaat setelah pembentukan firma SUKSES tampak sebagai berikut:


Firma SUKSES
NERACA
Per 1 April 2009
AKTIVA KEWAJIBAN & EKUITAS
Kas 16.000.000 Hutang Dagang 12.000.000
Piutang Dagang 2.000.000 Hutang Bank 7.000.000
Cadg. Kerug. Piutang (500.000) Modal Adi 15.500.000
Persediaan 20.000.000 Modal Sita 28.000.000
Peralatan Toko 7.500.000
Kendaraan 17.500.000
Total Aktiva 62.500.000.000 Total Kewajiban & Ekuitas 62.500.000

Dalam hal firma menggunakan / melanjutkan buku-buku perusahaan


salah satu sekutu, aktiva dan kewajiban sebagai setoran modal sekutu yang
bersangkutan sudah tercatat sehingga catatan yang harus dibuat firma
sehubungan dengan setoran modal sekutu adalah :

6
a. Jurnal untuk mencatat perubahan saldo akun-akun buku besar yang
dilanjutkan penggunaannya disesuaikan dengan nilai yang disepakati.
b. Jurnal untuk mencatat penerimaan aktiva dan kewajiban sebagai setoran
modal sekutu yang lain.

Jika pada contoh di atas Firma SUKSES melanjutkan buku-buku perusahaan Adi
(Toko MAJU) untuk mencatat kegiatan usahanya, maka jurnal yang dibuat adalah
sebagai berikut:

a. Jurnal pada buku-buku perusahaan Adi

1) Mencatat penurunan nilai persediaan dari 6.000.000 menjadi 5.000.000


Modal Adi 1.000.000
Persediaan 1.000.000

2) Mencatat kenaikan nilai peralatan toko dari nilai buku 6.000.000 menjadi
7.500.000
Peralatan toko 1.500.000
Modal Adi 1.500.000

Atau

Akum. Penyusutan Peralatn Toko 1.500.000


Modal Adi 1.500.000

b. Jurnal untuk mencatat setoran modal Sita

Aktiva dan kewajiban Toko LANCAR yang disepakati sebagai setoran modal
sekutu Sita, seluruhnya belum dicatat, oleh karena itu dicatat sebagai berikut:

1 April Kas Rp 6.000.000,00


Piutang Dagang Rp 2.000.000,00
Persediaan Rp 15.000.000,00
Kendaraan Rp 17.500.000,00
Cadg. Kerug. Piutang Rp 500.000,00
Hutang Dagang Rp 12.000.000,00
Modal Sita Rp 28.000.000,00

Neraca pada tanggal 1 April 2009 sesaat setelah pembentukan firma, jika firma
melanjutkan buku-buku perusahaan Adi, adalah sebagai berikut:

7
Firma SUKSES
NERACA
Per 1 April 2009
AKTIVA KEWAJIBAN & EKUITAS
Kas 16.000.000 Hutang Dagang 12.000.000
Piutang Dagang 2.000.000 Hutang Bank 7.000.000
Cadg. Kerug. Piutang (500.000) Modal Adi 15.500.000
Persediaan 20.000.000 Modal Sita 28.000.000
Peralatan Toko 8.000.000
Akum. Penyst. (500.000)
Kendaraan 17.500.000
Total Aktiva 62.500.000.000 Total Kewajiban & Ekuitas 62.500.000

3. Pencatatan Transaksi Pengambilan Pribadi sekutu Firma


Dalam buku besar firma disediakan akun “Prive” untuk masing-masing
sekutu firma. Akun tersebut berfungsi sebagai tempat menampung pengambilan
pribadi sekutu firma (diluar penarikan modal) yang dilakukan dalam suatu
periode. Dengan demikian kewajiban keuangan sekutu firma sehubungan dengan
pengambilan pribadi yang dilakukan dalam suatu periode, tampak dalam akun
“Prive” setiap sekutu. Pengambilan pribadi sekutu firma dicatat debet pada akun
Prive sekutu yang bersangkutan dan dicatat kredit pada akun Kas atau akun yang
terkait. Pada akhir periode saldo akun prive sekutu firma dipindahkan ke dalam
akun modal masing-masing.

4. Pencatatan Keluarnya Sekutu Firma


Seorang sekutu firma keluar dari persekutuan, apabila sekutu yang
bersangkutan menyatakan mengundurkan diri dan menarik semua yang menjadi
haknya. Bisa juga sekutu yang bersangkutan menjual semua yang menjadi haknya
kepada sekutu yang lain atau kepada sekutu baru. Dalam hal sekutu firma
mengundurkan diri dan menarik semua yang menjadi haknya , saldo semua akun
buku besar yang terkait dengan sekutu yang bersangkutan dihilangkan dari
pembukuan firma.

Contoh: dalam buku besar firma MULYA pada tanggal 25 Januari 2009, akun
Modal Dina menunjukkan saldo sebesar Rp 20.000.000,00 dan akun Prive Dina
debet Rp 5.000.000,00. Pada tanggal 25 Januari 2009 Dina menyatakan

8
mengundurkan diri dari persekutuan. Semua yang menjadi hak dan kewajibannya
diselesaikan melalui kas.

Jurnal untuk mencatat keluarnya Dina dari Firma MULYA, adalah:


25 Jan Modal Dina Rp 20.000.000,00
Prive Dina Rp 5.000.000,00
Kas Rp 15.000.000,00

Dalam hal jumlah yang dibayarkan firma di atas jumlah yang menjadi hak
sekutu yang keluar, kelebihannya bisa diperlakukan sebagai “bonus” dan
dibebankan kepada modal sekutu yang lain. Bisa juga diperlakukan sebagai
“goodwill”.
Contoh 1:
Sekutu Firma ASTINA beranggotakan Asih dengan modal Rp 90.000.000,00,
Tiko dengan modal Rp 60.000.000,00 dan Nanda dengan modal 70.000.000,00.
Pada tanggal 4 Mei 2009, Nanda keluar dari persekutuan dibayar uang tunai
sebesar Rp 80.000.000,00. Kelebihan dari jumlah yang menjadi hak sekutu Nanda
diperlakukan sebagai bonus dan dibebankan kepada Asih dan Tiko berdasarkan
perbandingan modal modal, yaitu 3 : 2.

Jurnal yang dibuat Firma ASTINA untuk mencatat keluarnya Namda adalah:
4 Mei Modal Nanda Rp 70.000.000,00
Modal Asih Rp 6.000.000,00
Modal Tiko Rp 4.000.000,00
Kas Rp 80.000.000,00

Contoh 2:
Apabila Firma ASTINA memperlakukan kelebihan jumlah yang dibayarkan dari
jumlah yang menjadi hak Nanda sebagai “goodwill”, jurnal yang dibuat untuk
mencatat keluarnya Nanda adalah:
4 Mei Modal Nanda Rp 70.000.000,00
Goodwill Rp 10.000.000,00
Kas Rp 80.000.000,00

Apabila hak Nanda dibeli oleh sekutu baru misalnya oleh Budi dengan
harga Rp 75.000.000,00, pencatatan yang dilakukan firma adalah pemindahan
saldo akun modal sekutu Nanda ke dalam akun modal sekutu Budi. Sementara
pembayaran oleh Budi kepada Nanda merupakan transaksi pribadi antara Nanda

9
dan Budi (tidak dicatat oleh firma). Jurnal yang dibuat firma adalah sebagai
berikut:
4 Mei Modal Nanda Rp 70.000.000,00
Modal Budi Rp 70.000.000,00

5. Pencatatan Masuknya Sekutu Baru


Dalam persekutuan kadang terjadi penambahan atau penggantian anggota,
misal dengan tujuan penambahan modal atau alasan lainnya. Masuknya sekutu
baru ke dalam persekutuan firma dapat dilakukan dengan cara:

a. Pembelian semua atau sebagian dari hak (modal) sekutu lama


Masuknya sekutu baru melalui pembelian hak (modal) sekutu lama, tidak
mengakibatkan penambahan pada aktiva firma, namun hanya
mengakibatkan pemindahan modal dari modal sekutu lama menjadi modal
sekutu baru.
Misalnya, Firma MEGAH beranggotakan Meli dengan modal Rp
60.000.000,00 dan Galih Rp 40.000.000,00. Pada tanggal 2 Juni 2009, Susi
masuk menjadi sekutu baru dengan membeli 25% hak atas firma. Akibat
transaksi ini adalah:
 Susi menjadi sekutu baru dalam Firma MEGAH dengan modal sebesar:
25% x (Rp 60.000.000,00 + Rp 40.000.000,00) = Rp 25.000.000,00
 Modal sekutu Meli berkurang sebesar 25% x Rp 60.000.000,00 = Rp
15.000.000,00, dan modal sekutu Galih berkurang 25% x Rp
40.000.000,00 = Rp 10.000.000,00
Jurnal yang dibuat untuk mencatat masuknya Susi adalah:
2 Juni Modal Meli Rp 15.000.000,00
Modal Galih Rp 10.000.000,00
Modal Susi Rp 25.000.000,00
Bagaimana susunan modal Firma MEGAH setelah masuknya Susi?

b. Penyerahan aktiva sebagai setoran modal

Masuknya sekutu baru dengan cara menyerahkan aktiva mengakibatkan


penambahan aktiva firma yang diimbangi dengan penambahan ekuitas. Apabila
nilai aktiva yang diserahkan sekutu baru lebih besar dari jumlah yang

10
disepakati sebagai modal sekutu yang bersangkutan, kelebihannya bias
diperlakukan sebagai bonus untuk sekutu lama atau sebagai goodwill.
Contoh 1:
Susunan modal Firma SANTOSA pada tanggal 31 Maret 2009 terdiri dari
modal Tuti Rp 90.000.000,00 dan modal Aditya Rp 60.000.000,00. Pada
tanggal 6 April 2009, Bagas masuk menjadi sekutu firma dengan modal yang
disetujui sebesar Rp 20% dari modal firma. Sebagai setoran modalnya Bagas
menyerahkan uang tunai sebesar Rp 50.000.000,00.
Jumlah modal firma setelah masuknya Bagas adalah: Rp 200.000.000,00
Modal Bagas yang disetujui (20%): Rp 40.000.000,00
Jumlah yang disetorkan Bagas: Rp 50.000.000,00
Kelebihan setoran yang diperlakukan sebagai bonus: Rp 10.000.000,00
Bonus dialokasikan kepada Tuti dan Aditya dengan perbandingan 3:2,
sehingga jurnal untuk mencatat masuknya Bagas adalah sebagai berikut:
6 April Kas Rp 50.000.000,00
Modal Tuti Rp 6.000.000,00
Modal Aditya Rp 4.000.000,00
Modal Bagas Rp 40.000.000,00

Bagaimana susunan modal Firma SANTOSA setelah masuknya Bagas?

Contoh 2:
Susunan modal Firma MELATI pada tanggal 31 Juni 2009, terdiri dari modal
Tedi sebesar Rp 120.000.000,00 dan modal Lani Rp 60.000.000,00. Pada
tanggal 2 Juli 2009, Bowo masuk menjadi sekutu firma dengan menyerahkan
uang tunai sebesar Rp 90.000.000,00. Jumlah tersebut disetujui untuk
penyertaan sebesar Rp 30% dari modal firma yang baru. Kelebihan dari
kekayaan bersih firma yang baru diperlakukan sebagai goodwill dan
dialokasikan kepada sekutu lama berdasarkan perbandingan modal.
Goodwill yang timbul dihitung sebagai berikut:
Modal firma yang ditetapkan dengan masuknya Bowo:
 100/30 x Rp 90.000.000,00 = Rp 300.000.000,00
Kekayaan bersih (modal riil) setelah Bowo masuk menjadi sekutu: Rp
270.000.000,00.
Nilai goodwill yang diperhitungkan: Rp 300.000.000,00 – Rp 270.000.000,00 = Rp
30.000.000,00.

11
Selanjutnya, goodwill dialokasikan kepada sekutu Tedi dan Lani dengan
perbandingan 2:1, sehingga jurnal yang dibuat untuk mencatat masuknya Bowo
adalah sebagai berikut:
2 Juli Kas Rp 90.000.000,00
Goodwill Rp 30.000.000,00
Modal Tedi Rp 20.000.000,00
Modal Lani Rp 10.000.000,00
Modal Bowo Rp 90.000.000,00

Bagaimana susunan modal Firma MELATI setelah masuknya Bowo?

6. Pembagian dan Pencatatan Laba Rugi Firma


Laba atau rugi yang diperoleh firma dibagikan kepada para sekutu
berdasarkan ketentuan yang tercantum di dalam persetujuan persekutuan firma.
Pencatatan pembagian laba dilakukan dengan mendebet akun Ikhtisar Laba
Rugi dan mengkredit akun modal masing-masing sekutu sebesar jumlah bagian
labanya. Beberapa cara yang dapat digunakan sebagai ketentuan dalam
pembagian laba rugi firma adalah:
a. Pembagian laba berdasarkan perbandingan modal sekutu firma
Dengan cara ini, besarnya bagian laba atau rugi tergantung besarnya modal
masing-masing sekutu. Laba atau rugi dapat dibagi dengan perbandingan
modal awal periode, modal akhir periode, atau modal rata-rata.
b. Pembagian laba dengan memperhitungkan bunga investasi sekutu
firma
Adakalanya firma memberikan bunga atas investasi para sekutu, sehingga
dalam pembagian laba atau rugi diperhitungkan terlebih dahulu bunga untuk
investasi masing-masing sekutu, baru kemudian sisanya dibagi dengan
perbandingan modal.
c. Pembagian laba dengan memperhitungkan gaji sekutu firma
Dalam hal firma memperhitungkan gaji para sekutu, laba yang dibagikan
dihitung dari laba bersih setelah dikurangi dengan jumlah gaji sekutu.

12
7. Pencatatan Transaksi Pembubaran Firma (Likuidasi)
Pembubaran (likuidasi) firma merupakan pembatalan persetujuan
persekutuan firma, dan sekaligus penghentian kegiatan usaha. Oleh karena itu,
apabila suatu firma dilikuidasi, pembukuan firma harus ditutup lebih dulu.
Akun-akun pendapatan dan beban harus ditutup, sehingga dalam buku besar
hanya akun-akun neraca yang masih memiliki saldo. Selanjutnya semua aktiva
non kas dijadikan uang tunai dan semua utang firma dibayar. Apabila semua
utang telah dibayar dan kas masih memiliki saldo, baru dibagikan kepada para
sekutu.
Laba atau rugi yang timbul dalam proses likuidasi firma, secara langsung
dialokasikan kepada akun modal sekutu firma berdasarkan ketentuan
pembagian laba.Salah satu contohnya, misalnya pada tanggal 2 Mei 2009
aktiva berupa kendaraan senilai Rp 40.000.000,00 laku dijual dengan harga Rp
35.000.000,00, sehingga mengalami kerugian sebesar Rp 5.000.000,00. Rugi
tersebut dialokasikan ke akun modal sekutu, misalnya dengan perbandingan
3:2, sehingga jurnal untuk mencatat transaksi tersebut, adalah:
2 Mei Kas Rp 35.000.000,00
Modal A Rp 3.000.000,00
Modal B Rp 2.000.000,00
Kendaraan Rp 40.000.000,00

B. AKUNTANSI EKUITAS PADA PERSEKUTUAN

1. Karakteristik Badan Usaha Perseroan Terbatas


Perseroan terbatas (PT) merupakan badan hukum yang berdiri sendiri,
terpisah dari badan hukum lainnya. Sebagai suatu badan usaha, aktiva dan
kewajiban PT secara hokum terpisah dari harta dan kewajiban pemiliknya.
Oleh karena itu, tanggung jawab pemilik atas resiko kerugian perusahaan
terbatas pada jumlah modal dalam perusahaaan. Dengan kata lain, dalam
keadaan aktiva perusahaan lebih rendah dari kewajibannya (rugi), harta
pribadi pemilik bebas dari tuntutan untuk menutup kerugian perusahaan.
Modal usaha PT pada dasarnya diperoleh melalui penjualan saham yang
diterbitkan sendiri, sehingga modal PT terbagi atas saham-saham yang disebut
dengan modal saham. Dalam badan usaha PT, pemilik perusahaan adalah para

13
pemegang saham. Oleh karena itu pemegang saham memiliki hak suara untuk
menentukan kebijakan operasional perusahaan dan berhak memperoleh bagian
dari laba yang diperoleh perusahaan. Bagian dari laba perusahaan yang
dibagikan kepada para pemegang saham disebut deviden.

2. Jenis-Jenis Modal Saham


Saham yang diterbitkan suatu PT dibedakan antara saham prioritas dan
saham biasa. Saham prioritas atau saham preferen adalah saham yang
memberikan hak prioritas kepada pemiliknya. Pemilik saham prioritas
memiliki hak lebih dari pada pemegang saham biasa. Misalnya, hak menerima
deviden dalam persentase tetap. Dalam hal PT hanya menerbitkan satu jenis
saham, maka saham yang beredar adalah saham biasa.
Modal saham yang dicantumkan dalam akta pendirian suatu PT disebut
modal dasar atau otorisasi modal saham. Sementara saham yang telah dijual
baik yang telah dibayar penuh maupun yang belum disetor penuh disebut
modal saham yang ditempatkan. Penempatan modal saham dapat dilakukan
melalui penjualan tunai atau melalui pesanan dengan pembayaran uang muka.
Dalam hal modal saham ditempatkan melaui pesanan, saham baru diserahkan
apabila pembeli telah menyetor penuh.

3. Pencatatan Modal Saham


a. Pencatatan saham yang diterbitkan
1) Dicatat dalam bentuk jurnal fomal
Apabila penerbitan saham dicatat dalam akun buku besar, harga
nominal saham yang diterbitkan dicatat debet pada akun “Modal
Saham Belum Beredar” dan kredit akun “Modal Saham”. Dengan cara
ini saldo akun “Modal Saham” menunjukkan jumlah modal dasar.
Sementara harga nominal saham yang beredar dicatat kredit akun
“Modal Saham Belum Beredar”.
Contoh: Pada tanggal 3 Maret 2009 didirikan PT MAKMUR JAYA
dengan modal saham sebesar Rp 500.000.000,00 tebagi atas 100.000
lembar saham biasa yang diterbitkan dengan nilai nominal Rp 5.000,00
per lembar. Transaksi ini dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

14
3 Maret Modal Saham Belum Rp 500.000.000,00
Beredar
Modal Saham Rp 500.000.000,00

2) Dicatat dalam bentuk catatan memorial


Dengan cara ini, modal saham yang diterbitkan tidak dicatat ke
dalam akun buku besar. Catatan penerbitan saham pada contoh di atas
dibuat sebagai berikut:
3 Maret, “Otorisasi modal saham Rp 500.000.000,00 terbagi atas
100.000 lembar saham biasa nominal Rp 5.000,00 per lembar”.

Harga nominal saham yang ditempatkan dan telah disetor penuh


dicatat kredit pada akun “Modal Saham” sehingga saldo akun Modal
Saham menunjukkan jumlah modal saham yang telah beredar.
Cara ini ini dipandang lebih praktis, sehingga dalam modul ini,
pencatatan transaksi yang menyangkut modal saham dibahas dengan
anggapan penerbitan saham tidak dicatat dalam akun buku besar,
sehingga pencatatan dilakukan pada saat terjadi penempatan saham.
b. Pencatatan transaksi penempatan saham
Penempatan saham dapat dilakukan melalui penjualan tunai, ditukar
dengan aktiva non kas, atau melalui pesanan dengan uang muka. Pada
umumnya, saham ditempatkan di atas atau di bawah nilai nominalnya.
Sementara saham yang ditempatkan dicatat dengan jumlah harga
nominalnya. Selisih antara harga jual dengan nilai nominal dicatat pada
akun Agio Saham atau Disagio Saham.
c. Pencatatan transaksi Penarikan modal saham
Ada kalanya saham ditarik dari peredaran. Jika penarikannya bersifat
sementara, bukan untuk pelunasan, saham yang bersangkutan disebut
saham perbendaharaan (treasury stock). Transaksi penarikan saham ini
dapat dicatat menurut metode Harga Nominal atau menurut metode Harga
Perolehan.
d. Pencatatan Laba Yang Ditahan
Komponen ekuitas (kekayaan bersih) PT terdiri dari modal saham,
agio/disagio saham, dan laba ditahan. Akun Laba yang Ditahan merupakan

15
akun penampungan laba bersih yang diperoleh perusahaan, sebelum
dibagikan kepada pemegang saham sebagai deviden. Oleh karena itu,akun
Laba yang Ditahan dikredit dengan jumlah laba bersih yang diperoleh dan
didebet dengan jumlah deviden yang dibagikan.

BAB II
AKUNTANSI PENJUALAN KONSINYASI
A. Pengertian
Konsinyasi adalah penyerahan barang dari pihak pemilik kepada pihak lain
yang bertindak sebagai agen penjual, disertai amanat untuk dijual dengan upah
berupa komisi. Pihak pemilik barang disebut “pengamanat”, sementara pihak
penerima barang disebut “komisioner”. Barangnya sendiri dipandang dari pihak
pemilik disebut “barang konsinyasi keluar”, dipandang dari pihak komisioner
disebut “barang konsinyasi masuk” atau barang komisi.
Konsinyasi merupakan penyerahan barang secara fisik dari pengamanat
kepada komisioner, tanpa disertai dengan pemindahan hak milik. Hak milik atas
barang yang diserahkan tetap berada pada pihak pengamanat sampai barang yang
bersangkutan laku dijual. Sebelum barang laku terjual, oleh pihak pengamanat
harus diperlakukan sebagai persediaan. Sementara bagi pihak komisioner, barang
konsinyasi tidak boleh diperlakukan sebagai persediaan.

B. Hak dan Kewajiban Komisioner


Hak komisioner, antara lain:
1. Mendapat komisi atas barang konsinyasi yang telah dijualnya.
2. Mendapatkan penggantian atas beban-beban yang telah dikeluarkannya
sehubungan dengan penjualan barang konsinyasi.
Kewajiban komisioner, antara lain:
1. Melindungi barang-barang yang diterima dari pengamanat.
2. Menjual barang konsinyasi sesuai dengan harga yang telah ditetapkan oleh
pengamanat, atau yang menguntungkan pengamanat.
3. Memberikan laporan perhitungan penjualan.

16
C. Pencatatan Transaksi Penjualan Konsinyasi
Akuntansi penjualan konsinyasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Pencatatan yang memisahkan laba penjualan konsinyasi dengan laba
penjualan regular (Pencatatan secara terpisah).
2. Pencatatan yang menggabungkan laba penjualan konsinyasi dengan laba
penjualan regular (Pencatatan secara tidak terpisah).
Berikut pembahasan kedua cara di atas baik pada Pengamanat maupun
Komisioner, dengan anggapan digunakan sistem fisik.
1. Pencatatan Pada Komisioner
a. Pencatatan secara terpisah
1) Transaksi yangterjadi pada komisioner terdiri atas: penerimaan barang
dari pengamanat, pembayaran beban-beban, penjualan barang
konsinyasi, dan pengiriman laporan perhitungan penjualan kepada
pengamanat.
2) Transaksi peneimaan barang konsinyasi tidak dicatat dalam jurnal,
cukup berupa catatan memorial.
3) Transaksi pembayaran beban-beban yang menjadi tanggungan
pengamanat, penjualan barang konsinyasi, dan pengiriman laporan
perhitungan penjualan dicatat dalam akun “Barang Konsinyasi Masuk”.
4) Akun Barang Konsinyasi Masuk berfungsi sebagai tempat pencatatan
perubahan hutang /piutang antara komisioner dengan pengamanat. Akun
ini didebet untuk mencatat:
a) Beban-beban yang dibayar komisioner yang menjadi tanggungan
pengamanat.
b) Komisi atas hasil penjualan yang telah menjadi hak komisioner.
c) Jumlah uang hasil penjualan barang konsinyasi yang dikirimkan
kepada pengamanat.
5) Transaksi penjualan barang konsinyansi dicatat dengan mendebet Kas
atau Piutang dan mengkredit akun Barang Konsinyasi Masuk.
6) Jumlah (atau saldo) debet akun Barang Konsinyasi Masuk menunjukkan
jumlah yang menjadi hak Komisioner, sedangkan jumlah (atau saldo)
sisi kredit menunjukkan kewajiban Komisioner kepada Pengamanat.

17
7) Laba penjualan barang konsinyasi yang menjadi hak Komisioner berupa
komisi yang ditentukan berdasarkan persentase dari harga jual. Karena
itu, komisi dicatat debet pada akun Barang Konsinyasi Masuk dan kredit
pada akun Pendapatan Komisi.

b. Pencatatan secara tidak terpisah


Dengan cara ini, transaksi penjualan konsinyasi dicatat seolah-olah
penjualan barang sendiri, yaitu dicatat debet akun Kas atau Piutang dan
kredit akun Penjualan. Piutang yang terjadi atau uang tunai yang diterima
menambah aktiva komisioner, padahal barang yang dijual milik
komisioner. Oleh karena itu, harus diikuti dengan pencatatan seolah-olah
barang yang bersangkutan dibeli secara kredit dari pengamanat sebesar
harga pokoknya (harga jual dikurangi komisi).
1) Kas atau piutang Rp xxx
Penjualan Rp xxx

2) Pembelian Rp xxx
Hutang kepada Pengamanat Rp xxx

Semua beban yang terjadi pada komisioner dan menjadi tanggungan


pengamanat, dicatat sebagai pengurangan atas hutang komisioner kepada
pengamanat. Jadi, dicatat debet akun Hutang kepada Pengamanat dan
kredit akun Kas. Dengan pencatatan secara tidak terpisah, laba dari
penjualan konsinyasi (komisi) tidak tampak dalam akun tersendiri, tetapi
sudah termasuk dalam saldo akun Penjualan.

Pencatatan Uang Muka untuk Barang Konsinyasi


Kadang pengamanat menetapkan uang muka yang harus dibayar
komisioner. Transaksi pembayaran uang muka oleh komisioner dicatat
debet akun “Uang Muka kepada Pengamanat” dan kredit akun Kas. Akun
Uang Muka kepada Pengamanat dikredit pada saat diperhitungkan
(dikoreksi) dengan jumlah yang harus disetorkan komisioner kepada
pengamanat.

18
2. Pencatatan Pada Pengamanat
a. Pencatatan Secara Terpisah
Pencatatan secara terpisah dilakukan sebagai berikut:
1) Pengiriman barang konsinyasi dicatat di sisi debet pada akun Barang
Konsinyasi Keluar.
2) Biaya-biaya yang berhubungan dengan barang konsinyasi baik yang
terjadi pada pengamanat maupun komisioner, dicatat di debet pada akun
Barang Konsinyasi Keluar dan kredit pada akun-akun yang terkait.
3) Hasil penjualan barang konsinyasi berdasarkan laporan perhitungan
penjualan dari Komisioner, dicatat di debet akun Piutang Dagang.
Sedangkan beban-beban yang diperhitungkan oleh komisioner dicatat
debet pada akun Barang Konsinyasi Keluar.

Dengan cara pencatatan tersebut, sisi debet akun Barang Konsinyasi


Keluar menunjukkan jumlah harga pokok barang konsinyasi ditambah
dengan biaya-biaya yang dibebankan. Selanjutnya harga pokok dan biaya-
biaya yang dibebankan kepada barang konsinyasi yang telah terjual,
dikeluarkan dengan mendebet akun Harga Pokok Penjualan (HPP)
Konsinyasi dan akun Beban Penjualan Konsinyasi, kredit akun Barang
Konsinyasi Keluar. Dengan demikian saldo akun Barang Konsinyasi
Keluar akan menunjukkan harga pokok barang konsinyasi yang masih ada
pada komisioner, termasuk biaya-biaya yang dibebankan.
Pada sistem pencatatan Fisik, transaksi pengiriman barang
konsinyasi dicatat kredit pada akun “Pengiriman Barang Konsinyasi”.
Pengiriman barang kepada komisioner merupakan pengurangan terhadap
persediaan, sehingga tidak menjadi harga pokok barang yang dijual pada
pengamanat. Oleh karena itu pada akhir periode saldo akun Pengiriman
Barang Konsinyasi dipendahkan ke akun Ikhtisar Laba-Rugi dengan jurnal
sebagai berikut:
Pengiriman Barang Konsinyasi Rp xxx
Ikhtisar Laba-Rugi Rp xxx

Dalam laporan laba rugi, saldo akun Pengiriman Barang Konsinyasi


diperlakukan sebagai pengurang terhadap harga pokok barang yang

19
tersedia untuk dijual. Laba dari penjualan konsinyasi berdasarkan cara
terpisah dapat dihitung dari data akun Penjualan Konsinyasi, HPP
Konsinyasi, dan Beban Penjualan Konsinyasi. Saldo akun-akun tersebut
pada akhir periode dipindahkan ke dalam akun Ikhtisar Laba-Rugi .

b. Pencatatan Secara Tidak Terpisah


Dengan cara ini, baik hasil penjualan maupun beban-beban yang
berhubungan dengan penjualan konsinyasi, dicatat tidak terpisah dari
pendapatan dan beban-beban penjualan regular. Akun Barang Konsinyasi
Keluar didebet dengan harga pokok barang yang dikirimkan kepada
Komisioner, tanpa dibebani dengan biaya yang berhubungan dengan
penjualan konsinyasi. Selanjutnya di kredit dengan harga pokok barang
konsinyasi yang terjual. Saldo akun Barang Konsinyasi Keluar pada akhir
periode merupakan harga pokok persediaan barang konsinyasi, tidak
termasuk biaya yang harus dibebankan sehingga perlu penyesuaian untuk
akun-akun beban yang bersangkutan.
Akun-akun yang perlu mendapat perhatian pada akhir periode,
adalah:
1) Akun Pengiriman Barang Konsinyasi dikredit dengan harga pokok
barang konsinyasi yang dikirimkan kepada komisioner.
2) Akun-akun yang terkait dengan penjualan konsinyasi. Dalam akun
beban dicatat beban-beban baik yang berhubungan dengan penjualan
regular maupun yang berhubungan dengan penjualan konsinyasi.
Khusus untuk beban yang berhubungan dengan penjualan konsinyasi,
perlu dipisahkan antara beban penjualan yang menjadi beban barang
konsinyasi yang sudah terjual dan beban penjualan yang harus menjadi
beban barang konsinyasi yang masih ada pada akhir periode (belum
terjual).

20
BAB III
AKUNTANSI PENJUALAN ANGSURAN

A. Pengertian
Penjualan angsuran adalah penjualan yang dilakukan dengan perjanjian dimana
pembayarannya dilaksanakan secara bertahap. Tahapannya adalah:
1. Pada saat barang diserahkan kepada pembeli, penjual menerima pembayaran
pertama sebagian dari harga jual (down payment).
2. Sisanya dibayar dalam beberapa kali angsuran.
Pengakuan laba kotor ada dua cara:
1. Laba kotor diakui untuk periode di mana penjualan dilakukan.
2. Laba kotor dapat dihubungkan dengan periode di mana realisasi pembayaran
telah terjadi sesuai dengan perjanjian.

B. Laba Kotor Diakui pada Periode Terjadinya Penjualan


Penjualan angsuran disamakan dengan penjualan kredit. Laba kotor diakui
saat barang diserahkan dan timbul piutang dagang. Konsekuensinya adalah biaya
yang ditimbulkan oleh adanya pendapatan atas penjualan angsuran harus diakui
juga termasuk piutang yang kemungkinan tidak tertagih. Taksiran biaya –biaya
dimasukkan dalam rekening Cadangan Kerugian Piutang.

C. Laba Kotor Diakui Secara Proporsional dengan Angsuran yang Diterima


Dengan metode ini, laba kotor dari penjualan angsuran diakui pada periode-
periode selama jangka waktu pinjaman. Laba kotor yang diakui dalam suatu
periode, dihitung berdasarkan jumlah angsuran yang diterima dalam periode yang
bersangkutan. Jika perusahaan menetapkan laba kotor misalnya 20% dari harga
penjualan angsuran, maka laba kotor yang harus diakui dalam suatu periode
adalah 20% dari jumlah angsuran yang diterima dalam periode itu.
Karena laba kotor dialokasikan pada periode-periode dalam masa penagihan
angsuran, laba kotor yang timbul pada saat terjadinya transaksi penjualan dicatat
kredit akun Laba Kotor yang Belum Direalisasi. Laba kotor yang diakui dalam
suatu periode, pada akhir periode yang bersangkutan dipindahkan dari akun Laba
Kotor yang Belum Direalisasi ke dalam akun Laba Kotor yang Direalisasi.

21
Selanjutnya dari akun Laba Kotor yang Direalisasi dipindahkan ke dalam akun
Ikhtisar Laba-Rugi dengan jurnal penutup.

D. Penjualan angsuran untuk Barang-barang Tak Bergerak


Dalam metode angsuran/ dasar angsuran, perbedaan antara harga
penjualan (harga kontrak) dengan harga pokoknya (cost) dicatat dalam “ laba
kotor yang belum direalisasi (unrealized gross profit).
Pada akhir tahun diperhitungkan keuntungan yang telah direalisasikan
yaitu sebesar persentase laba kontor dikalikan jumlah angsuran yang diterima
pada periode itu. Laba yang direalisasikan dicatat dengan mendebit “ Laba Kotor
yang Belum Direalisasikan” dan mengkredit Laba Kotor yang Direalisasi
(realized Gross Profit).

Contoh 1a:
PT Centro menjual sebuah gedung ruko kepada Tuan Rasta dengan harga Rp
10.000.000,00. Harga pokok menurut pembukuan PT Centro sebesar Rp
6.000.000,00. Syarat penjualan angsuran adalah sebagai berikut:
a. Down payment sebesar Rp 2.000.000,00.
b. Demi keamanan penjual, gedung ruko dihipotikkan dari Tuan Rasta kepada PT
Centro sebesar Rp 8.000.000,00. Akte hipotik ditandatangani tanggal 1
September 2004, dibayar dalam jangka waktu 5 tahun dengan pembayaran tiap
6 bulan sekali.
c. Bunga hipotik 12% per tahun untuk sisa hipotik yang belum dibayar.
d. Komisi dan biaya–biaya lain untuk penyelesaikan akte sebesar Rp 200.000
telah dibayar tunai oleh PT Centro. Angsuran hipotik dimulai pada tahun 2001.
Berikut ini pencatatan yang dilakukan Tuan Rasta jika menggunakan
metode laba diakui pada periode penjualan dan laba diakui secara proporsional
selama tahun 2004 dan 2005. Jangka waktu pembayaran adalah selama 5 tahun,
dan dibayar setiap 6 bulan sekali, artinya satu tahun dua kali. Jadi, setiap kali
membayar angsuran adalah sebesar Rp 800.000,00 (Rp 8.000.000,00/10).

22
Transaksi Laba diakui pada periode penjualan Laba diakui secara proporsional
1 Sept 2004 Piutang (Tn Rasta) 10.000.000 Piutang ( Tn. Rasta) 10.000.000
Penjualan Gedung ruko 8.000.000 Gedung ruko 8.000.000
gedung ruko Laba penjualan gedung 2.000.000 Laba kotor belum direalisasi 2.000.000
Penerimaan DP Kas 2.000.000 Kas 2.000.000
Hipotik 8.000.000 Hipotik 8.000.000
Piutang (Tn Rasta) 10.000.000 Piutang (Tn. Rasta) 10.000.000
Pembayaran biaya Ongkos penjualan 200 000 Ongkos penjualan 200 000
Kas 200.000 Kas 200.000
31 Desember 2005 Bunga hipotik yang Bunga hipotik yang
- bunga yang masih Akan diterima 320.000 Akan diterima 320.000
diterima 4 bl = Pendapatan bunga 320.000 Pendapatan bunga 320.000
4/12X12%x 8juta
Laba kotor direalisai Realisasi dari down payment
40% atau 40% x 2.000.000 = 800.000
4juta/10juta Laba kotor belum direalisasi 800.000
Realisasi laba kotor 800.000
Menutup rekening Laba penjualan Realisasi laba kotor 800.000
nominal ke rugi laba Gedung 4.000.000 Pendapatam bunga 320.000
Pendapatan bunga 320.000 Ongkos penjualan 200.000
Ongkos penjualan 200.000 Rugi laba 720.000
Rugi laba 1.120.000
1 Januari 2005 Pendapatan bunga 320.000 Pendapatan bunga 320.000
pembalik un-tuk Bunga hipotik yang Bunga hipotik yang
bunga yang akan Akan diterima 320.000 Akan diterima 320.000
diterima akhir 1980
1 Maret 2005 Pendapatan bunga= Pendapatan bunga=
diterima (10 juta-2 juta)x12%X6/12=480000 (10 juta-2 juta)x12%X6/12=480000
pembayaran Kas Rp 1.280.000 Kas Rp 1.280.000
angsuran hi-potik Hipotik u/k 800.000 Hipotik u/k 800.000
800.000 dan bunga Pendapatan bunga 480.000 Pendapatan bunga 480.000
1 September 2005 12%x 6/12x 7200000=432000 12%x 6/12x 7200000=432000
angsuran hipotik Kas 1.232.000 Kas 1.232.000
untuk saldo 8juta- Hipotik untuk u/k 800.000 Hipotik untuk u/k 800.000
800.000 = 7200.000 Pendapatan bunga 432.000 Pendapatan bunga 432.000
31 Desember 2005 4/12X12%x 6.400.000= 256.000 4/12X12%x 6.400.000= 256.000
adalah penyesuaian Bunga hipotik yang Bunga hipotik yang
bunga hipotik untuk Akan diterima 256.000 Akan diterima 256.000
pokok (7200000- Pendapatan bunga 256.000 Pendapatan bunga 256.000
800000= 6400000)
Realisasi laba kotor 40%X 1.600.000 = 640.000
Laba kotor yang
Belum direalisasi 640.000
Realisasi laba kotor 640.000
Menutup rekening Pendapatan bunga 848.000 Pendapatan bunga 848.000
nominal Laba rugi 848.000 Realisasi laba kotor 640.000
Rugi laba 1.488.000

23
Contoh 1b:
Misalnya Tuan Rasta tidak dapat memenuhi kewajibannya pada tanggal 1 Maret
2006. Untuk itu, PT Centro menarik kembali saldo hipotik sebesar Rp 6.400.000
dan memiliki kembali rumah. Uang yang telah dibayarkan oleh Tuan Rasta
sebesar Rp 3.600.000 tidak dapat ditarik kembali dan tetap menjadi hak PT
Centro. Diketahui penilaian kembali ruko pada tanggal 1 Maret 2006 sebesar Rp
4.800.000.
Berdasarkan data di atas, jurnal penarikan kembali ruko dengan menggunakan
metode laba diakui pada periode penjualan dan laba diakui secara proporsional.
Transaksi Laba diakui pada periode penjualan Laba diakui secara proporsional
Dimiliki kembali Rumah 4.800.000 Rumah 4.800.000
gedung yang dibeli Rugi pemilikan Laba kotor yg
Rasta dinilai kembali kembali 1.600.000 Belum direalisasi 2.560.000
4.800.000. hipotik Hipotik u/k 6.400.000 Hipotik U/K 6.400.000
yang berjalan ditarik Laba pemilikan
kembali dengan saldo Kembali 960.000
6.400.000

Besarnya laba/rugi dengan menggunakan metode laba diakui pada periode penjualan dan
laba diakui secara proporsional.
Keterangan Laba diakui pada Laba diakui secara
periode penjualan proporsional
Jumlah pembayaran yang telah diterima 3.600.000 3.600.000
Rugi penurunan harga
Harga pokok 6000000
Harga penilaian 4800000
1.200.000 1.200.000
Laba bersih 2.400.000 2.400.000
Laba yg diakui sebelum pemilikan kembali 4.000.000 1.440.000
Laba (rugi) dalam pemilikan kembali (1.600.000) 960.000

5. Penjualan Angsuran untuk Barang Bergerak


Transaksi penjualan angsuran perlu dibedakan dalam pencatatannya
dengan penjualan reguler. Hal ini penting artinya untuk dapat memberikan data
bagi perhitungan laba kotor yang diakui sebagai hasil penerimaan pembayaran
piutang dari penjualan angsuran.
Contoh 2a:
PT BUANA menjual barang dagangannya sebagian atas dasar kontrak penjualan
angsuran untuk masa ± 3 tahun di samping penjualan secara kredit, sejak beberapa
tahun terakhir. Berikut ini neraca PT BUANA pada akhir tahun buku 2004.

24
PT BUANA
Neraca, per 31 Desember 2004
Aktiva Pasiva
Kas Rp 125.000 Hutang dagang Rp 130.000
Piutang dagang Rp 20.000 Wesel bayar Rp 12.000
Laba kotor yang belum
Piutang penjualan angsuran ‘04 Rp 60.000 direalisasi tahun ‘04 Rp 24.000
Laba kotor yang belum
Piutang penjualan angsuran ‘03 Rp 16.000 direalisasi tahun ‘03 Rp 6.000
Persediaan barang dagangan Rp 120.000
Aktiva tetap lainnya Rp 235.000 Modal saham Rp 300.000
Akumulasi penyusutan Rp (76.000) Laba yang ditahan Rp 28.000
Rp 159.000
Jumlah aktiva Rp 500.000 Jumlah pasiva Rp 500.000

Penjualan angsuran laba kotor 30% untuk tahun 2004 dan 25% untuk tahun 2003
dari harga jual yang bersangkutan. Perusahaan menggunakan metode fisik
terhadap administrasi barang-barang dagangannya. Berikut adalah transaksi yang
terjadi dalam tahun 2005.
a. Penjualan dalam satu tahun tunai Rp 200.000,00 kredit Rp 170.000,00, dan
angsuran Rp 120.000,00.
b. Pembelian barang dagangan secara kredit Rp 500.000,00.
c. Penerimaan kas dari piutang dagang 160.000,00 piutang penjualan angsuran
2001 Rp 60.000,00 piutang penjualan angsuran 2000 Rp 40.000,00 dan
piutang penjualan angsuran 2003 Rp 12.000,00.
d. Pengeluaran kas seperti pembayaran utang dagang Rp 510.000,00 dengan
potongan sebesar Rp 20.000,00 macam-macam biaya usaha Rp 81.000,00 dan
biaya penyusutan aktiva tetap Rp 19.000,00.
e. Informasi penutupan buku:
1) mencatat harga pokok barang-barang yang dijual secara angsuran Rp
78.000,00.
2) penjualan angsuran dan harga pokok serta mencatat laba kotor penjualan.
3) Realisasi laba kotor penjualan angsuran selama tiga tahun.
4) Menutup persediaan awal barang dagangan, pembelian barang-barang,
potongan pembelian, dan pengiriman barang-barang yang dijual dengan
perjanjian angsuran.

25
5) Mencatat persediaan akhir barang dagangan sesuai dengan stock opname
pada tanggal 31 Desember 2005 sebesar harga pokok Rp 242.000,00.
6) Menutup rekening penjualan regular
7) Menutup laba kotor yang direalisasi dari hasil penjualan angsuran tahun ini
dan tahun-tahun sebelumnya.
8) Menutup rekening-rekening biaya usaha
9) Mencatat taksiran pajak perseroan yang akan dibayar sebesar 20% x laba
sebelum dipotong pajak penghasilan.
10) Menutup rekening pajak perseroan ke rekening rugi laba
11) Memindahkan laba bersih ke rekening laba di tahan.
Berikut ini akan disajikan jurnal-jurnal yang diperlukan serta menghitungan laba
kotor yang direalisasikan (metode untuk persediaan barang dagangan yang
digunakan adalah fisik).
Transaksi Jurnal
Penjualan: Kas 200.000
Tunai 200.000 Piutang dagang 170.000
Kredit 170.000 Penjualan 370.000
Angsuran 120.000 Piutang penjualan
Jumlah 490.000 Angsuran tahun 2005 120.000
Penjualan angsuran 120.000
Pembelian barang-barang secara kredit Pembelian 500.000
sebesar Rp 500.000 Hutang dagang 500.000
Penerimaan kas: Kas 272.000
Piutang dagang 160.000 Piutang dagang 160.000
Piutang penjualan Piutang penjualan angsuran 2005 60.000
angsuran 2005 60.000, Piutang penjualan angsuran 2004 40.000
Piutang penjualan Piutang penjualan angsuran 2003 12.000
angsuran 2004 40.000,
Piutang penjualan
angsuran 2003 12.000.
272.000
Pengeluaran kas: Hutang dagang 510.000
- Bayar utang dagang 510.000 Macam-macam biaya 81.000
Potongan pembelian (20.000) Potongan pembelian 20.000
490.000 Kas 571.000
- macam-macam biaya 81.000
- Biaya penyusutan 19.000
590.000
Biaya penyusutan AT 19.000
Akumulasi penyusutan AT 19.000
31 Desember HPP angsuran 78.000
Menutup harga pokok barang-barang yang Pengiriman br2
dijual penjualan angsuran 78.000
Menutup rekening penjualan angguran dan Penjualan angsuran 120.000
harga pokok serta mencatat laba kotor HPP angsuran 78.000
penjualan tahun 2005 Laba kotor penjualan
yang belum Direalisasi 42.000

26
Mencatat realisasi laba kotor penjualan Laba kotor penjualan
anggsuran dalam tahun 2001= Angsuran yg belum di
(35%x60.000)+(30%x40.000)+(25%x12.000) Realisasi tahun 2005 21.000
Laba kotor penjualan
35% = (120.000  78.000) x100% Angsuran yg belum di
120.000 Realisasi tahun 2004 12.000
Laba kotor penjualan
Angsuran yg belum di
Realisasi tahun 2003 3.000
Realisasi laba kotor
Penjualan angsuran 36.000
Menutup persediaan br dagang awal, Rugi laba 522.000
pembelian, potongan pembelian, pengiriman Pengiriman brg-brg
barang yang dijual dengan perjanjian Penjualan angsuran 78.000
angsuran ke rekening laba rugi Potongan pembelian 20.000
Persediaan brg dag (1-1-05) 120.000
Pembelian 500.000
Mencatat persediaan akhir barang dagangan, Persediaan br dag
sesuai dengan stock opname pada tanggal 31 Akhir (31-12-05) 242.000
Desember 2005 sebesar harga pokok Rp Rugi – laba 242.000
242.000
Menutup saldo penjualan regular Rp 370.000 Penjualan 370.000
Rugi laba 370.000
Menutup laba kotor yang direalisasi dari hasil Realisasi laba kotor
penjualan angsuran tahun ini dan tahun-tahun Penjualan angsuran 36.000
sebelumnya ke rugi laba Rugi laba 36.000
Menutup rekening biaya usaha (macam- Laba rugi 100.000
macam biaya dan penyusutan) ke rugi laba Macam-macam biaya 100.000
(81.000+19.000=100.000)
Mencatat taksiran pajak perseroan yang akan Pajak peseroan 5.200
dibayar sebesar 20% x laba sebelum di Taksiran hutang P.Ps 5.200
potong pajak penghasilan. Lihat saldo akun
laba rugi (36000+242000+370.000-100.000-
522000)= 26.000. 20% x 26.000=5.200
Menutup rekening pajak perseroan ke Rugi laba 5.200
rekening rugi laba Pajak perseroan 5.200
Memindahkan laba bersih ke rekening laba Rugi Laba 20.800
yang ditahan (26.000-5.200) Laba yang ditahan 20.880

Apabila perusahaan menggunakan metode perpetual inventory maka :


a. pembelian harus dicatat ke rekening persediaan
b. pencatatan HPP angsuran dan Penjualan regular disusun up to date
c. HPP angsuran dan HPP (regular segera didebit dan rekening Persediaan
Barang dagangan segera dikredit pada saat barang dikirim kepada pembeli.

6. Masalah Pertukaran (Trade In) di dalam Penjualan Angsuran


Pertukaran adalah penjualan menyerahkan barang-barang baru dengan
perjanjian angsuran, sedang pembayaran pertama di mana pembeli menyerahkan
barang-barang bekas. Barang yang diterima karena pertukaran harus dinilai

27
kembali dengan memperhatikan kemungkinan adanya revisi atau pebakan serta
suatu tingkat laba yang diharapkan dari penjualan kembali barang bekas.
Barang yang diterima dicatat sebesar harga penilaian yang dianggap
sebagai cost (estimated cost), sedangkan harga barang menurut tawar-menawar
dalam perjanjian bukan cost tetapi merupakan harga pertukarannya. Perbedaan
antara estimatd cost dengan harga pertukaran dicatat dalam rekening “Cadangan
Perbedaan Harga Pertukaran”.

Contoh 3:
Sebuah perusahaan dagang barang-barang elektronik menjual televisi tipe A
dengan harga Rp 3.000.000,00 dijual kepada seorang pembeli dengan perjanjian
penjualan angsuran seharga Rp 4.500.000. Pembayaran pertama oleh pembeli
diserahkan sebuah televisi bekas dengan harga yang disepakati Rp 800.000,00.
Diperkirakan biaya untuk memperbaiki sebesar Rp 300.000,00 sedang harga jual
normal setelah diperbaiki sebesar Rp 1.050.000,00. Laba normal yang diharapkan
sebesar 25% dari harga penjualan televisi bekas.
Berikut ini akan disajikan jurnal serta perhitungan yang mendukung:

Harga pertukaran mobil bekas 800.000


Harga penilaian terhadap televisi bekas:
Harga jual setelah diperbaiki 1.050.000
Dikurangi:
Ongkos perbaikan 300.000
Laba normal yang diharapkan
Dalam penjualan kembali mobil
Bekas (25%X1.050.000) 262.500
562.500
487.500
Perbedaan harga pertukaran (terlalu tinggi): 312.500

Jurnal:

Persediaan barang dagangan televisi bekas 487.500


Cadangan perbedaan harga pertukaran 312.500
Piutang penjualan angsuran 3.700.000
Penjualan angsuran 4.500.000

Harga pokok penjualan angsuran 3.000.000


Persediaan Barang dagangan televisi baru 3.000.000

28
7. Masalah Pembatalan Kontrak dan Pemilikan Kembali
Apabila pembeli tidak memenuhi perjanjian penjualan angsuran maka
barang akan ditarik oleh penjual dimana pencatatannya adalah sebagai berikut;
a. Pencatatan pemilikan kembali barang dagangan
b. Menghapus saldo piutang penjualan angsuran atas barang –barang tersebut.
c. Menghapus saldo laba kotor yang belum direalisasi atas penjualan angsuran
yan bersangkutan.
d. Pencatatan keuntungan atau kerugian karena pemilikan kembali barang-
barang tersebut.

Contoh :
Pada tahun 2002, seorang pelanggan PT BUANA pada contoh no 2a gagal dan
tidak dapat memenuhi kewajibannya. Langganan tersebut membeli barang-barang
pada tahun 2001 seharga Rp 4.000. Dari jumlah harga tersebut telah dibayar oleh
langganan yang bersangkutan sebesar Rp 2.000. Barang-barang ditarik dan
dimiliki kembali oleh PT BUANA dan nilainya ditaksir sebesar Rp 1.800 dengan
sudah memperhitungkan cadangan untuk perbaikan-perbaikan dan keuntungan
normal diharapkan apabila dijual lagi.
Berdasarkan data di atas, perhitungan laba pemilikan kembali adalah sebagai
berikut:
Jumlah kas yang diterima Rp 2.000
Dikurangi: rugi penurunan harga
HPP barang dagangan (65%xRp 4000) 2.600
Nilai pada saat pemilikan kembali 1.800
800
Laba atas barang yang ditarik kembali 1.200
Lama yang telah diakui sebelumnya (35%x 2.000) 700
Laba pemilikan kembali 500

Jurnal:

Persediaan Barang dagang pemilikan kembali 1.800


Laba kotor belum direalisasi tahun 2000 700
Laba karena pemilikan kembali 500
Piutang penjualan angsuran tahun 2001 2.000

29
8. Masalah Bunga pada Penjualan Angsuran
Dalam penjualan angsuran juga memperhitungkan bunga yang biasanya
dibayarkan bersama-sama dengan penjualan angsuran atas harga menurut kontrak.
Kebijakan berkaitan dengan bunga adalah sebagai berikut:
a. Bunga diperhitungkan dari sisa harga kontrak selama jangka waktu angsuran
atau disebut long end interest.
b. Bunga diperhitungkan dari setiap angsuran yang harus dibayar, dihitung sejak
tanggal perjanjian ditandatangani sampai tanggal jatuh tempo setiap angsuran
yang bersangkutan. Cara ini disebut juga short end interest.
c. Bunga secara periodik diperhitungkan berdasar dari (sisa) harga kontrak.

Contoh 5
Misalnya tanggal 1 Januari 2000 telah terjual sebuah mobil dengan harga Rp
2.500.000,00 atas dasar perjanjian penjualan angsuran. Uang muka (down
payment) ditetapkan sebesar Rp 700.000,00 sedangkan sisanya dibayar dalam
waktu 1 tahun dengan 6 kali angsuran (setiap 2 bulan) dan bunga ditetapkan
sebesar 12% setahun. Harga pokok kendaraan Rp 1.500.000,00.
Berdasarkan data-data di atas maka berbagai perhitungan yang diperlukan adalah:
a. Tentukan besarnya pembayaran setiap kali angsuran.
Harga Jual Kendaraan Rp 2.500.000
Uang Muka Rp 700.000
Rp 1.800.000
Dibayar 6 x 6
Besar setiap angsuran Rp 300.000

b. Tabel angsuran bunga bila bunga periodik diperhitungkan dari sisa harga
kontrak pada setiap awal periode angsuran.
Tanggal Bunga atas saldo harga kontrak Angsuran atas Jumlah Sisa harga
pembayaran pada awal periode angsuran harga kontrak pembayaran kontrak
01-Jan-00 Rp 2.500.000
01-Jan-00 Rp 700.000 Rp 700.000 Rp 1.800.000
01-Mar-00 Rp 36.000 Rp 300.000 Rp 336.000 Rp 1.500.000
01-Mei-06 Rp 30.000 Rp 300.000 Rp 330.000 Rp 1.200.000
01-Jul-06 Rp 24.000 Rp 300.000 Rp 324.000 Rp 900.000
01-Sep-06 Rp 18.000 Rp 300.000 Rp 318.000 Rp 600.000
01-Nop-06 Rp 12.000 Rp 300.000 Rp 312.000 Rp 300.000
31-Des-06 Rp 6.000 Rp 300.000 Rp 306.000 -
Jumlah Rp 126.000 Rp2.500.000 Rp 2.626.000
* = 12% x 2/12 x Rp 1.800.000

30
c. Tabel anguran bunga bila bunga diperhitungkan dari setiap angsuran yang
harus dibayar atas dasar jangka waktu angsuran yang bersangkutan.
Bunga dari tanggal
Angsuran Sisa
Tanggal transaksi s.d tanggal Jumlah
atas harga harga
pembayaran pembayaran (1%per pembayaran
kontrak kontrak
bulan)
01-Jan-00 Rp 2.500.000
01-Jan-00 Rp 700.000 Rp 700.000 Rp 1.800.000
01-Mar-00 Rp 6.000* Rp 300.000 Rp 306.000 Rp 1.500.000
01-Mei-06 Rp 12.000 Rp 300.000 Rp 312.000 Rp 1.200.000
01-Jul-06 Rp 18.000 Rp 300.000 Rp 318.000 Rp 900.000
01-Sep-06 Rp 24.000 Rp 300.000 Rp 324.000 Rp 600.000
01-Nop-06 Rp 30.000 Rp 300.000 Rp 330.000 Rp 300.000
31-Des-06 Rp 36.000 ** Rp 300.000 Rp 336.000 -
Jumlah Rp 126.000 Rp 2.500.000 Rp 2.626.000
* = 12% x 2/12 x Rp 300.000
** = 12% x 12/12 x Rp 300.000

Pada bulan Maret bunga yang bayar sebesar Rp 6.000, angsuran atas harga
kontrak sebesar Rp 300.000, sehingga jumlah yang dibayarkan adalah
sebesar Rp 306.000.
d. Tabel perubahan saldo bunga yang masih diperhitungkan dari sudut
pandang pembeli (sesuai cara c)
Kenaikan bunga yg Pengurangan bunga Saldo bunga yang
Tanggal
diperhitungkan yang dibayar akan dibayar atas
pembayaran
(kredit) (Debit) pembelian angsuran
01-Mar-00 Rp 36.000 Rp 6.000 Rp 30.000
01-Mei-00 Rp 30.000 Rp 12.000 Rp 48.000
01-Jul-00 Rp 24.000 Rp 18.000 Rp 54.000
01-Sep-00 Rp 18.000 Rp 24.000 Rp 48.000
01-Nop-00 Rp 12.000 Rp 30.000 Rp 30.000
31-Des-00 Rp 6.000 Rp 36.000 -

 Pada tanggal 1 Maret 2000 kenaikan bunga yang diperhitungkan adalah


sebesar Rp 36.000, bunga yang dibayarkan pada tanggal 1 Maret adalah
sebesar Rp 6.000, sehingga saldo bunga yang akan dibayar atas
pembelian angsuran sebesar Rp 30.000.
 Pada tanggal 1 Mei 2000 saldo kenaikan bunga yang diperhitungkan
adalah sebesar Rp 30.000, pengurangan bunga yang dibayarkan sebesar
Rp 12.000, sehingga saldo bunga yang akan dibayar atas pembelian

31
angsuran sebesar Rp 48.000,00 (Saldo Bunga yang akan dibayar atas
pembelian angsuran 1 Maret Rp 30.000,00 ditambah kenaikan bunga
yang diperhitungkan Rp 30.000,00 dikurangi bunga yang dibayar
sebesar Rp 12.000,00).

e. Tabel angsuran bunga bila bunga secara periodik diperhitungkan


berdasarkan sisa harga kontrak.

Bunga yg
Tanggal didasarkan Angsuran atas Jumlah sisa harga
pembayaran atas harga kontrak harga kontrak pembayaran kontrak
01-Jan-00 Rp 2.500.000
01-Jan-00 Rp 700.000 Rp 700.000 Rp 1.800.000
01-Mar-00 Rp 36.000 Rp 300.000 Rp 336.000 Rp 1.500.000
01-Mei-06 Rp 36.000 Rp 300.000 Rp 336.000 Rp 1.200.000
01-Jul-06 Rp 36.000 Rp 300.000 Rp 336.000 Rp 900.000
01-Sep-06 Rp 36.000 Rp 300.000 Rp 336.000 Rp 600.000
01-Nop-06 Rp 36.000 Rp 300.000 Rp 336.000 Rp 300.000
31-Des-06 Rp 36.000 Rp 300.000 Rp 336.000 -
Jumlah Rp 216.000 Rp 2.500.000 Rp 2.716.000

Bunga yang dibayar setiap kali angsuran adalah sebesar Rp 36.000,00


(12% x 2/12 x Rp 1.800.000,00), angsuran yang dibayar Rp 300.000,00
sehingga jumlah pembayaran adalah sebesar Rp 336.000. Sisa harga
kontrak merupakan selisih dari sisa harga kontrak angsuran sebelumnya
dengan angsuran atas harga kontrak pada bulan itu.
Jika diamati maka pada metode ini akan menguntungkan penjual karena
bunga yang dibayar pembeli lebih besar dari tiga metode yang lain.

32
BAB IV
AKUNTANSI PERUSAHAAN BERCABANG

A. Pengertian
Dalam rangka memperluas daerah pemasaran pimpinan perusahaan
melakukan usaha dengan membuka pusat-pusat penjualan yang berupa agen
(agency) atau cabang (branch). Dalam hal demikian, kegiatan penjualan dikelola
oleh kantor-kantor penjualan di beberapa tempat sehingga para pelanggan tidak
perlu berhubungan langsung dengan kantor pusat.
Hubungan kantor pusat dan cabang secara garis besar adalah sebagai berikut:
1. Cabang diberi modal kerja, baik uang kas, barang dagangan maupun aktiva
lainnya oleh kantor pusat.
2. Cabang dapat membeli barang dagangan dari pihak ketiga untuk memenuhi
kebutuhan permintaan barang-barang lokal yang tidak dapat dipenuhi oleh
kantor pusat atau apabila pembelian dapa dipertanggungjawabkan secara
ekonomis.
3. Cabang melakukan aktivitas penjualan: usaha mendapatkan pembeli,
mengirimkan barang kepada langganan, membuat faktur penjualan, menagih
piutang yang menyimpan uangnya di dalam rekening banknya sendiri. Dalam
rangka pengawasan aktivitas cabang dapat dilakukan pembatasan kepada
cabang.

B. Sistem Akuntansi untuk Operasi Kantor Cabang

Sistem akuntansi terhadap aktivitas kantor cabang pada dasarnya dapat


dapat dilaksanakan menurut sistem sentralisasi, desentralisasi atau kombinasi di
antara keduanya.
1. Sistem Sentralisasi
Sistem ini terjadi karena pembukuan terhadap transaksi-transaksi yang
terjadi di kantor cabang diselenggarakan oleh kantor pusat. Kantor cabang cukup
mengumpulkan dokumen dasar seperti faktur penjualan, catatan waktu kerja,
voucher-voucher pengeluaran kas, dan bukti pendukung transaksi lainnya.

33
Dokumen-dokumen tersebut atau tembusannya dikirim kepada kantor pusat untuk
dicatat di dalam buku jurnal dan rekening-rekening buku besarnya.
Apabila laba (rugi) dari aktivitas cabang akan ditentukan terpisah dari
kegiatan kantor pusat, maka penggunaan buku-buku jurnal khusus atau rekening-
rekening pendaptan, harga pokok penjualan, dan biaya kantor cabang harus
disediakan di dalam susunan rekening-rekening pembukuan kantor pusat. Sistem
ini dilaksanakan dalam rangka penghematan biaya administrasi dan keseragaman
prosedur dan metode pembukuan yang ditetapkan kantor pusat. Risikonya laporan
keuangan dapat terlambat.

2. Sistem Desentralisasi
Kantor Cabang mengadakan pembukuan secara lengkap. Tiap-tiap cabang
menyelenggarakan buku-buku jurnal, buku besar dan buku pembantu apabila
diperlukan. Suatu rekening khusus yang berfungsi sama dengan rekening modal di
dalam perusahaan pada umumnya harus dibentuk untuk menampung selisih antara
aktiva dan hutang-hutang kantor cabang. Rekening khusus yang biasanya disebut
rekening R/K – Kantor pusat (home office account), merupakan modal bagi
kantor cabang di satu pihak dan merupakan investasi atau penanaman modal oleh
kantor pusat di cabang yang bersangkutan. Hasil akhir dari proses akuntansi
kantor cabang ini akan tercermin di dalam laporan kantor cabang secara
individual. Sedang proses penyusunan laporan keuangan periodik pada kantor
cabang juga dilaksanakan seperti biasanya pada perusahaan-perusahaan yang
berdiri sendiri.

Prinsip-prinsip Pelaksanaan Sistem Desentralisasi


Ciri pokok yang menghubungkan antara kantor cabang dan kantor pusat
adalah:
a. Rekening ”R/K – Kantor Pusat” terdapat di dalam rekening-rekening
pembukuan kantor cabang dan ”R/K- Kantor cabang” di dalam rekening
pembukuan kantor pusat. Kedua rekening ini merupakan rekening performa
atau rekening sementara, yang pada akhirnya akan ditutup.

34
b. Rekening “R/K kantor cabang” di kantor pusat merupakan selisih antara
macam-macam aktiva dengan hutang di kantor cabang.

Kantor Pusat Kantor cabang

Macam-macam aktiva

150.000

R/K Kantor cabang Macam-macam hutang

50.000
100.000

R/K Kantor Pusat

100.000

Pada saat kantor cabang mengadakan rekening R/K kantor pusat demikian
juga kantor pusat mengakui rekening R/K kantor cabang. Karena mempunyai
saldo yang berlawanan dan sama jumlahnya maka disebut rekening-rekening
timbal balik (reciprocal accounts). R/K kantor cabang dikantor pusat digunakan
untuk mencatat investasi kantor pusat ke cabang sedangkan perubahan bentuk
investasi di cabang dicatat di pusat.

Contoh:
Untuk membuka cabang, Kantor pusat mengirimkan uang tunai ke kantor cabang
Rp 500.000,00 pada tanggal 1 Januari 2005. Satu bulan kemudian uang yang
berasal dari kantor pusat digunakan untuk membeli peralatan sebesar Rp
200.000,00.
Maka, berikut ini akan disampaikan buku besar pada rekening-rekening
pembukuan baik di kantor pusat dan kantor cabang.

35
Keterangan Rekening Kantor Pusat Rekening Kantor Cabang

R/K-Kanca R/K-KP
Pengiriman uang tunai dari Rp 500.000 Rp 500.000
Kantor pusat ke kanca Rp 500.000

Kas Kas
Rp 500.000 Rp 500.000 Rp 200.000
Rp 300.000

Pembelian alat kantor oleh cabang Alat-alat Kantor


Rp250.000 Rp 200.000

Pendapatan dan biaya di kantor cabang merupakan transaksi intern. Laba


atau rugi kantor cabang akan mempengaruhi investasi kantor pusat. Oleh
karenanya R/K kantor pusat di kredit di akun kantor cabang. Sebaliknya, kantor
pusat akan (mendebit R/K kantor cabang) dan rekening lawannya adalah Rugi
laba kantor cabang, begitu sebaliknya bila terjadi rugi di kantor cabang.
Penambahan investasi terjadi karena pengiriman barang dagangan oleh kantor
pusat kemudian akan dicatat dengan mendebit R/K kantor cabang dan sebaliknya
oleh kantor cabang jumlah tersebut dikredit R/K Kantor pusat.
Bila cabang menggunakan sistem fisik sedangkan pusat bermaksud
mengawasi barang dagangannya maka barang dagangan yang dikirim dicatat
dengan mengkredit “Pengiriman barang ke cabang”. Saldo rekening pengiriman
barang ke cabang merupakan kontra rekening yang mengurangi harga pokok
barang yang tersedia untuk dijual pada kantor pusat. Di lain pihak kantor cabang
harus mencatat dengan mendebit pengiriman barang dari kantor pusat untuk
barang yang diterima dari kantor pusat. Jadi rekening pengiriman barang disebut
juga sebagai rekening reciprocal accounts).
Contoh:
Kantor pusat membuka kantor cabang di kota Solo dengan mengirimkan uang
tunai sebesar Rp 750.000,00 dan barang dagangan dengan harga pokok Rp
1.200.000,00 sebagai modal kerja cabang.
Maka berikut ini akan ditampilkan buku besar sebagai implikasi atas transaksi
tersebut baik di kantor pusat maupun di kantor cabang.

36
Rekening-rekening pembukuan Rekening-rekening Pembukuan
Kantor Pusat Kantor Cabang

Kas Kas
Rp 750.000 Rp 750.000

Pengiriman Br KC Pengiriman Br dr KP
Rp 1.200.000 Rp 1.200.000

R/K KC R/K KP
Rp 1.950.000 Rp 1.950.000

Contoh:
Dalam usaha meningkatkan volume penjualan PT Merdeka membuka kantor
cabang di Kota Magelang pada awal bulan Desember 2005. Ikhtisar transaksi
yang terjadi di kantor cabang dalam bulan Desember 2005 untuk kantor cabang
dan kantor pusat dengan menggunakan sistem desentrasilasi adalah seperti
berikut:
(Transaksi tanggal 1sampai 31 Desember 2005)
Transaksi di Kantor Cabang Buku-buku Cabang Buku-buku Kantor Pusat
1). Diterima uang dari KP sebesar Rp Kas Rp 1.200.000 R/K-KC Rp 1.200.000
1.200.000,00 sebagai modal kerja R/K-KP Rp 1.200.000 Kas Rp 1.200.000
2). Diterima barang-barang dari KP Pgrman br2 KP Rp 2.400.000 R/K KC Rp 2.400.000
sebesar harga pokok Rp 2.400.000,00 R/K-KP Rp 2.400.000 Pngrm br KC Rp 2.400.000
3). Pembelian alat-alat perlengkapan Alat-alat Kantor Rp 800.000 -
kantor oleh Cabang secara tunai Rp Kas Rp 800.000
800.000,00
4). Penjualan oleh kantor cabang, secara Kas Rp 1.000.000
tunai Rp 1.000.000 dan kredit Rp PD Rp 1.600.000
1.600.000,00 Penjualan Rp 2.600.000
5). Penerimaan pembayaran piutang dari Kas Rp 1.000.000
langganan Rp 1.000.000,00 PD Rp 1.000.000
6). Biaya-biaya yang dibayar antara lain: Gaji & Komisi Rp 220.000
 Biaya Gaji & Komisi Rp 220.000 Sewa Kontor Rp 160.000
 Sewa Kantor Rp 160.000 Listrik & air Rp 20.000
 Listrik & air Rp 20.000 Kas Rp 500.000
 Macam2 biaya Rp 25.000
7). Pengiriman uang ke kantor Pusat Rp R/K-KP Rp 1.000.000 Kas Rp 1.000.000
1.000.000,00 Kas Rp 1.000.000 R/K KC Rp 1.000.000
8). Biaya-biaya yang telah dikeluarkan Biaya Asuransi Rp 80.000 R/K Rp 600.000
dan diperhitungkan untuk beban kantor Brosur & Katalog Rp 120.000 Persekt Premi As Rp 80.000
cabang oleh KP: Advertensi Rp 100.000 Brosur & Katalg Rp 120.000
 Biaya asuransi Rp 80.000,00 Biaya bunga Rp 300.000 Biaya Advertn Rp 100.000
 Brosur dan katalog Rp 120.000,00 R/K-KP Rp 600.000 Pendapt Bunga Rp 300.000
 Advertensi Rp 100.000,00
 Bunga Investasi Rp 300.000,00

37
31 Desember 2005 Persediaan Br Rp 1.020.000
9). Persediaan brg dag. Depre. Alat Kntr Rp 20.000
Pd tgl 31 Desember 2005, sebesar Rp Akm.Dep.alt Rp 20.000
1.020.000,00 depresiasi alat kantor Rp Rugi/Laba Rp 1.020.000
20.000,00
10). Pemindahan saldo rekening Penjualan Rp 2.600.000
pendapatan ke rugi laba Laba-Rugi Rp 2.600.000
11). Pemindahan saldo rekening biaya ke Rugi/Laba Rp 3.445.000
rugi laba Gaji & Komisi Rp 220.000
Sewa Kantor Rp 160.000
Listrik, air Rp 20.000
Biaya Asuransi Rp 80.000
Brosur & Katalog Rp 120.000
B. Advertensi Rp 100.000
Biaya Bunga Rp 300.000
Dep. Alat Kntr Rp 20.000
Macam2 Biaya Rp 25.000
Pegrm. Br dr pst Rp 2.400.000
12). Pemindahan saldo laba ke ”R/K- Rugi-Laba Rp 175.000
KP” R/K-KP Rp 175.000
13). Pengakuan laba atas operasi KC R/K KC Rp 175.000
oleh KP Laba/Rugi Cab. Rp 175.000
14). Pemindahan saldo laba operasi Rugi/Laba Cab. Rp 175.000
cabang ke rugi-laba Rugi/Laba Rp 175.000

C. Laporan Keuangan Gabungan untuk Kantor Pusat dan Kantor cabang

Setiap akhir periode kantor pusat dan kantor cabang secara individual
menyusun laporan keuangan. Sebagai pertangungjawaban pihak manajemen
kepada pemilik maka perlu dibuat laporan gabungan. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan gambaran tentang posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan
sebagai satu kesatuan ekonomi. Pemisahan dan anggapan bahwa Kantor Cabang
merupakan usaha yang berdiri sendiri di dalam sistem desentralisasi, hanya dari
segi administrasi terhadap kegiatan perusahaan di bawah koordinasi dari kantor
cabang tersebut.
Karena laporan keuangan gabungan antara kantor pusat dan cabangnya,
dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang posisi keuangan dan hasil
usaha perusahaan sebagai satu kesatuan ekonomi yang bulat, maka dalam
menyusun laporan gabungan perlu memperhatikan:
1. Di neraca hanya disajikan aktiva dan hak-hak yang ada pada perusahaan dan
hutang-hutang atau kewajiban perusahaan yang lain kepada pihak di luar
perusahaan. Jadi yang terjadi antara kantor pusat dan cabang ditiadakan.

38
2. Dalam laporan L/R harus dihindarkan adanya perhitungan ganda terhadap
suatu pendapatan dan biaya yang sama.

Langkah-langkah penyusunan neraca gabungan:


1. Menghapus saldo rekening R/K-kantor pusat dengan R/K kantor cabang dan
saldo rekening hutang dengan piutang kepada antar kantor pusat dan cabang
yang ada di dalam neraca individual kantor pusat maupun cabang.
2. Menjumlahkan saldo rekening aktiva.

Langkah-langkah perhitungan Rugi laba gabungan:


1. Menghapus saldo pengiriman barang dari kantor pusat dengan pengiriman
barang ke kantor cabang dan saldo rekening pendapatan dengan biaya-biaya
yang bersangkutan = yang diakui di dalam laporan perhitungan rugi laba
individual kantor cabang dan kantor pusat sebagai akkibat kebijaksanaan
sistem desentralisasi yang dilaksanakan.

2. Menjumlahkan saldo rekening pendapatan dan biaya di luar usaha yang


terdapat dalam laporan rugi laba individual kantor pusat dan kantor cabang.

Contoh:
Berikut ini adalah laporan pehitungan laba rugi dan neraca PT Berseri pada
contoh di muka, untuk periode tahun buku yang berakhir pada tanggal 31
Desember 2005.

39
Laporan perhitungan Rugi laba
Periode tahun buku 2005
Keterangan Kantor Pusat (Rp) Kantor cabang (Rp)
Hasil penjualan 36.000.000 2.600.000
Harga Pokok Penjualan:
Persediaan awal 3.000.000
Pembelian 30.380.000
33.380.000
Penerimaan barang dari Pusat - 2.400.000
Pengiriman barang ke cabang 2.400.000
Barang tersedia untuk dijual 30.980.000 2.400.000
Persediaan akhir 3.980.000 1.020.000

(27.000.000) - (1.380.000)
Laba kotor 9.000.000 1.220.000
Beban-beban usaha:
Gaji dan komisi 3.000.000 220.000
Sewa kantor 160.000
Listrik dan air 100.000 20.000
Brosur dan kalaogus 120.000
Biaya advertensi 100.000 100.000
Depresiasi gedung 500.000
Depresiasi alat-alat kantor 300.000 20.000
Beban asuransi 320.000 80.000
Macam-macam beban 80.000 100.000

(4.400.000) - (820.000)
Laba usaha 4.600.000 400.000
Beban dan rugi di luar usaha
Beban bunga (300.000)
Pendapatan & laba di luar usaha
Pendapatan bunga 300.000
Laba operasi cabang 100.000
400.000
Laba bersih 5.000.000 100.000

40
Neraca per 31 Desember 2005
Kantor Pusat Kantor Cabang
Rekening (Rp) (Rp)
Aktiva
Kas 670.000 900.000
Piutang dagang 2.600.000 600.000
Persediaan barang dagangan 3.980.000 1.020.000
Persekotpremi asuransi 300.000 -
Alat-alat kantor 6.000.000 800.000
Akumulasi depresiasi alat kantor (1.800.000) (20.000)
Gedung 10.000.000 -
Akumulasi depresiasi gedung (750.000) -
R/K kantor Cabang 3.300.000 -
- -
Jumlah aktiva 24.300.000 3.300.000
- -
Hutang dan Modal - -
Hutang dagang 3.000.000 -
Hutang Bank jangka pendek 4.200.000 -
Biaya yang harus dibayar 100.000 -
Modal saham 12.000.000 -
Laba yang ditahan 5.000.000 -
R/K Kantor pusat - 3.300.000
Jumlah hutang dan modal 24.300.000 3.300.000

Dengan kedua laporan tersebut diminta:


a. Membuat kertas kerja untuk laporan R/L gabungan

PT Berseri
Daftar Lajur Penyusunan Laporan Rugi Laba Gabungan
Periode Tahun Buku 2005

Keterangan KP KC Eliminasi Laporan R/L Gabungan


D K
Hasil Penjualan Rp 36.000.000 Rp 2.600.000 Rp 38.600.000
HPP:
Persediaan, 1 Januari Rp 3.000.000 Rp 3.000.000
Pembelian Rp 30.380.000 Rp 30.380.000
Rp 33.380.000
Pengiriman brg ke KC Rp (2.400.000) Rp 2.400.000
Pengiriman brg dr KP Rp - Rp 2.400.000 Rp 2.400.000
Tersedia untuk dijual Rp 30.980.000 Rp 2.400.000 Rp 33.380.000
Persediaan, 31 Des Rp 3.980.000 Rp 1.020.000 Rp 5.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp 27.000.000 Rp 1.380.000 Rp 28.380.000
Laba Kotor Penjualan Rp 9.000.000 Rp 1.220.000 Rp 10.220.000
Beban Usaha Rp (4.400.000) Rp (820.000) Rp (5.220.000)
Laba Usaha Rp 4.600.000 Rp 400.000 Rp 5.000.000
Pendapatan di luar usaha:
Pendapatan Bunga Rp 300.000 Rp 300.000
Beban Bunga Rp 300.000 Rp 300.000
Laba Bersih Rp 4.900.000 Rp 100.000 Rp 2.700.000 Rp 2.700.000 Rp 5.000.000

41
PT Berseri
Laporan Rugi-Laba Gabungan;Kantor Pusat
Dan Cabang, periode tahun buku 2005

Hasil Penjualan Rp 38.600.000


Harga Pokok Penjualan
Persediaan 1 Januari Rp 3.000.000
Pembelian Rp 30.380.000
Tersedian utk dijual Rp 33.380.000
Persediaan 31 Des Rp 5.000.000
Laba kotor penjualan Rp 28.380.000
Rp 10.220.000
Biaya Usaha Rp (5.220.000)
Laba Bersih Rp 5.000.000

b. Berikut ini akan disampaikan neraca lajur untuk penyusunan neraca dan
laporan neraca gabungan.
PT Berseri
Daftar Lajur Penyusunan Neraca Gabungan
Per 31 Desember 2005

Keterangan KP KC Eliminasi Neraca Gabungan


D K D K
Debit:
Kas Rp 670.000 Rp 900.000 Rp 1.570.000
Piutang Dagang Rp 2.600.000 Rp 600.000 Rp 3.200.000
Pers.Br.Dag Rp 3.980.000 Rp 1.020.000 Rp 5.000.000
Persekot.Premi Ass. Rp 300.000 Rp 300.000
Alat-alat Kantor Rp 6.000.000 Rp 800.000 Rp 6.800.000
Bangunan Rp 10.000.000 Rp 10.000.000
R/K-KC Rp 3.300.000 Rp 3.300.000 Rp -
Rp 26.850.000 Rp 3.320.000
Kredit:
Ak.Dep.alat kantor Rp 1.800.000 Rp 20.000 Rp 1.820.000
Ak.Dep.alat gedung Rp 750.000 Rp 750.000
Hutang Dagang Rp 3.000.000 Rp 3.000.000
Htg jk Pendek Rp 4.200.000 Rp 4.200.000
Biaya yg msh hrs dibyr Rp 100.000 Rp 100.000
Modal Saham Rp 12.000.000 Rp 12.000.000
Laba yg Ditahan Rp 5.000.000 Rp 5.000.000
R/K-KP Rp 3.300.000 Rp 3.300.000 Rp -
Rp 26.850.000 Rp 3.320.000 Rp 3.300.000 Rp 3.300.000 Rp 26.870.000 Rp 26.870.000

42
PT Berseri
Neraca Gabungan Kantor pusat & Cabang
Per 31 Desember 2005
Aktiva Hutang & Modal
Kas Rp 1.570.000 Hutang Dagang Rp 3.000.000
Piutang Dagang Rp 3.200.000 Hutang Bank Rp 4.200.000
Pers. Br.Dagang Rp 5.000.000 Biaya yg msh dibyr Rp 100.000
Perskot Premi As Rp 300.000 Modal Saham Rp 12.000.000
Alat2 Kantor Rp 6.800.000 Laba yg Ditahan Rp 5.000.000
Akumulasi Depresiasi Rp (1.820.000) Rp 4.980.000
Bangunan Gedung Rp 10.000.000
Akum.Dep Rp (750.000) Rp 9.250.000
Jumlah Aktiva Rp 24.300.000 Jumlah Pasiva Rp 24.300.000

D. Penyesuaian rekening timbal balik (Adjustment of Reciprocal Accounts)


Data yang perlu dipertimbangkan dalam menyesuaikan dua rekening adalah:
a. debit rekening “kantor cabang” tanpa ada hubungan dengan kredit rekening
“kantor pusat”.
b. kredit rekening “kantor cabang” tanpa ada hubungan dengan debit rekening
“kantor pusat”.
c. debit rekening “kantor pusat” tanpa ada hubungan dengan kredit rekening
“kantor cabang” .
d. kredit rekening “kantor pusat tanpa ada hubungan dengan debit rekening
“kantor cabang”
Contoh:
Pada tanggal 31 Desember 2005 sebelum penutupan buku diketahui bahwa
rekening “kantor cabang” di buku kantor pusat dan rekening “kantor pusat” di
buku kantor cabang menunjukkan posisi sbb:
R/K Kantor Cabang Solo

Tgl Uraian Debit Kredit Saldo Ket


31-Okt Saldo 1.000.000 D
30 Nov Pengiriman uang dari cabang surabaya 600.000 400.000 D
25-Des Pengiriman uang ke cabang surabaya 400.000 800.000 D
25-Des Pelunas piutang dr langganan cab surby 200.000 600.000 D

R/K Kantor Pusat

Tgl Uraian Debit Kredit Saldo Ket


31-Okt Saldo 1.000.000 K
20 Nov Pengiriman uang ke pusat 600.000 400.000 K
28-Des Koreksi laba tahun lalu dicatat terlalu rendah 40.000 440.000 K
29-Des Pengiriman uang ke pusat 300.000 140.000 K

43
Analisa rekening –rekening yang masih terbuka diketahui sebagai berikut:
a. Debit rekening “kantor cabang” tanpa ada hubungan dengan kredit rekening
“kantor pusat”.
Pengiriman barang dari Kantor Pusat, sebesar Rp 400.000,00 ternyata belum
diterima oleh Kantor Cabang Surabaya.
Maka dari itu cabang harus diadakan pembetulan dengan jurnal:
Pengiriman br dari KP Rp 400.000,00
Kantor Pusat Rp 400.000,00
b. Kredit rekening “Kantor Cabang” tanpa ada hubungan dengan debit rekening
“Kantor Pusat”.
Penerimaan pembayaran piutang dari langganan yang langsung disetor ke
kantor pusat sebesar Rp 200.000,00 belum diketahui oleh Kantor Cabang.
Setelah dilakukan analisis, maka Kantor Cabang akan melakukan pencatatan:
Kantor Pusat Rp 200.000,00
Piutang Dagang Rp 200.000,00
c. Debit rekening “Kantor Pusat” tanpa ada hubungan dengan kredit rekening
“Kantor Cabang” .
Pengiriman uang dari cabang Surabaya sebesar Rp 300.000,00 pada tanggal 29
Desember 2005 ternyata sampai dengan tanggal 31 Desember belum diterima
kantor pusat.
Dengan hasil analisis ini, maka Kantor Pusat akan melakukan jurnal
penyesuaian sebagai berikut:
Kas dalam perjalanan (Cash in-transit) Rp 300.000,00
Kantor Cabang , Solo Rp 300.000,00
d. Kredit rekening “Kantor Pusat” tanpa ada hubungan dengan debit rekening
“Kantor Cabang”
Koreksi laba yang telah dilakukan oleh kantor cabang belum diketahui oleh
kantor pusat sebesar Rp 40.000,00
Kantor Cabang Rp 40.000,00
Laba yang Ditahan Rp 40.000,00

44
Setelah dilakukan analisis kemudian dibukukan ke rekening yang bersangkutan
maka saldo rekening ”Kantor Cabang” dan ”Kantor Pusat” akan nampak sebagai
berikut:
Keterangan Buku-buku KP Buku-buku KC
Rekening: KC Solo Rekening: KP
Saldo Sebelum Penyesuaian Rp 600.000 Rp 140.000
Penyesuaian:
Tambah:
(a) Barang yg dikirim ke Cabang Rp 400.000
(d) Koreksi laba Rp 40.000
Rp 640.000 Rp 540.000
Dikurangi:
(b) Penerimaan pembayaran
piutang Cabang oleh KP Rp 200.000
(c) Pengiriman uang oleh Cabang
untuk KP Rp 300.000
Saldo setelah penyesuaian Rp 340.000 Rp 340.000

III. RANGKUMAN

Firma adalah suatu persekutuan antara dua orang atau lebih untuk secara
bersama-sama memiliki sebuah perusahaan untuk memperoleh laba. Akuntansi
ekuitas pada firma meliputi pencatatan: setoran modal pada saat pendirian firma,
pengambilan pribadi sekutu, keluarnya sekutu, masuknya sekutu barupembagian
laba rugi, dan transaksi likuidasi firma.
PT merupakan badan hukum yang berdiri sendiri, terpisah dari badan
hukum lainnya. Akuntansi ekuitas pada PT, mencakup pencatatan: modal saham
pada saat penerbitan, penempatan, dan penarikan modal saham.
Konsinyasi adalah penyerahan barang dari pihak pemilik (Pengamanat)
kepada pihak lain yang bertindak sebagai agen penjual (Komisioner), disertai
amanat untuk dijual dengan upah berupa komisi. Akuntansi penjualan barang
konsinyasi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu: 1) memisahkan laba penjualan
konsinyasi dengan laba penjualan regular; 2) menggabungkan laba penjualan
konsinyasi dengan laba penjualan regular. Kedua cara tersebut diterapkan baik
pada pembukuan Komisioner maupun Pengamanat.
Penjualan angsuran adalah penjualan yang dilakukan dengan perjanjian
dimana pembayarannya dilaksanakan secara bertahap. Pada saat barang
diserahkan kepada pembeli, penjual menerima pembayaran pertama sebagian dari

45
harga jual (down payment). Sisanya dibayar dalam beberapa kali angsuran.
Pencatatan penjualan angsuran dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu: 1) Laba
kotor diakui untuk periode terjadinya penjualan; 2) Laba kotor diakui secara
proporsional dengan angsuran yang diterima pada suatu suatu periode.
Akuntansi pada perusahaan bercabang dapat dilakukan secara sentralisasi
dan desentralisasi. Pada setiap akhir periode kantor pusat dan kantor cabang
menyusun laporan keuangan individual dan sebagai pertanggungjawaban
manajemen kepada pemilik disusun laporan keuangan gabungan.

IV. LATIHAN

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan persekutuan?


2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penjualan angsuran?
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penjualan konsinyasi?
4. Jelaskan bagaimana hubungan kantor pusat dan kantor cabang?
5. Pada awal tahun 2008 Riana, Fento, dan Ary sepakat untuk membentuk firma
dengan nama firma SUKSES. Riana telah memiliki sebuah perusahaan
perseorangan dimana neraca per 31 Desember 2007 adalah sebagai berikut:
Perusahaan Perseorangan Riana
Neraca, per 31 Desember 2007
AKTIVA HUTANG & MODAL
Kas Rp 800.000,00 Hutang dagang Rp 5.700.000,00
Pihutang dagang Rp 2.400.000,00 Modal Riana Rp 13.400.000,00
Cadg. Kerug. Pihutang Rp (300.000,00)
Barang dagangan Rp 4.200.000,00
Aktiva tetap Rp 16.000.000,00
Akm. depr. ak. tetap Rp (4.000.000,00)
Jumlah Aktiva Rp 19. 100.000,00 Jumlah Hutang & Modal Rp 19.100.000,00

Beberapa hal yang berkaitan dengan pendirian Fa. SUKSES, adalah:


a. Fento menyetorkan kas Rp 10.000.000,00 dan menyerahkan barang
dagangan senilai Rp 3.200.000,00.
b. Ary menyerahkan kendaraan angkutan yang harga pasarnya Rp
8.400.000,00.
c. Riana menginginkan aktiva tetapnya dinilai kembali sebesar nilai
sehatnya yaitu Rp 15.000.000,00.

46
d. Riana mengambil seluruh kas di perusahaannya, dan kemudian
menyerahkan seluruh kekayaan perusahaannya pada firma sebagai setoran
modalnya.
e. Firma SUKSES akan membuka rekening-rekening baru untuk mencatat
transaksi-transaksi yang terjadi pada firma.
Buatlah:
a. Jurnal koreksi pada pembukuan perusahaan perseorangan Riana.
b. Jurnal pendirian firma SUKSES.
c. Neraca pembukaan Firma SUKSES (per 1 Januari 2008).
d. Hitunglah bagian laba masing-masing anggota jika pada akhir bulan
Januari 2008 diperoleh laba sebesar Rp 5.500.000,00 dan pada saat
pendirian firma disepakati bahwa laba dibagi dengan perbandingan 2 : 3 :
1 setelah setiap anggota memperoleh bunga modal sebesar 10% (per
tahun) dari modal awal.
6. Ema, Niko, dan Nathan adalah anggota Firma Prima Comp yang membagi
laba rugi dengan perbandingan 3 : 4 : 3. Pada awal tahun 2009 para anggota
Firma Prima Comp sepakat untuk menerima anggota baru yaitu Winda. Winda
menyetorkan kas sebesar Rp 6.000.000,00 dan memperoleh hak sebesar 20%.
Saldo rekening modal anggota-anggota yang lain adalah sebagai berikut:
Modal Ema : Rp 8.600.000,00
Modal Niko : Rp 14.400.000,00
Modal Nathan : Rp 11.000.000,00
Buatlah jurnal untuk mencatat masuknya Winda jika menggunakan:
a. Metode bonus
b. Metode goodwill.
7. Pada akhir bulan April 2009 Rendi, Selly, Titin dan Uga bersepakat untuk
melikuidasi Firma RESTU yang dibentuknya beberapa tahun yang lalu.
Pembagian rugi / laba diatur dengan perbandingan 1 : 2 : 1 : 2. Neraca Firma
RESTU yang dibuat sebelum likuidasi menunjukkan sebagai berikut:

47
Fa. RESTU
Neraca, 30 April 2009
AKTIVA UTANG &MODAL
Kas Rp 400.000,00 Utang dagang Rp 5.000.000,00
Aktiva Non Kas Rp 29.000.000,00 Utang pada Selly Rp 1.000.000,00
Utang pada Uga Rp 800.000,00
Modal Rendi Rp 8.600.000,00
Modal Selly Rp 7.000.000,00
Modal Titin Rp 4.400.000,00
Modal Uga Rp 2.600.000,00
Jumlah Rp 29.400.000,00 Jumlah Rp 29.400.000,00

Aktiva non kas dijual mulai bulan Juni laku seluruhnya sebesar Rp
17.000.000,00. Buatlah jurnal untuk mencatat likuidasi firma RESTU.
8. PT Assura adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan furniture
(meja kursi tamu). Dalam penjualannya, PT Assura melakukan kerja sama
dalam bentuk perjanjian konsinyasi dengan beberapa rekan usaha, salah
satunya adalah CV Andalas yang dibuka sejak 1 Juni 2009. Beberapa
ketentuan dalam perjanjian adalah sebagai berikut:
a. pengamanat menanggung ongkos angkut lokal dan pengamanat juga
menanggung sewa untuk showroom maksimal Rp 2.000.000,00 per bulan.
b. harga jual 1 set meja kursi tamu/furniture adalah Rp 5.000.000,00
c. komisi yang diberikan kepada komisioner 6% dari harga jual.

Transaksi yang terjadi selama bulan Juni 2009 adalah sebagai berikut:

1 Juni PT Assura mengirim 15 set furniture yang harga pokoknya @ Rp


3.500.000,00 ke CV Andalas.
2 Juni PT Assura mengeluarkan ongkos angkut pengiriman Rp 2.500.000,00.
4 Juni CV Andalas membayar ongkos angkut lokal Rp 800.000,00.
6 Juni CV Andalas membayar sewa tempat untuk showroom Rp 1.750.000,00
13 Juni CV Andalas berhasil menjual 5 set furniture secara kredit.
19 Juni Diterima pelunasan pihutang dari penjualan furniture tanggal 13 Juni.
22 Juni CV Andalas berhasil menjual 10 set furniture secara tunai
28 Juni CV Andalas mengirimkan perhitungan penjualan ke PT Assura
30 Juni CV Andalas mengirimkan kas yang menjadi hak PT Assura.

Buatlah:
1. Jurnal untuk Komisioner secara Terpisah dan Tidak Terpisah.
2. Jurnal untuk Pengamanat secara Terpisah dan Tidak Terpisah baik dengan
metode Perpetual maupun Phisik.

48
9. Pada tanggal 1 Mei 2003 yang lalu PT Mulyatama menjual dua buah
kendaraan yang harga pokoknya Rp 80.000.000,00 per kendaraan dengan
harga jual Rp 100.000.000,00 per kendaraan. Uang muka sebesar 30%,
sisanya untuk menjamin keamanan pada tanggal 1 Mei 2003 ditandatangani
dua akte hipotik sebesar @ Rp 70.000.000,00 untuk jangka waktu 7 tahun
dengan angsuran setiap tahun @ Rp 10.000.000,00 yang dibayar setiap
tanggal 1 Mei. Bunga ditetapkan sebesar 12% dari sisa pinjaman. Pada tanggal
1 Mei 2005 salah seorang konsumen tidak dapat membayar angsuran dan
menyatakan mengundurkan diri. Harga jual kembali kendaraan tersebut
diperkirakan Rp 70.000.000,00 dengan memperhitungkan laba kotor 20%.
Buatlah jurnal yang diperlukan dari tanggal 1 Mei 2003 sampai dengan 1 Mei
2005, jika pencatatan dilakukan dengan metode :
a. Laba diakui pada periode penjualan.
b. Laba diakui pada periode penerimaan kas.
10. Toko “Yogya Motor” menjual berbagai merk sepeda motor baru dan bekas
secara angsuran. Pak Ananto pada awal tahun 1999 membeli sepeda motor
Honda dengan harga Rp 7.000.000,00. Pada penjualan tersebut ditetapkan laba
kotor sebesar 25%. Sampai dengan akhir tahun 1999 Pak Ananto telah
mengangsur sebesar Rp 3.000.000,00. Mulai awal tahun 2000 Pak Ananto
tidak dapat memenuhi kewajibannya sehingga sepeda motor yang dulu
dibelinya dikembalikan ke Toko “Yogya Motor”. Sepeda motor tersebut
ditaksir dapat dijual lagi dengan harga Rp 4.250.000,00, dan memerlukan
biaya perbaikan sebesar Rp 150.000,00, laba yang diinginkan dari penjualan
motor bekas tersebut sebesar 20% dari harga jual. Tentukan laba / rugi dan
buatlah jurnal dari pembatalan penjualan angsuran tersebut.
11. Toko “Alfa Motor” membuka usaha jual beli dan tukar tambah mobil secara
angsuran. Pada awal tahun 2002 Ferdi membeli satu mobil Karimun baru
yang harganya Rp 48.000.000,00 diangsur 10 kali. Harga pokok mobil
tersebut adalah Rp 30.000.000,00. Pembayaran pertama dari Ferdi berupa
sebuah mobil Kijang tahun 80-an miliknya dan setuju dihargai Rp
17.000.000,00. Mobil Kijang dari Ferdi masih laku dijual lagi jika diperbaiki.
Diperkirakan biaya perbaikannya sebesar Rp 4.250.000,00 dan kemungkinan

49
akan laku dijual dengan harga Rp 25.000.000,00 dengan taksiran laba
kotornya 20% dari harga jual.
Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi di atas beserta perhitungannya.

12. Untuk membuka cabang, kantor pusat mengirimkan uang tunai ke cabang Rp
3.000.000,00 pada tanggal 1 Januari 2004. Dua bulan kemudian uang dari
kantor pusat digunakan untuk membeli peralatan sebesar Rp 750.000,00.
Buatlah buku besar untuk akun-akun di kantor pusat dan kantor cabang.
13. Suatu cabang dibentuk dengan mengirimkan uang tunai sebesar Rp
1.000.000,00 dan barang dagang sebesar harga pokok Rp 1.750.000,00
sebagai modal kerja cabang tersebut.
Buatlah buku besar untuk akun-akun di kantor pusat dan kantor cabang!
14. Pada tanggal 31 Desember 2006 sebelum penutupan buku diketahui bahwa
rekening ”kantor cabang” di buku kantor pusat dan rekening ”kantor pusat” di
buku kantor cabang menunjukkan posisi sebagai berikut:
Buku-buku Kantor Pusat Jakarta
”R/K Kantor Cabang”
Tanggal Uraian Debit Kredit Saldo Ket
31 Okt Saldo 1.500.000 D
30 Nov Pengiriman uang dari cabang 750.000 750.000 D
24 Des Pengiriman barang ke cabang 550.000 1.200.000 D
24 Des Pelunasan piutang dari cabang 300.000 900.000 D

Buku-buku Kantor Cabang Semarang


”R/K Kantor Pusat”
Tanggal Uraian Debit Kredit Saldo Ket
31 Okt Saldo 1.500.000 K
21 Nov Pengiriman uang ke pusat 750.000 750.000 K
27 Des Koreksi, laba tahun lalu dicatat 50.000 800.000 K
terlalu rendah
29 Des Pengiriman uang ke pusat 150.000 650.000 K

Buatlah Jurnal Penyesuaiannya, dan tentukan saldo rekening ”Kantor


Cabang” dan ”Kantor Pusat” setelah terjadi penyesuaian.

DAFTAR PUSTAKA

Somantri, Hendi. 2005. Memahami Akuntansi Untuk SMK Seri C. Bandung:


Penerbit Armico
Yunus, Hadori dan Harnanto. 1999. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Yogyakarta:
BPFE

50

Anda mungkin juga menyukai